Anda di halaman 1dari 8

Akhir-akhir ini kita sering mendengar istilah Tax Amnesty (Pengampunan Pajak),

namun apa sebenarnya tax amnesty itu?

Tax amnesty adalah kebijakan pemerintah untuk meningkatan penerimaan pajak bagi
negara dan juga untuk mendorong masuknya investasi ke dalam negeri.
Meningkatnya penerimaan pajak akan memudahkan pembangunan infrastruktur yang
memang sedang digenjot habis-habisan, dan jika pembangunan infra berjalan lancar
maka artinya belanja pemerintah meningkat, dan itu pada akhirnya mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional. Sementara jika investasi di dalam negeri meningkat,
maka itu juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi (ingat bahwa rumus
pertumbuhan ekonomi = konsumsi + investasi + belanja pemerintah + ekspor
impor). Pendek kata, tujuan akhir dari tax amnesty ini adalah untuk meningkatkan
kembali angka pertumbuhan ekonomi, yang sudah beberapa tahun terakhir ini
tertahan di level dibawah 5% per tahun.

lalu bagaimana penerapannya? Para wajib pajak (WP), perusahaan ataupun


perorangan yang tidak sedang dalam kasus hukum dan sudah melaporkan surat pajak
tahunan (SPT), namun mungkin belum melaporkan kepemilikan harta kekayaan/aset-
aset tertentu pada SPT tersebut, maka sekarang bisa datang ke kantor pajak untuk
mengisi surat pernyataan untuk melaporkan kepemilikan aset-aset tadi. Normalnya,
untuk aset yang baru dilaporkan ini maka WP akan ditanya, dari mana asal aset
tersebut, dimana jika asalnya dari penghasilan maka akan dikenakan pajak
penghasilan (PPh) sesuai tarif yang berlaku, plus dendanya (karena kepemilikan aset
tersebut baru dilaporkan sekarang dan bukan dilaporkan di SPT, sehingga pajaknya
dianggap sebagai tunggakan/utang pajak).

Namun melalui kebijakan tax amnesty ini, maka WP hanya perlu membayar uang
tebusan sebesar 2% dari nilai aset bersih yang dilaporkan tersebut, dimana aset bersih
adalah total aset dikurang utang, dengan catatan si WP sudah melaporkan kepemilikan
aset-asetnya paling lambat tanggal 30 September 2016 (sementara jika lewat
September maka tarif tebusannya jadi 3%, dan jika lewat tanggal 31 Desember 2016
maka tarifnya jadi 5%). Contoh, anda punya rumah senilai Rp500 juta, yang
sepenuhnya milik anda sendiri (bukan KPR), dan di SPT kemarin rumah ini tidak
dilaporkan. Maka setelah mengisi surat pernyataan kepemilikan aset di kantor pajak,
anda akan menyetor Rp500 juta x 2% = Rp10 juta.
Sementara bagi pemilik usaha dengan omzet kurang dari Rp4.8 milyar per tahun,
maka tarif tebusannya hanya 0.5% saja jika total aset yang dilaporkan memiliki nilai
kurang dari Rp10 milyar, tapi kalau diatas Rp10 milyar maka tetap 2%.

Kemudian disinilah menariknya: Tarif penebusan sebesar 2%, 3%, dan 5% tadi hanya
berlaku untuk aset-aset yang ditempatkan di dalam negeri. Sementara jika WP
melaporkan aset yang ditempatkan di Singapura, Hongkong, Swiss dst, maka tarifnya
adalah 4%, 6%, dan 10%, alias lebih mahal dua kali lipat.

Jadi jika WP yang memiliki aset diluar negeri hendak membayar uang tebusan yang
lebih murah, maka pertama-tama ia harus menarik asetnya terlebih dahulu kedalam
negeri. Jika WP melaporkan aset yang ditempatkan diluar negeri sebelum tanggal 30
September, namun ia berkomitmen untuk menarik aset tersebut kedalam negeri
sebelum tanggal 31 Desember, maka ia hanya kena tarif 2%. Sementara jika ia baru
bisa menarik asetnya pada tahun 2017, maka ia kena tarif 5%, namun itu lebih baik
ketimbang kena tarif 10% jika aset tersebut tetap ditempatkan diluar negeri. Untuk
aset yang ditarik kedalam negeri ini, maka harus tetap ditempatkan/diinvestasikan di
Indonesia hingga minimal 3 tahun kedepan (jadi gak boleh langsung ditarik keluar
negeri lagi).

Bagaimana caranya agar para WP bersedia secara suka rela melaporkan seluruh harta
kekayaan mereka, baik itu yang ditempatkan didalam maupun luar negeri?Masa
pengampunan pajak ini adalah sampai tanggal 31 Maret 2017. Jika lewat tanggal
tersebut masih ada WP yang belum melaporkan seluruh harta kekayaannya, dan pihak
dirjen pajak menemukan harta yang belum dilaporkan, maka harta tersebut akan
dianggap sebagai penghasilan, dan akan dikenakan pajak PPh plus denda. Namun
memang, kata kuncinya disini adalah jika dirjen pajak menemukan (jadi kalau gak
menemukan ya aman-aman saja).saat ini Pemerintah juga sedang mengusahakan
revisi Undang-Undang Kerahasiaan Perbankan, dimana jika revisi ini disahkan, maka
arus keluar masuk dana di rekening bank milik para WP akan bisa dilacak, sehingga
para WP tidak bisa lagi menyembunyikan harta kekayaan mereka, kecuali jika mereka
tidak menggunakan jasa perbankan sama sekali. Pada tahun 2018 nanti juga akan
mulai diberlakukan automatic exchange of information (AEOI), yang pada intinya
mendorong transparansi informasi wajib pajak untuk tujuan perpajakan.

Pengaruhnya Terhadap IHSG


Melalui tax amnesty, Pemerintah memperkirakan (atau lebih tepatnya mentargetkan)
bahwa akan ada kepemilikan aset senilai total Rp4,000 trilyun, baik itu yang
ditempatkan didalam maupun luar negeri, yang dilaporkan oleh para WP. Sementara
uang tebusan yang akan diterima negara adalah sekitar Rp165 trilyun, atau setara
kurang lebih 5% pendapatan pemerintah dalam satu tahun, dan itu tentunya lumayan
lah buat nambahin ongkos bikin pelabuhan, jalan tol, rel kereta api dll.
sekarang kita asumsikan saja bahwa target tersebut tercapai, dimana dari aset senilai
Rp4,000 trilyun yang dilaporkan tadi, setengahnya atau Rp2,000 trilyun ditempatkan
diluar negeri. Dari Rp2,000 trilyun ini, setengahnya lagi atau Rp1,000 trilyun ditarik
kedalam negeri (istilahnya repatriasi atau pemulangan). Lalu mau ditaruh dimana
duit sebanyak itu? Well, pemerintah sudah menyiapkan beberapa instrumen, seperti
surat utang negara (SUN), obligasi BUMN, obligasi lembaga keuangan milik
pemerintah, investasi infrastruktur dengan bekerja sama dengan pemerintah, investasi
sektor riil, dan lain-lain. Meski memang tidak disebutkan investasi saham sebagai
salah satu instrumen tersebut (yang mungkin karena investasi saham dianggap sangat
berisiko, terutama jika dibanding investasi obligasi atau sektor riil), namun pasar
saham sedikit banyak pasti bakal kecipratan juga. Let say, dari Rp1,000 trilyun ini
hanya 5% saja yang masuk ke market. Itu artinya ada dana asingyang masuk sebesar
Rp50 trilyun! (dana asing disini pake tanda kutip, karena sejatinya itu duit milik
orang Indonesia juga).
Dan.. Tahukah anda, seberapa besar pengaruh Rp50 trilyun itu terhadap pergerakan
IHSG? Biar penulis kasih gambaran: Awal Juni kemarin, ketika IHSG masih di level
4,800-an, posisi net buy asing ketika itu kurang lebih Rp4 trilyun, dihitung sejak awal
tahun 2016. Ketika artikel ini ditulis, IHSG sudah berada di level 5,173, sementara
posisi net buy asing tercatat Rp20.5 trilyun. Ini berarti, masuknya dana asing ke BEI
sebesar Rp16 trilyun telah mendorong kenaikan IHSG sebesar kurang lebih 350 poin
(dari 4,800 ke 5,173).

jika ada dana sebesar Rp50 trilyun yang masuk ke bursa, maka dengan catatan
investor lokalnya tidak jualan (itu pernah terjadi di tahun 2008, dimana meski asing
membukukan net buy cukup besar yakni Rp18 trilyun, tapi IHSG-nya tetap jeblok
karena investor lokalnya kena margin call semua), maka berapa poin kira-kira
kenaikan IHSG? Meski memang, kenaikan IHSG sebesar 350 poin diatas
kemungkinan tidak hanya karena didorong oleh belanja investor asing, tapi juga
belanja investor lokal, soalnya pasar belakangan ramai lagi, itu bisa dilihat dari total
nilai transaksi saham-saham di BEI yang totalnya bisa mencapai Rp9 trilyun per hari,
dibanding hanya Rp4 trilyun waktu bulan puasa kemarin. Tapi bahkan kalaupun
investor domestik membukukan net buy yang sama dengan investor asing, yakni
Rp16 trilyun (sehingga totalnya jadi Rp32 trilyun), maka itu tetap saja masih lebih
kecil dibanding Rp50 trilyun tadi bukan?

Jadi balik lagi ke pertanyaan diatas: Seperti apa dan seberapa besar pengaruh tax
amnesty ini terhadap perekonomian dan IHSG? Jawabannya, dari sisi penerimaan
uang tebusan, maka pemerintah akan dapet tambahan dana untuk melanjutkan
pembangunan infra, yang kemarin sempat mandek karena defisit anggaran. Dan kalau
pembangunan infra kembali jalan, maka multiplier effect-nya akan kembali terasa ke
perekonomian.
Sementara dari sisi penarikan dana dari luar ke dalam negeri, maka itu akan
meningkatkan likuiditas perbankan, turut membantu pembangunan infrastruktur
(karena sebagian dana tersebut diinvestasikan di infra), membantu pembiayaan
perusahaan-perusahaan, menggerakkan sektor riil, dan menaikkan nilai investasi di
dalam negeri secara keseluruhan. Kombinasi dari lancarnya pembangunan infras plus
meningkatnya investasi di dalam negeri pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan
ekonomi makro. Dan kalau nanti angka pertumbuhan ekonomi sukses tembus diatas
5% lagi, maka tentu saja kenaikan IHSG juga gak akan berhenti sampai disini,
melainkan lanjut lagi.

Lalu apakah itu artinya IHSG bisa naik lebih tinggi lagi?dalam jangka panjang,
tentunya dengan asumsi bahwa pelaksanaan tax amnesty ini berjalan lancar dan
pertumbuhan ekonomi benar-benar melaju kencang kembali, maka tentu saja IHSG
masih akan lanjut naik. Di artikel ini penulis mengatakan bahwa, paling lambat
pertengahan tahun 2017 nanti, IHSG akan break new high kembali, dan sepertinya
sejauh ini proyeksi tersebut masih on track.

Namun demikian, dalam jangka waktu yang lebih pendek maka IHSG tetap bisa
bergerak kemana saja, termasuk turun lagi. Harus ingat: Tax amnesty ini baru dimulai,
sehingga belum ada dampak riil apapun ke perekonomian, dan kita masih belum
mengetahui tentang seberapa besar dana repatriasi yang berhasil ditarik pulang ke
tanah air (dana Rp50 trilyun yang masuk ke bursa tadi, itu hanya perkiraan kasar).
Jadi kenaikan IHSG yang luar biasa dalam beberapa minggu terakhir ini bukan
disebabkan oleh dampak riil dari tax amnesty ini, melainkan hanya karena sentimen
sesaat saja, dimana sentimen tersebut bisa dilupakan seiring berjalannya waktu dan
digantikan oleh sentimen lain, entah itu negatif atau positif. Masih ingat tahun 2014
lalu ketika saham-saham perkapalan pada terbang karena cerita Tol Laut?meski
pembangunan tol laut/jaringan pelabuhan tersebut memang benar-benar
direalisasikan, namun perusahaan-perusahaan perkapalan tetap mencatatkan kinerja
buruk seperti biasanya, dan alhasil sahamnya jeblok lagi. Untuk cerita tax amnesty ini
juga sama: Dalam jangka pendek memang sukses bikin saham-saham, terutama
banking, berterbangan. Namun dalam jangka panjang orang-orang tetap akan balik
lagi ke faktor fundamental, dimana kalau kinerja perusahaan dan kondisi
makroekonomi ternyata masih suram setelah beberapa waktu, maka IHSG tetap bakal
longsor lagi, tak peduli meski kebijakan tax amnesty ini tetap dilaksanakan.

Anyway, poin utama dari tax amnesty ini, seperti yang juga sudah penulis sampaikan
beberapa waktu lalu, adalah bahwa Pemerintah melakukan kerja nyata untuk
perekonomian, termasuk Bank Indonesia (BI) juga mulai melonggarkan aturan
penyaluran kredit untuk memfasilitasi masuknya dana repatriasi, dimana jika trend
kerja keras ini terus berlanjut maka dampak jangka panjangnya terhadap pasar
saham akan luar biasa.

Di depan 10.000 peserta sosialisasi tax amnesty yang hadir, Sri Mulyani
mengingatkan masyarakat yang selama ini menyimpan uangnya di luar negeri dan
menghindari pajak.

"Saya ingin sampaikan, kalau selama ini Bapak Ibu merasa nyaman menyembunyikan
duit di bawah bantal atau pun di luar negeri untuk menghindari pajak. Bapak-Ibu
perlu diketahui dunia hari ini, semua menteri keuangan di seluruh dunia sedang
mencari pajak. Dicari di Amerika dia lari ke Inggris, dicari ke Inggris dia lari ke Italia,
dicari ke Italia dia lari terus," papar Sri Mulyani dalam acara sosialisasi yang
dilakukan di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Senin (1/8/2016).

Mantan Direktur Bank Dunia ini menyatakan, pengusaha saat ini sudah sangat ahli
menghindari pajak. Namun para menteri keuangan sekarang juga sudah ahli.

"Para menteri keuangan seluruh dunia sudah berkomitmen untuk melakukan


pertukaran data pajak secara otomatis. Bapak atau Ibu yang menghindari pajak ke
mana pun di seluruh dunia akan saling lapor, sehingga tidak ada tempat untuk
bersembunyi," kata Sri Mulyani.
"Sekarang dunia berkomitmen, Bapak Ibu yang tenang duitnya ada entah di mana,
hati-hati kami sudah menerapkanautomatic exchange," imbuhnya.
Memang mulai 2018 nanti akan ada pertukaran data otomatis di dunia demi
kepentingan pajak. Jadi tidak ada lagi yang bisa diam-diam menyimpan dananya di
luar negeri tanpa terlacak.

Karena itu, ujar Sri Mulyani, dia menyarankan agar masyarakat yang belum
menyampaikan seluruh hartanya dengan benar di surat pemberitahuan (SPT) untuk
ikut tax amnesty. Alasannya, tarif tebusannya murah.

"Manfaatkan sekarang, karena rate-nya (tebusan) sangat kecil. Sampai akhir


September adalah rate paling rendah hanya 2 persen," ungkapnya.

Tgl 1 july - 30 sept adalah tahap 1 dgn tebusan hanya 2 persen dari jumlah kekayaan

Tgl 1 oct - 31 dec adalah tahap 2 dgn tebusan hanya 3 persen dari jumlah kekayaan

Tgl 1 jan - 30 maret adalah tahap 3 dgn tebusan hanya 5 persen dari jumlah kekayaan

Jika kita ga melakukan tax amensty kali ini maka semua data perbankan kita akan
langsung bisa dilacak mulai tahun 2018 bahkan diluar negeri sekalipun. Dan akan
dikenakan pajak yg sangat tinggi kepada penggelapan wajib pajak
Untuk tax amnesty :
1. Asuransi = hanya dilaporkan yang ada unitlink saja, akumulasi premi s/d
desember 2015

2. Mobil = harga mobil bekas per 31/12/15

3. Rumah = harga Dalam NJOP 2015 + BPHTB 5% x njop dan harus dbaliknama
max 31 desember 2017 jika tidak maka akan dikenakan PPh biasa

4. Hutang = max 50% harta bersih u org pribadi, max 75% u/ badan hukum

5. Saham = nilai per 31/12/15


6. Emas = jika lantakan maka mengikuti harga antam per 31/12/15, jika berbentuk
perhiasan, mengikuti harga kewajaran.. Misalnya perhiasan emas kadar 80% per
gram 400rb x 10kg
* jika ikut tax amnesty, seluruh penghasilan , PPn, mutasi rekening di bawah 31
desember 2015 akan diputihkan/ tidak diperiksa pajak
* harta yg tidak diikutkan tax amnesty, dikemudian hari akan dikenakan PPh +
denda 200% jadi max sekitar 60% dari nilai harta
* wajib pajak yg menjual rumah/ tanah lebih dari 1x / tahun dan nilai di atas 4,8M
akan dikenakan PPN
* untuk tax amnesty akan dilihat 3 tahun mendatang (2017-2019) apakah harta yg
dilaporkan dalam TA , sesuai tidak? Jika tidak sesuai (markup) maka TA akan
dibatalkan dan pajak yg disetor tidak dapat ditarik kembali / dikompesasikan di
pajak tahun2 berikut

SIAPA YANG HARUS IKUT AMNESTI?

Seluruh warga negara Indonesia (baik yg telah memiliki NPWP maupun yg belum)
yang memiliki harta berupa apapun (tanah, rumah, investasi, deposito, bisnis, uang
kas, emas, perhiasan, barang seni dll yg memiliki nilai uang) yg belum pernah
dilaporkan ke pajak (SPT/ Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan). Harta tersebut baik
yg berada di Indonesia atau di luar negeri.
SIAPA YANG TIDAK IKUT TAX AMNESTI ?
Org yg tdk memiliki harta sama sekali/ org yg tlh melaporkan seluruh harta yg tlh dia
miliki.
KENAPA HARUS IKUT TAX AMNESTI ?

Jika ikut program amnesti mkseluruh kewajiban perpajakan (termasuk sangsi pidana
jika ada) sampai dengan 31 Desember 2015 dianggap telah selesai, tidak akan di otak-
atik/ di audit lagi (direset menjadi 0).

BAGAIMANA JIKA TIDAK IKUT PROGRAM TAX AMNESTI ?

Ditjen Pajak akan intensif melakukan pemeriksaan (termasuk denga kecanggihan


tehnologi & satelit) dibantu oleh lembaga yang lain (termasuk polisi & intelijen)
untuk mengecek seluruh harta dimanapun di RI yg dimiliki oleh seluruh warga negara
yang belum pernah dilaporkan termasuk seluruh kewajiban perpajakan dari thn 1985
s/d 31 Desember 2015, jk ditemukan mk akan dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) +
denda 200% + jika ada sangsi pidana.

APA CONTOH PERHITUNGAN/ RISIKO JK TIDAK IKUT TAX AMNESTI?

Si A memiliki aset rumah yg dibeli sebelum 31 Des 2015 (mungkin thn 2010/ 1995
dll) yang blm pernah dilaporkan di dlm SPT (terlepas dia punya NPWP/tidak)senilai
Rp 1m.

Jika dia ikut program tax amnesti maka dia mendaftar ke pajak & jk masih periode 1
(sampai 30 Sept 2016) membayar tebusan 2% dari harta bersih (Rp 1 milyar anggap
telah tidak ada hutang lagi, jika ada boleh dikurangi dulu dg hutang) mk yg hfs disetor
adalah 2% x Rp 1 milyar = Rp 20 juta (bahkan bg UMKM murni malah hanya
kewajiban bayarnya hanya 0,5%/ sebesar Rp 5 jt).

jika dia tidak ikut program amnesti maka begitu ketahuan (kapanpun) sejak
berakhirnya masa tax amnesti (31 Maret 2017) ditemukan dia punya rumah tsb
(kapanpun ditemukan & kayaknya pasti akan ditemukan) maka akan dikenakan
kewajiban membayar PPh 25% x Rp 1 milyar = Rp 250jt ditambah denda 200% Rp
500jt menjadi total Rp 750 jt.!

Sekarang pilihannya tinggal ikut Tax amnesti saat ini & bayar Rp 20jt & seluruh
kewajiban perpajakan apapun (termasuk pidana pajak) sampai 31 Des 2015 telah
dianggap 0,.../ nanti saat ditemukan harus bayar Rp 750jt & kewajiban pajak apapun
sejak 1985 s/d 2015 akan dapat diperiksa (pembukuan dianggap kadaluarsa jika diatas
5 tahun telah tidak berlaku lagi dengan adanya tax Amnesti yg dapat mengambil data
sejak tahun 1985
Tujuan Tax Amnesty
1. Meningkatkan penerimaan pajak dalam jangka pendek.
2. Menambah jumlah wajib pajak.
3. Mengintegrasikan sektor informal ke dalam sistem perekonomian.
4. Memanfaatkan dana yang tidak terpakai.
Langkah awal kebijakan rezim baru untuk menerapkan sanksi yang lebih besar.

Anda mungkin juga menyukai