ABSTRACT
Evaluasi kinerja penting bagi perusahaan, seperti halnya Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), evaluasi kinerja
merupakan tugas Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM). Evaluasikinerja
dikategorikan menjadiempat aspek yaitu keuangan, pelayanan, operasional, dan sumber daya manusia. Penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi dan menganalisa sistem operasional PDAM, melalui pengukuran produktivitas yang lebih
komprehensif dan memberikan rekomendasi perbaikan kinerja. Objek penelitian adalah enam PDAM di Indonesia: Kabupaten
Badung, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Tegal, Kabupaten Sintang, Kota Balikpapan, dan Kabupaten Lombok Utara.
Pengukuran produktivitas menggunakan konsep model matematis Overal Equipment Effectiveness (OEE) yang terdiri
dari indikator operation availability, performance efficiency, dan production rate. Hasil pengukuran produktivitas adalah
PDAM Kota Balikpapan memiliki nilai produktivitas tertinggi,66.98% availability 95.83%, performance efficiency 96.40%,
dan quality rate 72.50%. Sedangkan nilai produktivitas terendah adalah PDAM Kabupaten Sintang 10.18% availability
37.50%, performance efficiency 41.30%, dan quality rate 65.70%. Rekomendasi pengukuran produktivitas PDAM dapat
menjadi pertimbangan untuk digunakan oleh BPPSPAM.
Keywords : kinerja PDAM, produktivitas, operarion availability, performance efficiency, production rate
ABSTRAK
Performance evaluation is important for bussiness enterprise, as well as Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM),performance
evaluation is Badan Pendukung Pengembangan Sistem Air Minum (BPPSPAM) task. Performance indicators categorized
into financial, service, operational, and human resources aspect. This research purposes to evaluate and analyze PDAM
operation system through productivity measurement and then give recommendation, that productivity measurement can
be done through indicators that have been determined to get more comprehensive result. The objects of this research are
six PDAM in Indonesia, they are PDAM: Kabupaten Badung, Kabupaten Gunung Kidul,Kabupaten Tegal, Kabupaten Sintang,
Kota Balikpapan, and Kabupaten Lombok Utara. Productivity measurement can be performed using basic concept model
of Overall Equipment Effectiveness, that consist of operation availability indicator, performance efficiency, and production
rate. The results are PDAM Kota Balikpapan has the highest productivity value 66.98 % with availability value 95,83 %,
performance efficincy value 96.40% and quality rate value 72,50%. Meanwhile the lowest productivity value is PDAM
Kabupaten Sintang, that is 10,18%. PDAM productivity recommendation can be considered for BPPSPAM to use.
Kata Kunci : PDAM performance evaluation, productivity, operation availability, performance efficiency, production rate
207
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.7 No.3, November 2015, hal 207 - 217
sasaran kinerja, menjadi alat ukur kepuasan Berdasarkan keempat aspek penilaian kinerja
pelanggan, menjadi alat bantu pemahaman proses PDAM yang telah disusun oleh BPPSPAM, dapat
kegiatan, memastikan obyektivitas pengambilan dilakukan penilaian secara lebih detail dan
keputusan, menunjukkan upaya peningkatan komprehensif melalui indikator produktivitas.
yang perlu dilaksanakan, dan mengungkapkan Penilaian produktivitas perusahaan juga menjadi
permasalahan. salah satu dasar penilaian yang sangat penting bagi
perusahaan. Dengan produktivitas yang semakin
Evaluasi kinerja perusahaan dilakukan oleh meningkat, diharapkan dapat meningkatkan
setiap perusahaan. Kaitannya dengan Perusahaan perkembangan dan kemajuan perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM), evaluasi kinerja (Supriyanto dan Wisnubroto 2014). Menurut
tahunan merupakan tugas dari Badan Pendukung Utami (2002) produktivitas menjadi faktor yang
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum penting karena menggambarkan kinerja ekonomis
(BPPSPAM). Sesuai dengan Peraturan Pemerintah perusahaan yang meliputi dua hal yaitu kinerja
Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan operasional dan kinerja keuangan.Dijelaskan bahwa
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), disebutkan kinerja operasional dinilai dari aliran input-proses-
bahwa salah satu fungsi BPPSPAM adalah aliran output, sedangkan kinerja keuangan dinilai
melaksanakan evaluasi terhadap standar kualitas berdasarkan aliran keluar dan masuknya dana.
dan kinerja pelayanan penyelenggaraan SPAM.
Evaluasi kinerja PDAM dilakukan oleh BPPSPAM Secara konseptual, pengukuran produktivitas
dengan mendasarkan pada hasil audit kinerja merupakan bagian dari aspek operasional yang
PDAM oleh Badan Pengawasan Keuangan dan memiliki pengaruh paling besar dalam penilaian
Pembangunan (BPKP) atau Kantor Akuntan Publik evaluasi dan kinerja PDAM. Penilaian operasional
(KAP) yang ditunjuk, sehingga hasil evaluasi kinerja yang dilakukan oleh BPPSPAM selama ini
dapat dipertanggungjawabkan. menunjukkan bahwa indikator operasional yang
meliputi efisiensi produksi, tingkat kehilangan
BPPSPAM sebagai badan yang ditunjuk oleh air, jam operasi pelayanan, tekanan air pada
pemerintah untuk melakukan evaluasi kinerja sambungan pelanggan, dan penggantian meter
PDAM, bersama dengan BPKP, PERPAMSI dan pelanggan ditunjukkan dalam suatu nilai yang
beberapa PDAM telah menyusun indikator memiliki interpretasi independen. Sedangkan di
penilaian/evaluasi kinerja PDAM. Indikator- lain sisi, penilaian produktivitas dapat memberikan
indikator ini merupakan hasil pengembangan gambaran operasional dari indikator-indikator
pada tahun 2010 meliputi empat aspek penilaian yang telah dinilai oleh BPPSPAM terhadap
yaitu aspek keuangan, pelayanan, operasional, dan kemampuan ekonomis, dalam hal ini sistem operasi,
sumber daya manusia. Hasil dari penilaian keempat di PDAM. Untuk itu, pengukuran produktivitas
aspek tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga PDAM ini dilakukan untuk menganalisa sistem
kategori yaitu PDAM Sehat, PDAM Kurang Sehat, manajemen PDAM dari indikator-indikator yang
dan PDAM Sakit. Pembobotan keempat aspek yang telah ditetapkan oleh BPPSPAM. Pengukuran
telah disusun oleh BPPSPAM bersama dengan produktivitas ini menjadi unsur kebaruan yang
BPKP, PERPAMSI dan beberapa PDAM tersebut ditawarkan dalam tulisan ini.
relatif berimbang dan proporsional. Berdasarkan
karakteristiknya, bobot masing-masing aspek yaitu KAJIAN PUSTAKA
aspek keuangan sebesar 25%, aspek pelayanan
sebesar 25%, aspek operasional sebesar 35%, dan Pengukuran tentang produktivitas di suatu
aspek sumber daya manusia sebesar 15%. Dari perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai
keempat aspek yang digunakan sebagai indikator pendekatan. Indriati dkk (2014) mengukur
pencapaian hasil kinerja, aspek operasional produktivitas dengan menggunakan metode
merupakan aspek dengan bobot yang paling besar green productivity. Pendekatan green productivity
dalam penilaian hasil/evaluasi kinerja PDAM digunakan sekaligus untuk mengukur kinerja
yaitu sebesar 35%. Dasar pertimbangan tersebut lingkungan dengan environmental performance
dijelaskan melalui buku Kinerja PDAM 2014 oleh indicator. Pengukuran produktivitas dengan
BPPSPAM bahwa aspek operasional memiliki metode green productivity bertujuan untuk
peranan yang sangat penting dalam perolehan mengurangi dampak limbah ke lingkungan
pendapatan. Sesuai dengan Buku Kinerja PDAM, akbat hasil produksi. Widyastuti dkk (2014) juga
beberapa indikator yang digunakan untuk menilai menggunakan metode green productivity dalam
aspek operasional yaitu efisiensi produksi, tingkat rangka reduksi limbah dan pengelolaan lingkungan
kehilangan air, jam operasi pelayanan, tekanan sehingga dapat meningkatkan produktivitas
air pada sambungan pelanggan, dan penggantian perusahaan. Widyastuti dkk (2014) menyimpulkan
meter air pelanggan. bahwa dengan menggunakan metode green
208
Pengukuran Produktivitas Sistem Operasional Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
V. Reza Bayu Kurniawan, Yudha Pracastino Heston, Chitra Widyasani P
productivity dapat memberikan kontribusi suatu perusahaan. Pada penelitian ini, penilaian
terhadap peningkatan produktivitas perusahaan produktivitas PDAM dihitung dari indikator-
sebesar 1.25% serta kontribusi terhadap perbaikan indikator yang telah dihimpun di dalam laporan
kualitas lingkungan. Dewi dkk (2013) melakukan kinerja PDAM oleh BPPSPAM sehingga nantinya
pengukuran dan perbaikan produktivitas dengan penilaian akan evaluasi kinerja operasional PDAM
menggunakan metode objective matrix (OMAX) dan dapat dilakukan dan diinterpretasikan dengan lebih
perbaikan dengan prinsip 5S. Hasil yang didapatkan baik.
di suatu objek yang diteliti menunjukkan
peningkatan produktivitas sebesar 117%. Metode Penetapan indikator penilaian/evaluasi
OMAX juga digunakan oleh Tanaamah dkk (2013) kinerja PDAM menggunakan pendekatan Balanced
dalam penelitiannya untuk mengidentifikasi Scorecard. Chaeronsuk dan Chansa-ngavej (2008)
kriteria dan mengukur produktivitas dengan objek menjelaskan bahwa pendekatan Balanced Scorecard
hotel. Wibowo dan Alfen (2014), menyebutkan menghubungkan antara kinerja keuangan (financial
ukuran yang sistematis dan komprehensif perlu performance) dan kinerja non-keuangan (non-
dikembangkan untuk efisiensi sektor air. Kebutuhan financial performance). Dengan menggunakan
untuk pendampingan teknis dan finansial pendekatan ini, dapat diberikan gambaraterkait
diperlukan untuk PDAM yang berada di bawah rata kinerja keuangan, pelanggan, proses bisnis internal
rata penilaian, untuk peningkatan pelayanan dan dan proses pembelajaran serta pertumbuhan.
keuntungan. Pendekatan balanced scorecard (Nawirah 2014)
dapat dipakaiuntuk organisasi publik dengan
Dari berbagai pendekatan yang digunakan untuk beberapa penyesuaian. Dari keempat aspek tersebut
mengukur produktivitas dapat disimpulkan bahwa dihasilkan nilai evaluasi dan disimpulkan ke dalam
produktivitas memiliki peranan yang sangat penting tiga klasifikasi yaitu PDAM Sehat, PDAM Kurang
bagi perusahaan. Phusavat (2013) menjelaskan Sehat, dan PDAM Sakit. Perhitungan masing-masing
bahwa terminologi produktivitas digunakan aspek ditampilkan pada Tabel 1.
untuk menunjukkan tingkat seberapa kompetitif
Tabel 1. Indikator Kinerja, Model Matematis dan Keterangan Indikator Kinerja PDAM Untuk Aspek Keuangan,
Pelayanan, Operasional, dan Sumber Daya Manusia
209
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.7 No.3, November 2015, hal 207 - 217
210
Pengukuran Produktivitas Sistem Operasional Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
V. Reza Bayu Kurniawan, Yudha Pracastino Heston, Chitra Widyasani P
Tabel 2. D
eskripsi Indikator OEE: Availability, Performance Efficiency dan Quality Rate, dan Model Matematis
Model Matematis Keterangan
No Indikator Model Matematis Keterangan
Availability merupakan suatu rasio yang menggambarkan
1 Availability Loading Time Downtime pemanfaatan waktu yang tersedia untuk kegiatan operasi
100%
Loading Time mesin atau peralatan.
Performance eciency merupakan suatu rasio yang
Processed Amount Theoretical Cycle Time
2 Performance Eciency 100% menggambarkan kemampuan dari peralatan dalam
Operation Time
menghasilkan barang
Processed Amount Defect Amount Quality Rate merupakan suatu rasio yang menggambarkan
3 Quality Rate 100% kemampuan peralatan dalam menghasilkan produk yang
Processed Amount
sesuai standar.
Sumber : Ansori dan Mutajib, 2013
Menurut Nakajima (1988) dalam Ansori dan disesuaikan dengan indikator-indikator BPPSPAM
Mutajib (2013), kondisi ideal untuk OEE setelah untuk menilai produktivitas PDAM.
dilaksanakannya TPM pada suatu perusahaan
yaitu nilai availability>90%, nilai performance Metode Penelitian
efficiency>95% dan nilai quality rate>99% sehingga Metode pengukuran produktivitas sistem
kondisi ideal pencapaian nilai OEE adalah >85%. operasional PDAM mengacu pada konsep
Perhitungan matematis OEE selanjutnya akan dasar Overal Equipment Effectiveness (OEE).
211
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.7 No.3, November 2015, hal 207 - 217
Konsep dasar model matematis OEE selanjutnya sambungan rumah, dan memiliki tingkat NRW
ditransformasikan sesuai dengan indikator- 25,7%.
indikator operasional yang telah dinilai oleh
BPPSPAM. Dalam pengukuran produktivitas sistem 3. P
DAM Kabupaten Tegal, merupakan PDAM yang
operasional PDAM, OEE memiliki terminologi tergolong sehat, skala bisnis PDAM kabupaten
yang baik dalam mengukur kinerja operasional dengan jumlah pelanggan 19.684 sambungan
suatu perusahaan, termasuk dalam hal ini PDAM. rumah, dan memiliki tingkat NRW 27,1%.
Hansen (2002) menegaskan bahwa OEE dapat 4. P
DAM Kabupaten Sintang, merupakan PDAM
membantu pengukuran seberapa baik kinerja dengan kondisi sakit, skala bisnis PDAM
suatu sistem manufaktur, dalam hal ini sistem kabupaten dengan jumlah pelanggan 4.143
operasional instalasi pengolahan air minum PDAM. sambungan rumah, dan memiliki tingkat NRW
OEE merupakan metode yang digunakan untuk 34,3%.
mengukur kinerja dari suatu sistem produksi.
Dalam sistem kehandalan, OEE digunakan sebagai 5. P
DAM Kota Balikpapan, merupakan PDAM
alat ukur (metrik) dalam penerapan program TPM dengan kondisi sehat, skala bisnis PDAM kota
(Total Productive Maintenance) guna menjaga dengan jumlah pelanggan 87.750 sambungan
peralatan pada kondisi ideal. OEE merupakan rumah, dan memiliki tingkat NRW 27,5 %.
besaran efektivitas peralatan atau mesin. OEE
dihitung berdasarkan kemampuan dari alat-alat 6. P
DAM Kabupaten Lombok Utara, merupakan
perlengkapan, efisiensi kinerja dari proses, dan PDAM yang tergolong kurang sehat, skala bisnis
tingkat mutu produk. PDAM kabupaten dengan jumlah pelanggan
6.617 sambungan rumah, dan memiliki tingkat
Pada penelitian ini, metode OEE digunakan NRW 32,40%.
sebagai dasar konsep untuk menghitung
produktivitas sistem operasional PDAM. Indikator- Keenam PDAM yang memiliki karakteristik
indikator yang digunakan untuk menghitung berbeda tersebut nantinya dapat merefleksikan
produktivitas sistem manajemen PDAM pola indikator produktivitas secara umum untuk
sesuai dengan indikator-indikator yang telah karakteristik tertentu.
dievaluasi oleh BPPSPAM. Nilai produktivitas
Data yang dihimpun untuk mengukur
sistem operasional PDAM nantinya dapat
produktivitas masing-masing PDAM adalah data
menginterpretasikan kinerja dari aspek finansial
sekunder dari Buku Kinerja PDAM Wilayah I, II, III,
dan non-finansial, serta dapat digunakan oleh
dan IV oleh BPPSPAM tahun 2014. Dari indikator-
pengambil keputusan dalam perbaikan sistem
indikator penilaian/evaluasi kinerja PDAM
operasional di PDAM hanya melalui satu paramater
selanjutnya dihitung produktivitas di masing-
(produktivitas).
masing sampel PDAM dengan menggunakan konsep
Objek pada penelitian ini adalah PDAM yang dasar model matematis OEE. Model matematis
berada di wilayah kerja Balai Litbang Penerapan yang telah didefinisikan dalam pengukuran OEE
Teknologi II, yaitu Jawa Tengah, Daerah Istimewa ditransformasikan ke dalam pengukuran dari
Yogyakarta, Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara. indikator BPPSPAM. Model matematis untuk
Karakteristik PDAM yang dipilih sebagai objek menghitung nilai PDAM Availability, PDAM
penelitian meliputi hasil penilaian kinerja (PDAM Efficiency, dan PDAM Quality Rate ditampilkan pada
sehat, PDAM kurang sehat, PDAM sakit), skala bisnis Tabel 3. Pengukuran produktivitas PDAM dihitung
PDAM (PDAM Kota dan PDAM Kabupaten), serta dengan menggunakan rumus:
tingkat Non-Revenue Water PDAM. Berdasarkan
Produktivitas (%) =
karakteristik tersebut maka ditetapkanlah lokasi
penelitan berjumlah 6 PDAM, yaitu: Operation Availability (%) Efficiency(%)
WTP Production Rate (%).................(1)
1. P
DAM Kabupaten Badung, merupakan PDAM
dengan kondisi sehat, skala bisnis PDAM Pada pengukuran produktivitas PDAM, nilai
kabupaten dengan jumlah pelanggan 63.455 kondisi ideal perlu dipertimbangkan lagi karena
sambungan rumah, dan memiliki tingkat NRW rata-rata PDAM di seluruh Indonesia memiliki
30,30%. tingkat NRW sebesar 20%-40% dan waktu operasi
2. P
DAM Kabupaten Gunung Kidul merupakan aktual yang bervariasi sehingga akan mempengaruhi
PDAM dengan kondisi sehat, skala bisnis PDAM nilai produktivitas PDAM.
kabupaten dengan jumlah pelanggan 34.890
212
Pengukuran Produktivitas Sistem Operasional Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
V. Reza Bayu Kurniawan, Yudha Pracastino Heston, Chitra Widyasani P
Tabel 3. Model
Matematis Operation Availability, Efficiency, dan WTP Production Rate Untuk Menghitung
Produktivitas PDAM
No Indikator Rumus OEE Indikator Rumus Produktivitas PDAM
Tabel 5. Data Actual Operating Time, Actual Volume dan NRW Amount pada Enam Sampel
PDAM (BPPSPAM, 2014)
Jam Operasional
Volume Riil/ Actual NRW Amount
No Wil PDAM /Actual Operating
Volume (lt/tahun) (lt/tahun)
Time (detik/tahun)
213
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.7 No.3, November 2015, hal 207 - 217
Tabel 5. Hasil Pengukuran PDAM Operating Availability, PDAM Efficiency, PDAM Production
Rate, dan Nilai Produktivitas PDAM
Operation Production Produktivitas
No Wil PDAM Eciency (%)
Availability (%) Rate (%) (%)
1 IV Kab. Badung 91.67 69.80 69.70 44.60
2 II Kab. Gunung Kidul 75.00 38.80 74.30 21.62
3 II Kab. Tegal 100.00 77.40 72.90 56.42
4 III Kab. Sintang 37.50 41.30 65.70 10.18
5 III Kota Balikpapan 95.83 96.40 72.50 66.98
6 IV Kab. Lombok Utara 95.83 40.60 67.60 26.30
Sumber : Hasil Penelitian (2015)
Berdasarkan data yang ditampilkan pada Tabel Kota Balikpapan memiliki nilai efficiency tertinggi
6, nilai produktivitas terbesar adalah PDAM Kota sebesar 96.40% dan PDAM Kabupaten Gunung
Balikpapan dan nilai produktivitas terendah adalah Kidul memiliki nilai efficiency terendah sebesar
PDAM Kabupaten Sintang. PDAM Kota Balikpapan 38.80%. efficiency merupakan rasio antara volume
memiliki nilai produktivitas sebesar 66.98% dengan aktual yang didistribusikan dengan total kapasitas
nilai operation availability sebesar 95.83%, nilai volume. Dari data efficiency, PDAM Kota Balikpapan
efficiency sebesar 96.40%, dan nilai production sangat efisien dalam mengoperasikan unit instalasi
rate sebesar 72.50%. Sedangkan nilai produktivitas pengolahan airnya, ditunjukkan dengan besarnya
terendah dari keenam sampel PDAM yang dipilih nilai efisiensi yang mencapai 96.40%. Besarnya
adalah PDAM Kabupaten Sintang yang memiliki nilai nilai efficiency dapat memberikan dua kesimpulan
produktivitas sebesar 10.18%. PDAM Kabupaten yaitu bahwa PDAM Kota Balikpapan mampu
Sintang memilki nilai operation availability sebesar menunjukkan tingkat efisiensi operasi yang baik
37.50%, efficieny sebesar 41.30%, dan production melalui volume riil yang didistribusikan, dan yang
rate sebesar 65.70%. Selain PDAM Kota Balikpapan kedua menunjukkan bahwa PDAM Kota Balikpapan
yang memilik nilai produktivitas tertinggi, PDAM hampir 100% telah menggunakan kapasitas
Kota Tegal juga memiliki nilai ketiga indikator produksi unit instalasi pengolahan airnya dengan
produktivitas yang konsisten ditunjukkan dengan maksimal. Hal ini menjadi tantangan bagi PDAM Kota
nilai operation availability yang mencapai 100%, Balikpapan. Dengan nilai efisiensi sebesar 96.40%,
efficieny sebesar 77.40%, dan production rate PDAM Kota Balikpapan harus mulai merencanakan
sebesar 72.90%. untuk menambah kapasitas produksi unitinstalasi
pengolahan airnya dengan mengimplementasikan
Operation Availability menunjukkan berbagai rekomendasi kebijakan jangka panjang
kemampuan operasi PDAM dalam melayani dan jangka pendek. Penambahan kapasitas jangka
kebutuhan penyediaan air kepada pelanggannya panjang dapat dilakukan dengan membangun unit
dalam satu tahun. Berdasarkan data nilai operation instalasi pengolahan air yang baru. Pembangunan
availability yang ditunjukkan pada Tabel 5, PDAM baru unit instalasi pengolahan airmemerlukan
Kabupaten Tegal memiliki nilai operation availability biaya yang besar (capital expenditure) namun
tertinggi mencapai 100% yang berarti bahwa juga memberikan dampak berupa penambahan
PDAM Kabupaten Tegal memiliki waktu operasi kapasitas yang sangat besar. Pembangunan unit
selama 24 jam dalam satu hari.Hal ini menunjukkan instalasi pengolahan air yang baru minimal dapat
bahwa tingkat pelayanan yang dilakukan oleh memberikan penambahan kapasitas sebesar dua
PDAM Kabupaten Tegal kepada pelanggannya kali dari kapasitas produksi saat ini. Rekomendasi
sangat baik. Dari keenam sampel PDAM yang jangka panjang dilakukan untuk mengantisipasi
dipilih, nilai operation availability terendah adalah prediksi pertumbuhan jumlah pelanggan
PDAM Kabupaten Sintang sebesar 37.50%. Nilai eksponensial.
availability yang begitu rendah di PDAM Kabupaten
Sintang menunjukkan bahwa PDAM Kabupaten Alternatif kebijakan kedua yang dapat
Sintang hanya menggunakan waktu operasinya dilakukan oleh PDAM Kota Balikpapan dalam
sebesar 37.50% dari waktu operasi PDAM yang mengantisipasi kekurangan kapasitas (capacity
direkomendasikan selama satu tahun. backlog) dibandingkan permintaan (demand) yang
terus meningkat adalah penambahan kapasitas
Indikator kedua untuk menghitung nilai jangka pendek dengan menerapkan teknologi
produktivitas adalah efficiency. Berdasarkan data uprating.Teknologi uprating merupakan salah
efficiency yang ditunjukkan pada Tabel 5, PDAM satu metode optimalisasi peningkatan kapasitas
214
Pengukuran Produktivitas Sistem Operasional Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
V. Reza Bayu Kurniawan, Yudha Pracastino Heston, Chitra Widyasani P
produksi unit pengolahan air dengan biaya rendah. digunakan untuk menilai tingkat kesehatan PDAM.
Pamekas (2015) menjelaskan bahwa uprating Dari tingkat NRW dapat disimpulkan kinerja PDAM
adalah upaya peningkatan kapasitas produksi dari berbagai aspek mulai dari aspek pelayanan,
air minum dengan tidak menambah luas lahan aspek keuangan, aspek operasional, dan aspek
dan unit instalasi baru. Teknologi ini disebut sumber daya manusia. Berdasarkan data yang
sebagai optimasi instalasi pengolahan air atau ditampilkan pada Tabel 5, PDAM Kabupaten Gunung
peningkatan kapasitas produksi. Objek pada unit Kidul memiliki nilai production rate tertinggi
instalasi pengolahan air yang akan dioptimasi sebesar 74.30%. Nilai ini lebih besar dibandingkan
dengan mengimplementasikan teknologi uprating dengan nilai production rate PDAM Kota Balikpapan
terletak pada bak pengendap kedua (secondary walau PDAM Kota Balikpapan memiliki nilai
sedimentation) dengan cara menambah luas bidang produktivitas tertinggi.
pengendapan partikel tersuspensi yang telah
membentuk gumpalan (flok) pada kondisi aliran Pengukuran produktivitas dapat menunjukkan
laminer. Implementasi teknologi uprating dapat kemampuan ekonomis sistem operasional PDAM
meningkatkan kapasitas produksi PDAM Kota dengan lebih komprehensif melalui tiga indikator
Balikpapan untuk mengantisipasi pertumbuhan pembentuknya (operation avalability, efficiency
pelanggan dalam jangka pendek dengan biaya yang dan production rate). Hal ini menunjukkan kinerja
rendah. finansial dan non-finansial PDAM. Evaluasi secara
kualitatif dan validasi metode ini dapat dilakukan
Indikator ketiga untuk mengukur nilai dengan observasi instansi sehingga memberikan
produktivitas PDAM adalah production rate. rekomendasi kepada PDAM yang bersangkutan
Nilai production rate menunjukkan tingkat Non- terkait rekomendasi perbaikan yang harus dilakukan
Revenue Water (NRW) atau air tidak berekening sesuai dengan data-data yang ditunjukkan. Grafik
terhadap volume riil-nya di suatu PDAM. Tingkat nilai indikator masing-masing produktivitas PDAM
NRW merupakan salah satu indikator penting yang (operation availability, efficiency, dan production
rate) ditampilkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik Produktivitas di PDAM Kab. Badung dan Kab. Gunung Kidul
Sumber : Hasil Penelitian (2015)
215
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.7 No.3, November 2015, hal 207 - 217
Gambar 3. Grafik Produktivitasdi PDAM Kota Balikpapan dan Kab. Lombok Utara
Sumber : Hasil Penelitian (2015)
216
Pengukuran Produktivitas Sistem Operasional Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
V. Reza Bayu Kurniawan, Yudha Pracastino Heston, Chitra Widyasani P
BPPSPAM. 2014. Buku Kinerja PDAM 2014 Wil IV. Phusavat, K. 2013. Productivity Management in an
Jakarta. Organization: Measurement and Analysis.
BPPSPAM. 2014. Petunjuk Teknis Evaluasi Kinerja ToKnowPress. Thailand.
PDAM. Jakarta. Supriyanto F.T., dan Wisnubroto, M.Y.P. 2014.
Chaeronsuk, C., dan Chansa-ngavej, C. 2008. Analisis Produktivitas Menggunakan Metode
Intangible Asset Management Framework for Cobb Douglas dan Metode Habberstad
Long-term Financial Performance. Journal of (POSPAC) (Studi Kasus di Pabrik Pengecoran
Industrial Management & Data Systems 108 Logam PT Baja Kurnia). Jurnal REKAVASI 2 (1)
(6) : 812-828. Mei : 25-32 (ISSN: 2338-7750 25).
Dewi, M.P., Rosiawan, M., dan Sari, Y. 2013. Penerapan Tanaamah, A.R., Beeh, Y.R., dan Ngemba, H.R. 2013.
Good Manufacturing Practices dan 5S Untuk Produktivitas Hotel Menggunakan Metode
Peningkatan Produktivitas Di PT. Catur Pilar OMAX (Studi Kasus: Hotel Le Beringin
Sejahtera Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Salatiga). Jurnal Teknologi Informasi-Aiti 10
Universitas Surabaya 2 (1). (2) Agustus : 101-200.
Erwin, H. 2014.Thesis: Evaluasi Proses Produksi Utami, C.W. 2002. Peningkatan Nilai Perusahaan
Baterei Lithium Coin Berdasarkan Pendekatan Melalui Perbaikan Produktivitas Dan Kualitas
Overall Equipment Effectiveness Studi Pada Pada Sektor Jasa Sebuah Analisis Konseptual.
PT FDK Indonesia. Yogyakarta: Perpustakaan Jurnal Manajemen & Kewirausahaan 4 (1): 56-
Pusat Universitas Gadjah Mada. 64.
Djunaidi, M., dan Natasya, R. 2013. Pengukuran Wibowo A., dan Alfen H.W., 2014, Benchmarking the
Produktivitas Mesin Dengan Overall Efficienciesof Indonesias Municipal Water
Equipment Effectiveness (OEE) Di PT. Sinar Utilities Using Stackelberg Data Envelopment
Sosro KPB. Cakung. Simposium Nasional Analysis. Benchmarking: An International
Teknologi Terapan (SNTT). Journal 22 (4 )2015 : 588-609.Emerald Group
Habib, A.S., dan Supriyanto, H. 2012. Pengukuran Publishing Limited,1463-5771,DOI10.1108/
Nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) BIJ-01-2014-0009.
Sebagai Pedoman Perbaikan Efektivitas Mesin Widyastuti, N., Parwati, C.I., dan Asih E.W.
CNC Cutting. Jurnal Teknik POMITS 1 (1):1-6. 2014. Analisis Produktivitas Pada Proses
Hansen, R.C. 2002. Overall Eqquipment Effectiveness Penyepuhan Dengan Metode Green
A Powerful Production/Maintenance Tool for Productivity. Jurnal REKAVASI, 2 (1) Mei : 33-
Increased Profits. Industrial Press Inc. New 38.
York.
Huda, M. dan Riharjo I.B. 2013. Analisis Pelaporan
Kinerja pada Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi Jawa Timur. Jurnal Ilmu &
Riset Akuntansi 2 (12).
Indriati, N.N., Rahman, A., Tantrika, C.F.M. 2014.
Analisis Produktivitas dan Environmental
Performance Indicator (EPI) Pada Produk
SKM Dengan Metode Green Productivity Pada
Perusahaan Rokok Adi Bungsu Malang. Jurnal
Rekayasan dan Manajemen Sistem Industri 2(5 ).
Mohammad, I.R. 2015. Skripsi: Penerapan
Overall Equipment Effectiveness (OEE)
Dalam Implementasi Total Productive
Maintenance (TPM) Studi Kasus Di PT. Adi
Satria Abadi Kalasan. Fakultas Teknik,
Sains dan Matematika, Jurusan Elektro dan
Ilmu Komputer, Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Yogyakarta.
Nawirah. 2014. Penerapan Sistem Manajemen
Strategi Berbasis Balance Scorecard pada
Organisasi Sektor Publik. El Muhasaba: Jurnal
Akuntansi 4 (2) (E-ISSN:2442-8922).
Pamekas. 2015. NRW dan Uprating Instalasi
Pengolahan Air Minum - Bahan Paparan.
Jakarta 31 Juli 2015.
217
218