Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S

DENGAN DIAGNOSA MEDIS CKD ( CHRONIC KIDNEY DISEASE )

DI RUANG ALAMANDA RSUD TUGUREJO SEMARANG

Disusun oleh :
1. KUKUH WIJAYANTO (08.0287.S)
2. IKA JUWITA (08)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
PEKAJANGAN PEKALONGAN
2012
CKD ( CHRONIC KIDNEY DISEASE )
A. PENGERTIAN
Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan
fungsi ginjal lanjut secara bertahap (Doenges, 1999; 626)

Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu


mempertahankan lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan
dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakan individu transisi
dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan
menunggu beberapa tahun. (Barbara C Long, 1996; 368)

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)


merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448)

Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang


progresif dan lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992;
812)

B. ETIOLOGI
Penyebab GGK termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis,
penyakit vaskuler (nefrosklerosis), proses obstruksi (kalkuli), penyakit
kolagen (luris sutemik), agen nefrotik (amino glikosida), penyakit
endokrin (diabetes). (Doenges, 1999; 626)

Penyebab GGK menurut Price, 1992; 817, dibagi menjadi delapan kelas,
antara lain:

Infeksi misalnya pielonefritis kronik


Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis
Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis
Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus
sistemik, poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal
polikistik,asidosis tubulus ginjal
Penyakit metabolik misalnya
DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli
neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah:
hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher
kandung kemih dan uretra.

C. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi
volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam
keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan
ginjal untuk berfungsi sampai dari nefronnefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena
jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi
produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi
lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira
fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang
demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih
rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia
membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).

Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga


stadium yaitu:

Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)


Ditandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen
(BUN) normal dan penderita asimtomatik.

Stadium 2 (insufisiensi ginjal)


Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo
filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood
Ureum Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum
mulai meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan, timbul
nokturia dan poliuri.

Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)


Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo
filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau
kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen
meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri. (Price, 1992: 813-814)

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):
a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat
badan berkurang, mudah tersinggung, depresi
b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas
dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem
yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin
juga sangat parah.
2. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain :
hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem
renin - angiotensin aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem
pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi
pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah,
dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak
mampu berkonsentrasi).
3. Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a. Sistem kardiovaskuler
Hipertensi
Pitting edema
Edema periorbital
Pembesaran vena leher
Friction sub pericardial
b. Sistem Pulmoner
Krekel
Nafas dangkal
Kusmaull
Sputum kental dan liat
c. Sistem gastrointestinal
Anoreksia, mual dan muntah
Perdarahan saluran GI
Ulserasi dan pardarahan mulut
Nafas berbau amonia
d. Sistem muskuloskeletal
Kram otot
Kehilangan kekuatan otot
Fraktur tulang
e. Sistem Integumen
Warna kulit abu-abu mengkilat
Pruritis
Kulit kering bersisik
Ekimosis
Kuku tipis dan rapuh
Rambut tipis dan kasar
f. Sistem Reproduksi
Amenore
Atrofi testis

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Suyono (2001), untuk menentukan diagnosa pada CKD
dapat dilakukan cara sebagai berikut:

1. Pemeriksaan laboratorium
Menentukan derajat kegawatan CKD, menentukan gangguan sistem
dan membantu menetapkan etiologi.

2. Pemeriksaan USG
Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk
mengetahui beberapa pembesaran ginjal.

3. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia dan gangguan elektrolit

F. PENCEGAHAN
Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat
lumrah dan sering kali tidak menimbulkan gejala yang membawa
kerusakan dan kegagalan ginjal. Penurunan kejadian yang sangat
mencolok adalah berkat peningkatan perhatian terhadap peningkatan
kesehatan. Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah dan pemeriksaan
urinalisis.

Pemeriksaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah individu


yang menjadi insufisiensi sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan
ditujukan kepada pengobatan masalah medis dengan sempurna dan
mengawasi status kesehatan orang pada waktu mengalami stress (infeksi,
kehamilan). (Barbara C Long, 2001)

G. PENATALAKSANAAN
1. Dialisis (cuci darah)
2. Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat,
suplemen kalsium, furosemid (membantu berkemih)
3. Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat
4. Transfusi darah
5. Transplantasi ginjal

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Doenges (1999) dan Lynda Juall (2000), diagnosa keperawatan
yang muncul pada pasien CKD adalah:
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang
meningkat.
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
udem sekunder: volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na
dan H2O.
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual, muntah.
4. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder,
kompensasi melalui alkalosis respiratorik.
5. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai O2 ke jaringan
menurun.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang
tidak adekuat, keletihan.
J. INTERVENSI
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang
meningkat
Tujuan:

Penurunan curah jantung tidak terjadi dengan kriteria hasil :

mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan


frekuensi jantung dalam batas normal, nadi perifer kuat dan sama
dengan waktu pengisian kapiler

Intervensi:
a. Auskultasi bunyi jantung dan paru
R: Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur

b. Kaji adanya hipertensi


R: Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada sistem
aldosteron-renin-angiotensin (disebabkan oleh disfungsi ginjal)

c. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikanlokasi, rediasi, beratnya


(skala 0-10)
R: HT dan GGK dapat menyebabkan nyeri

d. Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas


R: Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia

2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan edema


sekunder : volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O)
Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan
cairan dengan kriteria hasil: tidak ada edema, keseimbangan antara
input dan output
Intervensi:
a. Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan
masukan dan haluaran, turgor kulit tanda-tanda vital
b. Batasi masukan cairan
R: Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin, dan
respon terhadap terapi

c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan


R: Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga
dalam pembatasan cairan

d. Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan


terutama pemasukan dan haluaran
R: Untuk mengetahui keseimbangan input dan output

3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


anoreksia, mual, muntah
Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
dengan kriteria hasil: menunjukan BB stabil
Intervensi:

a. Awasi konsumsi makanan / cairan


R: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi

b. Perhatikan adanya mual dan muntah


R: Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat
mengubah atau menurunkan pemasukan dan memerlukan
intervensi

c. Beikan makanan sedikit tapi sering


R: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan

d. Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan


R: Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek sosial
e. Berikan perawatan mulut sering
R: Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak
disukai dalam mulut yang dapat mempengaruhi masukan makanan

4. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder:


kompensasi melalui alkalosis respiratorik
Tujuan: Pola nafas kembali normal / stabil
Intervensi:

a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles


R: Menyatakan adanya pengumpulan sekret

b. Ajarkan pasien batuk efektif dan nafas dalam


R: Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran O2

c. Atur posisi senyaman mungkin


R: Mencegah terjadinya sesak nafas

d. Batasi untuk beraktivitas


R: Mengurangi beban kerja dan mencegah terjadinya sesak atau
hipoksia

5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritis


Tujuan: Integritas kulit dapat terjaga dengan kriteria hasil :

- Mempertahankan kulit utuh


- Menunjukan perilaku / teknik untuk mencegah kerusakan kulit
Intervensi:

a. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler,


perhatikan kadanya kemerahan
R: Menandakan area sirkulasi buruk atau kerusakan yang dapat
menimbulkan pembentukan dekubitus / infeksi.

b. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa


R: Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang
mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan

c. Inspeksi area tergantung terhadap udem


R: Jaringan udem lebih cenderung rusak / robek

d. Ubah posisi sesering mungkin


R: Menurunkan tekanan pada udem , jaringan dengan perfusi
buruk untuk menurunkan iskemia

e. Berikan perawatan kulit


R: Mengurangi pengeringan , robekan kulit

f. Pertahankan linen kering


R: Menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit

g. Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk


memberikan tekanan pada area pruritis
R: Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan risiko
cedera

h. Anjurkan memakai pakaian katun longgar


R: Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi
lembab pada kulit

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang


tidak adekuat, keletihan
Tujuan: Pasien dapat meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi

Intervensi:
a. Pantau pasien untuk melakukan aktivitas
b. Kaji fektor yang menyebabkan keletihan
c. Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat
d. Pertahankan status nutrisi yang adekuat
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Biodata Pasien
a. Data Demografi
Tn. S (55 th) berjenis kelamin laki-laki, status menikah, beragama islam,
bersuku jawa, dan beralamat di desa Tegal Sari RT/RW: 04/11 Mijen, Semarang,
dengan nomer rekam medic: 276464.
Sebagai penanggung jawab klien adalah Ny. M (50 th)berjenis kelamin
perempuan, hubungan dengan klien adalah istri dan beralamat di desa Tegal Sari
RT/RW: 04/11 Mijen, Semarang.
b. Faktor sosial ekonomi dan budaya
Tn. S termasuk pada status ekonomi bawah, klien mengatakan dalam
kehidupan sehari-hari di jalani dengan kesederhanaan. Tidak ada factor social dan
budaya yang mempengaruhi persepsi Tn. S dan keluarga terhadap klien.
c. Faktor lingkungan
Klien mengatakan rumah tempat tinggalnya mempunyai ventilasi untuk
pergantian udara, ada tempat untuk MCK, tempat pembuangan limbah,
lingkungan sekitar rumah bersih dan jauh dari jalan raya.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
1 bulan yang lalu klien operasi prostat dan di rawat di ruang anggrek
RSUD Tugu Rejo, dan pada tanggal 21/03/2012 jam 19:39 masuk di ruang
Alamanda. Pada pengkajian yang di lakukan pada tanggal 22/03/2012 jam 14.00
WIB di temukan data: klien mengeluh nyeri pada pinggang, lemas, mual dan
kadang muntah
b. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri dengan P: saat bergerak, Q: panas seperti terbakar,
R: pinggang sebelah kiri, S: 6 (sedang), T: hilang timbul (durasi 5 menit)
c. Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya klien pernah di lakukan operasi karene pembesaran prostat
dan batu ginjal.
d. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit
yang sama seperti dirinya, dank lien kurang tau apakah dalamkeluarganya
mempunyai riwayat penyakit keturunan atau tidak.
3. Pola kesehatan fungsional Gordon
a. Pola penatalaksanaan kesehatan /persepsi sehat
Klien mengaakan tidak begitu tau tentang penyakitnya dan telah melakukan
pegobatan melalui tenaga medis terdekat namun sakitnya belum dembuh juga.
Persepsi sehat klien baik.
b. Pola Nutrisi-Metabolik
Klien mengatakan sebelum sakit makan 3X/hari (menu: nasi, lauk, sayur) dan
minum 8 gelas ukuran sedang tiap hari. Selama sakit klien mengeluh tidak
nafsu makan, mual, terkadang muntah dan hanya mampu menghabiskan 1/3
porsi dari jatah makanannya.
c. Pola Eliminasi
Klien mengatan sebelum sakit BAB 1X/ hari, BAK 6X/hari. Selama sakit
klien klien BAK melalui selang kateter.
d. Pola Aktivitas dan latihan
Sebelum sakit klien mengatakan tidur 8 jam/hari dan jarang tidur siang. Saat
sakit klien tidak mengalami gangguan dalam pola tidur.
e. Pola kognitif-perseptual-keadekuatan alat sensori
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan penglihatan, perasa, pembau dan
kemampuan bicara baik/tidak ada masalah.
f. Pola persepsi-konsep diri
Klien menyatakan yakin dan percaya penyakitnya bias sembuh asalkan
berobat dengan teratur dan menjaga pola hidup sehat.
g. Pola peran dan tanggung jawab
Klien dalam keluarganya berstatus sebagai ayah dan kepala keluarga, karena
sakit klien tidakbisa menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya.
h. Pola seksual dan reproduksi
Klien sudah menikah dan dikaruniai 3 orang anak yaitu 1 perempuan dan 2
laki-laki.
i. Pola koping dan toleransi stress
Dalam menghadapi penyakitnya klien hanya bisa berdoa dan berusaha.
j. Pola nilai dan keyakinan
klien beragama islam, sebelum sakit beribadah sesuai kewajiban, namun saat
sakit klien tidak bisa melakukan kewajiban ibadahnya.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan umum
Kesadaran klien composmenthis
b. Vital sign
TD : 140/90 mmHg
Suhu : 37 C
Nadi : 90x/menit
Rr : 20x/menit
c. Pemeriksaan fisik
1) Kepala dan Leher
Kepala
Inspeksi : Rambut hitam dan sedikit beruban, tidak ada ketombe, tidak rontok,
distribusi rambut rata, tidak terlihat luka
Palpasi : Tidak teraba benjolan dan luka
Leher
Inspeksi : Tidak terlihat pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena
jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Palpasi : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran vena jugularis, dan
pembesaran kelenjar limfe.
2) Mata dan Telinga
Mata
Inspeksi : terlihat konjungtiva anemis, alis distribusi rata, tidak ada lingkar gelap
dibawah kelopak mata.
Tes penglihatan Penglihatan normal
DS : Pusing jika berdiri
Telinga
Inspeksi : kedua telinga tampak simetris, lubang telinga terlihat sedikit kotor
Tes pendengaran Pendengaran baik
3) Hidung
Inspeksi : Tidak ada deformitas, kedua lubang tampak simetris, dan tidak ada
pernafasan cuping hidung.
4) Mulut dan Tenggorokan
Inspeksi : mulut terlihat sedikit kotor, gigi kuning dan tidak ada karies, tidak
terlihat pembesaran tonsil
5) Kulit
Inspeksi : tiadak terlihat lesi.
Palpasi : Kulit teraba kenyal dan lembab.
6) Dada/ Jantung/ Paru
Inspeksi paru : dada simetris kanan kiri, baik pada saat diam, inspirasi maupun
ekspirasi
Auskultasi : suara paru vesikuler, tidak terdengar ronchi.
Palpasi : Getaran dinding dada ( taktil fremitus )kiri dan kanan sama
Perkusi : Suara perkusi paru normal ( resonan )
Inspeksi jantung : ictus cordis tidak tampak/terlihat denyutnya.
Auskultasi : terdengar suara jantung 1 dan 2, tidak ada bunyi jantung
tambahan.
Palpasi : teraba ictus cordis pada ICS ke 5 kiri
Perkusi : suara perkusi jantung pekak pada ics 3-5
7) Perut
Inspeksi : perut datar
Auskultasi : Terdengar bising usus/peristaltik: 10X/menit
Palpasi : region kanan bawahtidak teraba appendicitis, kanan atas tidak
teraba pembesaran hepar, kiri atas tidak teraba pembesaran pancreas, kiri bawah tidak
teraba feses keras pada sipoid, nyeri tekan pada abdomen kiri bawah
Perkusi : thympani
8) Genitalia
Inspeksi : terpasang kateter
9) Ekstremitas
Pada ekstremitas atas : tangan kanan terpasang infuse.
Pada ekstremitas bawah : tidak ada kelainan. Akral teraba hangat.
10) Persyarafan
Kesadaran klien composmenthis dengan nilai GCS 15

5. Prosedur Diagnostik Dan Laboratorium

Prosedur Tanggal Indikasi dan Hasil Nilai Analisa


diagnostic/laboratorium pemeriksaan tujuan normal
Darah rutin 21/03/2012
Leukosit H 12,11 3,8-10,6
Eritrosit L 3,28 4,4-5,9
Hemoglobin L 9,30 13,2-17,3
Hematokrit L 29,10 40-52
RDW H 14,90 11,5-14,5
Eosinofil absolute L 0,02 0,045-0,44
Netrofil absolute H 10,06 1,8-8
Monosil absolute H 1,08 0,16-1
Eusinofil L 0.20 2-4
Neutrofil H 83,00 50-70
Limfosit L 7,70 25-40
monosit H 8,90 2-8
Kimia Klinik
Ureum H 53,0 10,0-50,0
Kreatinin H 2,89 0,70-1,10
Radiologi 19/03/2012 Kesan:
pembesaran
kelenjar
prostat, cys
titis.

B. Analisa Data

Data Masalah Etiologi


DO: Gangguan rasa nyaman nyeri Gangguan visceral ginjal
TD: 140/90 MMHG
(iritasi ginjal)
Lekosit: H 12.11 (N: 3-
8-10,6)
Ureum; H 53,0 mg/dl
(N: 10,0-50,0)
Creatinin: H 2,89 mg/dl
(N: 0,70-1,10)
DS:
P: saat bergerak,
Q: panas seperti
terbakar,
R: pinggang sebelah
kiri,
S: 6 (sedang),
T: hilang timbul
(durasi 5 menit)
DO: Resiko nutrisi kurang dari akibat anoreksia mual, muntah
A: BB/TB meter=
kebutuhan tubuh
55/1,6= 21, 48
(normal)
B: hemoglobin L 9.30
(N: 13,2-13,3)
C: peristaltic:
10X/menit (normal)
D : BTS
DS:
Klien mengeluh tidak
nafsu makan, mual,
terkadang muntah
DO: Intoleransi aktivitas Kelemahan dan gangguan
Klien memerlukan
nyeri
bantuan minimal,
skala : 2
DS:
Klien mengeluh lemas,
nyeri saat bergerak
C. Diagnose Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d gangguan visceral ginjal(iritasi ginjal)
2. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia mual, muntah
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan dan gangguan nyeri.

D. Perencanaan

No. dx. Penjelasan Tujuan Intervensi Rasional


Kep. keilmuan keperawatan
1 Setelah dilakukan 1. 1.
tindakan keperawatan
keperawatan selama
3X24 jam klien
menunjukan peredaan
nyeri dengan KH
Skala: 0

2 Setelah dilakukan 1. 1.
tindakan keperawatan
selama 3X24 jam
nutrisi klien kembali
adekuat dengan KH:
Makan habis 1 porsi
Mual muntah hilang
3 Setelah dilakukan 1. 1.
tindakan keperawatan
selama 3X24 jam
klien kembali toleran
terhadap aktivitas
dengan KH:

E. Implementasi
1. Implementasi keperawatan

Hari/tgl/jam No. Tindakan keperawatan Respon klien


Dx.
Kep.
2. Medical management
a. Infuse NACl 0,9%

Medical Tanggal terapi Penjelasan Indikasi dan Respon klien


management secara umum tujuan
NACl 0,9% 12/10/2011 NACl infuse - Pengganti Klien
0,9% cairan kooperatif
mengandung pelumas
sodium chloride isotonic yang
0,9% hilang
- Pengganti
cairan pada
kondisi
alkalosis
hipokloremia

b. Obat-obatan

Nama obat Tanggal Cara, dosis, frekuensi Cara kerja obat, Respon klien
terapi fungsi dan
klasifikasi

c. Diet
Jenis diet Tanggal Penjelasan Makanan Respon
terapi umum spesifik klien

F. Evaluasi
1. Evaluasi keperawatan

Tgl/hari/jam No. Catatan perkembangan klien


dx.
Kep.

2. Perkembangan sehari-hari klien

Hari/tanggal
Masalah keperawatan:
1. Gangguan menelan
2. Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
3. Intoleransi aktivitas
Vital sign
Prosedur diagnostic dan
laboratorium
Obat
Medical management
Diet
Aktivitas dan latihan
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Analisa kasus
B. Penemuan

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC

Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk


Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC

Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3.
Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses
Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.: Balai Penerbit
FKUI

Anda mungkin juga menyukai