BAB I
PENDAHULUAN
Mengapa budaya pelayanan publik sangat penting untuk diciptakan, dan bagaimana
cara sebuah organisasi untuk menciptakan budaya pelayanan publik tersebut?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui bahwa pentingnya penciptaan budaya pelayanan publik yang baik
bagi organisasi untuk memenuhi kesejahteraan serta kepuasan masyarakat atau pelanggan.
2
1.4 Manfaat
Dalam makalah ini terdapat dua manfaat, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat
secara praktis
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, makalah ini diharapkan menjadi sumber referensi bagi perkembangan
ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu manajemen pelayanan publik untuk
mengetahui materi tentang budaya pelayanan publik yang dilakukan sebuah organisasi bagi
penikmat publik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
b. Bagi Pembaca
BAB II
PEMBAHASAN
Sethia dan Glinow (dalam Colins dan McLaughlin, 1996) mengatakan berdasarkan
perhatian terhadap orang dan perhatian terhadap kinerja maka tipe budaya organisasi dapat
dibedakan menjadi empat sebagai berikut :
1. Apathetic Culture
Pehatian anggota organisasi terhadap hubungan antar manusia maupun terhadap kinerja
pelaksanaan tugas, kedua-duanya rendah. Penghargaan diberikan berdasarkan permainan
politik dan pemanipulasian orang-orang lain.
2. Caring Culture
Tipe organisasi yang mempunyai ciri rendahnya perhatian terhadap kinerja dan tingginya
perhatian terhadap hubungan antar manusia. Penghargaan diberikan berdasarkan kepaduan
tim harmoni dan bukan berdasarkan kinerja pelaksanaan tugas.
3. Exacting Culture
Perhatian terhadap hubungan antar manusia sangat rendah, tetapi perhatian terhadap kinerja
sangat tinggi. Secara ekonomis penghargaan sangat memuaskan tetapi hukuman atas
kegagalan sangat tinggi. Sehingga tingkat keamanan akan pekerjaan menjadi sangat rendah.
4. Integrative Culture
Perhatian hubungan antar orang dan kinerja keduanya sangat tinggi. Secara visual perbedaan
diantara keempat model budaya berorganisasi dapat diilustrasikan sebagai gambar 4.1
dibawah ini.
4
Perhatian terhadap
Rendah
Apathetik Exacting
Rendah Tinggi
Tinggi Rendah
4) Menolak tantangan.
Budaya caring ini tidak cocok dalam pemberian pelayanan yang berkualitas kepada
masyarakat. Dengan demikian harus diadopsi budaya organisasi yang baru supaya lebih
5
sesuai dan kondusif dengan manajemen pelayanan public. Budaya organisasi seperti ini
disebut kulutur kinerja (Iavancevich et al, 1997).
Iavancevich et al (1997) mendefinisikan budaya kerja sebagai suatu situasi kerja yang
memungkinkan semua karyawan dapat melaksanakan semua pekerjaan dengan cara terbaik
yang dapat dilakukannya. Budaya kerja sebagaimana yang dideskripsikan oleh Iavancevich et
al. (1997) ini akan dapat memberikan kontribusi yang besar dalam peningkatan kualitas
pelayanan apabila organisasi memiliki budaya organisasi yang bertipe integrative
sebagaimana yang dimaksudkan oleh Sethia dan Grinow (dalam Collins dan Laughli, 1996)
dan birokrat-birokrat yang ada dalam organisasi tersebut telah mengadopsi 10 semangat
kewirausahaan sebagaimana yang telah disampaikan oleh Osborne dan Gaebler (1993 : 14).
Adapun 10 kewirausahaan yang dikembangkan Osborne dan Gaebler (1993 : 14) adalah
sebagai berikut :
8) Bersifat antisipatif.
9) Menciptakan desentralisasi.
Organisasi yang memiliki tiga ciri tersebut diatas ( budaya kerja, budaya organisasi bertipe
integrative, dan mengadopsi 10 semangat kewirausahaan) disebut organisasi yag memiliki
6
budaya pelayanan. Dengan kata lain, budaya pelayanan dalam organisasi terbentuk bila
terpenuhinya hal sebagai berikut :
Nilai-nilai dasar budaya kerja menurut Kementerian PAN terdiri dari (Keputusan
MENPAN Nomor 25 Tahun 2002) adalah sebagai berikut :
di tahun 2003, Menteri PAN RI juga menerbitkan Surat Nomor 103/M.PAN/03/2003 tanggal
31 Maret 2003 tentang Pelaksanaan Pengembangan Budaya Kerja, yang isinya antara lain
menunjukkan BPKP sebagai salah satu instansi percontohan (pilot project) dalam rangka
pengembangan budaya kerja di lingkungan instansi pusat. Berdasarkan surat ini BPKP
kemudian mengembangkan suatu model pengembangan budaya kerja. Dalam model ini
BPKP mengoperasionalisasikan nilai-nilai budaya kerja yang sudah diperkenalkan oleh
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara. Oleh karena itu, sebelumnya BPKP telah
mengidentifikasikan nilai-nilai luhur BPKP tahun 2000-2004, maka BPKP mencoba
menggabungkan nilai-nilai tersebut dan menyatakan bahwa pada hakekatnya nilai-nilai luhur
BPKP adalah kristalisasi dari 17 pasangan nilai-nilai dasar budaya kerja dari menteri PAN
sebagaimana yang dituangkan dalam Pedoman Pengembangan Budaya Kerja Aparatur
Negara. Adapu nilai-nilai luhur BPKP (2004) adalah sebagai berikut :
1. Profesionalisme
2. Kerja sama
4. Kesejahteraan.
Sedangkan penggabungan nilai-nilai luhur BPKP dengan nilai dasar budaya kerja yang
diperkenalkan oleh Kementerian Pendayaan Aparatur Negara adalah sebagai berikut :
Penjelasan atas nilai-nilai dasar tersebut menurut BPKP adalah sebagai berikut.
a. Profesionalisme
Agar dapat mewujudkan vsi, misi, dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan maka
diperlukan adanya SDM yang professional. Hal ini berarti bahwa dalam menjalankan
tugasnya, mereka harus memiliki kapabilitas, berdisiplin dalam melaksanakan tugas,
9
berorientasi pada pencapaian hasil, dan memiliki integritas yang tinggi dalam rangka
mengemban visi, misi, dan tujuan organisasi. Kapabilitas merupakan hal yang sangat
penting bagi karyawan karena adanya pengembangan informasi, ilmu pengetahuan dan
teknologi yang cepat. Perkembangan yang cepat mustahil dapat direspon dengan baik
apabila tidak ditunjang dengan adanya kapabilitas dari para pelaksana
aktivitas/program/kebijakan organisasi. Dengan kapabilitas yang tinggi, pegawai akan
terdorong untuk bekerja berorientasi pada hasil, yang selanjutnya akan meningkatkan
integritas moral dan etika untuk berinteraksi baik dengan rekan sejawat, bawahan, atasan
maupun dengan pihak-pihak luar organisasi.
Komitmen artinya keteguhan hati, tekad yang mantap dan janji unuk melakukan atau
mewujudkan sesuatu yang diyakini. Konsistesi artinya ketetapan, kesesuaian, ketaatan,
dan kemantapan dalam bertindak sesuai dengan visi, misi, janji, prinsip amanah,
kebijakan, atau aturan yang ditetapkan (taat azas). Dengan demikian, komitmen dan
konsistensi dapat diartikan sebagai memegang teguh sepenuhhati dan taat azas dalam
melaksanakan tugas yang telah ditetapkan oleh sekelompok orang atau badan yang terikat
dalam suatu wadah kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.
Komitmen dan konsistensi terhadap visi dan misi organisasi sangat diperlukan dalam
penetapan kebijakan dan pelaksanaan organisasi. Dengan selalu komit dan konsisten pada
visi dan misi yang akan mendorong orang melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sejalan
dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Secara konseptual disiplin lebih merujuk kepada aturan, orma dan prinsip-prinsip
tertentu. Disiplin berarti juga kemampuan untuk mengendalikan diri dengan tenang dan
tetap taat walaupun dalam situasi yang sangat menekan sekalipun. Keteraturan lebih
menunjukkan perilaku yang konsisten mengikuti ketentuan dan prosedur tertentu. Dengan
pengertian lain, keteraturan kerja yaitu sistem, kerja yang tersusun dan terencana secara
baik serta sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Disiplin dan teraturan kerja sangat
diperlukan agar dalam setiap pelaksanaan kegiatan pegawai selalu mengikuti ketentuan
yang berlaku. Sikap disiplin akan membantu seseorang menyelesaikan pekerjaannya tepat
11
pada waktunya dan sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan. Disiplin dan keteraturan
kerja bertujuan untuk membentuk watak aparatur yang menghargai waktu dan bekerja
secara sistematis dan terencana.
Ilmu pengetahuan adalah hasil studi atau penelitian objek tertentu baik murni maupun
terapan, diolah dengan metode tertentu sehingga bermanfaat bagi kehidupan individu,
instansi, dan masyarakat luas. Teknologi adalah cara atau metode untuk menghasil barang
atau jasa tertentu yang dibutuhkan oleh instansi atau masyarakat. penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi sangat diperlukan karena akan mempermudah pegawai dalam
melakukan tugasnya. Peralatan yang menggunakan teknologi tinggi terasa tidak berguna
apabila tidak tahu cara mengoperasikannya. Dengan demikian, penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi bertujuan agar pegawai dapat memanfaatkan peralatan
teknologi canggih untuk memudahkan pelaksanaan tugas.
h. Kerjasama
Keteladanan adalah sikap nperilaku yang dinyatakan secara sadar (misalnya seperti
perintah, cara bicara, dan bertindak) maupun secara tidak sadar (kebiasaan-kebiasaan, cara
bertindak dan berperilaku) dari seorang pemimpin yang dipersepsikan oleh bawahan sebagai
sesuatu yang memicu atau mendorong bawahan untuk mencontoh. Sifat kepemimpinan
sangat diperlukan untuk dapat menggerakkan dan memotivasi bawahannya untuk
melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Dalam masyarakat primordial keteladanan dari
seseorang pemimpin sangat diperlukan untuk dijadikan contoh atau anutan oleh bawahan.
Kepemimpinan dan keteladanan bertujuan untuk memberikan motivasi kepada bawahan
untuk mencontoh sikap dan perilaku pimpinan yang selalu berpegang teguh pada nilai-nilai
moral yang tinggi.
Kebersamaan adalah sikap dan perilaku sekelompok individu yang secara bersama-
sama pada suatu ruang dan waktu yang sama menunjukkan tingkah laku secara spontan.
Sikap kelompok Individu tersebut itu untuk sementara menunjukkan kesatuan perasaan dan
aksi karena dorongan bersama dan simpati yang berpusat pada objek, tuntutan atau ide yang
sama. Dinamika kelompok adalah sikap dan perilaku suatu kelompok yang teratur yang
anggotanya mempunyai kepentingan dan tujuan yang sama. Keputusan dan pengembangan
sikap kelopok disesuaikan dengan situasi yang dialami secara bersama-sama guna
mengembangkan ide-ideindividu/anggota kelompok kearah yang lebih maju untuk mencapai
tujuan kelompok yang telah ditentukan secara bersama. Dengan demikian, dinamika
kelompok merupakan cara kerja kelompok yang bersifat dinamis, kreatif, dan sinergi dalam
melayani dan atau mencapai sasaran kerja secara menyeluruh. Kebersamaan sangat
diperlukan dalam melaksanakan setiap kegiatan karena akan menumbuhkan perasaan senasib
atau sepenanggungan. Persoalan yang rumit akan terasa mudah apabila dipikirkan bersama-
sama. Kebersamaan yang diikuti oleh dinamika kelompok akan mendorong timbulnya
inisiatif dari anggota kelompok untuk melakukan hal-hal yang diperlukan tanpa harus selalu
menunggu perintah dari atasan.
Keteguhan artinya kuat dalam berpegang pada aturan, nilai moral, prinsip-prinsip
manajemen dan lain-lain. Sedangkan ketegasan artinya, sifat, watak, dan tindakan yang jelas
dan tidak ragu-ragu. Keteguhan dalam mempertahankan prinsip dan kebenaran akan
menghindarkan seseorang dari melakukan perbuatan tercela. Dengan sikap yang teguh akan
13
membentengi seseorang dari godaan untuk melakukan penyimpangan. Sikap tegas diperlukan
untuk mendukung tegaknya aturan yang telah ditetapkan.
Semangat adalah daya atau energi yang mendorong perilaku sampai pada tingkatan
yang tertinggi. Motivasi lebih merujuk pada tujuan dari perilaku yang dasarnya adalah
kebutuhan dari perilaku yang bersangkutan. Orang harus dimulai dengan
pemenuhankebutuhan yang paling mendasar, yaitu kebutuhan fisik biologis termasuk rasa
aman, sebelum meningkat ke jenjang yang lebih tinggi yaitu rasa memiliki dan harga diri dan
yang lebih tinggi yaitu aktualisasi diri. Semangat bseseorang dalam melakukan suatu kegiatan
akan dipengaruhi oleh motivasinya. Motivasi yang jelas akan mendorong timbulnya
semangat untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai.
Ikhlas dalam norma dan etika agama dapat diartikan rela sepenuh hati, datang dari
lubuk hati, tidak mengharapkan imbalan, atau balas jasa atau suatu perbuatan, khususnya
yang berdampak positif pada orang lain, dan semata-mata karena menjalankan tugas/ amanah
demi yang maha kuasa. Kejujuran adalah komponen rohani yang memantulkan berbagai
sikap yang berpihak kepada kebenaran dan sikap moral yang terpuji. Jujur adalah orang yang
benar setiap kata, perbuatan, dan keadaan batinnya. Jujur ditunjukkan oleh perilaku yang
diikuti setiap tanggung jawab atas sesuatu yang diperbuatnya. Kejujuran berarti juga
keberanian untuk mengatasi diri sendiri, berani menoak dan bertindak melawan segala
kebatilan yang bertentangan suara hati atau kalbunya. Keikhlasan sangat diperlukan dalam
melaksanakan setiap tugas karena dengan hati yang ikhlas pekerjaan yang berat terasa ringan
dan setia pelaksanaan tugas akan dianggap sebagai ibadah bukan sebagai beban. Kejujuran
14
sangat diperlukan karena akan mendorong pegawai untuk melaksanakan tugas sesuai dengan
amanah yag diberikan. Sikap jujur akan membentengi seseorang dari melakukan hal-hal yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya.
Kreativitas adalah ide-ide baru yang secara spontan muncul dari seseorang karena
suatu hal yang dianggap penting atau mendeak dalam kehidupan dan pekerjaan. Ide-ide
tersebut diolah menjadi suatu inovasi yang dapat diimplikasikan pada kerja individu atau
organisasi yang lebih baik atau menguntungkan. Inovasi itu bisa baik dan diadopsi menjadi
nilai yang baik dan benar, tetapi juga bisa ide-ide itu gagal menciptakan suatu nilai dan
mengandung risiko kalau kita tidak waspada. Sedangkan sensivitas/kepekaaan adalah
tanggapn/respon seseorang atau organisasi dalam menghadapi peristiwa yang mungkin
menguntungkan, merugikan, atau membahayakan, tingkat kepekaan dapat berbeda-beda
tergantung pada manusia dan peristiwanya. Kepekaan dapat bersifat reaktif, tetapi juga
proaktif atau kejadian mengenal peluang. Sikap reaktif sangat diperlukan dalam
melaksanakan setiap tugas karena dapat melahirkan hal-hal baru yang tidak dipikirkan
sebelumnya. Dengan mengembangkan sikap kreatif seseorang akan dapat mengantisipasi hal-
hal perlu dilakukan tanpa harus menunggu komando dari atasannya. Sikap pede perlu
dikembangkan karena akan mendorong seseorang untuk perlu memperhatikan lingkungannya
dalam bertindak sehingga akan meminimalisir reaksi negatif dari pihak-pihak yang kurang
berkenan.
Rasionalitas artinya berpikir secara cerdas, objektif, logis, sistematik, banyak terkait
dengan proses ilmiah atau kemampuan intelektual. Kecerdasan memandang sesuatu dari
aspek akal ( rasio) yang menentukan nilai benar atau salah. Fungsi rasio terletak pada otak
kiri, kemampuan logika, matematis, sistematik, sebab akibat, eksak (intellectual quotient/IQ).
Kecerdasan emotional memandang sesuatu dari aspek perasaan (emosi), mata hati (emotional
quotient/EQ). terletak pada otak sisi kanan, bersifat spontan, kreatif, inovatif, holistik,
integrative, ruang, komunikasi kooperatif, silih asah-asih-asuh. Sikap rasional akan
menjadikan seseorang selalu berpijak pada kenyataan dalam melakukan segala tindakannya
15
dan selalu mendasarkan keputusan yang diambil dari data-data yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Kecerdasaan emosi akan membantu seseorang
bertindak secara proporsional dan sesuai dengan kondisi yang dihadapi. Dengan memiliki
kecerdasan emosi seseorang akan dapat mengendalikan diri dalam mengekspresikan
perasaannya.
Ketekunan artinya teliti, rajin mendalami sesuatu pekerjaan yang secara konsisten dan
berkelanjutan sesuai dengan komitmen yang disepakati. Kesabaran artinya tidak emosional,
tidak tergesa-gesa, asalkan tercapai tujuannya tanpa mengorbankan kepentingan orang lain.
Kesabaran merupakan sikap mental seseorang yang bersifat tangguh, tekun dan bersungguh-
sungguh, amanah untuk mencapai sasaran kerja dan prestasi kerja yang terbaiknya, tidak asal
jadi. Dalam sikap kesabaran tersebut, termuat suasana hati yang kuat dalam menghadapi
tekanan. Tekanan yang dimaksud dapat berupa target kinerja atau godaan internal (korupsi,
penyalahgunaan jabatan) dan eksternal (sup, kolusi, dan nepotisme). Ketekunan sangat
diperlukan dalam melaksanakan tugas. Dengan ketekunan seseorang akan dapat menguasai
liku-liku tugas yang dilaksanakannya yang pada akhirnya akan menjadikan trampil dalam
bidang tersebut. Sikap sabar sangat diperlukan karena akan memperkecil peluang terjadinya
kesalahan akibat terburu-buru dalam melaksanakan tugas.
Dedikasi dan loyalitas adalah sifat rela berkorban dan jiwa pengabdian terhadap
instansi, bangsa, negara, dan taat serta setia dalam menjalankan tugas dan kewajiban.
Dedikasi dan loyalitas terhadap tugas sangat diperlukan karena akan mendorong totalitas
seseorang dalam menjalankan tugas-tugasnya. Dengan dedikasi dan loyalitas yang tinggi
akan timbul semangat untuk mengabdi pada kepentingan yang lebih besar.
u. Kejahteraan
Profesionalisme dan kerja sama tidak akan mencapai keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan (3K) tanpa diikuti dengan suatu konsep pemahaman terhadap merit system
yaitu memperhatikan hak dan kewajiban anggota organisasi. Oleh karena itu kesejahteraan
merupakan suatu hal yang penting dalam rangka menunjang keberhasilan mewujudkan visi
dan misi organisasi. Kesejahteraan tidak hanya dalam bentuk finansial, namun juga
lingkungan kerja yang baik, sarana dan prasarana kerja yang memadai serta system
penjenjangan karir yang jelas, dengan memperhatikan aspek kesejahteraan ini, maka anggota
organisasi akan dapat menyumbngkan secara penuh pengetahuan dan keahliannya kepada
organisasi.
keadilan adalah sikap dan tindakan seseorang aparatur negara yang memperlakukan
orang lain sesuai dengan fungsi, peranan, dan tanggung jawabnya, dan memperhatikan hak
dan kewajiban masyarakat. Sedangkan keterbukaan adalah sikap seseorang yang selalu
mengemukakan pendapatnya sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Di samping itu, juga bersedia menerima pendapat orang lain baik
berkedudukan tinggi, serta atau lebih rendah. Bersikap adil dalam segala urusan sangat
diperlukan demi terbangunnya suasana kondusif dalam suatu organisasi. Dengan keadilan
maka timbul perasaan puas dari anggota organisasi karena diperlakukan sama dengan anggota
organisasi yang lain. Keterbukaan sangat diperlukan untuk menimbulkan perasaan bahwa
seseorang itu mempunyai peran yang berarti dalam organisasi. Keterbukaan sikap akan
mendorong seseorang untuk berani mengemukakan pendapat tanpa takut disalahkan.
Keadilan dan keterbukaan juga sangat diperlukan dalam hal-hal yang menyangkut
kesejahteraan pegawai, seperti adanya pola karir yang jelas, distribusi penugasan yang merata
dan sebagainya.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Budaya pelayan publik merupakan nilai dan kebiasaan serta dianggap sebagai prinsip-
prinsip, tradisi, cara-cara para anggota organisasi dalam memberikan pelayanan dan
mempengaruhi cara mereka dalam bertindak. Sebuah budaya yang kuat, yang mewarnai sifat
hubungan perusahaan dengan pelanggannya merupakan identitas yang sangat baik dalam
memenangkan perhatian pelanggan. Maka dari itu motivasi, kesadaran serta penegakan
aturan masing-masing pribadi individu sangatlah penting untuk mewujudkan dan
menciptakan perlindungan terhadap kelangsungan budaya pelayanan publik. Budaya
pelayanan publik tersebut dinyatakan berhasil apabila sebuah organisasi tidak mendapatkan
hambatan dalam melayani kebutuhan dan keinginan masyarakat. Pelayanan publik akan
sangat efektif jika menerapkan nilai-nilai budaya yang dilakukan dengan baik dan benar.
3.2 Saran