HIV/AIDS
Kelompok 11 :
SITI ANNISA Z.N. (220110080145)
SALAS AULADI (220110080138)
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
JATINANGOR
2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat-Nya kepada kelompok penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah mengenai HIV
AIDS.
Makalah ini disusun dalam rangka pendokumentasian dari aplikasi pembelajaran mata
kuliah Sistem Imun dan Hematologi. Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya terutama kepada tutor kelompok 11 dalam mata kuliah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.
Pada akhirnya, penyusun mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun
khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Penyebaran AIDS terjadi secara cepat ke berbagai benua. Dampak yang terlihat
pada penderita beserta keluarganya, serta belum diketahuinya cara penanganan dan
pengobatannya menyebabkan keresahan psikosial yang sangat besar di kalangan
masyarakat.
Pada awalnya penyebab AIDS belum diketahui secara pasti. Namun, banyak
pihak yang menduga bahwa strain virus yang asli berasal dari monyet dan simpanse di
Afrika. Para ahli telah menemukan sejenis virus yang mirip pada seekor monyet Afrika
Barat. Menurut hipotesa yang menarik tetapi belum dapat dibuktikan, para ahli menduga
bahwa virus itu mulanya masuk ke dalam tubuh manusia sebagai akibat sampingan dari
percobaan-percobaan malaria mulai tahun-tahun 1920-an hingga 1950-an. Pada
percobaanpercobaan tersebut, manusia disutik dengan darah dari monyet dan simpanse yang
kemungkinan mengandung virus yang ternyata kelak menjadi HIV. Tujuan dari eksperimen
ini sebenarnya adalah untuk melihat apakah parasit malaria di dalam tubuh binatangbinatang
tersebut akan dapt juga menulari tubuh manusia.
I. 2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan membahas lebih dalam
tentang AIDS (Aqcuired Immune Deficiency Syndrome). Selain itu, makalah ini juga
ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Mata Kuliah Sistem Immunologi dan
Hematologi.
Pertanyaan :
1. Jelaskan tentang konsep penyakit pada kasus di atas!
2. Jelaskan klasifikasi klinis pasien untuk kondisi penyakit tersebut!
3. Jelaskan aspek pengkajian Keperawatan yang diperlukan untuk menghadapi pasien
diatas!
4. Sebutkan diagnose Keperawatan (sesuai dengan taxonomy NANDA) untuk kondisi
pasien dengan penyakit tersebut!
5. Universal Precaution
6. Sebutkan prinsip etik dan legal untuk mengatasi pasien SLE!
I.4. Tinjauan Teori
AIDS merupakan salah satu kesehatan masyarakat yang utama di seluruh dunia
pada awal abad ke 21. Hal ini disebabkan karena penyakit ini, menyebabkan angka
kematian yang sangat tinggi, jumlah penderita yang semakin meningkat dalam waktu
singkat dan sampai sekarang belum dapat ditanggulangi dengan tuntas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Enam gen tambahan pengatur ekspresi virus yang penting dalam patogenitas
penyakit secara in vivo, yakni gen tat, rev, nef, vpr, vpu, dan vif . tat adalah gen yang
mempercepat replikasi virus; gen rev mengode protein rev yang mengubah siklus
replikasi untuk memperoduksi seluruh partikel virus; gen nef berperan dalam virulensi
HIV; gen vpr memfasilitasi transport DNA HIV ke dalam sel inang; gen vpu
mempengaruhi pelepasan virus; dan gen vif menentukan infektifitas virus di luar sel
inang. Long terminal repeat (LTR) merupakan promoter bagi gen HIV yang berinteraksi
dengan protein pengatur replikasi virus.
Patogenesis
HIV secara selektif akan menginfeksi sel yang berperan membentuk antibody
pada system imunitas seluler yaitu limfosit T4 yang mempunyai reseptor permukaan CD4
yang dapat berperan sebagai reseptor untuk virus tersebut. Selain sel limfosit T4, ada sel
lain yang juga mempunyai CD4 antigen pada membrannya, yaitu monosit/makrofag, dan
beberap sel homopoesis di dalam sum-sum tulang. Virus yang masuk ke dalam limfosit
T4 selanjutnya mengadakan replikasi sehingga menjadi banyak dan akhirnya
menghancurkan sel limfosit itu sendiri yang menyebabkan system kekebalan tubuh
menjadi lumpuh.
HIV sebagai virus RNA mempunyai enzim transcriptase yang membentuk virus
DNA pada kejadian infeksi. Virus DNA yang terbentuk ini masuk ke dalam inti sel target
dan berintegrasi dengan DNA dan menjadi provirus. DNA provirus yang telah
berintegrasi dengan sel DNA host (sel limfosit T4) akan ikut mengalami poliferasi sel.
Setiap hasil replikasi DNA ini selanjutnya akan menghasilkan virus RNA, enzim reverse
transcriptase dan protein virus.
B. KLASIFIKASI
Ada dua jenis HIV yang diketahui ada:
a. HIV-1
HIV-1 adalah virus yang pada awalnya ditemukan dan disebut LAV.Hal ini lebih
mematikan, relatif mudah menular, dan merupakan penyebab sebagian besar infeksi
HIV secara global.
b. HIV-2.
HIV-2 kurang ditularkan dan terbatas pada sebagian besar di Afrika barat.
Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan indicator AIDS
(kategori C) dan orang yang termasuk didalam kategori A3 atau B3 dianggap menderita
AIDS.
a. Kategori Klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa keadaan dalam
kategori klinis B dan C
AIDS adalah penyakit defisiensi imunitas seluler, yang pada penderitanya tidak dapat ditemukan
penyebab defisiensi tersebut.2 AIDS menyebabkan infeksi oportunistik dan/atau neoplasma yang
berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang sebelumnya dalam keadaan sehat. Menurut
Smeltzer3 AIDS adalah gejala dari penyakit yang mungkin terjadi saat sistem imun dilemahkan
oleh virus HIV.
Human Immunedeficiency Virus (HIV) tergolong ke dalam kelompok retrovirus
dengan materi genetik dalam asam ribonukleat (RNA) , menyebabkan AIDS dapat
membinasakan sel T-penolong (T4), yang memegang peranan utama dalam sistem imun.
Sebagai akibatnya, hidup penderita AIDS terancam infeksi yang tak terkira banyaknya
yang sebenarnya tidak berbahaya, jika tidak terinfeksi HIV.4
AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya
tahan tubuh yang diakibatkan oleh factor luar ( bukan dibawa sejak lahir )
AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang
berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus ( HIV ). ( Suzane C. Smetzler
dan Brenda G.Bare )
AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan
ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan
imunosupresi dan berkaitan dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa kematian dan
dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi ( Center for Disease Control and
Prevention ).
AIDS muncul setelah benteng pertahanan tubuh yaitu sistem kekebalan alamiah
melawan bibit penyakit runtuh oleh virus HIV, dengan runtuhnya/hancurnya sel-sel
limfosit T karena kekurangan sel T, maka penderita mudah sekali terserang infeksi dan
kanker yang sederhana sekalipun, yang untuk orang normal tidak berarti. Jadi bukan
AIDS nya sendiri yang menyebabkan kematian penderita, melainkan infeksi dan kanker
yang dideritanya.
HIV biasanya ditularkan melalui hubungan seks dengan orang yang mengidap virus
tersebut dan terdapat kontak langsung dengan darah atau produk darah dan cairan tubuh
lainnya. Pada wanita virus mungkin masuk melalui luka atau lecet pada mulut
rahim/vagina. Begitu pula virus memasuki aliran darah pria jika pada genitalnya ada
luka/lecet. Hubungan seks melalui anus berisiko tinggi untuk terinfeksi, namun juga
vaginal dan oral. HIV juga dapat ditularkan melalui kontak langsung darah dengan darah,
seperti jarum suntik (pecandu obat narkotik suntikan), transfusi darah/produk darah dan
ibu hamil ke bayinya saat melahirkan. Tidak ada bukti penularan melalui kontak
seharihari seperti berjabat tangan, mencium, gels bekas dipakai penderita, handuk atau
melalui closet umum, karena virus ini sangat rapuh.
Masa inkubasi/masa laten sangat tergantung pada daya tahan tubuh masing-masing
orang, rata-rata 5-10 tahun. Selama masa ini orang tidak memperlihatkan gejala-gejala,
walaupun jumlah HIV semakin bertambah dan sel T4 semakin menururn. Semakin rendah
jumlah sel T4, semakin rusak sistem kekebalan tubuh.
Pada waktu sistem kekebalan tubuh sudah dalam keadaan parah, seseorang yang
mengidap HIV/AIDS akan mulai menampakkan gejala-gejala AIDS.
Vaksin itu berbasis HIV strain B dan E yang dominan di Thailand. Dalam percobaan
sebelumnya, kedua vaksin itu kurang efektif jika sendiri-sendiri. Hasil studi terakhir
menunjukkan vaksin itu 31,2 persen efektif mengurangi risiko tertular HIV.
Menurut olonel Jerome Kim, US Military HIV Research Program, hal ini merupakan
demonstrasi pertama vaksin HIV yang mampu memberikan perlindungan terhadap
infeksi HIVt. hal ini merupakan kemajuan sains sangat penting. Studi ini memberikan
harapan kemungkinan pembuatan vaksin yang efektif secara global.
Vaksin itu diujicobakan Sejak awal 2003, kepada sukarelawan yang terdiri dari
perempuan dan laki-laki berusia 18-30 tahun dan tidak terinfeksi HIV. Mereka berlokasi
di dua provinsi di Thailand, di dekat Bangkok yang mempunyai tingkat risiko tinggi
terinfeksi HIV .
Setengah dari sukarelawan mendapatkan vaksin itu dan sebagian lagi memakai plasebo
(tidak mengandung vaksin). Sebanyak 51 orang dari total 8.197 orang yang mendapat
vaksin terinfeksi HIV. Adapun kelompok plasebo, dari total 8.198, sebanyak 74 orang
terinfeksi. Jadi ada selisih 23 orang atau sekitar 15 %.
Penemuan Vaksin ini dinilai beberapa pihak belum sempurna, masih perlu tahap-tahap
selanjutnya untuk meneympurnakan formulasi dari vaksin ini, agar dapat mendapatkan
izin licensi obat
E. HOMEOSTATIS TUBUH
Respon tubuh terhadap perubahan tersebut dapat dibagi menjadi 3 fase (1)Alarm reaction
(reaksi peringatan), pada fase ini tubuh dapat mengatasi stressor (perubahan) dengan
baik.(2).The Stage of resisten (reaksi pertahanan), reaksi terhadap stresor sudah
melampaui tahap kemampuan tubuh. Pada keadaan ini sudah dapat timbul gejala psikis
dan somatic.(3).Stage of Exhaustion (reaksi kelelahan). Pada fase ini gejala-psikosomatik
tampak jelas. .
BAB III
PEMBAHASAN
A. ISTILAH-ISTILAH KHUSUS
1. Elisa Western Blot (Enzym Linked Immunosorbent ASSAY) adalah Tes mendeteksi
antibody yang dibuat tubuh terhadap virus HIV . Menunjukan virus terdapat pada
darah.
2. Neutropenia adalah
3. Anemia normositik normokrom adalah hemolisis, bisa juga terjadi karena terapi
zidofudin (untuk menahan replitasi virus), gangguan pada sumsum tulang belakang.
sel yang mencakup monosit, reseptor pembentuk antibody (T helper, monosit,
makrofag), paling banyak diantara monosit dan makrofag.
Penentu klasifikasi AIDS paling parah.
B. KONSEP PENYAKIT
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala
penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV.
Dalam bahasa Indonesia dapat dialihkatakan sebagai Sindrom Cacat Kekebalan
Tubuh Dapatan
Kerusakan progresif pada sistem kekebalan tubuh menyebabkan ODHA (orang
dengan HIV /AIDS) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam
penyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun lama kelamaan
akan menyebabkan pasien sakit parah bahkan meninggal.
AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan
daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh faktor luar (bukan dibawa sejak lahir).
AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang
berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus (HIV). (Suzane C.
Smetzler dan Brenda G.Bare)
AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan
ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan
imunosupresi dan berkaitan dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa
kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi. (Center for Disease
Control and Prevention)
Gejala AIDS
Gejala Mayor :
BB menurun atau gagal tubuh
Diare > 1 bulan (kronis/berulang)
Demam > 1bulan (kronis/berulang)
Infeksi saluran nafas bawah yang parah atau menetap Gejala Minor :
Lymfadenopati generalisata atau hepatosplenomegali
Kandidiasis oral
Infeksi THT yang berulang
Batuk kronis
Dermatitis generalisata
Encefalit
C. ETIOLOGI
AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II, LAV, RAV.
Yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang berupa agen
viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang
kuat terhadap limfosit T.
Faktor Resiko
Pria dengan homoseksual
Pria dengan biseksual
Pengguna IV drug
Transfuse darah
Pasangan heteroseksual dengan pasien infeksi HIV
Anak yang lahir dengan ibu yang terinfeksi
Diketahui bahwa virus dibawa dalam limfosit yang terdapat pada sperma memasuki
tubuh melalui mucosa yang rusak, melalui ASI, kerusakan permukaan kulit.
Ditularkan dari orang ke orang melalui pertukaran cairan tubuh, termasuk darah,
semen, cairan vagina dan air susu ibu.
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis AIDS menyebar luas dan pada dasarnya mengenai setiap sistem
organ
Pneumonia disebabkan oleh protozoa pneumocystis carini (paling sering ditemukan
pada AIDS) sangat jarang mempengaruhi orang sehat. Gejala: sesak nafas,
batukbatuk, nyeri dada, demam tdk teratasi dapat gagal nafas (hipoksemia berat,
sianosis, takipnea dan perubahan status mental)
Gagal nafas dapat terjadi 2 3 hari
TBC
Nafsu makan menurun, mual, muntah
Diare merupakan masalah pada klien AIDS 50% 90%
Kandidiasis oral infeksi jamur
Bercak putih dalam rongga mulut tidak diobati dapat ke esophagus dan lambung
Wasthing syndrome penurunan BB/ kaheksia (malnutrisi akibat penyakit kronis,
diare, anoreksia, amlabsorbsi gastrointestinal)
Kanker: klien AIDS insiden lebih tinggi mungkin adanya stimulasi HIV terhadap
sel kanker yang sedang tumbuh atau berkaitan dangan defesiensi kekebalan
mengubah sel yang rentang menjadi sel maligna
Sarcoma kaposis kelainan maligna berhubungan dengan HIV (paling sering
ditemukan) penyakit yang melibatkan endotel pembuluh darah dan limfe. Secara
khas ditemukan sebagai lesi pada kulit sebagian tungkai terutama pada pria. Ini
berjalan lambat dan sudah diobati. Lokasi dan ukuran lesi dapat menyebabkan statis
aliran vena, limfedema serta rasa nyeri. Lesi ulserasi akan merusak intergritas kulit
dan meningkatkan ketidak nyamanan serta kerentanan terhadap infeksi.
Diperkirakan 80 % klien AIDS mengalami kalianan neurologis gangguan pada
saraf pusat, perifer dan otonom. Respon umum pada sistem saraf pusat mencakup
inflamasi, atropi, demielinisasi, degenerasi dan nekrosis.
Herpes zoster pembentukan vesikel yang nyeri pada kulit.
Dermatitis seboroikruam yang difus, bersisik yang mengenai kulit kepala dan
wajah.
Pada wanita: kandidiasis vagina dapat merupakan tanda pertama yang
menunjukkan HIV pada wanita.
E. KOMPLIKASI
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis
Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan
berat badan, keletihan dan cacat.
b. Neurologik
- kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency
Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan
motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social.
- Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik.
Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
- Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang
sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal
dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus
influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas
pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis,
reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa
terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
- Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
- Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan
efek nyeri.
Metabolisme protein BB
< dari normal peristaltik
absorpsi air absorpsi nutrisi
RESIKO GANGGUAN
diare
KEBUTUHAN NUTRISI GANGGUAN
KESEIMBANGAN CAIRAN & ELEKTROLIT
G. ASUHAN KEPERAWATAN
Rencana asuhan keperawatan
a. Pengkajian
Nama : Tn. A
Usia : 35 tahun
Jenis kelamin :Laki-laki
Berat badan : 50 kg
Tinggi badan : 170 cm
Diagnosa medis : Acquired imuno deficiency sindrome (AIDS)
Keluhan utama : lemah, lemas tidak bergairah, diare selama 40 hari
Riwayat kesehatan : sering mendadak mengidap flu yang terasa seperti flu
berat sampai suatu ketika nyaris pingsan hanya karena flu.
Diare
DO: - Virus menempel pada CD4 Resiko Bersihan jalan nafas
tak efektif
DS: - CD4 kekebalan
Virus menginfeksi paru
eksudat
DO: - Mukosa teriritasi Resiko ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan
DS: - Pelepasan asam amino
Hipermetabolisme protein
DO: - Suplai oksigen metabolisme Kelelahan
sel ATP
DS: klien mengeluh lemah,
lemas tidak bergairah
DO: - HIV dinyatakan + Isolasi sosial
diketahui publik
DS: -
DO: - Infeksi bakter Tidak ada Resiko infeksi
pertahanan tubuh
DS: -
DO: - Isolasi sosial merasa Gangguan harga diri
diasingkan
DS: -
b. Diagnosa keperawatan
Resiko Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan peningkatan secret
paru
Defisit volume cairan berhubungan dengan diare berhubungan dengan diare berat
yang ditandai klien mengaku diare selama 40 hari
Resiko infeksi
Resiko Isolasi social berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Resiko Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan status keshatan c.
Intervensi
Rencana tindakan
Diagnosa
tujuan Intervensi rasional
1. Resiko Bersihan 1. jalan nafas bersih - Kaji status respiratorius, Memudahkan
jalan nafas tak mencakup frekuensi, intervensi
- Lakukan Memudahkan
pengambilan pemeriksaan pasien
specimen sutum
untuk dianalisis.
Memudahkan
lender (suctioning)
membantu dalam
rencana diet untuk
memenuhi kebutuhan
individual
- Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk mengawasi masukkan
menentukan jumlah kalori atau kualitas
kalori dan nutrisi yang kekurangan konsumsi
dibutuhkan. makanan
mengawasi
efektivitas
- Anjurkan pasien
nutrisi
unutk meningkatkan Fe,
protein, dan vitamin C.
mempertahankan posisi
- Monitor adanya yang cukup
penurunan berat badan.
- Monitor mual dan
muntah.
- Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak selama
jam makan.
menjaga keseimbangan
- Susun rencana antara aktivitas dan
rutinitas harian. istirahat yang mungkin
diperlukan.
menentukan strategi
menghadapinya.
- Kolaborasi untuk
pengungkapan penyebab
mudah lelah.
5. Resiko infeksi 1. mencegah - Kepada pasien dan Mengidentifikasi resiko
terjadinya infeksi orang yang merawatnya infeksi
diminta untuk
memantau tandatanda
infeksi ; seperti gejala
demam/panas,
menggigil, keringat
malam, batuk dengan
atau tanpa produksi
sputum, napas yang
pendek,
- Penyuluhan
pasien mencakup Mencegah infeksi
strategi secara mandiri
pencegahan infeksi.
6. Resiko Isolasi 1. peningkatan rasa - Lakukan penilaian Mengurangi perasaan
percaya diri tingkat interaksi negative pasien
sosial
social pasien.
Membantu
- Lakukan tindakan
- Perawat harus
megurangi faktor-
memahami dan
faktor yang turut
menerima penderita
membuat pasien meras
AIDS dan keluarga serta
terisolasi.
pasangan seksualnya.
- Berikan informasi
membantu pasien agar
tentang cara melindungi
tidak menghindar
diri kontak social.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium digunakan untuk menegakkan diagnosa infeksi HIV/AIDS
berdasarkan tes yang dapat mendeteksi adanya antigen dan antibody HIV. Ketika HIV
memasuki tubuh seseorang, maka tubuh akan membentuk antibody sebagai respon tubuh
terhadap infeksi. Sehingga apabila pada darah seseorang terdapat antibody HIV, maka
seseorang tersebut adalah terinfeksi. Kebanyakan orang membentuk antibody HIV antara
6-2 minggu dari waktu infeksi. Dan pada kasusu yang jarang dapat mencapai waktu 6
bulan. Melakukan tes HIV dalam waktu kurang dari 3 bulan sejak terinfeksi dapat
menghasilkan hasil yang meragukan karena pada waktu tersebut kemungkinan orang
yang terinfeksi belum membentuk antibody terhadap HIV. Waktu antara seseorang
terinfeksi dan pembentukan antibody HIV disebut window period. Pada masa ini tidak
ditemukan antibody HIV pada tubuh mereka. Tetapi pada window period dapat
menularkan virus HIV pada orang lain walaupun hasil tes HIV negative karena orang
tersebut memiliki HIV dengan level yang tinggi pada darah, cairan-cairan seksual
ataupun ASI. Di Amerika Serikat dilakukan kombinasi dua tes antibody HIV. Apabila
antibody HIV dideteksi pada tes awal (ELISA), lalu dilakukan tes kedua yaitu Western
Blot untuk mengukur antigen yang berikatan dengan antibody.
Bila tes anibody berdasrkan ELISA digunakan untuk skrining populasi dengan
prevalensi infeksi HIV yang rendah(misalnya donor darah), hasil yang positif dalam
sampel serum harus dikonfirmasi dengan tes ulang. Hal ini untuk mencegah hasil
pemeriksaan yang positif palsu atau negative palsu. Oleh karena itu, pemeriksaan
ELISA diulang dua kali, dan jika menunjukkan hasil positif, dilakukan pemeriksaan
yang lebih spesifik untuk konfirmasi.
Tes Western Blot merupakan cara pemeriksaan yang lebih spesifik, dimana antibody
terhadap protein HIV dari berat molekul tertentu dapat terdeteksi. Tes ini
menggunakan kombinasi dari elektroforesis dan tes ELISA sehingga dapat
menentukan respon terhadap berbagi protein spesifik.
Cara pemeriksaan, HIV yang telah dimurnikan kemudian dielektroforesis dam gel
poliakrilamid. Hasil pemisahan berabagi antigen HIV dipindahkan ke kertas
nitoroselulosa yang kemudian dipotong menjadi potongan-potongan kecil dan
diinkubasi dengan serum yang diperiksa. Adanya antigen HIV akan menghasilkan
pita-pita pada berat molekul yang sesuai.
Tes Western Blot paling sering digunakan untuk konfirmasi dari tes skrining serologic
reaktif untuk antibody HIV. Tes ini dianggap positif untuk HIV-1 bila mengandung
pada pita-pita pada berta molekul yang sesuai untuk protein inti virus (p24) atau
glikoprotein selubung gp41, gp120 atau gp160. kemampuan untuk mengenali
reaktifitas spesifik terhadap protein tertentu menyebabkan tes ini mempunyai tingkat
spesifitas yang tinggi.
Tes ini digunakan untuk mendeteksi materi genetic virus pada darah. Pemeriksaan ini
sangat akurat dan dapat mendeteksi infeksi virus HIV secara dini. Tes PCR dapat
mendeteksi virus 14 hari setelah infeksi.
Dalam penelitian infeksi HIV digunakan 2 bentuk PCR, yaitu PCR DNA dan PCR
RNA. PCR RNA telah digunakan, terutama untuk memantau perubahan kadar genom
HIV yang terdapat dalam plasma. Pengujian PCR ini menggunakan metode enzimatik
untuk mengaplifikasi RNA HIV sehingga dengan cara hibridisasi dapat dideteksi. Tes
berbasis molekuler ini merupakan cara yang sangat sensitif.
Pengujian PCR DNA dikerjakan dengan mengadakan campuran reaksi dalam tabung
mikro yang kemudian diletakkan pada blok pemanas yang telah deprogram pada seri
temperature yang diinginkan. Pada dasarnya target DNA diekstraksi dari spesimen dan
secara spesifik membelah dalam tabung sampai diperoleh jumlah yang cukup yang
akan digunakan untuk deteksi hibridisasi.
Diagnosis awal infeksi HIV pada bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV sulit
dilakukan karena adanya antibody maternal membuat tes-tes serologik tidak bersifat
informatif. Pengujian PCR dapat memperkuat adanya genom HIV dalam serum atau
sel sehingga bermanfaat dalam diagnosis. Uji ini mempunyai sensitifitas 93,2% dan
spesifitas 94,9%.
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penanganan infeksi yang berhubungan dengan HIV sertamalignasi, penghentian
replikasi virus lewat preparat antivirus dan penguatan serta pemulihansystem
immune melalui penggunaan preparat immunomodulator. Misalnya :
g. Asiklofir dan foskarnat kini juga digunakan untuk mengobati ensefalitis yang
disebabkan oleh herpes simplek atau herpes zoster.
J. OBAT-OBATAN
Pengobatan HIV/ AIDS yang sudah ada kini adalah dengan pengobatan ARV
(antiretroviral) dan obat-obat baru lainnya masih dalam tahap penelitian.
Jenis obat-obat antiretroviral :
Attachment inhibitors (mencegah perlekatan virus pada sel host) dan fusion
inhibitors (mencegah fusi membran luar virus dengan membran sel hos). Obat ini
adalah obat baru yang sedang diteliti pada manusia.
Reverse transcriptase inhibitors atau RTI, mencegah salinan RNA virus ke dalam
DNA sel hos. Beberapa obat-obatan yang dipergunakan saat ini adalah golongan
Nukes dan Non-Nukes.
Obat antisense, merupakan bayangan cermin kode genetik HIV yang mengikat
pada virus untuk mencegah fungsinya (HGTV43). Obat ini masih dalam percobaan.
Obat-obatan yang telah ditemukan pada saat ini menghambat pengubahan RNA menjadi
DNA dan menghambat pembentukan protein-protein aktif. Enzim yang membantu
pengubahan RNA menjadi DNA disebut reverse transcriptase, sedangkan yang
membantu pembentukan protein-protein aktif disebut protease.
Untuk dapat membentuk protein yang aktif, informasi genetik yang tersimpan pada RNA
virus harus diubah terlebih dahulu menjadi DNA. Reverse transcriptase membantu proses
pengubahan RNA menjadi DNA. Jika proses pembentukan DNA dihambat, maka proses
pembentukan protein juga menjadi terhambat. Oleh karena itu, pembentukan virus-virus
yang baru menjadi berjalan dengan lambat. Jadi, penggunaan obat-obatan penghambat
enzim reverse transcriptase tidak secara tuntas menghancurkan virus yang terdapat di
dalam tubuh. Penggunaan obat-obatan jenis ini hanya menghambat proses pembentukan
virus baru, dan proses penghambatan ini pun tidak dapat menghentikan proses
pembentukan virus baru secara total.
Obat-obatan lain yang sekarang ini juga banyak berkembang adalah penggunaan
penghambat enzim protease. Dari DNA yang berasal dari RNA virus, akan dibentuk
protein-protein yang nantinya akan berperan dalam proses pembentukan partikel virus
yang baru. Pada mulanya, protein-protein yang dibentuk berada dalam bentuk yang tidak
aktif. Untuk mengaktifkannya, maka protein-protein yang dihasilkan harus dipotong pada
tempat-tempat tertentu. Di sinilah peranan protease. Protease akan memotong protein
pada tempat tertentu dari suatu protein yang terbentuk dari DNA, dan akhirnya akan
menghasilkan protein yang nantinya akan dapat membentuk protein penyusun matriks
virus (protein struktural) ataupun protein fungsional yang berperan sebagai enzim.
K. PENULARAN
HIV dapat menular melalui :
1. Hubungan seks yang tidak terlindung baik melalui vagina, anal maupun oral dengan
pasangan yang mengidap HIV/AIDS.
4. Pemindahan virus dari ibu hamil pengidap HIV/AIDS kepada janin dan ASI
L. PENCEGAHAN
Tindakan-tindakan untuk mencegah penularan HIV AIDS jika anda belum terinfeksi HIV
AIDS.
Pahami HIV AIDS dan ajarkan pada orang lain. Memahami HIV AIDS dan
bagaimana virus ini ditularkan merupakan dasar untuk melakukan tindakan
pencegahan, sebarkan pengetahuan in ke orang lain seperti keluarga, sahabat dan
kerabat.
Ketahui status HIV AIDS patner seks anda. Berhubungan seks dengan sembarang
orang menjadikan pelaku seks bebas ini sangat riskan terinfeksi HIV, oleh karena itu
mengetahui status HIV AIDS patner seks sangatlah penting.
Gunakan jarum suntik yang baru dan steril. Penyebaran paling cepat HIV AIDS
adalah melalui penggunaan jarum suntik secara bergantian dengan orang yang
memiliki status HIV positif, penularan melalui jarum suntik sering terjadi pada IDU
( injection drug user).
Lakukan sirkumsisi / khitan. Banyak penelitian pada tahun 2006 oleh National
Institutes of Health (NIH) menunjukkan bahwa pria yang melakukan khitan memiliki
resiko 53 % lebih kecil daripada mereka yang tidak melakukan sirkumsisi.
Lakukan tes HIV secara berkala. Jika anda tergolong orang dengan resiko tinggi,
sebaiknya melakukan tes HIV secara teratur, minimal 1 tahun sekali.
Jika anda hamil, segera konsultasikan dengan tim medis terdekat agar mendapat
penanganan khusus.
M. STADIUM AIDS
1. Stadium Pertama : HIV
Infeksi dimulai dengan masuknya HIV kedalam tubuh dan diikuti terjadinya
perubahan serologik ketika antibodi terhadap virus berubah dari negatif menjadi
positif. Rentang waktu dari masuknya HIV hingga tes antibodi positif disebut
Window Period, lamanya 1 ? 6 bulan. Pada stadium ini sudah dapat menularkan
bahkan sangat menular.
N. UNIVERSAL PRECAUTION
1. Cuci tangan selama 10 menit dengan sabun dengan air yang mengalir dan
menggosokkannya sebelum menyentuh pasien serta saat kedua tangan kotor
2. Mengenakan sarung tangan berseih sebelum menyentuh membrane mukosa atau kulit
yang tidak utuh.
3. Kenekan gaun atau apron plastic ketika terdapat kemungkinan pakaian atau kulit
menjadi kotor
4. Kenakan masker ketika bekerja langsung pada kulit dengan bagian terbuka yang luas
atau ketika terdapat kemungkinan terkenanya membrane mukosa nasal dengan
substansi tubuh yang basah.
5. Buang jarum suntik bekas pakai, jangan memasang kembali tutup jarum bekas dengan
tangan, berhati-hati ketika memanipulasi alat-alat kecil seperti heparin lock.
6. Tempatkan semua sampah dan kain kotor dalam kantong yang tertutup ketat, kenakan
sarung tangan dan pakaian pelindung ketika menangani sampah .
a. Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat.
4. Aspek teknis: melatih keluarga teknik teknik dasar yang mampu dilakukan keluarga
dirumah Mengajarkan batuk efektif. Pemberian obat yang teratur, jangan sampai lupa,
pengompresan saat panas. Menyediakan kamar yg dapat dimasuki cahaya.
Sedangkan dalam aspek psikososial, dalam melakukan tes HIV harus bersifat:
1. Sukarela, artinya bahwa seseorang yang akan melakukan tes HIV haruslah
berdasarkan atas kesadarannya sendiri, bukan atas paksaan/tekanan orang lain. Ini
juga berarti bahwa dirina setuju untuk di tes setelah mengetahui hal-hal apa saja yang
tercakup dalam tes itu, apa keuntungan dan kerugian dari tes itu, serta apa saja
implikasi dari hasil positif ataupun negatif.
2. Rahasia, artinya apapun hasil tes ini nantinya (baik positif ataupun negatif) hasilnya
hanya boleh diberitahu langsung kepada orang yang bersangkutan. tidak boleh
diwakilkan kepada siapapun, baik orang tua, pasangan, atasan atau siapapun.
1. Konseling Pre-test:
Yaitu konseling yang dilakukan sebelum darah seseorang yang menjalani tes itu
diambil. Konseling ini sangat membantu seseorang untuk mengetahui rsiko dari
perilakunya selama ini, dan bagaimana nantinya bersikap setelah mengetahui hasil
tes. Konseling pre-test juga bermanfaat untuk meyakinkan orang terhadap keputusan
untuk melakukan tes atau tidak, serta mempersiapkan dirinya bila nanti hasilnya
positif.
2. Konseling Post-test:
Yaitu konseling yang harus diberikan setelah hasil tes diketahui, baik hasilnya positif
ataupun negatif. Konseling ini sangat penting untuk membantu mereka yang hasilnya
HIV positif agar dapat mengetahui cara menghindari penularan pada orang lain, serta
untuk bisa mengatasi dan menjalani hidup secara positif. Bagi mereka yang hasilnya
HIV negative, konseling post-test bermanfaat untuk memberitahu tentang cara-cara
mencegah infeksi HIV di masa datang.
Perlu diperhatikan bahwa proses konseling, testing dan hasil tes harus dirahasiakan.
1. Empati
Ikut merasakan penderitaan sesama termasuk ODHA dengan penuh simpati, kasih
sayang dan keadilan saling menolong
2. Solidaritas
Secara bersama-sama membantu meringankan dan melawan ketidakadilan yang
diakibatkan oleh HIV/AIDS
3. Tanggung jawab
Bertanggung jawab mencegah penyebaran dan memberikan perawatan pada ODHA
(Depkes RI, 2003)
Konseling adalah proses pertolongan di mana seseorang dengan tulus ikhlas dan tujuan
yang jelas memberikan waktu, perhatian dan keahliannya untuk membantu klien
mempelajari dirinya, mengenali, dan melakukan pemecahan masalah terhadap
keterbatasan yang diberikan lingkungan. Voluntary Counseling and Testing (VCT) atau
konseling dan tes sukarela merupakan kegiatan konseling yang bersifat sukarela dan
rahasia, yang dilakukan sebelum atau sesudah tes darah di laboratorium. Tes HIV
dilakukan setelah klien terlebih dahulu memahami dan menandatangani informed
consent yaitu surat persetujuan setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dan benar.
Pelayanan VCT harus dilakukan oleh petugas yang sangat terlatih dan memiliki
keterampilan konseling dan pemahaman akan HIV/AIDS. Konseling dilakukan oleh
konselor terlatih dengan modul VCT. Mereka dapat berprofesi perawat, pekerja sosial,
dokter, psikolog, psikiater, atau profesi lain.
1. Sukarela : Bahwa seseorang yang akan melakukan tes HIV haruslah berdasarkan
atas kesadarannya sendiri, bukan atas paksaan/tekanan orang lain ini juga berarti
bahwa dirinya setuju untuk di tes setelah mengetahui hal-hal apa saja yang
mencakup dalam tes itu, apa keuntungan dan kerugian dari tes HIV, serta apa saja
implikasi dari hasil positif ataupun negatif tersebut.
2. Rahasia : Apapun hasil Tes ini (baik positif maupun negatif ) hasilnya hanya boleh
diberitahu langsung kepada orang yang bersangkutan
3. Tidak boleh diwakilkan kepada siapapun, baik orang tua/pasangan, atasan atau
siapapun
(Permenkes, 1989)
Dasar dari informed consent yaitu :
a. Asas menghormati otonomi pasien setelah mendapatkan informasi yang memadai
pasien bebas dan berhak memutuskan apa yang akan dilakukan terhadapnya
c. PP No.32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan pasal 22 ayat 1 : Bagi tenaga
kesehatan dalam menjalankan tugas wajib memberikan informasi dan meminta
persetujuan
d. UU No. 23 Tahun 1992 tentang tenaga kesehatan pasal 15 ayat 2 : Tindakan medis
tertentu hanya bisa dilakukan dengan persetujuan yang bersangkutan atau keluarga
Semua tes HIV harus mendapat informed consent dari klien setelah klien diberikan
informasi yang cukup tentang tes, tujuan tes, implikasi hasil tes positif atau negatif yang
berupa konseling prates. Dalam menjalankan fungsi perawat sebagai advokat bagi klien,
sedangkan tugas perawat dalam in formed consent telah meliputi tiga aspek penting
yaitu :
Persetujuan pada tes HIV harus bersifat jelas dan khusus, maksudnya, persetujuan
diberikan terpisah dari persetujuan tindakan medis atau tindakan perawatan lain (Kelly
1997 dalam Chitty 1993). Persetujuan juga sebaiknya dalam bentuk tertulis, karena
persetujuan secara verbal memungkinkan pasien untuk menyangkal persetujuan yang
telah diberikannya di kemudian hari. Depkes Afrika pada Bulan Desember 1999
mengeluarkan kebijakan tentang perkecualian di mana informed consent untuk tes HIV
tidak diperlukan, yaitu untuk skrining HIV pada darah pendonor dimana darah ini tanpa
nama. Selain itu informed consent juga tidak diperlukan pada pemeriksaan tes inisial
(Rapid Test) pada kasus bila ada tenaga kesehatan yang terpapar darah klien yang di
curigai terinfeksi HIV, sementara klien menolak dilakukan tes HIV dan terdapat sampel
darah.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala
penyakit yang menunjukkan kelemahan dan kerusakan system pertahanan tubuh
seseorang yang disebabkan oleh HIV(Human Immunodeficiency Virus). HIV
menyebabkan menurunnya kemampuan tubuh untuk melawan virus, bakteri, dan jamur
secara efektif yang menyebabkan timbulnya penyakit. Hal ini menyebabkan tubuh rentan
terhadap berbagai jensi tumor dan infeksi opurtunistik yang secara normal dapat dilawan
oleh tubuh. Sindrome ini pertama kali ditemukan oleh Michael Gottlieb pertengahan
tahun 1981 pada penderita pria homoseksual dan pecandu narkotik suntik di Los Angles,
Amerika Serikat. Sejak penemuan ini, dalam beberapa tahun dilaporkan lagi sejumlah
penderita dengan syndrom yang sama dari 46 negara bagian Amerika Serikat lainnya.
Penyebaran AIDS terjadi secara cepat ke berbagai benua. Dampak yang terlihat
pada penderita beserta keluarganya, serta belum diketahuinya cara penanganan dan
pengobatannya menyebabkan keresahan psikosial yang sangat besar di kalangan
masyarakat
4.2 SARAN
Karena HIV merupakan penyakit yang tejadi secara cepat dalam penularannya,
maka harus dilakukan berbagai macam pencegahan, diantaranya :
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam, M.Nurs (Hons) dan Ninuk Dian kurniawati, S.Kep.Ns. 2008. Asuhan
Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta : Salemba medika
http://pemudaindonesiabaru.blogspot.com
http://www.chem-istry.org/artikel_kimia/berita/adakah_obat_untuk_hivaids_saat_ini/
http://www.dinkes-diy.org
http://www.lusa.web.id/penyakit-imunologi-hiv-aids/
A. Identitas klien
Meliputi nama, umur jenis kelamin, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, dan lain-lain.
B. Riwayat Kesehatan/ Keperawatan
1). Keluhan Utama / alasan masuk RS
Klien sering mengalami diare, demam berkepanjangan dan nafsu makan berkurang
2) Riwayat kesehatan sekarang
Faktor pencetus HIV/ AIDS adalah sex bebas (seseorang yang terinfeksi hiv/aids), alat / jarum
suntik yang terinfeksi darah seorang pengidap hiv)
Sifat Keluhan ( Mendadak /perlahan-lahan/terus menerus/hilang timbul atau berhubungan
dengan waktu) : Terus-menerus, yaitu demam berkepanjangan, sariawan tak kunjung sembuh-
sembuh, diare kronik selama 1 bulan terus-menerus.
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, melemahnya otot
pernafasan
2. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diare berat, status hipermetabolik.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hambatan asupan makanan
(muntah/mual), gangguan intestinal, hipermetabolik.
4. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekret paru.
5. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan depresi system imun, aktifitas yang tidak
terorganisir
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolisme.
7. Resiko gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
8. Resiko isolasi social berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
2.2.3 Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DO : - Dispnea; takipnea Menurunnya ekspansiPola nafas tidak efektif
- Periode apnea paru dan melemahnya
- Pernapasan cuping hidung otot pernafasan
- Retraksi dinding dada
- Sianosis
- Kelelahan
3.3 DO : mual dengan atau disertaiHambatan dalam asupanPerubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
muntah nutrisi ( mual dantubuh.
Disfagia dan nyeri restrosternal saatmuntah) serta gangguan
menelan intestinal
Lesi pada rongga mulut, adanya
selaput putih
Kesehatan gigi buruk dengan atau
tanpa gigi yang tanggal
Turgor kulit yang buruk
2.2.3 NCP
N Dx. keperawatan Tujuan Interverensi Rasional
O
1 Pola nafas tidak Mempertahankan- Mempertahankan - Auskultasi bunyi - Memperkirakan
efektif b/d pola nafas yang pla napas yang nafas, tandai daerah adanya perkembangan
efektif. komplikasi /infeksi
penurunan efektif - Tidak mengalami
paru yang pernapasan
ekspansi paru, sesak napas / mengalamai
melemahnya sianosis. penurunan/kehilana
otot pernafasan gn ventilasi , dan
munculnya bunyi
adventisius. - Takipnea, sianosis
- Catat dan peningkatan napas
kecepatan/kedalama menunjukan kesulitan
n pernapsan, bernapas dan adanya
sianosis, kebutuhan untuk
meningkatkan
penggunaan otot intervensi medis.
aksesoris dan
munculnya dispnea,- Meningkatkan fungsi
ansietas. pernapasan yang
- Tinggikan kepala optimal dan
mengurangi infeksi yg
tempat tidur. ditimbulkan karena
usahakan pasien atelektasis.
untuk berbalik,
batuk, menarik - Membantu
napas sesuai membersihkan jalan
napas, sehingga
kebutuhan. memungkinkan
- Hisap jalan napas terjadinya pertukaran
sesuai kebutuhan, gas dan mencegah
gunakan tehnik terjadinya komplikasi.
steril dan lakukan
- Hipoksemia dapat
tindakan terjadi akibat adanya
pencegahan. perubahan tingkat
kesadaran.
- Kaji perubahan
tingkat kesadaran. Kolaborasi
- Menunjukan status
Kolaborasi pernapasan,
- Pantau/buat kurva kebutuhan
perawatan
hasil pemeriksaan /keefektifan
GDA/nadi oksimetri pengobatan.
- Intruksikan untuk
menggunakan
spirometer insentif. - Mendorong teknik
pernapasan yang tepat
dan meningkatkan
- Berikan tambahan pengembangan paru.
O2yang
dilembabkan - Mempertahankan
melalui cara yang ventilasi efektif untuk
sesuai. mencegah/memperbai
ki krisis pernapasan.
- Mempertahankan
keseimbangan,
mengurangi rasa
hausdan
melembabkan
membrane
mucosa.
- berikan perawatan
mulut, awasi - Mengurangi
tindakan ketidaknyamanan
pencegahan sekresi. yang berhubungan
dengan mual/muntah,
Hindari obat kumur lesi oral, pengeringan
yang mengandung mukosa, dan halitosis.
alcohol.
DAFTAR PUSTAKA