Definisi hiperkalsemia
Hiperkalsemia adalah keadaan di mana kadar kalsium serum >10,5 mg/dl atau
kadar ion kalsium >1,33 mmol/L.
2. Penyebab hiperkalsemia
Terdapat tiga dasar mekanisme patofisiologi yang berkontribusi terhadap
kejadian hiperkalsemia yaitu : peningkatan absorpsi kalsium dari traktus
gastrointestinal, penurunan ekskresi kalsium ginjal, dan peningkatan resorpsi kalsium
tulang (Carroll dan Schade, 2003).
Hiperkalsemia akibat gagal ginjal akut terjadi terutama pada penderita dengan
rhabdomiolisis. Awalnya, hiperfosfatemia menyebabkan deposisi kalsium pada
jaringan lunak, mengakibatkan hipokalsemia dan HPT sekunder. Selanjutnya ginjal
mulai melindungi dengan reentri/ masuknya kembali garam kalsium ke dalam
sirkulasi yang dihubungkan dengan kadar PTH tinggi sehingga menyebabkan transien
hiperkalsemia.
Pada penderita gagal ginjal kronik khususnya yang menjalani hemodialisis,
sering dijumpai hiperkalsemia disebabkan oleh kelebihan vitamin D, imobilisasi,
penggunaan antasid kalsium, sekresi PTH otonom, atau kombinasi di antaranya
(Penfield dan Reilly, 2005).
4. Klasifikasi hiperkalsemia
Hiperkalsemia ringan adalah jika kadar kalsium serum total 10,5 - 12 mg/dL
(2,63 - 3 mmol/L) atau kadar ion kalsium 5,78 mg/dL (1,432 mmol/L), umumnya
asimptomatik. Pada hiperkalsemia sedang, manifestasi multiorgan dapat terjadi.
Kadar kalsium >14 mg/dL (3,5 mmol/L) dapat mengancam jiwa (Carrol dan Schade,
2003).
5. Terapi hiperkalsemia
Penatalaksanaan tergantung kadar kalsium darah dan ada tidaknya gejala. Jika
kadar kalsium <12 mg/dL, tanpa gejala, biasanya tidak perlu tindakan terapeutik. Jika
kadar kalsium 12-14 mg/dL disertai gejala hiperkalsemia, diperlukan terapi agresif,
tetapi jika tidak disertai gejala, cukup diterapi dengan hidrasi adekuat 3000 6000
mL cairan NaCl 0,9% pada 24 jam pertama. Perbaikan volume cairan ekstraseluler ke
normal akan meningkatkan ekskresi kalsium urin sebesar 100-300mg/hari. Perbaikan
gejala klinis, seperti status mental dan mual muntah tampak < 24 jam pertama.
Namun rehidrasi merupakan terapi intervensi sementara dan jarang mencapai kadar
normal jika digunakan sendiri. Jika terapi sitoreduktif definitif (operasi, radiasi, atau
kemoterapi) terhadap penyakit dasar tidak dilakukan, terapi hipokalsemik seharusnya
digunakan dalam jangka lama untuk mencapai kontrol (Skugor dan Millas, 2005;
Penfield dan Reilly, 2005).
Setelah hidrasi tercapai, dengan kadar kalsium masih tinggi, dapat diberi loop
diuretic (furosemide 20-40 mg/IV/2 jam). Loop diuretic akan bekerja menghambat
reabsorpsi kalsium dan natrium di ansa Henle, meningkatkan ekskresi kalsium urin,
juga natrium, kalium, klorida, magnesium, dan air. Penting memantau status
hemodinamik secara intensif untuk mencegah kelebihan cairan dan dekompensasi
jantung, dengan mengukur volume urin secara serial dan pemeriksaan elektrolit untuk
mencegah kondisi yang dapat mengancam jiwa, seperti hipofosfatemia, hipokalemia,
dan hipomagnesemia (Skugor dan Millas, 2005; Cancer Mail, 2008).
DAFPUS
Carroll ME, Schade DS, . A Practical Approach to Hypercalcemia. Am Fam Physician. 2003;67:1959 -
66.
Penfield JG, Reilly RF. The Patient with Disorders of serum Calcium and phosphate. In: RW S, ed.
Manual of Nephrology. 7th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2005:62-80