PUSKESMAS GARAWANGI
DASAR HUKUM
PENGERTIAN
Pemberian Kapsul Vitamin A dosis Tinggi (200.000 IU) pada ibu nifas, satu kapsul
diminum setelah melahirkan dan satu kapsul diminum pada hari berikutnya paling lambat
pada hari ke 42 hari setelah melahirkan
TUJUAN
Mencegah Kekurangan Vitamin. A pada ibu nifas dan memberikan kekebalan kepada
ibu nifas dan bayi yang dilahirkan
SASARAN
KEBIJAKAN
PUSKESMAS GARAWANGI
DASAR HUKUM
PENGERTIAN
1. Pemberian Kapsul Vitamin A pada Bayi (6-11 bl) /Biru (100.000 IU) setiap
bulan Februari dan Agustus
2. Pemberian Kapsul Vitamin A pada Anak Balita (12-59 bl)/ Merah (200.000 IU)
setiap bulan Februari dan Agustus
TUJUAN
Mencegah Kekurangan Vitamin. A pada bayi (6-11 bl) dan anal balita (12-59 bl)
SASARAN
Bayi (6-11 bl) dan Anak Balita (12-59 bl) di wilayah kerja Puskesmas Garawangi
KEBIJAKAN
Semua Bayi (6-11 bl) dan Anak Balita (12-59 bl) di wilayah kerja Puskesmas
Garawangi mendapatkan Kapsul Vitamin A dosis Tinggi 2 kali dalam setahun
PUSKESMAS GARAWANGI
Jl. Garawangi No....... Kec. Garawangi-Kuningan
DASAR HUKUM
PENGERTIAN
TUJUAN
1. Ditemukannya kasus baru balita gizi buruk untuk dapat ditangani secara
cepat, tepat dan konferhensif
2. Terindentifikasinya faktor resiko gizi buruk disuatu wilayah sebagai bahan
informasi bagi sektor terkait dalam penentuan intervensi
3. Ditetapkannya rencana pencegahan dan penanggulangan gizi buruk secara
konferhensif
SASARAN
KEBIJAKAN
Semua balita gizi buruk yang dilaporkan dapat teridentifikasi dan terlaporkan serta
mendapat pelayanan
PROSEDUR
Persiapan
Pelaksanaan
PUSKESMAS GARAWANGI
Jl. Garawangi No....... Kec. Garawangi-Kuningan
DASAR HUKUM
PENGERTIAN
TUJUAN
SASARAN
SD/ MI terpilih
KEBIJAKAN
Semua merk Garam yang beredar dan dikonsumsi dimasyarakat harus di pantau
kadar yodium nya
PROSEDUR
Persiapan
1.Menentukan sampel
2.Menyusun Jadwal Pelaksanaan
Pelaksanaan
PUSKESMAS GARAWANGI
DASAR HUKUM
PENGERTIAN
TUJUAN
SASARAN
KEBIJAKAN
Semua Balita (0-59 Bln) harus di timbang berat Badannya setiap bulan di Posyandu
PROSEDUR
Persiapan
Pelaksanaan
1. Bersama Bidan Desa dan Petugas Promkes Melaksanakan kegiatan Rakor
Desa sesuai jadwal
2. Kader Posyandu Menyebarluaskan informasi tentang jadwal Posyandu
3. Bersama Bidan desa dan kader serta TIM melaksanakan Pemantauan
pertumbuhan Balita di posyandu sesuai KMS
4. Memberikan Penyuluhan di meja 4 sesuai dengan rujukan kader Posyandu.
5. Membuat Pencatatan dan Pelaporan (SKDNTOB)
6. 6.Evaluasi Hasil Kegiatan Posyandu.
Suplementasi zat besi merupakan salah satu upaya dalam penanggulangan anemia
yang dilengkapi dengan asam folat dan sekaligus dapat mencegah dan menanggulangi
anemia akibat asam folat. Program suplementasi ini diberikan pada :
Program untuk mengatasi masalah anemia defisiensi besi pada ibu hamil yang telah
dilakukan di Indonesia adalah distribusi tablet besi dalam bentuk fero-sulfat 200 mg yang
mengandung 60 mg zat besi dan 250 g folat dengan dosis 1 tablet per hari. Paket yang
diberikan kepada ibu hamil adalah 90 butir tablet selama kehamilan (Sulistiyani, 2010).
Kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe dapat diukur dari ketepatan jumlah
tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi, frekuensi konsumsi perhari.
b. Pada remaja
1. Pemeriksaan kadar Hb darah dan recall pola makan remaja putri yang
dilakukan sebelum dan sesudah pemberian tablet tambah darah.
2. Pemberian tablet tambah darah kepada remaja putri dan konseling gizi yang
bertujuan untuk memantapkan kemauan dan kemampuan remaja putri dalam
melaksanakan perilaku gizi yang baik dan benar agar tidak terjadi anemia.
3. Pemantauan kepatuhan minum tablet tambah darah.
4. Evaluasi kegiatan.
Tablet tambah darah diberikan 1 tablet setiap minggu dan 10 tablet pada waktu
menstruasi sehingga total tablet yang diminum selama 4 bulan kegiatan adalah 52 tablet.
Bayi dan balita juga merupakan sasaran dari suplementasi zat besi. Pada masa ini
merupakan masa-masa pertumbuhan, sehingga kebutuhan zat besi cukup tinggi.
Suplementasi zat besi diberikan dalam benuk cairan/sirup untuk kelompok umur balita. Efek
samping yang ditimbulkan dari suplementasi ini adalah konstipasi/sembelit dan tinja menjadi
hitam. Apabila penggunaan suplementasi tidak memperbaiki keadaan, diperlukan
penanganan lebih lanjut untuk mengetahui penyebab. Jika anemia yang terjadi sangat berat,
diperlukan transfuse darah untuk meningkatkan kadar hemoglobin darah.
Fortifikasi adalah alternatif untuk mengatasi anemia yang paling murah untuk
dilakukan. Menurut Soekirman dalam Sulistiyani, fortifikasi zat besi telah dilakukan di
Indonesia pada tepung terigu, karena bahan makanan ini memenuhi persyaratan sebagai
pembawa (vehicle), karena merupakan produk pabrik sehingga mudah dikontrol. Selain itu
tepung terigu tidak berubah rasa, aroma maupun warna konsistensinya setelah proses
fortifikasi. Selain pada tepung terigu, fortifikasi zat besi juga dapat dilakukan pada garam.
a. Meningkatkan konsumsi zat besi heme yang biasanya berasal dari produk
hewani seperti daging, ikan, hati, dan unggas.
b. Meningkatkan konsumsi vitamin C dan makanan yang dapat meningkatkan
penyerapan zat besi, seperti makanan hasil fermentasi.
c. Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung faktor penghambat
penyerapan seperti tannin dalam the dan kopi, serta fitat dalam kacang
kedelai dan golongan serealia lainnya (Sulistiyani, 2010)
Ibu hamil yang mengalami anemia di Kabupaten Purworejo pada tahun 2008
sebanyak 1.219 jiwa dari 11.154 jiwa atau sekitar 10,9%. Cakupan Fe pada ibu hamil juga
belum memenuhi target, yaitu sebesar 100%. DKK Purworejo melakukan berbagai program
dan kegiatan untuk memperkecil jumlah kasus anemia pada ibu hamil di wilayah ini.
Kegiatan tersebut meliputi :
1. Pengadaan Fe
Dinkes Jawa Tengah pada tahun 2009 memiliki program perbaikan gizi, sehingga
penyediaan Fe ini dilakukan.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan pemberian Fe pada ibu hamil dilakukan oleh bidan Puskesmas pada
setiap kunjungan ibu hamil baik di Puskesmas, Posyandu, bidan, dan dokter. Sebelum
pemberian tablet Fe lebih dahulu dilakukan pemeriksaan Hb. Pemeriksaan tidak dapat
dilakukan oleh keseluruhan ibu hamil, karena biaya yang harus dikeluarkan masih tergolong
tinggi. Meski demikian, semua ibu hamil akan mendapatkan Fe dengan atau tanpa
pemeriksaan Hb lebih dahulu.
Kegiatan ini bertujuan untuk memantau dan menganalisis hasil kegiatan yang telah
dilakukan oleh Dinas Kesehatan kepada ibu hamil. Monitoring dilakukan dengan cara
melihat data cakupan kunjungan periksa ibu hamil di tenaga kesehatan. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui seberapa aktif ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya. Sedangkan
evaluasi dilakukan dengan membandingkan cakupan kunjungan ibu hamil pertama (K1) dan
kunjungan ibu hamil yang keempat (K4).
2. Ibu hamil