Definisi
2. Epidemiologi
Salpingitis banyak di temukan pada masyarakat sosial ekonomi rendah. Namun hal ini
dianggap sebagai efek dari riwayat seks sebelumnya, gonta - ganti pasangan dan kurangnya
pengetahuan kesehatan yang baik merupakan faktor resiko independen untuk salpingitis. Sebagai
akibat peningkatan resiko akibat berganti ganti pasangan, maka prevalensi tertinggi salpingitis
Kurangnya kesadaran dini dan kurangnya kemauan untuk menggunakan alat kontrasepsi
3. Etiologi
Infeksi ini jarang terjadi sebelum siklus menstruasi pertama, setelah menopause maupun
selama kehamilan. Penularan yang utama terjadi melalui hubungan seksual, tetapi bakteri juga
bisa masuk ke dalam tubuh setelah prosedur kebidanan/kandungan (misalnya pemasangan IUD,
Tuberkulosis.
Beberapa bakteri yang paling umum bertanggung jawab untuk salpingitis meliputi:
Klamidia
Mycoplasma
Staphylococcus
Streptococcus.
4. Patofisiologi
Kebanyakan kasus salpingitis terjadi dalam 2 tahap. Pertama melibatkan akuisisi infeksi
vagina atau leher rahim. Yang kedua melibatkan peningkatan saluran kelamin bagian atas.
Meskipun mekanisme yang tepat untuk peningkatan tidak diketahui, siklus menstruasi mundur
dan pembukaan leher rahim selama menstruasi tapi hal tersebut merupakan faktor yang dapat
meningkatkan infeksi.
predisposisi wanita untuk infeksi ini. Perubahan dalam lingkungan mikro cervicovaginal
dihasilkan dari terapi antibiotik, ovulasi, menstruasi atau penyakit menular seksual (PMS) dapat
untuk berkembang biak sangat cepat dan akan naik ke saluran bagian atas.
5. Diagnosis
Gambaran klinis
a. Salpingitis akut
Salpingitis akut, saluran tuba menjadi merah dan bengkak, dan mengeluarkan cairan tambahan
sehingga dinding-dinding bagian dalam tabung sering tetap bersatu. Tabung mungkin juga tetap
berpegang pada struktur terdekat seperti usus. Kadang-kadang, sebuah tabung tuba bisa mengisi
dan mengasapi dengan nanah. Dalam kasus yang jarang terjadi, tabung pecah dan menyebabkan
b. Salpingitis Kronis
Salpingitis kronis biasanya mengikuti suatu serangan akut. Infeksi ini lebih ringan, lebih
menjadi rusak tanpa wanita bahkan menyadari bahwa ia memiliki infeksi. Gejala salpingitis
dapat mencakup:
Demam
6. Penatalaksanaan
Tujuan pengelolaan secara efisien salpingitis adalah untuk mengobati infeksi akut,
sehingga menjaga kesuburan dan mencegah kehamilan ektopik, serta mengurangi risiko jangka
Wanita dengan PID atau salpingitis dapat berobat jalan maupun di rawat inap. Menurut
Pelvic Inflammatory Disease Evaluation and Clinical Health (PEACH) trial, 831 wanita dengan
gejala PID ringan biasanya menerima pasien rawat inap dengan pengobatan melalui intravena
(IV) : cefoxitin dan doxycycline, sedangkan untuk pesien rawat jalan diberi intramuskular (IM)
bersamaan dan selama menjalani pengobatan jika melakukan hubungan seksual, pasangan
7. Komplikasi
Infeksi dapat menyebar ke struktur terdekat, seperti indung telur atau rahim.
Wanita pasangan atau mitra dapat kontrak bakteri dan terinfeksi juga.
Tubo-ovarium abses
rawat inap.
Kehamilan Ektopik
Tabung tuba yang diblokir mencegah telur yang telah dibuahi memasuki rahim, sehingga
embrio kemudian tumbuh diluar tabung tuba. Resiko kehamilan ektopik untuk wanita
dengan salpingitis atau penyakit radang panggul (PID) adalah sekitar 1 20 persen.
Infertility
Tabung tuba cacat atau terdapat luka sehingga telur dan sperma tidak dapat bertemu.
Setelah seseorang terkena salpingitis atau PID, seorang wanita memiliki resiko infertilitas
sekitar 15 persen.
8. Prognosis
Prognosis untuk salpingitis sangat bagus jika penyakit ini didiagnosis dan diobati dini,
meskipun sebagian kecil pasien akan menjadi tidak subur meskipun perawatan dini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk
4. Robin, Cotran, Humar. 1999. Buku Saku Robbins, Dasar Patologi Penyakit. Jakarta:
EGC.