Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

PRESBIOPIA

PEMBIMBING :
dr. Dijah Halimi, Sp.M
dr. Shanti Sri Agustina, Sp.M, Mkes

DISUSUN OLEH :
Shofa Muminah

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI


KEPANITERAAN DEPARTEMEN MATA RSUD DR DRADJAT
PRAWIRANEGARA
MEI 2017
BAB I
LAPORAN KASUS PASIEN

1.1 Identitas
Nama : Ny. S
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Serang
Tanggal pemeriksaan : 23 Mei 2017

1.2 Anamnesa
Keluhan utama
Sulit membaca dekat

Keluhan tambahan
Mata cepat lelah, berair

Riwayat penyakit sekarang:


Seorang pasien datang dengan keluhan kesulitan dalam membaca dekat.
Keluhan ini dialami sejak 5 tahun yang lalu. Keluhan dirasakan perlahan-lahan yang
semakin lama semakin buruk. Tetapi saat melihat jauh tidak ada penurunan
penglihatan. Keluhan juga disertai mata yang cepat lelah, berair dan terasa pedih
serta sakit kepala saat melihat objek dekat dalam waktu yang lama. Mual dan muntah
disangkal pasien. Keluhan nyeri pada mata disangkal. Penglihatan berkabut dan silau
jika terkena cahaya disangkal. Riwayat menggunaan kacamata baca (+) add +2.00
sejak 5 tahun yang lalu. Riwayat hipertensi dan diabetes melitus disangkal.

Riwayat penyakit dahulu :


 Keluhan serupa (+)
 Trauma pada mata (-)
 Hipertensi (-)
 Diabetes Melitus (-)
 Alergi (-)

Riwayat penyakit keluarga :


 Keluhan serupa (-)
 Hipertensi (-)
 Diabetes Melitus (-)
Riwayat operasi mata (-)

1.3. Pemeriksaan Fisik


1.3.1. Status Generalis
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital
 Tekanan darah : 130/110 mmHg
 Nadi : 88x/menit
 Suhu : 36,5°C
 Frekuensi nafas : 20x/menit
Kepala : Normosefal
Mata : Pada status oftalmologi
Telinga,hidung,tenggorokan : Sekret (-), Polip hidung (-), hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Toraks dan abdomen : Dalam batas normal
Ekstremitas : Dalam batas normal

1.3.2 Status Oftalmologis


OD OS

Posisi Ortotropia
Hirscbergh
Gerakan Baik ke segala arah Baik ke segala arah
bola mata

Lapang Nasal : 70, Temporal : 90, Nasal : 70, Temporal : 90,


pandang Superior : 60, inferior : 50 Superior : 60, inferior : 50

Visus 6/6 6/6


add + 2.50 add +2.50
TIO Normal/ Palpasi Normal/ Palpasi

Silia dan Baik, tumbuh teratur, madarosis Baik, tumbuh teratur, madarosis
Supracilia (-), entropion (-), ektropion (-) (-), entropion (-), ektropion (-)
Palpebra hematom (-), hiperemis (-) hematom (-), hiperemis (-)
superior edema (-), minimal benjolan (-) edema (-), minimal benjolan (-)
entropion(-), ektropion (-), entropion (-), ektropion (-),
sikatrik (-) sikatrik (-)
Palpebra hematom (-) hiperemis (-) hematom (-) hiperemis (-) edema
inferior edema (-) benjolan (-) (-) benjolan (-) entropion(-),
entropion(-), ektropion (-) ektropion (-) sikatrik (-)
sikatrik (-)
Konjungtiva hiperemis (-) folikel (-) papil (-) hiperemis (-) folikel(-) papil (-)
tarsal
superior
Konjungtiva hiperemis (-) folikel (-) papil (-) hiperemis (-) folikel (-) papil (-)
tarsal
inferior
Konjungtiva Injeksi konjungtiva (-), Injeksi Injeksi konjungtiva (-) Injeksi
bulbi silier (-), perdarahan silier (-)
subkonjungtiva (-), sekret Perdarahan subkonjungtiva (-)
purulen (-) Sekret purulent (-)
Kornea Jernih, edema (-), infiltrat (-), Jernih, edema (-), infiltrat (-)
ulkus (-) ulkus (-)
COA Jernih, hipopion (-) hifema (-) Jernih, hipopion (-) hifema (-)
Pupil Bulat , Ø 4 mm , RCL/RCTL Bulat , Ø 4 mm , RCL/RCTL
+/+ +/+
Iris Warna coklat, kripti (+),sinekia Warna coklat, kripti (+),sinekia
anterior (-) sinekia posterior (-) anterior (-) sinekia posterior (-)

Lensa Jernih Jernih


Reflek Belum dilakukan Belum dilakukan
fundus

1.3 Pemeriksaan Penunjang


Slit lamp
Funduskopi direk

1.5. Diagnosa Kerja


Presbiopia ODS

1.6. Diagnosa Banding


Hipermetropia

1.7. Penatalaksanaan
Koreksi kacamata lensa positif : add + 2.50
Vitanorm tab 2 x 1 tab

1.8. Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Mata

Gambar 1: Anatomi mata

Pemahaman tentang anatomi mata diperlukan untuk mengetahui berbagai proses


yang terjadi dalam mata. Pada penglihatan terhadap proses yang cukup rumit oleh
jaringan yang dilalui seperti membelokkan sinar, memfokuskan sinar dan
meneruskan rangsangan sinar yang membentuk bayangan yang dapat dilihat. Berikut
adalah bagian mata yang memegang peranan pembiasan sinar pada mata :

a. Kornea
Kornea merupakan jendela paling depan dari mata dimana sinar
masuk dan difokuskan ke dalam pupil. Bentuk kornea yang cembung dan
sifatnya yang transparan merupakan hal yang sangat menguntungkan karena
sinar yang masuk 80% atau dengan kekuatan 40 Dioptri dilakukan atau
dibiaskan oleh kornea ini. Indeks bias kornea adalah 1,38. Kelengkungan
kornea mempunyai kekuatan yang berkekuatan sebagai lensa hingga 40
dioptri.
b. Iris
Iris merupakan bagian yang berwarna pada mata. Iris menghalangi
sinar msuk ke dalam mata dengan cara mengatur jumlah sinar masuk ke
dalam pupil melalui besarnya pupil.
c. Pupil
Pupil yang berwarna hitam pekat pada sentral iris mengatur jumlah
sinar masuk kedalam mata. Seluruh sinar yang masuk melalui pupil diserap
sempurna oleh jaringan dalam mata. Tidak ada sinar yang keluar melalui
pupil sehingga pupil akan berwarna hitam. Ukuran pupil dapat mengatur
refleks mengecil atau membesarkan untuk jumlah masuknya sinar.
Pengaturan jumlah sinar masuk ke dalam pupil diatur secara refleks. Pada
penerangan yang cerah pupil akan mengecil untuk mengurangi rasa silau.
Pada tepi pupil terdapat m.sfingter pupillae yang bila berkontraksi akan
mengakibatkan mengecilnya pupil (miosis). Hal ini terjadi ketika melihat
dekat atau merasa silau dan pada saat berakomodasi. Selain itu, secara radier
terdapat m.sfingter dilatator pupillae yang bila berkontraksi akan
mengakibatkan membesarnya pupil (midriasis). Midriasis terjadi ketika
berada di tempat gelap atau pada waktu melihat jauh.
d. Badan Siliar
Badan siliar merupakan bagian khusus uvea yang memegang peranan
untuk akomodasi dan menghasilkan cairan mata. Di dalam badan siliar
didapatkan otot akomodasi dan mengatur besar ruang intertrabekula melalui
insersi otot pada scleral spur.
e. Lensa
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di
dalam mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak
dibelakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram
yang menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi. Lensa yang jernih
ini mengambil peranan membiaskan sinar 20% atau 10 dioptri. Peranan lensa
yang terbesar adalah pada saat melihat dekat atau berakomodasi.
f. Retina
Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung
reseptor yang menerima rangsangan cahaya dan terletak dibelakang pupil.
Retina akan meneruskan rangsangan yang diterimanya berupa bayangan
benda sebagai rangsangan elektrik ke otak sebagai bayangan yang dikenal.
g. Saraf optik
Saraf optik yang keluar dari polus bola mata membawa 2 jenis serabut
saraf, yaitu: saraf penglihat dan serabut pupilomotor. Saraf penglihat
meneruskan rangsangan listrik dari mata ke korteks visual untuk dikenali
bayangannya.

2.2 Fisiologi

Mata secara optik dapat disamakan dengan sebuah kamera fotografi, mata
mempunyai sistem lensa, sistem aperture yang dpat berubah-ubah (pupil) dan retina
yang dapat disamakan dengan film. Sistem lensa mata terdiri atas empat perbatasan
refraksi, yaitu : perbatasan antara permukaan anterior kornea dan udara, perbatasan
antara permukaan posterior kornea dan humour aquous, perbatasan antara humour
aquous dan permukaan anterior lensa mata dan perbatasan antara permukaan
posterior lensa dengan vitreus. Indeks internal udara adalah 1, kornea 1,38, humour
aquos 1,33, lensa kristalina (rata-rata) 1,40 dan humour vitreus 1,34.

Gambar 2. refraksi
Pembelokan sebuah berkas cahaya (refraksi) terjadi ketika suatu berkas
cahaya berpindah dari satu medium dengan tingkat kepadatan tertentu ke medium
dengan tingkat kepadatan yang berbeda. Di kenal beberapa titik di dalam bidang
refraksi, seperti pungtum proksimum merupakan titik terdekat dimana seseorang
masih dapat melihat dengan jelas. Pungtum remotum adalah titik terjauh dimana
seseorang masih dapat melihat dengan jelas, titik ini merupakan titik dalam ruang
yang berhubungan dengan retina atau foveola bila mata istirahat. Pada emetropi,
pungtum remotum terletak didepan mata.

Derajat refraksi ditentukan oleh dua faktor, yaitu : rasio indeks bias dari
kedua media transparan dan derajat kemiringan antara bidang peralihan dan
permukaan gelombang yang datang. Pada permukaan yang melengkung seperti
lensa, semakin besar kelengkungan, semakin besar derajat pembiasan dan semakin
kuat lensa. Suatu lensa dengan permukaan konveks (cembung) menyebabkan
konvergensi atau penyatuan berkas-perkas cahaya, yaitu persyaratan untuk
membawa suatu bayangan ke titik focus. Dengan demikian, permukaan refraktif
mata bersifat konveks. Lensa dengan permukaan konkaf (cekung) menyebabkan
divergensi (penyebaran) berkas-berkas cahaya.

Cahaya merambat melalui udara kira-kira dengan kecepatan 300.000


km/detik, tetapi perambatannya melalui benda padat dan cairan yang trasnparan jauh
lebih lambat. Ketika suatu berkas cahaya msuk ke sebuah medium yang lebih tinggi
densitasnya, cahaya tersebut melambat (begitu pula sebaiknya). Berkas cahaya
mengubah arah perjalanannya ketika melalui permukaan medium baru pada setiap
sudut kecuali sudut tegak lurus.

Proses melihat bermula dari masuknya seberkas cahaya dari benda yang
diamati kedalam mata melalui lensa yang kemudian dibiaskan pada retina (macula).
Terjadi perubahan proses sensasi cahaya menjadi impuls listrik yang diteruskan ke
otak melalui saraf optik untuk kemudian di interpretasikan. Kemampuan seseorang
untuk melihat tajam (focus) atau disebut juga tajam penglihatan (acies visus)
tergantung dari media refraktif di dalam bola mata.
Sistem lensa mata membentuk bayangan di retina. Bayangan yang terbentuk
di retina terbalik dari benda aslinya. Namun demikian, persepsi otak terhadap benda
tetap dalam keadaan tegak, tidak terbalik seperti bayangan yang terjadi di retina,
karena otak sudah dilatih menangkap bayangan yang terbalik itu sebagai keadaan
normal.

Pembentukan bayangan di retina memerlukan empat proses. Pertama,


pembiasan sinar/cahaya. Hal ini berlaku apabila cahaya melalui perantaraan yang
berbeda kepadatannya dengan kepadatan udara, yaitu kornea, humour aquous, lensa
dan vitreus. Kedua akomodasi lensa, yaitu proses lensa menjadi cembung atau
cekung tergantung pada objek yang dilihat itu dekat atau jauh. Ketiga konstriksi
pupil yaitu pengecilan garis pusat pupil agar cahaya tepat di retina sehingga
penglihatan tidak kabur. Pupil juga mengecil apabila cahaya yang terlalu terang
memasukinya atau melewatinya. Hal ini penting untuk melindungi mata dari paparan
cahaya yang tiba-tiba atau terlalu terang. Keempat pemfokusan yaitu pergerakan
kedua bola mata sedemikian rupa sehingga kedua bola mata terfokus kearah objek
yang sedang dilihat.

Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan oleh dataran


depan dan kelengkungan kornea dan panjangnya bola mata. Karena mempunyai daya
pembiasan sinar terkuat dibanding bagian mata lainnya. Lensa memegang peranan
membiaskan sinar terutama pada saat melakukan akomodasi atau melihat benda yang
dekat. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh kornea (mendatar,mencembung)
atau adanya perubahan panjang (lebih panjang, lebih pendek) bola mata maka sinar
normal tidak dapat terfokus pada macula.

Kemampuan akomodasi lensa membuat cahaya tidak berhingga akan terfokus


pada retina, demikian pula bila benda jauh didekatkan, maka benda pada jarak yang
berbeda-beda akan terfokus pada retina atau macula lutea. Akibat akomodasi, daya
pembiasan bertambah kuat. Kekuatan akomodasi akan meningkat sesuai dengan
kebutuhan, semakin dekat benda maka semakin kuat mata harus berakomodasi
(mencembung). Akomodasi terjadi akibat kontraksi otot siliar. Kekuatan akomodasi
diatur oleh refleks akomodasi. Refleks akomodasi akan meningkat bila mata melihat
kabur dan pada waktu konvergensi atau melihat dekat.

Pada saat seseorang melihat suatu objek pada jarak dekat, maka terjadi trias
akomodasi yaitu : (i) kontraksi dari otot siliar yang berguna agar zonula zini
mengendor, lensa dapat mencembung, sehingga cahaya yang datang dapat
difokuskan ke retina. (ii) konstriksi dari otot rektus internus, sehingga timbul
konvergensi dan mata tertuju pada benda itu, (iii) konstriksi otot konstriksi pupil dan
timbullah miosis agar cahaya yang masuk tak berlebih dan terlihat dengan jelas.

2.3 Definisi Presbiopia

Presbiopia merupakan keadaan dimana semakin berkurangnya kemampuan


akomodasi mata seiring dengan bertambahnya usia. Kelainan ini terjadi pada mata
normal berupa gangguan perubahan kecembungan lensa yang dapat berkurang akibat
berkurangnya elastisitas lensa sehingga terjadi gangguan akomodasi.

Pada presbiopia terjadi kekakuan lensa seiring dengan bertambahnya usia,


sehingga kemampuan lensa untuk memfokuskan bayangan saat melihat dekat. Hal
tersebut menyebabkan pandangan kabur saat melihat dekat.

Gambar 3 : Skema Presbiopi


2.4 Epidemiologi

Prevalensi presbiopi lebih tinggi pada populasi dengan usia harapan hidup yang
tinggi. Karena presbiopi berhubungan dengan usia, prevalensinya berhubungan
langsung dengan orang-orang lanjut usia dalam populsinya.

Walaupun sulit untuk melakukan perkiraan insiden presbiopi karena onsetnya


yang lambat, tetapi bisa dilihat bahwa insiden tertinggi presbiopi terjadi pada usia 42
hingga 44 tahun. Studi di Amerika pada tahun 1955 menunjukkan 106 juta orang di
Amerika mempunyai kelainan presbiopi. Faktor resiko utama bagi presbiopi adalah
usia,walaupun kondisi lain seperti trauma, penyakit sistemik, penyakit
kardiovaskular, dan efek samping obat juga bisa menyebabkan presbiopi dini.

2.5 Etiologi

Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat :

a. Kelemahan otot akomodasi


b. Lensa mata yang tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sclerosis
lensa

2.6 Patofisiologi

Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi mata
karena adanya perubhan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan kapsul
sehingga lensa menjadi cembung. Dengan meningkatnya umur maka lensa menjadi
lebih keras (sklerotik) dan kehilangan elastisitasnya untuk menjadi cembung, dengan
demikian kemampuan melihat dekat makin berkurang.
Gambar 4. Akomodasi lensa
2.7 Klasifikasi
a. Presbiopi insipient yaitu tahap awal perkembangan presbiopi, dari anamnesa
didapati pasien memerlukan kacamata untuk membaca dekat, tapi tidak
tampak kelainan bila dilakukan tes, dan pada pasien biasanya akan menolak
preskripsi kacamata baca
b. Presbiopi fungsional yaitu amplitudo akomodasi yang semakin menurun dan
akan didapatkan kelainan ketika diperiksa
c. Presbiopi absolut yaitu peningkatan derajat presbiopi dari presbiopi
fungsional, dimana proses akomodasi sudah tidak terjadi sama sekali.
d. Presbiopi premature yaitu presbiopi yang terjadi dini sebelum usia 40 tahun
dan biasanya berhubungan dengan lingkungan, nutrisi, penyakit, obat-obatan.
e. Presbiopi nocturnal yaitu kesulitan untu membaca jarak dekat pada kondisi
gelap disebabkan dengan peningkatan diameter pupil.

2.8 Gejala klinis


a. Setelah membaca, mata menjadi merah, berair dan sering terasa pedih. Bisa
juga disertai kelelahan mata dan sakit kepala jika membaca terlalu lama.
b. Membaca dengan cara menjauhkan kertas yang dibaca karena tulisan tampak
kabur pada jarak baca yang biasa
c. Sukar mengerjakan pekerjaan dengan melihat dekat, terutama di malam hari
d. Memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca
e. Terganggu secara emosional dan fisik
2.9 Diagnosis Presbiopi
1. Anamnesa gejala-gejala dan tanda-tanda presbiopi
2. Pemeriksaan oftalmologi
a. Visus, dimana pemeriksaan dasar untuk mengevaluasi presbiopi dengan
menggunakan snellen chart
b. Refraksi, memeriksa mata satu per satu, mulai dengan mata kanan. Pasien
diminta untuk memperhatikan kartu Jaeger dan menentukan kalimat
terkecil yang bisa dibaca pada kartu. Target koreksi pada huruf sebesar
20/30
c. Motilitas ocular, penglihatan binocular, dan akomodasi termasuk
pemeriksaan duksi dan versi, tes tutup dan tes tutup-buka, tes Hirschberg,
amplitud dan fasilitas akomodasi dan steoreopsis
d. Penilaian kesehatan ocular dan skrining kesehatan umum untuk
mendiagnosa penyakit-penyakit yang bisa menyebabkan presbiopi
e. Pemeriksaan ini termasuk reflex cahaya pupil, tes konfrontasi,
penglihatan warna, tekanan intraocular, dan pemeriksaan menyeluruh
tentang kesehatan segmen anterior dan posterior dari mata dan adnexa
nya. Biasanya pemeriksaan dengan ophtalmoskopi indirect untuk
mengevaluasi segmen media dan posterior.

2.10 Penatalaksanaan Presbiopi


1. Digunakan lensa positif untuk koreksi presbiopi. Tujuan koreksi adalah untuk
mengompensasi ketidakmampuan mata untuk memfokuskan objek-objek
yang dekat.
2. Kekuatan lensa mata yang berkurang ditambahkan dengan lensa positif sesuai
usia dan hasil pemeriksaan subyektif sehingga pasien mampu membaca
tulisan pada kartu Jaeger 20/30
3. Karena jarak biasanya 33 cm, maka adisi +3,00 D adalah lensa positif terkuat
yang dapat diberikan pada pasien. Pada kekuatan ini, mata tidak melakukan
akomodasi bila membaca pada jarak 33 cm, karena tulisan yang dibaca
terletak pada titik focus lensa +3,00 D.
Usia (tahun) Kekuatan Lensa Positif yang dibutuhkan

40 Tahun +1,00 D

45 Tahun +1,50 D

50 Tahun +2,00 D

55 Tahun +2,50 D

60 Tahun +3,00 D

4. Selain kacamata untuk kelainan presbiopi saja, ada beberapa jenis lensa lain
yang digunakan untuk mengoreksi berbagai kelainan refraksi yang ada
bersamaan dengan presbiopi, ini termasuk :
a. Bifokal, untuk mengoreksi penglihatan jauh dan dekat. Bisa yang
mempunyai garis horizontal atau yang progresif
b. Trifocal, untuk mengoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh. Bisa
yang mempunyai garis horizontal atau yang progresif.
c. Bifocal kontak, untuk mengoreksi penglihatan jauh dan dekat. Bagian
bawah adalah untuk membaca. Sulit dipasang dan kurang memuaskan
hasil koreksinya
d. Monovision kontak, lensa kontak untuk melihat jauh di mata dominan,
dan lensa kontak untuk melihat dekat pada mata non-dominan. Mata yang
dominan umumnya adalah mata yang digunakan untuk focus pada kamera
untuk mengambil foto.
e. Monovision modified, lensa kontak bifocal pada mata non-dominan dan
lensa kontak untuk melihat jauh pada mata dominan. Kedua mata
digunakan untuk melihat jauh dan satu mata digunakan untuk membaca.
f. Pembedahan, refraktif seperti keratoplasti konduktif LASIK, LASEK
dan karatektomi fotorefraktif.
BAB III
DISKUSI
Pada anamnesis, seorang pasien perempuan, usia 55 tahun, datang dengan keluhan
sulit membaca jarak dekat sejak 5 tahun yang lalu. Keluhan dirasakan perlahan-lahan
yang semakin lama semakin buruk. Tetapi saat melihat jauh tidak ada penurunan
penglihatan. Keluhan juga disertai mata yang cepat lelah, berair dan terasa pedih
serta sakit kepala saat melihat objek dekat dalam waktu yang lama. Mual dan muntah
disangkal pasien. Keluhan nyeri pada mata disangkal. Penglihatan berkabut dan silau
jika terkena cahaya disangkal. Riwayat menggunaan kacamata baca (+) add +2.00
sejak 5 tahun yang lalu. Riwayat hipertensi dan diabetes melitus disangkal.

Pada teori gejala subjektif yaitu : Setelah membaca, mata menjadi merah,
berair dan sering terasa pedih. Bisa juga disertai kelelahan mata dan sakit kepala jika
membaca terlalu lama, membaca dengan cara menjauhkan kertas yang dibaca karena
tulisan tampak kabur pada jarak baca yang biasa, sukar mengerjakan pekerjaan
dengan melihat dekat, terutama di malam hari dan memerlukan sinar yang lebih
terang untuk membaca

Pada pemeriksaan status generalis dalam batas normal. Pada status


oftalmologi visus dasar mata kanan dan mata kiri 6/6 Pin Hole tetap, add : +2.50,
reflek cahaya mata kanan dan kiri +/+ , dan pada pupil kanan didapati 4mm serta
pada pupil kiri didapati 3mm. pada iris berwarna coklat, kripta +, pada lensa
didapatkan jernih pada mata kanan dan kiri Pada pemeriksaan lapang pandang mata
kanan : Temporal 70, Nasal 50, Superior 50, Inferior 50 dan pada lapang pandang
mata kiri : Temporal 70, Nasal 50, Superior 50, Inferior 50. Hal ini menunjukkan
presbiopia ODS.
Tatalaksana pada kasus ini diberikan koreksi kacamata lensa positif : add +
2.50 dan pemberian vitamin. Pada teori digunakan lensa positif untuk koreksi
presbiopi. Tujuan koreksi adalah untuk mengompensasi ketidakmampuan mata untuk
memfokuskan objek-objek yang dekat. Kekuatan lensa mata yang berkurang
ditambahkan dengan lensa positif sesuai usia dan hasil pemeriksaan subyektif
sehingga pasien mampu membaca tulisan pada kartu Jaeger 20/30.
DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, Sidarta, Muzakkir Tanzil, dkk. 2008. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Ilyas, Sidarta. . 2009. Penuntun Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia

Olver, Jane & L. Cassidy. 2005. Ophthalmology at A Glance. Massachusetts:


Blackwell Science Ltd.

Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. 2002. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta:
Sagung Seto.

Vaughan, Daniel, et al. 2002. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta ; Widya Medika.

Anda mungkin juga menyukai