Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PARASITOLOGI

Entamoeba histolytica

Dosen Pembimbing :
dr.Indri Augustina M.Si

Disusun guna memenuhi tugas


mata kuliah Parasitologi

Disusun oleh :
Andreany Uria Utama Ludjen
( FAA 114 028 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
A. Latar belakang ....................................................................... . 1

B. Rumusan Masalah .................................................................. 2

C. Tujuan ..................................................................................... 2

D. Manfaat ................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................. 3


A. Sejarah .................................................................................... 3

B. Penyebaran ............................................................................. 3

C. Toksonomi ............................................................................. 4

D. Morfologi ............................................................................... 4

E. Siklus Hidup dan Habitat ....................................................... 5

F. Penyebab Penyakit ................................................................. 8

G. Patogenes dan Patologi............................................................ 8

H. Diagnosis................................................................................. 8

I. Pencegahan ............................................................................. 8

J.Pengobatan............................................................................... 8

BAB III PENUTUP ......................................................................... . 10

A. Kesimpulan ............................................................................. 10
B. Saran ...................................................................................... .. 10

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... .. 11


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Entamoeba Histolytica, merupakan kelompok rhizopoda yang bersifat pathogen dan
menyebabkan penyakit diare amoeba. Diare seperti ini biasanya disertai dengan darah dan
lender akibat infeksi Entamoeba Histolytica.
Entamoeba Histolytica, merupakan protozoa parasit anaerob, bagian genus
Entamoeba. Dominan menjangkiti manusia dan kerap, E. histolytica diperkirakan menulari
sekitar 50 juta orang di seluruh dunia, Losch, di Rusia (1875) ditemukan pada tinja seseorang
yang terkena disentri. Organisme ini ditemukan di ulkus usus besar manusia. Banyak buku
yang menyatakan bahwa 10% dari populasi dunia terinfeksi protozoa ini. Namun sumber lain
menyatakan setidaknya 90% dari infeksi ini adalah karena spesies Entamoeba kedua yaitu E.
dispar. Mamalia seperti anjing dan kucing bisa menjadi transit infeksi, tetapi tidak ada bukti
mengenai kontribusi nyata untuk terjadinya penularan dari kedua hewan ini.
Entamoeba Histolytica, dapat menyebabkan penyakit infeksi seperti penyakit usus
amuba atau disentri amuba yang di sebabkan oleh protozoa ini. Penyakit infeksi yang
disebabkan oleh protozoa ini merupakan penyakit disentri parah dimana kontaminasi ini
dapat terjadidikarenakan sistem pembuangan air kotor dan tinja tidak dikelola dengan baik
sehingga dapat mencemari makanan dan minuman. Selain itu perilaku tidak mencuci tangan
dengan menggunakan sabun setelah buang air besar dan penanganan makanan yang belum
memenuhi aspek sanitasi makanan menyebabkan mikroorganisme penyebab diare leluasa
menginfeksi host (manusia).
Adapun hostpes dari protozoa ini adalah manusia dan nama penyakit yang disebabkan
adalah amebiasis.
Dengan mempelajari Entamoeba histolytica diharapkan kita mampu
menekan terjadinya penularan infeksi Entamoeba histolytica.

B. Rumusan Masalah

1) Bagaimana sejarah dari protozoa Entamoeba histolytica?


2) Seperti apa penyebaran penyakit dari Entamoeba histolytica?
3) Bagaimana bentuk toksonomi dari Entamoeba histolytica?
4) Bagaimana bentuk morfologi dari Entamoeba histolytica?
5) Di manakah habitat dari Entamoeba histolytica?
6) Seperti apa siklus hidup dari Entamoeba histolytica?
7) Apa penyebab dari penyakit yang di sebabkan oleh Entamoeba histolytica?
8) Bagaimanakah cara pencegahan penyakit yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica?

C. Tujuan
a. Mengetahui sejarah dari protozoa Entamoeba histolytica.
b. Mengetahui penyebaran penyakit dari Entamoeba histolytica.
c. Mengetahui bentuk toksonomi dari Entamoeba histolytica.
d. Mengetahui bentuk morfologi dari Entamoeba histolytica.
e. Mengetahui habitat dari Entamoeba histolytica.
f. Mengetahui siklus hidup dari Entamoeba histolytica.
g. Mengetahui penyebab dari penyakit yang di sebabkan olehEntamoeba histolytica.
h. Mengetahui cara pencegahan penyakit yang disebabkan olehEntamoeba histolytica.
D. Manfaat
Bagi mahasiswa, makalah ini dapat digunakan sebagai sumber untuk belajar dan lebih
memahami mengenai parasit Entamoeba histolytica.

BAB II

PEMBAHASAAN
A. SEJARAH
Entamoeba histolytica pertama kali ditemukan oleh Lsch (tahun 1875) dari tinja disentri
seorang penderita di Leningrad, Rusia. Pada autopsi, Lssch menemukan E.histolytica bentuk
trofozoit dalam ulkus usus besar, tetapi ia tidak mengalami
hubungan kausal antar parasit ini dengan kelainan ulkus tersebut.
Pada tahun 1893 Quinche dan Roos menemukan E.histolytica bentuk kista, sedangkan
Schaudin (1903) memberi nama spesies Entamoeba histolytica dan membedakannya dengan
ameba yang juga hidup dalam usus besar yaitu Entamoebacoli.
Sepuluh tahun kemudian Walker dan Sellards di Filiphina membuktikan dengan
eksperimen pada sukarelawan bahwa E.histolytica merupakan penyebab kolitis amebik dan
E.coli merupakan parasit komensal dalam usus besar.

B. PENYEBARAN
Entamoeba histolytica terdapat di seluruh dunia terutama di daerah tropik dan
subtropik. Prevalensi di Amerika Serikat pada tahun 1961 diperkirakan sekitar 3 % - 7%
( Burrows,1961 ). Data dari CDC ( Centens For Disease Control ) dari hasil
pemeriksaan spesimen di laboratorium kesehatan masyarakat di Amerika Serikat
menunjukkan prevalensi E. histolytica yang kurang dari 2 %, kecuali di 6 negara bagian yaitu
: 2% - 3% di California, Texas, Illioonis dan Pennisylvania ; 4% - 9% di Oklahoma dan New
York ; dan 8% di Arizona. Diperkirakan juga bahwa untuk setiap kasus dengan kelainan
invasi, paling sedikit ada 10 sampai 20 penderita yang mengeluarkan kista infektif.
Populasi dengan amoebiasis lebih tinggi ditemukan pada imigran yang berasal dari
Amerika tengah dan selatan juga dari asia tenggara. Penduduk di bagian Tenggara dan Barat
Daya Amerika cenderung mengidap infeksi parasit usus yang lebih tinggi. Diperkirakan
bahwa infeksi di seluruh dunia berkisar antara 3% sampai 10 %.
Penyebaran Entamoeba histolytica terkait erat dengan buruknya kondisi hygiene dan
sanitasi masyarakat. Tidak tersedianya jamban yang rnemenuhi persyaratan sanitasi,
kebiasaan buang air besar bukan pada tempat yang sebenarnya, pembuangan sampah
sembarangan, pembuangan air kotor yang tidak rnemenuhi persyaratan teknis kesehatan, dan
tidak layaknya keadaan hygiene sanitasi makanan merupakan faktor utama terjadinya
penyebaran penyakit tersebut..
Di Indonesia penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa (Entamoeba
histolytica) menyebar dan endemis di daerah perkotaan maupun perdesaan dengan angka
insidensi yang cukup tinggi berkisar antara 10-18%, pada beberapa survei yang dilakukan
kepada anak sekolah menunjukkan frekuensi antara 0,2-50%.7 Dari berbagai survei parasit
intestinal, hasil pemeriksaan tinja diketahui prevalens antara 1- 14%. Demikian juga studi
serologis di daerah perkotaan diperoleh angka yang positif sebesar l,6%--34%.8 Hasil studi di
Jawa Tengah diketahui angka seropositif Entamoeba histolytica pada daerah urban bervariasi
dari 4%-34% dengan rata-rata 18%. Studi yang dilakukan di 7 desa di Kalimantan Selatan,
ditemukan 12% dari tinja penduduk positif E. histolytica.
C. TOKSONOMI
Bentuk toksonomi dari E.histolytica adalah sebagai berikut ;
Kingdom : Protozoa
Phylum : Sarcomastigophora
Subphylum : Sarcodina
Kelas : Lobosea
Ordo : Amoebida
Family : Endamoebidae
Genus : Entomoeba
Species : histolytica

D. MORFOLOGI

Amoeba ini memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoitnya memiliki ciri-ciri

morfologi :

1. Ukuran 10-60 m

2. Sitoplasma bergranular dan mengandung eritrosit, yang merupakan penanda penting

untuk diagnosisnya

3. Terdapat satu buah inti entamoeba, ditandai dengan kariosom padat yang terletak di

tengah inti, serta kromatin yang tersebar di pinggiran inti

4. Bergerak progresif dengan alat gerak ektoplasma yang lebar, disebut pseudopodia.
Gambar Trofozoit

Gambar Trofozoit E.histolytica

Kista Entamoeba histolytica memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut :

1. Bentuk memadat mendekati bulat, ukuran 10-20 m

2. Kista matang memiliki 4 buah inti entamoeba

3. Tidak dijumpai lagi eritrosit di dalam sitoplasma

4. Kista yang belum matang memiliki glikogen berbentuk seperti cerutu, namun

biasanya menghilang setelah kista matang.


Gambar menjelaskan tentang gambar diatas

Dalam peralihan bentuk trofozoit menjadi kista, ektoplasma memendek dan di

dalam sitoplasma tidak dijumpai lagi eritrosit. Bentuk ini dikenal dengan istilah prekista

(dulu disebut minuta). Bentuk prekista dari Entamoeba histolytica sangat mirip dengan

bentuk trofozoit dari Entamoeba coli, spesies lainnya dari amoeba usus. Pada

pemeriksaan dengan cairan garam fisiologis trophozoite entamoeba histolytica mempuyai

ukuran sekitar10-60.Trophozoite ini bergerak aktif dan progresif dengan jalan

menonjolkan pseupodopinya. Di dalam sitoplasma sering di temukan butir-butir eritrosit

sebagai makanan protozoa, namun jarang sekali ditemukan bakteri. Vakuolanya juga sulit

terlihat pada pemeriksaan dengan cairan garam fisiologi begitu juga bentuk nukleusnya.

Trophozoite Entamoeba histolytica dapat di bedakan menjadi bentuk, yaitu bentuk yang

invasive dan bentuk yang non invasive. Keduanya dapat di bedakan pada pemeriksaan

mikroskop.
Gambar menjelaskan gambar diatas

Entamoeba histolytica mempunyai tiga stadium, yaitu bentuk histolitika, minuta

dan kista. Bentuk histolitika yang bersifat pathogen dan bentuk minuta yang merupakan

bentuk esensial adalah bentuk trofozoit, sedangkan bentuk kista bukan merupakan bentuk

pathogen tapi merupakan bentuk infektif. Dalam daur hidupya Entamoeba histolytica

memiliki 3 stadium yaitu Bentuk histolitika, Bentuk minuta, dan Bentuk kista.

E. SIKLUS HIDUP DAN HABITAT

Siklus hidup dimulai dari manusia menelan makanan/minuman yang terkontaminasi

oleh parasit tersebut, di lambung parasit tersebut tercerna, tinggal bentuk kista yang berinti

empat (kista masak) yang tahan terhadap asam lambung masuk ke usus. Disini karena

pengaruh enzym usus yang bersifat netral dan sedikit alkalis, dinding kista mulai melunak,

ketika kista mencapai bagian bawah ileum atau caecum terjadi excystasi menjadi empat

amoebulae. Amoebulae tersebut bergerak aktif, menginvasi jaringan dan membuat lesi di usus

besar kemudian tumbuh menjadi trophozoit dan mengadakan multiplikasi disitu, proses ini

terutama terjadi di caecum dan sigmoidorectal yang menjadi tempat habitatnya. Dalam

pertumbuhannya amoeba ini mengeluarkan enzym proteolytic yang melisiskan jaringan

disekitarnya kemudian jaringan yang mati tersebut diabsorpsi dan dijadikan makanan oleh

amoeba tersebut. Amoeba yang menginvasi jaringan menjalar dari jaringan yang mati ke
jaringan yang sehat, dengan jalan ini amoeba dapat memperluas dan memperdalam lesi yang

ditimbulkannya, kemudian menyebar melalui cara percontinuitatum, hematogen ataupun

lymphogen mengadakan metastase ke organ-organ lain dan menimbulkan amoebiasis di

organ organ tersebut. Metastase tersering adalah di hepar terutama lewat hematogen.

Setelah beberapa waktu oleh karena beberapa keadaan, kekuatan invasi dari parasit menurun

juga dengan meningkatnya pertahanan dan toleransi dari host maka lesi mulai mengadakan

perbaikan. Untuk meneruskan kelangsungan hidupnya mereka lalu mengadakan encystasi,

membentuk kista yang mula-mula berinti satu, membelah menjadi dua, akhirnya menjadi

berinti empat kemudian dikeluarkan bersama-sama tinja untuk membuat siklus hidup baru

bila kista tersebut tertelan oleh manusia.

Parasit ini mengalami fase pre dan meta dalam daur hidupnya yaitu :

Trophozoit Precyste Cyste Metacyste Metacyste Trophozoit.

Trophozoit yang mengandung beberapa nukleus (uni nucleate trophozoit) kadang tinggal di

bagian bawah usus halus, tetapi lebih sering berada di colon dan rectum dari orang atau

monyet serta melekat pada mukosa. Hewan mamalia lain seperti anjing dan kucing juga dapat

terinfeksi. Trophozoit yang motil berukuran 18-30 um bersifat monopodial (satu pseudopodia

besar). Cytoplasma yang terdiri dari endoplasma dan ektoplasma, berisi vakuola makanan

termasuk erytrocyt, leucocyte, sel epithel dari hospes dan bakteria. Di dalam usus trophozoit

membelah diri secara asexual. Trophozoit menyusup masuk ke dalam mukosa usus besar di

antara sel epithel sambil mensekresi enzim proteolytik. Di dalam dinding usus tersebut

trophozoit terbawa aliran darah menuju hati, paru, otak dan organ lain. Hati adalah organ

yang paling sering diserang selain usus. Di dalam hati trophozoit memakan sel parenkim hati

sehingga menyebabkan kerusakan hati. Invasi amoeba selain dalam jaringan usus disebut

amoebiasis sekunder atau ekstra intestinal. Trophozoit dalam intestinal akan berubah bentuk

menjadi precystic. Bentuknya akan mengecil dan berbentuk spheric dengan ukuran 3,5-20
um. Bentuk cyste yang matang mengandung kromatoid untuk menyimpan unsur nutrisi

glycogen yang digunakan sebagai sumber energi. Cyste ini adalah bentuk inaktif yang akan

keluar melalui feses.

Cyste sangat tahan terhadap bahan kimia tertentu. Cyste dalam air akan bertahan

sampai 1 bulan, sedangkan dalam feses yang mengering dapat bertahan sampai 12 hari. Bila

air minum atau makanan terkontaminasi oleh cyste E. histolytica, cyste akan masuk melalui

saluran pencernaan menuju ileum dan terjadi excystasi, dinding cyste robek dan keluar

amoeba multinucleus metacystic yang langsung membelah diri menjadi 8 uninucleat

trophozoit muda disebut amoebulae. Amoebulae bergerak ke usus besar, makan dan

tumbuh dan membelah diri asexual. Multiplikasi (perbanyakan diri) dari spesies ini terjadi

dua kali dalam masa hidupnya yaitu: membelah diri dengan binary fission dalam usus pada

fase trophozoit dan pembelahan nukleus yang diikuti dengan cytokinesis dalam cyste pada

fase metacystic.

Gambar siklus hidup Entamoeba Histolytica


F. PENYEBAB PENYAKIT

1. Persediaan air yang terpolusi

2. Tangan infected food handler yang terkontaminasi

kontaminasi oleh lalat dan kecoa

3. Penggunaan pupuk tinja untuk tanaman

4. Hygiene yang buruk, terutama di tempat-tempat dengan populasi tinggi, seperti

asrama, rumah sakit, penjara, dan lingkungan perumahan.

G. PATOGENESIS DAN PATOLOGI

Masa inkubasi dapat terjadi dalam beberapa hari hingga beberapa bulan. Amebiasis dapat

berlangsung tanpa gejala (asimtomatis). Penderita kronis mungkin memiliki toleransi

terhadap parasite, sehingga tidak menderita gejala penyakit lagi. Dari hal ini berkembang

istilah symptomless carrier.

Gejala dapat bervariasi, mulai rasa tidak enak di perut (abdominal discomfort) hingga
diare. Gejala yang khas adalah sindroma disentri, yakni kumpulan gejala gangguan
pencernaan yang meliputi diare berlendir dan berdarah disertai tenesmus.
Lesi yang tipikal terjadi di usus besar, yakni adanya ulkus dikarenakan kemampuan ameba
ini untuk menginvasi dinding usus. Lesi primer biasanya terjadi di sekum, apendiks, dan
bagian-bagian di sekitar kolon asendens. Gambaran ulkus seperti gaung botol, dengan
hanya satu atau beberapa titik penetrasi di mukosa usus. Ulkus terjadi di submucosa
hingga lamina muskularis dari usus. Ulkus yang lebih dalam dapat melibatkan lamina
serosa, sehingga dapat terjadi perforasi hingga rongga peritoneum.
Dari ulkus primer tersebut dapat berkembang lesi sekunder di bagian usus yang lain serta
organ dan jaringan ekstraintestinal. Kadang-kadang terbentuk massa tumor granulomatosa
(amoebiasis) di usus besar sebagau lanjutan dari ulkus. Gambaran rontgen dan endoskopi
menyerupai karsinoma.
Gambar 6.1 Uklus menggaung

Insiden tertinggi untuk terjadinya lesi ekstraintestinal berlangsung di hati vena porta, dan
mayoritas berkembang di lobus kanan, menimbulkan abses hati amuba (amebic liver
abscess).Amebiasis di paru biasanya merupakan akibat dari perforasi abses hepatic melalui
diafragma. Sedangkan amebiasis kulit terjadi akibat penjalaran abses hingga ke kulit.
Penjalaran dapat pula terjadi melalui jalan aliran darah (hematogen). Dengan jalan ini
penjalaran dapat berlangsung hingga ke organ-organ yang jauh, seperti limpa dan otak,
sehingga menimbulkan abses di tempat-tempat tersebut.
Abses ameba dapat terjadi di serviks, vulva, vagina, dan penis melalui penularan secara
hubungan seksual, yakni seks anal.
H. DIAGNOSIS
1. Amebiasis Kolon Akut
Diagnosis klinis ditetapkan bila terdapat sindrom disentri disertai sakit perut. Biasanya
gejala diare berlangsung tidak lebih dari 10 kali sehari. Gejala tersebut dapat dibedakan
dari gejala penyakit disentri basilaris. Pada disentri basilaris terdapat sindrom disentri
dengan diare yang lebih sering, kadang kadang sampai lebih dari 10 kali sehari, terdapat
juga demam dan leukositosis. Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menemukakan
Entamoeba histolytica bentuk histolitika dalam tinja.

2. Amebiasis Kolon Menahun


Biasanya terdapat gejala doare yang ringan diselingi dengan obstipasi. Dapat juga terjadi
suatu eksaserbasi akut dengan sindrom disentri. Diagnosis laboratorium ditegakkan
dengan menemukanEntamoeba histolytica bentuk histolitika dalam tinja. Bila ameba tidak
ditemukan, pemeriksaan tinja perlu diulangi 3 hari berturut turut. Reaksi serologi prlu
dilakukan untuk menunjang diagnosis. Proktoskopi dapat digunakan untuk melihat luka
yang terdapat di rektum dan untuk melihat kelainan di sigmoid digunakan sigmoidoskopi.

3. Amebiasis Hati
Secara klinis dapat dibuat diagnosis bila terdapat gejala berat badan menurun, badan terasa
lemas, demam, tidak nafsu makan disertai pembesaran hati yang nyeri tekan. Pada
pemeriksaan radiologi biasanya didapatkan peninggian diafragma. Pemeriksaan darah
menunjukkan adanya leukositosis.

Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menemukan Entamoeba histolyticabentuk


histolitika dalam biopsi dinding abses atau dalam aspirasi nanah abses. Bila ameba tidak
ditemukan, dilakukan pemeriksaan serologi, antara lain tes hemaglutinasi tidak langsung
atau tes imunodifusi.

I. PENCEGAHAN
Cara untuk mencegah agar tidak menderita gangguan yang disebabkan
oleh Entamoeba histolytica antara lain sebagai berikut :

1. Tidak makan makanan mentah (sayuran,daging babi, daging sapi dan daging ikan),
buah dan melon dikonsumsi setelah dicuci bersih dengan air.

2. Minum air yang sudah dimasak mendidih baru aman.

3. Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku, membiasakan cuci tangan menjelang
makan atau sesudah buang air besar.

4. Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak menjadikan tinja segar
sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan tangki septik, agar tidak mencemari
sumber air.

5. Di Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar harus secara rutin diadakan pemeriksaan
parasit, sedini mungkin menemukan anak yang terinfeksi parasit dan mengobatinya
dengan obat cacing.

6. Bila muncul serupa gejala infeksi parasit usus, segera periksa dan berobat ke rumah
sakit.

7. Meski kebanyakan penderita parasit usus ringan tidak ada gejala sama sekali, tetapi
mereka tetap bisa menularkannya kepada orang lain, dan telur cacing akan secara
sporadik keluar dari tubuh bersama tinja, hanya diperiksa sekali mungkin tidak
ketahuan, maka sebaiknya secara teratur memeriksanya.

J. PENGOBATAN
Pengobatan amebiasis umumnya menggunakan antibiotik :

1. Emetin hidroklorida
Obat ini berkhasiat terhadap bentuk histolitika. Toksisitasnya relative tinggi, terutama pada

otot jantung. Dosis untuk orang dewasa adalah 65 mg sehari,untuk anak anak dibawah 8 th

10 mg sehari. Lama pengobatan 4 6 hari berturut turut. Pada orangtua dan orang yang

punya sakit berat, pemberian harus dikurangi. Tidak dianjurkan pada wanita hamil, penderita

gangguan ginjal dan jantung.

2. Klorokuin

Obat ini merupakan amebiasis jaringan, berkhasiat terhadap bentuk histolitika. Efek

samping dan efek toksiknya bersifat ringan, antara lain mual, muntah, diare, dan sakit

kepala. Dosis untuk orang dewasa adalah 1 gr sehari selama 2 hari, kemudian 500 mg

sehari selama 2 3 minggu. Obat ini juga efektif terhadap amebiasis hati.

3. Antibiotik

Tetrasiklin dan eritromisin bekerja secara tidak langsung sebagai amebisis dengan

mempengaruhi flora usus. Paromomisin bekerja langsung pada ameba. Dosis yang dianjurkan

adalah 25 mg/kg berat badan/hari selama 5 hari, diberikan secara terbagi.

4. Metronidazol (Nitroimidazol)

Obat ini merupakan obat pilihan, karena efektif terhadap bentuk histolitika dan bentuk

kista. Efek sampingnya ringan,antara lain mual, muntah danpusing. Dosis untuk orang

dewasa adalah 2 gram sehari selama 3 hari berturut turut.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Entamoeba Histolytica, merupakan kelompok rhizopoda yang bersifat pathogen dan

menyebabkan penyakit diare amoeba. Diare seperti ini biasanya disertai dengan darah dan

lender akibat infeksi Entamoeba Histolytica.

B. Saran

Agar terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh cacing ada beberapa cara yang bisa

dilakukan, yaitu :

1. Minum air yang sudah dimasak mendidih baru aman.

2. Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku, membiasakan cuci tangan menjelang

makan atau sesudah buang air besar.

3. Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak menjadikan tinja segar

sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan tangki septik, agar tidak mencemari sumber air.

4. Bila sudah terjadi infeksi cacing tambang maka penderita harus segera di beri obat

cacingan atau segera di bawa ke dokter untuk tindakan lebih lanjut

Daftar Pustaka
Parasitologi Kedokteran. Edisi Ketiga. 2010. Entamoeba histolytica Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Muslim, H. M. 2009. Parasitologi Untuk Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Jurnal Fakultas Universitas Sumatra Utara.
dr. Istiana, M.Kes. Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas
Lambung Mangkurat (ULM)

Anda mungkin juga menyukai