BAB V
PEMBAHASAN
perkiraan tinggi badan berdasarkan potongan panjang jari tangan masih sangat
jarang diteliti, padahal jari tangan juga bisa ditemukan sebagai barang bukti (Raju
et al., 2014). Sehingga saat ini di dunia banyak dilakukan penelitian untuk
melakukan perkiraan tinggi badan dan jari tangan (Bardale et al., 2013). Salah
tangan dan jari manis tangan terhadap tinggi badan di Surakarta, Indonesia.
memiliki aktivitas ringan atau sedang. Dilihat dari ras, mahasiwa FK UNS berasal
data-data penelitian yang telah disajikan dalam tabel pada BAB IV. Tabel 4.1
42
43
karena berbagai hal, seperti gen, budaya dan faktor aktivitas. Dalam penelitian
sebelumnya, Raju et al. (2014) di India, sampel juga dipisah berdasarkan jenis
kelamin. Maka, dalam menganalisis data, peneliti juga memisahkan sampel laki-
Pada Tabel 4.2, umur subjek penelitian laki-laki minimal umur 20 dan
18 tahun dan maksimal 21 tahun. Umur menjadi kriteria inklusi yang penting pada
penelitian ini, karena diharapkan sampel yang diukur sudah tidak mengalami
telunjuk tangan kanan dan kiri, serta panjang jari manis tangan kanan dan kiri.
seperti tertulis pada BAB IV. Uji prasyarat memuat uji normalitas, uji
homogenitas, uji multikolinearitas dan uji autokorelasi. Pada analisis data, peneliti
akan memisahkan sampel laki-laki dan perempuan, maka pada uji prasyarat
Tabel 4.5 dan Tabel 4.6 merupakan hasil uji normalitas data pada
penelitian ini. Uji normalitas data merupakan uji yang digunakan untuk
berdistribusi normal bila nilai Asymp. Sig di atas 0.05. Pada penelitian ini, semua
Gambar 4.2 dan Gambar 4.3 merupakan grafik scatter plot yang
merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui variansi data homogen atau
tidak. Pada gambar terlihat bahwa letak varian data menyebar (tidak beraturan).
Hal ini menunjukkan bahwa data kelompok laki-laki dan kelompok perempuan
Tabel 4.7 dan 4.8 menunjukkan hasil uji multikolinearitas data pada
penelitian ini. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
variabel, baik kelompok laki-laki maupun perempuan, memiliki nilai VIF kurang
Tabel 4.9 dan Tabel 4.10 menunjukkan hasil uji autokorelasi dengan
menggunakan uji run test. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode tahun
ini dengan kesalahan pengganggu pada periode tahun sebelumnya. Data dikatakan
tidak ada autokorelasi, baik positif atau negatif bila nilai Asymp. Sig. lebih dari
0.05. Pada penelitian ini, baik kelompok laki-laki maupun kelompok perempuan
nilai Asymp. Sig. lebih dari 0.05 sehingga data pada penelitian ini tidak terdapat
autokorelasi.
45
Pada penelitian ini dilakukan dua uji regresi, yaitu regresi parsial dan
regresi berganda. Tabel 4.11 dan Tabel 4.12 menunjukkan hubungan Panjang Jari
Telunjuk Tangan Kanan (PJTTKa), Panjang Jari Telunjuk Tangan Kiri (PJTTKi),
Panjang Jari Manis Tangan Kanan (PJMTKa) dan Panjang Jari Manis Tangan Kiri
(PJMTKi) secara parsial terhadap tinggi badan. Semua variabel, baik kelompok
dan panjang jari manis tangan sebelumnya dilakukan oleh Krishan et al. (2012),
Bardale et al. (2013) dan Raju et al. (2014) di India. Hasil penelitian yang
dilakukan Krishan et al. (2012), Bardale et al. (2013) dan Raju et al. (2014) sama
panjang jari telunjuk tangan dan jari manis tangan berpengaruh secara bermakna
korelasi kuat terhadap tinggi badan. Pada kelompok perempuan, semua variabel
tinggi badan.
perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Hasil penelitian Bardale et al. (2013)
46
mendukung hasil dari peneliti. Namun, hasil ini berbeda dengan penelitian
Krishan et al. (2012) dan Raju et al. (2014) yang menyatakan laki-laki memiliki
Koefisien Korelasi terhadap tinggi badan yang lebih tinggi daripada perempuan.
Pada penelitian ini, panjang jari manis memiliki Koefisien Korelasi lebih
tinggi terhadap tinggi badan daripada panjang jari telunjuk, baik pada laki-laki
maupun perempuan. Hasil ini sama dengan penelitian Raju et al. (2014). Namun,
hasil ini berbeda dengan penelitian Krishan et al. (2012) yang menyatakan bahwa
Koefisien Korelasi panjang jari telunjuk lebih tinggi daripada panjang jari manis.
Koefisien Korelasi lebih tinggi pada panjang jari manis tangan dan pada
perempuan Koefisien Korelasi lebih tinggi pada panjang jari telunjuk tangan.
PJTTKi, PJMTKa, PJMTKi) secara bersama terhadap tinggi badan. Pada hasil
tangan dan jari manis tangan terhadap tinggi badan yang secara statistik
Tabel 4.13 dan Tabel 4.15 menunjukkan nilai hubungan semua (PJTTKa,
bermakna (p = 0.000) dengan kelompok laki-laki sebesar 0.327 atau 32.7% dan
variabel bebas dalam menjelaskan variansi dari variabel terikatnya pada laki-laki
47
32.7%. Sehingga terdapat 67.3% varians variabel terikat yang dijelaskan oleh
variansi dari variabel terikatnya sebesar 45.6%. Sehingga terdapat 54.4% variansi
variabel terikat yang dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti. Faktor lain ini
dapat berupa panjang tulang-tulang lain, terutama tulang pembentuk tinggi badan,
memiliki korelasi kuat terhadap tinggi badan, sedangkan pada laki-laki hanya
PJTTKi dan PJMTKa yang menunjukkan korelasi kuat terhadap tinggi badan.
Pada uji regresi linear ganda, variabel bebas pada perempuan juga memiliki R
Square yang lebih tinggi daripada laki-laki. Nilai signifikansi secara parsial secara
umum juga lebih tinggi pada perempuan daripada laki-laki, walaupun pada regrasi
linear ganda, nilai signifikansi sama-sama menunjukkan 0.000. Hasil ini sesuai
dengan hasil pada penelitian Raju et al. (2014). Namun, bertentangan dengan
Krishan et al. (2012) yang menyatakan panjang jari telunjuk tangan dan jari manis
tangan pada laki-laki memiliki signifikansi yang lebih tinggi daripada perempuan.
Tabel 4.17 dan Tabel 4.19 menunjukkan hasil uji regresi linier sederhana.
menunjukkan hasil uji regresi linier ganda untuk menentukan tinggi badan
berdasarkan semua variabel bebas, yaitu panjang jari telunjuk tangan kanan,
panjang jari telunjuk tangan kiri, panjang jari manis tangan kanan dan panjang jari
manis tangan kiri pada laki-laki dan perempuan. Rumus-rumus yang didapat
48
peneliti sajikan dalam BAB IV. Terdapat perbedaan rumus dengan rumus jurnal
lain, baik konstanta maupun koefisiennya. Hal ini membuktikan bahwa setiap
daerah dan populasi yang berbeda memiliki karakteristik yang berbeda sehingga
pengaruh panjang jari telunjuk tangan dan jari manis tangan terhadap tinggi badan
juga berbeda nilainya. Walaupun dari segi signifikansi, di India dan di Surakarta,
Indonesia panjang jari telunjuk tangan dan jari manis tangan terhadap tinggi badan