SGD 1 LBM 4
ANGGOTA KELOMPOK :
1. DYANTI AZIFAH SAVITRI
2. HANIF ZHAFRAN ALIF LAODE
3. IKE DEWI LIANA
4. INTAN PUSPITA RATRI
5. MADYA JALA BAHTERA
6. NAELIL CHISBIYYAH
7. SAVIRA REGITA C. S
8. SEPTA AFIFIN
9. SEPTIANING ANGGUN FARADILA
10. TALITHA NOVI RAHMANIGRUM
1
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN TUTORIAL
SGD 1 LBM 4
CHILD DISEASE AND DISORDER
Tutor Tanggal
2
DAFTAR ISI
Lembar pengesahan........................................................................................................ 2
Daftar isi......................................................................................................................... 3
BAB I Pendahuluan........................................................................................................ 4
A. Latar belakang.................................................................................................... 4
B. Skenario.............................................................................................................. 4
C. Identifikasi masalah............................................................................................ 4
BAB II Tinjauan Pustaka................................................................................................ 5
A. Landasan teori..................................................................................................... 5
B. Kerangka Konsep................................................................................................ 15
BAB III Kesimpulan....................................................................................................... 16
Daftar Pustaka................................................................................................................. 17
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Celah Bibir dan Celah Langit-langit adalah suatu kelainan bawaan yang terjadi pada
bibir bagian atas serta langit-langit lunak dan langit-langit keras mulut. Celah bibir (biasa
disebut secara Bibir sumbing) adalah suatu ketidaksempurnaan pada penyambungan
bibir bagian atas, yang biasanya berlokasi tepat dibawah hidung. Cleft palate atau
palatoschisis merupakan kelainan kongenital pada wajah dimana atap/langitan dari mulut
yaitu palatum tidak berkembang secara normal selama masa kehamilan, mengakibatkan
terbukanya (cleft) palatum yang tidak menyatu sampai ke daerah cavitas nasalis,
sehingga terdapat hubungan antara rongga hidung dan mulut.
B. Skenario
Seorang ibu berumur 45 tahun merasa kaget dan bersedih ketika melihat putranya yang
baru lahir dengan keadaan rongga mulut (palatum dan bibirnya) yang mengalami
kelainan. Keadaan tersebut menyebabkan putranya tidak bisa menyusui seperti bayi-bayi
lainnya. Dari anamnesa didapatkan informasi bahwa pada saat hamil terkena virus
rubella dan kakek buyutnya ternyata pny kelainan yang sama. Ibu tersebut juga tidak
terlalu suka buah- buahan dan sayur-sayuran
C. Identifikasi Masalah
1. Apa saja etiologi dari kelainan palatum dan bibir pd bayi?
2. Apa saja klasifikasi dari kelainan palatum dan bibir?
3. Apa saja faktor resiko terhadap kelainan palatum dan bibir?
4. Bagaimana patofisiologi pada kelainan bibir dan palatum?
5. Apa saja kelainan rongga mulut yang terjadi pada bayi?
6. Apa hubungannya virus rubella pada kelainan palatum dan bibir pada bayi?
7. Apa hubungan usia dari ibu terhadap kelainan bibir dan palatum?
8. Apa diagnosa dari skenario tersebut
9. Bagaimana penatalaksanaan pd kasus diskenario?
10.Bagaimana perkembangan dentokranofasial pada janin?
11.Lebih efektif mana obturator atau dot khusus?
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
5
Pada ibu hamil sendiri asam folat berperan penting dalam pembentukan sel darah
merah. Itu sebabnya, ibu hamil yang mengalami kekurangan asam folat,
umumnya juga mengalami anemia dengan segala konsekuensinya (terlihat pucat
dan mudah letih, lesu dan lemas). Bahkan, juga berisiko mengalami persalinan
prematur, plasenta lepas sebelum waktunya (solusio plasentae) dan keguguran.
Terkena virus rubella
Virus rubella ditransmisikan melalui pernapasan dan mengalami replikasi di
nasofaring dan di daerah kelenjar getah bening. Infeksi transplasenta janin dalam
kandungan terjadi saat viremia berlangsung. Infeksi rubella menyebabkan
kerusakan janin karena proses pembelahan terhambat. Dalam rembihan (secret)
tekak (faring) dan air kemih (urin) bayi dengan CRS, terdapat virus rubella dalam
jumlah banyak yang dapat menginfeksi bila bersentuhan langsung. Infeksi
plasenta terjadi selama viremia ibu, menyebabkan daerah (area) nekrosis yang
tersebar secara fokal di epitel vili korealis dan sel endotel kapiler. Sel ini
mengalami deskuamasi ke dalam lumen pembuluh darah, menunjukkan
(indikasikan) bahwa virus rubella dialihkan (transfer) ke dalam peredaran
(sirkulasi) janin sebagai emboli sel endotel yang terinfeksi. Hal ini selanjutnya
mengakibatkan infeksi dan kerusakan organ janin.
Selama kehamilan muda mekanisme pertahanan janin belum matang dan
gambaran khas embriopati pada awal kehamilan adalah terjadinya nekrosis
seluler tanpa disertai tanda peradangan. Sel yang terinfeksi virus rubella memiliki
umur yang pendek. Organ janin dan bayi yang terinfeksi memiliki jumlah sel
yang lebih rendah daripada bayi yang sehat. Virus rubella juga dapat memacu
terjadinya kerusakan dengan cara apoptosis. Jika infeksi maternal terjadi setelah
trimester pertama kehamilan, kekerapan (frekuensi) dan beratnya derajat
kerusakan janin menurun secara tiba-tiba (drastis). Perbedaan ini terjadi karena
janin terlindung oleh perkembangan melaju (progresif) tanggap (respon) imun
janin, baik yang bersifat humoral maupun seluler, dan adanya antibodi maternal
yang dialihkan (transfer) secara pasif.
6
2. Apa saja klasifikasi dari kelainan palatum dan bibir?
8
Cherubism
Cherubism rnerupakan kelainan genetik benigna yang melibatkan maksila dan
mandibula. Biasanya dijumpai pada anak usia 5 tahun. Tanda-tanda khas yaitu
terjadinya pembesaran rahang, pembesaran pipi
10
6. Apa hubungannya virus rubella pada kelainan palatum dan bibir pada bayi?
Virus rubella ditransmisikan melalui pernapasan dan mengalami replikasi di
nasofaring dan di daerah kelenjar getah bening. Infeksi transplasenta janin dalam
kandungan terjadi saat viremia berlangsung. Infeksi rubella menyebabkan
kerusakan janin karena proses pembelahan terhambat. Dalam rembihan (secret)
tekak (faring) dan air kemih (urin) bayi dengan CRS, terdapat virus rubella dalam
jumlah banyak yang dapat menginfeksi bila bersentuhan langsung. Infeksi
plasenta terjadi selama viremia ibu, menyebabkan daerah (area) nekrosis yang
tersebar secara fokal di epitel vili korealis dan sel endotel kapiler. Sel ini
mengalami deskuamasi ke dalam lumen pembuluh darah, menunjukkan
(indikasikan) bahwa virus rubella dialihkan (transfer) ke dalam peredaran
(sirkulasi) janin sebagai emboli sel endotel yang terinfeksi. Hal ini selanjutnya
mengakibatkan infeksi dan kerusakan organ janin.
Selama kehamilan muda mekanisme pertahanan janin belum matang dan
gambaran khas embriopati pada awal kehamilan adalah terjadinya nekrosis
seluler tanpa disertai tanda peradangan. Sel yang terinfeksi virus rubella memiliki
umur yang pendek. Organ janin dan bayi yang terinfeksi memiliki jumlah sel
yang lebih rendah daripada bayi yang sehat. Virus rubella juga dapat memacu
terjadinya kerusakan dengan cara apoptosis. Jika infeksi maternal terjadi setelah
trimester pertama kehamilan, kekerapan (frekuensi) dan beratnya derajat
kerusakan janin menurun secara tiba-tiba (drastis). Perbedaan ini terjadi karena
janin terlindung oleh perkembangan melaju (progresif) tanggap (respon) imun
janin, baik yang bersifat humoral maupun seluler, dan adanya antibodi maternal
yang dialihkan (transfer) secara pasif.
7. Apa hubungan usia dari ibu terhadap kelainan bibir dan palatum?
Kehamilan diusia > 35 tahun lebih beresiko sebab terjadi gangguan pada sistem
hormon seperti hormon progesteron dan estrogen. Selain itu, jumlah sel telur
yang sedikit juga berpengaruh terhadap kemampuan rahim untuk menerima bakal
janin dan embrio terkadang mengalami kesulitan untuk melekat dilapisan dinding
11
rahim atau endometrium, ini dapat meningkatkan terjadinya keguguran. Resiko
bagi sang Ibu diantaranya adalah:
1. Tekanan darah tinggi dan diabetes.
2. Pendarahan yang dapat membahayakan Ibu dan bayinya.
3. Bayi dilahirkan secara Caesar.
4. Terjadi kehamilan diluar rahim.
Sedangkan resiko pada bayi adalah:
1. Cacat bawaan, bisa berupa kelainan kromosom pada anak
2. Keguguran
3. Resiko meninggalnya bayi yang dilahirkan
4. Persalinan dengan bayi prematur (berat lahir rendah)
(Saifudin, 2009)
8. Apa diagnosa dari skenario tersebut
Labiopalatochisis
9. Bagaimana penatalaksanaan pd kasus diskenario?
Usia Tindakan
0-1 minggu Pemberian nutrisi dengan kepala miring
45 derajat
1-2 minggu Pemasangan obturator untuk menutup
celah pada palatum, atau memakai dot
lubang kearah bawah untuk mencegah
aspirasi
10 minggu Labioplasty memenuhi rule of ten:
Umur 10 minggu
Berat 10 pon
Hb>10gr%
1,5-2 tahun Palatoplasty karena memasuki usia bicara
2-4 tahun Speech terapi
4-6 tahun Velopharyngoplasty
6-8 tahun Ortodonsi (pengaturan lengkung gigi)
8-9 tahun Alveolar bone grafting
9-17 tahun Ortodonsi ulang
17-18 tahun Cek kesimetrisan maxila dan mandibula
12
3 lapisan embryonik :
1. endodem
2. mesoderm
3. ektoderm
13
kelainan cleft palate. Protesa ini digunakan dalam keadaan kekurangan jaringan
apabila masih terdapat pembukaan pada bagian palatum. Protesa ini sangat
dibutuhkan pada pasien dengan kelainan cleft palate atau pada pasien yang
mengalami trauma pada bagian palatumnya.
Dot khusus
14
B. Kerangka Konsep
FAKTOR
HEREDITER LINGKUNGAN(RUBELLA)
KROMOSOM GEN
INFEKSI
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSA
15
BAB III
KESIMPULAN
16
12. Daftar Pustaka
17