Anda di halaman 1dari 97

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

UNIT GAWAT DARURAT

RSU MITRA SEJATI


MEDAN
2016
TENTANG SISTEM PPGD DI RUMAH SAKIT

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)


Suatu sistem penginformasian yang berisikan
tentang kemampuan pelayanan IGD dan
PENGERTIAN pelayanan medis lainnya, untuk menangani
pasien, termasuk pelayanan dalam keadaan
bencana
Untuk meningkatkan pelayanan IGD dan pelayanan medis lainnya.
TUJUAN Standarisasi dalam pemberian informasi.

Setiap petugas IGD mampu memberikan informasi yang benar tentang


KEBIJAKAN pelayanan IGD dan pelayanan medis lainnya, termasuk pelayanan jika
terjadi musibah masal
PROSEDUR 1. Pelayanan Medis dan Perawatan Gawat Darurat berlangsung 24
Jam
2. Pasien yang masuk segera dilakukan pemeriksaan tanda-tanda
vital oleh perawat dan dokter jaga untuk segera dilakukan
tindakan secepatnya.
3. Pasien dengan luka-luka ringan dan berat pertolongan harus
dilakukan oleh dokter jaga, jika perlu dikonsultasikan ke dokter
spesialis bedah. Pasien dengan luka yang luas pada daerah muka
dan tendon harus dikonsultasikan ke dokter spesialis bedah.
4. Pasien yang telah dilayani seperlunya dicatat dibuku rawat jalan /
rawat inap, memenuhi kewajiban membayar biaya pelayanan
sesuai dengan tarif yang ditentukan
5. Pasien yang memerlukan rawat jalan dirujuk ke poliklinik pagi
atau sore sesuai waktu jam kerja, diluar jam kerja dilayani di
UGD dan diberi penjelasan, bila jam kerja dilayani di poliklinik
6. Pasien yang memerlukan observasi, dirawat diruang observasi
tidak lebih dari 5 jam, bila perlu dikonsultasikan ke dokter
spesialis
7. Pasien yang memerlukan rawat inap dialih ke ruang inap
8. Pasien yang alih rawat harus disertai surat alih rawat yg
mencantumkan diagnosis,terapi, tindakan yang telah dilakukan
dan anjuran, tanda tangan dokter

UNIT TERKAIT
TENTANG PASIEN YANG TIDAK TERGOLONG AKUT DAN GAWAT
TETAPI DATANG BEROBAT KE UNIT GAWAT DARURAT

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)


a. Pasien Gawat Darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi
gawat dan terancama nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi
cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya
b. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat, misalnya : kanker staium lanjut
c. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam
PENGERTIAN
nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal
d. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misalnya pasien dengan luka ulcus tropium, TBC kulit, dan
sebagainya
e. Kecelakaan (Accident)
Suatu kejadian dimana terjadi intraksi berbagai faktor yang datangnya
mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan secera (fisik,
mental, sosial)
TUJUAN

KEBIJAKAN

Pasien yang datang berobat tidak gawat atau darurat akan


diarahkan ke Poliklinik pagi jam 07.00-14.00, sore jam 14.00-
21.00. selanjutnya diluar jam poliklinik UGD dapat melayani
pasien yang datang berobat diluar jam poliklinik.
Pasien masuk ke UGD melalui petugas triase, kemudian
diarahkan ke ruangan sesuai kasusnya untuk mendapatkan
perawatan medis
Perawat menganamnase dan memeriksa tanda-tanda vital, mengisi
hasil pemeriksaan pada dokumen medic lalu memberikan kepada
dokter dan menjelaskan kepda pasien hasil pemeriksaan fisik /
PROSEDUR penunjang medis

Kemudian dokter membuat resep untuk dipergunakan selama satu


hari dan menyarankan kepada pasien untuk kembali berobat pada
esok hari ke poliklinik pagi / sore atau dokter / RS lain yang sudah
ditentukan oleh perusahaan dari pasien tersebut/
Perawat mencatat dalam status pelaksanaan instruksi dokter
Keluarga menyelesaikan administrasi pengobatan serta dibekali
kartu berobat (identitas) guna keperluan berobat selanjutnya
Status rawat jalan disimpan untuk kemudian diserahkan ke
medical record secepatnya guna pendataan.

UNIT TERKAIT
PELAYANAN PASIEN GAWAT DARURAT

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)


Pasien harus mendaftar di bagian pendaftaran sebelum dilayani di triase
1. Pada jam kerja : pasien dengan gawat darurat semu, diteruskan /
dirujuk ke poliklinik rawat jalan
2. Diluar jam kerja : pasien dengan gawat darurat semu, tetap akan
PROSEDUR
diterima dan dilayani di UGD dan pasien di beri penyuluhan tentang
fungsi UGD oleh petugas.
Poliklinik : - Pagi mulai jam : 08.00-14.00
Sore mulai jam : 14.00-21.00

PELAYANAN PASIEN GAWAT DARURAT

STANDAR No. Dokumen No. Revisi Halaman


PROSEDUR 1 1/2
OPERASIONAL
Ditetapkan Oleh,
Direktur RSU Mitra Sejati
Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

Gawat Darurat R. Resusitasi Meninggal

Rawat

R.Bedah
Darurat tdk Gawat Rawat

R.Non Bedah

Pulang

R.Observasi
Rawat
Pasien / Triase Gawat tdk Darurat
R.Non Bedah
Diteruskan /
dirujuk ke
Jam Kerja poliklinik pagi /
sore
Tidak Gawat Tidak Darurat
Diluar Jam Kerja Ruang Triase:
Diberikan
pelayanan medis
R.Bedah sesuai dengan
kewenangan
Kecelakaan profesi SMF
R.Non Bedah

Langsung dibawa pulang oleh keluarga


Meninggal
Dirujuk ke RSU Balikpapan
JALUR PELAYANAN DI UGD

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PASIEN BARU

PENDAFTARAN

KAMAR PERIKSA

GAWAT DARURAT
TIDAK GAWAT

DIKONSULTASIKAN
KE DOKTER SPESIALIS TIDAK
TERAPI
DIKONSULTASIKAN

PULANG
PULANG RAWAT PULANG RAWAT
PENERIMAAN PASIEN

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)


Segera setelah penderita berada diteras UGD, petugas ruang triase
menyeleksi
1. Penderita yang bisa berjalan, langsung masuk keruang triase kemudian
keluarga penderita mendaftar ketempat pendaftaran sesuai jam kerja.
2. Penderita yang tidak dapat berjalan, akan dijemput oleh petugas triase
dari kendaraan yang berada diteras UGD dengan menggunakan kursi
roda, kemudian keluarga penderita mendaftar ketempat pendaftaran
sesuai jam kerja.
PROSEDUR

Pada tempat pendaftaran UGD akan dilakukan:


1. Pencatatan data-data penderita pada DMK UGD dari nomor kartu s/d
ada tidaknya permintaan VER
2. DMK dibawa keruang triase untuk selanjutnya dianamnase oleh
petugas triase.
a. Penderita yang dinyatakan boleh pulang maka:
1. Diberi terapi dan ditulis di DMK
2. Diberikan penyuluhan / saran-saran
3. Diberi kartu kecil bila berobat lagi ke RS RESTU IBU
4. Dibuatkan slip/pemakaian alkes kemudian dibayar ke kasir
b. Penderita yang dinyatakan masuk rumah sakit atau pasien kiriman
dokter spesialis maka:
1. Petugas UGD menunjukan daftar tarif ruangan
2. Petugas menanyakan ruangan yang diinginkan penderita
3. Bila ruangan penuh pasien dialih rawat di rumah sakit lain
4. Data-data penderita dicatat pada buku register UGD, Keluarga
penderita membayar di kasir
5. Penderita dibawa keruangan oleh petugas UGD bersama-sama
keluarga penderita
6. Sesampai diruangan penderita diserah terima kepada petugas
ruangan tentang tindakan obat yang sudah dan belum diberikan,
c. Penderita dengan kasus kebidanan / kandungan
1. pasien kiriman dokter obsgyn langsung masuk keruang VK
2. Pasien bukan kiriman, setelah diperiksa dokter jaga kemudian
dikirim keruang VK

UNIT TERKAIT

TENTANG OBSERVASI PASIEN OLEH PERAWAT DI UGD

STANDAR No. Dokumen No. Revisi Halaman


PROSEDUR 1 1/2
OPERASIONAL
Ditetapkan Oleh,
Direktur RSU Mitra Sejati
Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)


PROSEDUR Setiap pasien yang memerlukan observasi ketat, dapat dilakukan oleh
perawat denganpersetujuan dokter jaga setelah dikonsultasikan dan telah
diperintahkan oleh konsulen untuk dilakukan monitor (pemantauan)
tanda-tanda vital, terapi dan anjuran penunjang:

a. Tanda-tanda vital:
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernafasan
Suhu
Keadaan umum
b. Cairan infuse
c. Obat-obatan
d. Produksi urine (dengan pemasangan chateter + urine bag)
e. Laboratorium :
Darah lengkap
Kimia darah
Urine lengkap
f. Radiologi

Selama dilakukan observasi paisen, jika ada hal-hal yang


mengkhawatirkan maka perawat melaporkan ke dokter jaga dan
diteruskan ke konsulen oleh dokter jaga.
Hasil pemeriksaan penunjang segera dilaporkan
ke dokter jaga dan diteruskan ke konsulen untuk
memperoleh tindakan selanjutnya

PENANGANAN PENDERITA YANG PULANG / BEROBAT JALAN

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)


PROSEDUR Setelah pasien yang di observasi dalam keadaan stabil, maka perawat
melaporkan ke dokter jaga dan dokter juga mengontrol kembali kembali
keadaan pasien. Kemudian selanjutnya dilaporkan ke konsulen, untuk
penentuan dimana pasien tersebut akan ditempatkan.
Bagi penderita yang telah selesai menjalankan pemeriksaan dan
pengobatan, dan telah di injinkan untuk berobat jalan, maka wajib
diberikan keterangan mengenai:
1. Hal-hal yang berhubunga dengan sakit
2. Pengobatan yang telah diberikan, dan akan diberikan dalam resep
3. Cara makan obat, jumlah item obat yang diberikan dan dosis obat.
4. Anjuran dan keharusan untuk kontrol keesokan harinya (terutama
untuk kasus-kasus flase emergency), diruang unit mana, jam berapa.
Karena itu resep hanya diberikan seperlunya saja, maksimal 3 hari
tergantung hari berobatnya (minggu, libur).
5. Kemungkinan perlunya pemeriksaan-pemeriksaan penunjang
6. Dalam status dicatat dalam kolom resep:
Jenis obat, jumlah setiap jenis yang diberi
Beberapa kali pemberian untuk setiap jenis obat
Anjuran pemeriksaan penunjang
Kontrol unit mana
Bila dalam kurun waktu setelah selesai berobat dan menunggu waktu
kontrol, terjadi hal-hal yang bersifat emergency untuk si penderita, maka
dipersilahkan untuk kembali ke UGD kapan saja untuk mendapat
pertolongan.

PASIEN YANG AKAN DIRAWAT INAP

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)


Segera setelah pasien dinyatakan rawat inap oleh dokter maka:
1. Keluarga pasien diberi penjelesan tentang:
a. Tarif ruangan
PROSEDUR b. Panjar
c. Fasilitas yang ada
d. Tata tertib
2. DMK rawat jalan dan rawat inap di isi dan ditandatangani dokter jaga
3. Dokter jaga mengkonsultasikan ke dokter spesialis yang merawat
4. Setelah tindakan yang berhubungan dengan penderita (misal: infuse,
chaterisasi, heacting, dll) dilaksanakan pasien akan dibawa keruangan
yang dituju (sesuai SOP pendamping pasien yang ditransportasi)
Setelah sampi diruangan pasien dan DMK diserah terimakan kepada
petugas ruangan.

PENANGANAN PENDERITA GAWAT DARURAT

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)


PROSEDUR 1. Penderita tak sadar dengan trauma
a. Infus RL hangat
Dewasa : 2 liter
Anak : 1 liter
b. Pasang neck collor, kalau ada cidera pada bahu ke atas
c. Pasang chateter dan NGT
d. Periksa laboratorium : HB, Lecocyt, Therombocyt, Hematokrit,
GDS, Ureum, Creatinin.
e. Sementara menunggu hasil laboratorium pasien dikonsultasikan
ke dokter konsultasi sesuai dengan diagnosanya
f. Lakukan x-ray yang diperlukan
g. Persiapan melakukan RJP
h. Therapy selanjutnya, lihat PDT masing-masing

2. Penderita tak sadar non trauma


a. Infus RL sesuai kebutuhan
b. Pasang chateter dengan NGT
c. Lakukan pemeriksaan EKG (usia diatas 40 Tahun)
d. Periksa laboratorium : Hb, Lecocyt, Therombocyt, Hematokrit,
GDS, Ureum, Creatinin.
e. Sementara menunggu hasil laboratorium, pasien dikonsultasikan
ke dokter konsulan sesuai dengan diagnosanya.
f. Persiapan melakukan RJP

PENDERITA UGD BERMASALAH YANG MEMERLUKAN RAWAT INAP

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN
PROSEDUR Bermasalah diartikan :
a. Penderita identitas dengan / tanpa pengantar
b. Penderita identitas tanpa keluarga / domisili diluar Balikpapan
c. Penderita tak mampu dengan / tanpa keluarga

Di UGD penderita dilayani dan atasi kegawatannya, dan selanjutnya


didalam pengawasan bila perlu dirawat:
1. Maka petugas UGD memberikan tahu / menginformasikan masalahnya
kepada admitting office (kantor penerima penderita) untuk
dikonsultasikan ke Ka.Bid.Yanmed dan atau pejabat sejajar diatasnya
guna diambil suatu kebijakan untuk rawat inap bagi penderita yang
bermasalah: bila dipandang perlu Ka.Bid.Yanmed dapat diminta tanda
tangan surat persetujuan tindakan (tindakan medis / rawat):
a. Penderita tanpa identitas dengan / tanpa pengantar:
UGD memberi tahu kebagian keamanan Rumah Sakit
(Satpam/Polisi) guna pencarian iformasi lebih lanjut, bila ada
pengantar, maka identitas pengantar dicatat untuk penyelidikan
lebih lanjut.
b. Penderita beridentitas tanpa keluarga / domisili luar Balikpapan /
asing
Penderita dilayani sesuai prosedur (penerima / penanganan) dan
diatasi kegawatnnya. Untuk penderita yang tidak ada identitas,
penderita dilaporkan ke bagian keamanan Rumah Sakit (satpam /
polisi) untuk penyelidikan lebihlanjut, penderita diberitahu tentang
keadaan penyakitnya dan dimintai persetujuannya (rawat / tindakan
medis / tindakan operasi). Kemudian bagian penerimaan penderita
dikoordinasikan untuk penyelesaian administrasi selanjutnya
c. Penderita tak mampu dengan / tanpa keluarga. UGD memberitahu
kebagian penerimaan penderita tentang kondisi sosial ekonomi
penderita / keluarga:
Untuk penyesuaian kelas rawat
Untuk pertimbangan Ka.Bid.Yanmed
Keluarga diberitahu / penjelasan bahwa setelah penderita masuk
dirawat perlu mengurus surat keterangan dari RT/RW/Kelurahan
(domisili Balikpapan) yang isinya menerangkan bahwa penderita
betul-betul tidak mampu, untuk melengkapi keperluan
administrasi. Bila tempat perawatan penuh, keluarga diberitahu dan
diserahkan untuk dirujuk ke Rumah Sakit lain, bila keluarga tidak
ada, maka penderita dibseritahu tentang keadaan penyakitnya dan
tempat rujukan yang disepakati.

2. Bila perlu dirujuk

UNIT TERKAIT

PASIEN MENINGGAL DI UNIT GAWAT DARURAT

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)


PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

Pasien yang meninggal di UGD dibagi menjadi 2 kelompok:


a. Pasien yang meninggal wajar misal : sakit lama
b. Pasien yang meninggal dengan prasangkaan tidak wajar atau tidak
jelas penyebabnya.
Misal:
Pembunuhan
Bunuh diri
Kecelakaan
PROSEDUR Tidak diketahui sebab-sebabnya (meninggal tiba-tiba)
Untuk pasien yang meninggal wajar dibuatkan surat keterangan
meninggal oleh dokter UGD yang sedang tuags.
Untuk pasien yang meninggal dengan prasangkaan tidak wajar atau tidak
jelas, dibuatkan surat keterangan meninggal dan berisi tulisan bahwa ada
prasangkaan kematian tidak wajar / tidak jelas oleh dokter UGD yang
sedang tugas.
Bila diperlukan otopsi oleh polisi maka dirujuk ke RSU Dr. Kanujoso
Djatiwibowo

UNIT TERKAIT
PENDERITA YANG DATANG SUDAH MENINGGAL (DOA)

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR Pastikan kematian (criteria of Death) antara lain:


a. Tubuh kaku
b. Acral biru-pucat
c. Tidak panas
d. Jantung tidak berdetak (EKG flat)
e. Reflek-reflek negatif
Cornea, Pupil
Ocula Cephalic
Ocula Vestibul
Gag
Penderita dengan Keluarga
Anamnase
Memberitahu keadaan penderita
Identitas (penderita, pengantar)
Bila ada kecurigaan lapor ke Pos Keamanan UGD bila kasus kematian
tidak jelas :
Pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan, keracunan buatkan surat pengantar
ke RSU Dr. Kanujoso kebagain kamar jenazah.

Dibuatkan surat keterangan meninggal:


Ditunjukan RSU Dr. Kanujoso untuk diteliti dan diperiksa secara forensik

UNIT TERKAIT

CARA PEMBAYARAN

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN
KEBIJAKAN

1. Penderita dengan mendapatkan tindakan


a. Setelah pasien dinyatakan boleh pulang, perawat membuat slip
pembayaran
b. Pasien / keluarga ke kasir untuk membayar dengan membawa slip
yang telah dibuat oleh petugas kasir
c. Setelah bayar pasien / keluarga membawa / menunjukan kwitansi
yang dirangkap dua kali (asli dan copy) kepada petugas UGD.
d. Kwitansi asli diserahkan kembali kepada pasien / keluarganya
e. Pasien mengambil obat di Apotik Rumah Sakit Restu Ibu dengan
menggunakan resep dari dokter.
f. Setiap penggantian dinas kwitansi warna hijau akan dikembalikan
ke kasir.
2. Penderita tanpa tindakan
a. Setelah pasien dinyatakan boleh pulang, pasien / keluarganya ke
PROSEDUR
kasir UGD untuk membayar dengan membawa resep dari dokter.
b. Setelah bayar pasien / keluarganya, membawa resep dari dokter
menuju ke Apotik RSRI
Catatan:
1. Kalau pasien tidak mampu membayar, bayar separuh, menunda
pembayaran, petugas UGD berkonsultasi kepada Dokter Jaga/Ka.UGD
hasil keputusan diberitahukan ke kasir.
2. Untuk pasien rawat inap (operasi), pembayaran administrasi
diperhitungkan, bila pasien akan pulang, petugas UGD / perawat hanya
menjelaskan biaya panjar dan rawat inap.
3. Petugas UGD/ Perawat akan menyetor ke kasir hasil transaksi di UGD
dilampirkan copy kwitansi.
Pembayaran diluar jam kasir dilakukan langsung di UGD, hasil transaksi
disetorkan pada jam kerja kasir pada esok harinya (copy kwitansi dan
daftar kunjungan pasien terlampir)
UNIT TERKAIT

IDENTIFIKASI PENDERITA SECARA SISTEMATIS


MENGACU PADA PEDOMAN REKAM MEDIS

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR Setiap penderita yang datang berobat ke IGD akan mendapat:


1. Kartu pengenal
Kartu berlogo Rumah Sakit Restu Ibu Balikpapan
Bernomor sesuai nomor urut dari Rekam medis
Tertera nama, umur, kelamin, alamat, pekerjaan, dan tanggal
2. Status Rawat Jalan
Kolom nomor untuk diisi sesuai nomor dari kartu pengenal, nama
pasien
Ada lembaran ringkasan riwayat klinik, tertera logo Rumah Sakit
Restu Ibu Balikpapan, nomor sesuai nomor kartu pengenal, nama
penderita / umur / kelamin (Lihat RM)

Kartu pengenal dibawa oleh penderita sebagai kartu identitas, untuk


memudahkan pengambilan status rawat jalan bilasewaktu-waktu
penderita ingin berobat kembali / kontrol
Status rawat jalan setelah lengkap diisi / selesai pemeriksaan penderita
pulang, akan dikumpulkan / disimpan dikantor Rekam Medis Sub Rawat
Jalan.
Semua penderita yang berobat ke IGD akan dicatat dibuku besar IGD
Medik, terisi nama / kelamin / umur / alamat / diagnosa / status perawatan
tindakan / keterangan pulang observasi rawat.
Pencatatan Rekam medis dilakukan oleh petugas Rekam Medis

UNIT TERKAIT

PEMBERIAN IDENTITAS DAN PENOMORAN PASIEN


DI INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)

STANDAR No. Dokumen No. Revisi Halaman


PROSEDUR 1 1/2
Ditetapkan Oleh,
Direktur RSU Mitra Sejati
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR Pemberian Nomor Rekam Medis di Unit Gawat Darurat

Sistem pemberian Nomor rekam medis di Instalasi Gawat Darurat adalah


Unit Numbering System (Sistem Pemberian nomor secara unit, dimana
setiap apsien yang berkunjung ke Instalasi Gawat Darurat mempunyai
satu nomor rekam medik, akan mendapatkan nomor RSRI yang berlaku
seumur hidup)

A. Pemberian Identitas
Data identitas yang harus diisikan kedalam formulir register sesuai
dengan format yang tersedia. Antara lain:
1. Tanggal / Bulan / Tahun / Jam
2. Nomor Register / DMK
3. Nama pasien
4. Alamat Lengkap
5. Identitas Pengantar
6. Agama
7. Umur
8. Jenis Kelamin
9. Cara kunjungan
10. Asal pasien
11. Keadaan pasien setelah di IGD (dirujuk , pulang / menunggu di
IGD)
12. Diagnosa kerja
13. Jenis kasus (Baru / Lama)
Cara Pembayaran (Bayar sendiri, asuransi, askes, dll)

UNIT TERKAIT

TENTANG TRIASE

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR Triase adalah suatu sistem seleksi pasien yang menjamin setiap pasien
untuk mendapatkan pelayanan penanganan Gawat Darurat secara cepat
akurat
Pasien yang masuk dalam sistem triase, segera dapat diarahkan ke ruang
periksa sesuai kasusnya, berdasarkan dari sifat kegawatan penyakit dan
jenis pertolongan yang dibutuhkan.
Bila pasien dalam jumlah banyak, atau ada disaster untuk memudahkan ,
menyeleksi pasien maka dipergunakan label.

Ada beberapa jenis label, antara lain:


1. Label putih : ke ruang Resusitasi
2. Label merah : ke ruang Bedah
3. Label kuning : ke ruang Observasi
4. Label hijau : ke ruang Non Bedah
5. Label hitam : ke ruang Jenazah

Petugas triase adalah : Dokter jaga IGD dibantu pelaksanaan harian


perawat senior
Pasien dari sistem triase segera diarahkan ke ruang yang telah ditentukan
sesuai kasusnya.
A. Pasien dengan label merah masuk dalam ruang bedah, untuk
dilakukan pemeriksaan / tindakan
Pasien dapat pulang dan / kontrol di rawat jalan
Pasien dapat rawat inap
Pasien dapat dirujuk
Apabila selama diruang merah terjadi / perlu suatu tindakan
emergency resusitasi, maka pasien segera diarahkan ke ruang
resusitasi
Apabila memerlukan tindakan observasi, maka pasien diarahkan
ke ruang observasi
B. Pasien dengan label hijau masuk dalam ruang Non Bedah, untuk
dilakukan pemeriksaan / tindakan
Pasien dapat pulang semuh / kontrol rawat jalan
Pasien dapat rawat inap
Pasien dapat dirujuk
Apabila terjadi emergency, segera diarahkan ke ruang resusitasi
Apabila memerlukan tindakan observasi, maka paisen diarahkan
ke ruang observasi
C. Pasien dengan label kuning masuk dalam ruang observasi, untuk
dilakukan tindakan observasi, selama diobservasi pasien dibawah
pengawasan dokter jaga saat itu.
D. Pasien dengan label putih masuk dalam ruang resusitasi, segera
dilakukan tindakan resusitasi jantung pulmonal, dan atau resusiatasi
otak / cairan dsb. Bila perlu dapat dilakukan defibrilasi / cardioversi
Pasien dapat dirawat inap
Pasien dapat dirujuk (persyaratan rujuk dipenuhi)
Pasien meninggal, dst. Diarahkan keruang jenazah
E. Pasien dengan label hitam :
Bisa langsung dibawa pulang oleh keluarganya
Dirujuk ke RSU Dr. Kanujoso Djatiwibowo

UNIT TERKAIT

TENTANG PASIEN YANG PERLU


DIRUJUK / ALIH KE RUMAH SAKIT LAIN

STANDAR No. Dokumen No. Revisi Halaman


PROSEDUR 1 1/2
OPERASIONAL
Ditetapkan Oleh,
Direktur RSU Mitra Sejati
Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

I. Alih rawat ke Rumah Saki lain dilakukan apabila


Atas permintaan penderita / keluarga
Tempat perawatan penuh
Alih rawat pasien dapat ditunjukan :
Ke Rumah Sakit setara yang dituju
Ke Rumah Sakit ABRI
Ke Rumah Sakit Pertamina
II. Rujukan ke Rumah Sakit lain dilakukan apabila fasilitas / sarana di
Rumah Sakit RESTU IBU tidak ada atau sedang tidak berfungsi
Rujukan pasien dapat ditunjukan:
PROSEDUR Ke Rumah Sakit yang lebih besar dan lengkap.
III. Tata cara rujukan
1. Pasien setelah diperiksa oleh Dokter Jaga yang telah di
konsultasikan kepada Dokter Konsulen, dianggap perlu
tindakan atau pemeriksaan yang tidak dimiliki Rumah Sakit
RUMAH SAKIT, akan dirujuk ke Rumah Sakit yang lebih
mampu oleh Dokter Konsulen.
Dalam hal ini yang menentukan / berhak merujuk pasien ke
Rumah Sakit yang lebih mampu adalah Dokter Konsulen. Pada
keadaan dimana ruang perawatan di Rumah Sakit RESTU
IBU penuh atau atas permintaan pasien atau keluarganya maka
pasien dapat di alih rawat ke Rumah Sakit lain yang mampu
menampung pasien tersebut. Rujukan cukup dilakukan oleh
Dokter Jaga UGD kecuali bila dianggap perlu untuk
mendapatkan persetujuan Dokter Konsulen
2. Pasien yang telah diperiksa oleh Dokter Jaga UGD dan dianggap
perlu untuk dikonsultasikan ke Dokter Spesialis maka:
Dokter Jaga UGD menghubungi konsulen melalui telepon,
maka Dokter Jaga yang mengkonsulkan tersebut harus
didampingi perawat untuk mendengarkan bersama-sama
advis yang diberikan oleh Dokter Konsulen tersebut melalui
telepon.
Hasil konsultasi akan ditulis pada buku DMK, selanjutnya
bila kemudian Dokter Konsulennya datang harus
menandatangani buku tersebut. Dokter Konsulennya datang
harus menandatangani buku tersebut. Jawaban dari konsulen
sudah harus diterima paling lambat 15 menit.
IV. Syarat rujuk / alih rawat
1. Kondisi penderita dalam keadaan layak kirim
Sudah diperiksa lengkap
Sudah diberikan pertolongan pertama
Kegawatan sudah teratasi / sudah stabil (tanda vital)
Dilengkapi formulir rujukan yang ditandatangani
Dr.Jaga UGD yang bertugas
Untuk pasien yang alih rawat tanpa menggunakan alat-
alat kesehatan
2. Konfirmasi tempat Rumah Sakit rujukan disetujui
3. Penderita / Keluarga / Teman / Petugas mengetahui dan
mengerti akan permasalahannya, dan menyetujui serta
menandatangani surat permintaan rujukan.

UNIT TERKAIT
TINDAKAN SHOCK

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN 1. PERSIAPAN ALAT


Seperangkat alat Cardiopag
Jelly
Kain kassa
2. PERSIAPAN PENDERITA
Jelaskan pada keluarga penderita / orang sakit tentang maksud dan
tujuan tindakan DC Shock
Atur posisi penderita telentang tanpa bantal
Buka baju (atur privacy penderita)
3. LANGKAH-LANGKAH
Saklar dihubungkan dengan stop kontak (meskipun sudah di charge)
PLN / ACCU
Tekan tombol power (on) amati hingga di layar timbul gelombang
EKG
Atur knop Energy Delivered sesuai dengan instruksi dokter (satuan
joule)
Tekan charge (warna kuning) amati hingga dilayar monitor timbul
angka jumlah joul
Tes dengan menekan tombol merah pada pegangan masing-masing
untuk mengetahui alat layak pakai
Setelah dinyatakan siap pakai, baru kemudian digunakan pada
penderita dengan menekan charge kembali
Letakkan pegangan tangan kiri pada sterum dan tangan kanan pada
Apex
Hindarkan orang lain memegang penderita
Setelah siap tekan tombol merah bersama-sama
Pekerjaan diatas dapat diulang / menaikan jumlah joul sampai
tercapai efek terapinya
Setelah DC shock dipakai, alat masih dapat digunakan untuk
memonitor EKG
Bila sudah tidak dipakai lagi, tombol power ditekan off

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

AMBU BAG
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)


Ambu bag adalah alat yang memberikan udara atau oxygen kepada
penderita yang memerlukan bantuan pernafasan dengan cepat, ketika
melakukan ventilasi.
Dapat juga dipergunakan waktu pemasangan respirator atau melakukan
PENGERTIAN suction (biasanya penderita terbatuk)
Masker harus bisa digunakan secara langsung, meskipun tidak ada
oxygen. Untuk paru-paru terbatas.
Daya tekanan yang bisa diberikan.

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR Yang perlu diperhatikan:


1. Masker harus rapat pada muka penderita dan meliputi hidung dan
mulut
2. Extensi leher / kepala harus benar
3. Pastikan bahwa valve (tutup) mengeluarkan nafas bekerja dengan
otomatis
4. Pastikan tidak ada udara keluar melalui celah karena masker kurang
rapat, dapat didengar dari suara rembesan udara
5. Bagian yang bisa dilepas semua dicuci dan bisa disterilkan dengan
autoclavable (134c)

Cara menggunakan:
1. Rapatkan dahi dan dagu bawah dengan tangan menekan dagu bawah
ke arah atas
2. Pada posisi seperti itu tangan sebelah memegang E valve Ambu Bag
3. Masker dipasang dimuka, tekan masker dengan tangan kearah dagu
bawah
4. Masker ditekan pakai ibu jari dan jari telunjuk kemudian angkat dagu
bawah dengan jari tengah, jari manis dan jari kelingking. Jalan nafas
diupayakan lurus
Dengan tangan yang lain menekan ambu bag dengan kira-kiran 10-15
kali per menit

UNIT TERKAIT

PENGGUNAAN LARYNGOSCOPE

STANDAR No. Dokumen No. Revisi Halaman


PROSEDUR 1 1/2
OPERASIONAL
Ditetapkan Oleh,
Direktur RSU Mitra Sejati
Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

Persiapan alat:
Seperangkat alat laryngoscope

1. Perawatan / Penyimpanan
a. Bagian laryngsocope yang dimasukkan kedalam mulut
direndam dan didesinfektan
b. Pegangan tangkai dibersihkan dengan alkohol
2. Cara menggunakan
a. Siapkan alat-alat
b. Membuka mulut, memasukkan laryngoscope dari mulut
PROSEDUR c. Setelah ujung laryngoscope dimasukkan ke atas epiglottis,
diarahkan ke atas
d. Kalau melakukan berhitu, kelihatan glottis
e. Endotracheal tube dimasukkan ke tengah golttis
f. Masukkan bite blok dan mendengarkan bunyi nafas denga
stetoscope
g. Setelah memastikan letak endotracheal tube benar, balon
digembungkan dengan mengisi udara sebanyak 5 cc-10 cc (pakai
spuit)
h. Kalau tidak bernafas, menggunakan respirator atau ambu bag
UNIT TERKAIT

SUCTION

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR Cara menggunakan:


1. Masukkan air bersih dan cairan antiseptik dalam botol suction sampai
garis paling rendah dengan perbandingan campuran : air 100cc :
antiseptik (Lysol) 1 cc
2. Menyambung tube ke tiap pipa sambung
3. Menekan tombol sumber tenaga listrik untuk memastikan alat tersebut
dapat bekerja baik dan kontrol tombol pembetulan daya tekanan
4. Pipa suction dilipat, ventilasi dihentikan, setelah itu kontrol daya
tekanan suction sambil memutar tombolnya.
- Daya tekanan : 120 200 mmHg Dewasa

- Daya tekanan : 100-120 mmHg Anak-anak

- Daya tekanan : 60-100 mmHg Bayi


5. Pada saat memasukkan kateter kedalam mulut /hidung, kateter dilipat
dahulu, tanpa melakukan penghisapan, kedalam canula sesuai
kebutuhan / kondisi pasien
6. Kemudian lipatan kateter dilepas
- Pada saat melakukan suction katater diputar-putar untuk menghindari
kerusakan mukosa, lakukan berulang-ulang sampai lendir bersih.
- Waktu menggunakannya antara 10-15 detik Dewasa
5-10 detik bayi dan anak-anak
Kalau lebih O2 dalam paru-paru akan berkurang
Kalau penderita batuk keras, suction dihentikan dan melihat keadaan
umumnya.
7. Ketika mengeluarkan kateter, mengeluarkan pelan-pelan sambil
diputar-putar
8. Kemudian bilas selang suction dari kotoran (slym) dengan air
9. Kateter direndam dalam cairan lysol 1 jam kemudian bilas air bersih
10. Tube suction, botolnya dan tutup botol diambil dan dicuci dengan
cairan antiseptik
11. Mesinnya dibersihkan dengan kain yang diberi cairan antiseptik,
kemudian dilap dengan lap kering
12. Setelah suction dipakai harus mencuci tangan

Pemeliharaan:
1. Setelah dipakai, alat-alat (botol dan selang) dibersihkan, bila perlu
direndam dengan cairan lysol. Dan mesin di lap dengan lap yang sudah
diberi cairan antiseptik
2. Kabel dan selang diperiksa kalau ada yang bocor
3. Kemudian botol diisi kembali dengan cairan antiseptik botol
(secukupnya) dengan perbandingan air 100cc : antiseptik 1 cc.
Kemudian selang dipasang kembali.
4. Alat ditutup agar terhindar dari debu
5. Voltese harus sesuai dengan kebutuhan
6. Bila tidak dipakai alat tetap dicek setiap hari, agar selalu siap pakai

UNIT TERKAIT

ELECTROKARDIOGRAPHY

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN
PROSEDUR Persiapan alat-alat:
1. Mesin ECG beserta kertas ECG
2. Jelly elektroda
3. Kertas tissue
4. Elektroda ektremitas dieratkan dengan penjepit
5. Elektroda dada dengan balon penghisap

Persiapan penderita:
1. Penderita diberitahu maksud dan tujuan tindakan pemeriksaan ECG
2. Pakaian atas penderita dibuka (Atur privacy penderita)
3. Penderita dibaringkan dalam posisi telentang dengan tungkai lurus
tidak bersentuhan, kedua lengan disamping tubuh tidak bersentuhan
dengan tubuh (dalam keadaan rileks)
4. Hindari gangguan listrik dan gangguan mekanik seperti:
Jam tangan
Ventilator
Tremor
Bergerak
Batuk

Langkah-langkah:
1. Periksa alat Ecg (harus dalam keadaan siap)
2. Menempatkan elektroda:
a. Elektroda ekstremitas atas dipasang pada pergelangan tangan
kanan dan kiri dan searah telapak tangan.
b. Pada ekstremitas bawah dipasang pada pergelangan kaki kanan dan
kiri sebelah dalam
c. Posisi pada pergelangan bukan mutlak, bila diperlukan
dapat dipasang sampai ke bahu kiri / kanan dan ke pangkal paha
kiri / kanan
Hubungkan kabel-kabel elektroda ekstremitas
- Merah (RA) : lengan kanan

- Kuning (LA) : lengan kiri

- Hijau (LF) : tungkai kiri

- Hitam (RF) : tungkai kanan


Hubungan elektroda dada
- V1 : sela iga IV disebelah pinggir kanan sternum

- V2 : sela iga IV disebelah pinggir kiri sternum

- V2 : ditengah-tengah antara V3 dan V4

- V4 : sela iga V pada garis midclacucula kiri

- V5: garis axilaris anterior kiri setinggi V4


d. V6 : garis mid axilaris kiri setinggi V4

UNIT TERKAIT

NECK COLLAR

STANDAR No. Dokumen No. Revisi Halaman


PROSEDUR 1 1/2
OPERASIONAL
Ditetapkan Oleh,
Direktur RSU Mitra Sejati
Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)


Neck collar adalah alat yang berfungsi sebagai
fiksasi leher agar tidak terjadi pergerseran pada
PENGERTIAN
tulang servical pada penderita. Pertolongan
darurat dimana perlu dilakukan resusitasi
TUJUAN

KEBIJAKAN

Mekanisme:
Penderita diarahkan pad posisi telentang cek ABC kemudian awasi
kesadaran berbicara ada / tidak, periksa pad bagian dada simetris / tidak,
lalu pasang neck collar. Tindakan yang selalu menggunakan neck collar
adalah:
PROSEDUR
Pada penderita yang dicurigai fraktur servikal seperti:
1. Setiap trauma capititis terutama kesadaran menurun
2. Multi trauma
3. Luka tumpul diatas clavikula
bio mekanik bila trauma mendukung

UNIT TERKAIT

NASO PHARYNGEAL
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

Cara pemasangan :
1. Siapkan alat dan jelly
2. Naso pharyngeal diukur besarnya dengan jari kelingking kiri
3. Naso pharyngeal diukur panjangnya dari pangkal cuping hidung
sampai cuping telinga
4. Selalu usahakan masuk dilubang hidung kanan walapun lubang kiri
juga boleh, naso pharyngeal selalu diolesi dengan jelly lalu
PROSEDUR
dimasukkan perlahan ke belakang, bila ada hambatan langsung ditarik
keluar dan dicoba disebelahnya.
5. Fiksasi supaya jangan lepas (stabil)

Perawatan / penyimpanan
Naso pharyngeal sesudah dipakai direndam dengan desinfektan lalu
dikeringkan dan disimpan ditempat khusus

UNIT TERKAIT
ORO TRACHEAL

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

Cara pemasangan ada 2 cara:


1. Siapkan alat
2. Oro tracheal di ukur panjangnya dari sudut mulut keangulus mandibula
3. Cara pertama : mulut dibuka lalu dimasukkan terbali lalu diputar
sambil ditekan pelan-pelan
4. Cara kedua : mulut dibuka dengan tang spatel lalu dengan berhati-hati
dimasukkan kebelakang
PROSEDUR
5. Pemasang untuk anak kecil sebaiknya dipakai cara yang kedua, karena
tidak merusak gigi dan farinks
6. Fiksasi supaya jangan lepas (stabil)

Perawatan / penyimpanan
Oro tracheal sesudah dipakai direndam dengan desinfektan lalu
dikeringkan dan disimpan ditempat khusus
UNIT TERKAIT

PEMASANGAN INTUBASI

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR Persiapan alat-alat:


1. Gudel (segala ukuran)
2. Handle laryngoscope
3. Face Mask (segala ukuran)
4. Margil forcep dewasa/anal
5. Arteri klem
6. Mandarin
7. Endotracheal (segala ukuran)
8. Refraktor
9. Spuit 20cc
10. Sarung tangan disposible
11. Masker
12. Suction Chateter (segala ukuran)
13. Kom steril untuk cairan suction
14. Jeli

Persiapan obat-obatan:
1. Adrenalin
2. Atropin sulfas
3. Ca Cl
4. Ca Gluconas
5. Bicnat
6. xylocard 100mg
7. Xylocard 500mg
8. Isupril 0.2mg
9. Dopamine 50mg / 200mg
10. Isoptin
11. Valium
12. Pavulon
13. Dormicum
14. Cairan Infuse
15. Cairan for injection
16. Xylocain spray

Persiapan penderita:
1. Pasien / keluarga pasien diberi tahu maksud dan tujuan tindakan
intubasi
2. Mengatur posisi penderita telentang dengan leher dalam fleksi dan
kepala ekstensi
17. Dianjurkan posisi dalam keadaan rileks dan kooperatif

UNIT TERKAIT

PEMASANGAN CHATETER

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR Persiapan alat-alat


1. Tempat tidur
2. Chateter (tergantung kebutuhan / nomor yang dikehendaki
3. Urine bag
4. Xylocain jeli 2%
5. Pincet anatomis
6. Spuit 10cc
7. Larutan aquadest + 30cc
8. Bethadine + 10cc untuk antiseptik
9. 5 lembar kassa steril
10. Duk lobang
11. Sarung tangan

Persiapan penderita
1. Penjelasan kepada penderita tentang tindakan chateter
2. Mengatur posisi tidur penderita
3. Menanggalkan pakaian bagian bawah penderita

Langkah-langkah:
1. Mencuci tangan sebelum bekerja
2. Mengdesinfektan sekitar alat vital penderita dari arah dalam ke luar
3. Memakai sarung tangan
4. Meletakkan duk lobang diatas alat vital penderita
5. Memasukkan xylocain jelly + 10cc bila penderita laki-laki / oleskan
jelli pada chateter bila penderita perempuan
6. Mulai dengan tindakan pasang chateter dengan penis posisi tegak lurus
/ dorsum plexi + 10cm
7. Kemudian posisi penis diarahkan ke lipat paha sambil chateter terus di
dorong sampai + sisa chateter diluar 10 cm
8. Coba pungsi melalui chateter, bila urine sudah keluar langsung
dihubungkan dengan urine bag
9. Balon di isi dengan air 20-30 cc
10. Chateter tarik sampai ada tegangan tutup kassa steril sekitar ujung
penis
11. Hitung urine yang keluar
12. Membereskan alat-alat
13. Mencuci tangan

Sikap:
1. Menunjukan sikap yang nyaman terhadap
2. Teliti
14. Hati-hati

UNIT TERKAIT

PEMBERIAN OKSIGEN (O2)

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR Persiapan alat-alat:


1. Tabung oksigen (O2)
2. Manometer / untuk mengetahui isi O2 dalam tabung
3. Botol pelembab yang sudah di isi dengan aquadestilata sampai batas
yang ditentukan
4. Pengukur aliran untuk mengetahui jumlah O2 yang diberikan permenit
5. Pipa saluran O2 / corong khateter hidung
6. Alat tulis

Persiapan penderita:
1. Memberikan dan menjelaskan pada penderita
2. Menempatkan alat-alat ke dekat penderita

Langkah-langkah:
1. Mengatur dan menenangkan penderita
2. Isi tabung diperiksa dan dicoba
3. Memasang pipa oxygen sesuai instruksi dokter
4. Memasang masker O2 / kateter hidung pada hidung penderita
5. Mengawasi keadaan penderita, apakah sesaknya berkurang
6. Bila penderita tak memerlukan O2 lagi, maka saluran di tutup
7. Mencatat:
a. Keadaan penderita sebelum dan sesudah pemberian O2
b. Waktu pemberian
c. Jumlah pemberian O2 / menit
d. Periksa tensi, nadi, pernafasan
Nama perawat yang menunjukan

UNIT TERKAIT
KUMBAH LAMBUNG

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR Persiapan alat-alat:


1. Naso Gastic Tube (NGT) No. Sesuai kebutuhan
2. Xylocain jeli secukupnya
3. Kain kasa secukupnya
4. 1 gelas berisi air
5. Stetoscope
6. Pinset Anatomis
7. Nierbeken
8. Plester
9. Spuit 20cc
10. Bascom berisi air bersih
11. Ember tempat sampah
12. Sarung tangan
Persiapan penderita:
1. Menjelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan bila penderita
sadar
2. Mengatur posisi penderita

Langkah-langkah:
1. Mencuci tangan sebelum bekerja
2. Memakai sarung tangan
3. Mengukur NGT dari Glabella ke proses xypoideus
4. Mengoleskan jelli secukupnya di ujung NGT
5. Memasukkan NGT dengan menggunakan pincet kedalam lubang
hidung penderita sampai pada batas yang telah diukur
6. Mengetes NGT apakah masuk kesaluran cerna atau saluran paru
dengan cara:
a. Menyuntikan udara 10s/d20 cc kemudian dengan stetoscope
didengarkan di era epigastrium, bila terdengar bunyi pup berarti
NGT berada disaluran cerna dan ini posisi yang benar
b. Memasukkan ujung NGT kedalam gelas berisi air bila keluar
gelembung-gelembung udara berarti NGT berada disaluran paru
dan ini berarti pada posisi yang salah. Jika tidak bergelembung
makan NGT berada disaluran cerna.
7. Bila posisi NGT sudah benar maka NGT difiksasi
8. Memasukkan / menyuntikkan 150s/d200 cc air bersih kedalam
lambung lalu dikeluarkan kedalam ember tempat sampah
9. Demikian cara ini dilakukan secara berulang-ulang, sampai cairan
lambung bersih

Sikap:
1. Menunjukan sikap yang nyaman terhadap penderita
2. Teliti
3. Hati-hati
4. Peka terhadap respon penderita

UNIT TERKAIT

MENJAHIT LUKA

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR Persiapan alat:


1. Antiseptik : bethadine, alkohol 7%
2. Obat patirasa / anasthesi sesuai dengan ketentuan
3. Benang jahit sutera / cut gut / jenis lain sesuai dengan
kebutuhan
4. Nierbeken
5. Gunting, plester
6. Tromol kasa dan korentang steril
7. Sarung tangan
8. Cairan pembersih luka : NaCl, H2o3 3%, Savlon
9. Spuit 2cc, 5cc atau sesuai dengan kebutuhan anasthesi
10. Set jahit:
a. jepit jarum (Naald Voeder)
b. Arteri klem lurus / bengkok
c. Pinset chirurgis
d. Gunting luka steril
e. Penjepit kain
f. Jarum jahit untuk otot / luka
g. Kain penutup luka
h. Sarung tangan
11. Pembalut sesuai dengan kebutuhan
12. Sofratul

Persiapan penderita:
1. Penjelasan kepada pasien tentang tujuan menjahit luka
2. Pengatur posisi pasien
Kepekaan terhadap reaksi
Langkah-langkah:
1. Mencuci tangan sebelum bekerja
2. Membersihkan luka
3. Mengdesinfeksikan luka dan sekitarnya
4. Menggunakan sarung tangan
5. Memberikan patirasa
6. Menjahit luka:
7. Memberikan bethadine dan sofratul atau sesuai intruksi
8. Menunjukan upaya sepsis selama bekerja
9. Membalut luka sesuai kebutuhan
10. Membereskan alat-alat
11. Mencuci tangan
12. Menuliskan pada catatan perawatan: jenis benang, jumlah jahitan
dalam dan luar
13. Menjelaskan kepada pasien tentang perawatan luka dirumah.

Sikap:
1. Menunjukan sikap yang dewasa bekerja
2. Teliti
Hati-hati

UNIT TERKAIT

PENGGUNAAN BRANCARD

STANDAR No. Dokumen No. Revisi Halaman


PROSEDUR 1 1/2
OPERASIONAL
Ditetapkan Oleh,
Direktur RSU Mitra Sejati
Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)


Brancard adalah alat yang dipergunakan untuk
PENGERTIAN
mengangkut pasien dan terdapat diruang UGD
TUJUAN

1. Perhatikan rem roda dari brancard sebelum brancard digunakan


2. Pastikan posisi pasien sudah baik dan benar, pasang pagar pengaman
dan kunci
KEBIJAKAN
3. Untuk pasien sesak nafas, posisi semi fowler dipergunakan
4. Untuk penggunaan Brancard dan rostole harus mengisi pada buku
penggunaan alat yang telah disediakan oleh Bag. UGD
Satu diruang observasi dan dua diruang tindakan
Alat pengangkut pasien berupa:
1. Brancard 3 buah
2. Rostole 2 buah

PROSEDUR
Fungsi brancard dan kursi roda:
1. Untuk mengantar pasien dari ambulance/ mobil pengantar pasien
kedalam UGD, begitu juga sebaliknya
2. Dari UGD ke RO, Fisiotherapy
Dari UGD ke ruang perawatan dll

UNIT TERKAIT
PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU
(HIPERTENSI

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR Batasan
Hipertensi Borderline : sistolik 140-159 mmHg
: diatolik 90-94 mmHg
Hipertensi Definitif : 160 / 95 mmHg
: 15-20 % di negera-negara Barat.

Mekanisme dari Hipertensi primer belum jelas


Mekanisme dari Hipertensi sekunder:
1. Peningkatan sekresi katekolamin (feokromostitoma)
2. Peningkatan pelepasan renin (renal artery stenosis)
3. Peningkatan volume Na dan darah dalam tubuh

Gejala klinis
Keluhan:
1. Tidak ada
2. Tidak khas : sakit kepala, pusing, rasa cepat lelah
3. Sakit kepala : - Subosipital
- Paling berat pagi hari, lalu berkurang
4. Penyulit-penyulit dari hipertensi :
a. Jantung : gagal jantung kiri
Angina pektoris, infark miokard
b. Ginjal : hipertensi maligna, kegagalan faal ginjal
c. Otak : sakit kepala confusion
Konvulsi, koma, gangguan penglihatan, gejala-gejala syaraf
Dapat terjadi sekonyong-konyong bila tekanan darah meningkat secara
mendadak, seperti pada ensefalopati hipertensi
d. Mata : penglihatan yang berkurang
e. Pembuluh darah : arterioskeloris misalnya di arteri femoralia :
kaludikasio interniten di aorta nyeri dada bila terjadi dissection

Gejala berhubungan dengan:


1. Tekanan darah tinggi dan lamanya
2. Keadaan dari organ sasaran
3. Keadaan dari pembuluh-pembuluh darah
4. Sebab dari hipertensi

Tekanan darah:
1. Teknik pengukuran
2. Variabilitas
Keadaaan dari organ sasaran (target organs)
1. Mata : Keith Wagener I-IV
a. Arteriolae penyempitan , iregularitas
b. Artterio venous defect (nicking)
c. Perdarahan
d. Eksudasi
e. Edema pupil
2. Jantung : hipertropi ventrikel kiri aspek jantung kuat kiri
3. Pembuluh darah : asterossklerosis bising sistolik
Misalnya : a. Karotis
b. femoralis
c. Renalis
Pulpasi interkolis pada koartasi dari aorta
Sebab dari hipertensi :
Gangguan dari fungsi endokrin
Penyakit cushing obesitas tubuh, hirsustisme
Heperaldosterinisme primer
kelemahan otot, refleks tendon berkurang
Feokromositoma
Hipertensi paroksimal, palpitasi, banyak berpeluh
Koarktasio dari aorta :
Femoralis lemah atau tidak teraba
Ginjal polikistik :
Ginjal membesar dan mudah diraba

Kelainan laboratorium
Urine:
Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkin ginjal
Torak granular / eritrosit pada gromerulonefritis
- Pada pielonefritis kronik
Darah:
Kreatinin serum BUN meningkat pada hipertensi parenkin ginjal
dengan gagal ginjal
Potasium serum menurun pada aldosteronemis
Elektrokardiogram:
hipertrofi ventrikel kiri
iskemia / infark miokard
Foto toraks:
Bentuk dan besarnya jantung notching dari iga
Pada koarktasio dari aorta
Pembendungan di paru
Bentuk dan lebar aorta
Komplikasi:
Jantung : hipertrofik ventrikel kiri
Gagal jantung kiri
Mata : hipertensi arterioklerosis retinopati
Otak : trombosis infark, perdarahan intraserebral, ensefalopati
Ginjal : arterioklerosis ringan, berat iskemia
Penatalaksanaan :
1. Tindakan umum
2. Obat-obatan
Tindakan umum :
1. Diit : pembatasan NaCl
Diabetes melitus
Lemak bila ada hiperkolesrelomia
2. Exercise
3. Mengurangi berat badan bila ada obesitas
4. Rokok dihentikan
5. Hidup denga tenang rekreasi
Obat-obat
Obat-obat antihipertensi yang diberikan oral
UNIT
TERKAIT
PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU
(DIARE)

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)


Diare diartikan sebagai buang air besar dengan tinja berbentuk cairan
atau setengah cair.
Diare akut adalah diare yang jelas mulainya dan kemudian dapat sembuh
PENGERTIAN
kembali dengan normal dalam waktu yang relatif singkat
Diare kronik adalah diare yang melebihi jangka
waktu 15 hari sejak awal diare
TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR Patofisiologi diare


Diare terjadi bila terdapat gangguan transport terhadap air dan elektrolit
pada ukuran cerna. Mekanisme gangguan tersebut ada 5 (lima)
kemungkinan:
1. Osmolaritas intraluminer yang meninggi , disebut diare
osmotik
2. Sekresi cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare
sekretolit
3. Absorpsi elektrolit berkurang
4. Motilitas usus yang meninggi / hiper peristalsi, atau
waktu transit yang pendek
5. Sekresi eksudat disebut diare eksudatif

Gejala klinik diare pada umumnya


Pasien mengeluh mencret atau berak-berak, perut penuh,mual, keringat
dingin dan lain-lain.
Gejala klinik diare dibagi atas:
Fase prodromal : yang dapat juga sebagai sindrom pradeare
perut rasa penuh
mual, bisa sampai muntah
keringat dingin
pusing
fase diare :
Diare dengan segala akibat berlanjut yaitu dehidrasi,
asidosis, syok
Mules
Dapat sampai kejang
Dengan atau tanpa panas
Pusing
Fase penyembuhan :
Diare makin jarang
Mules berkurang
Penderita rasa lemas / lesu

Etiologi diare akut oleh bakteri dan parasit :


Telah disebutkan dimuka bahwa sebagian besar diare di Indonesia
disebabkan oleh infeksi bakteri dan penyakit.
Bakteri dan penyebab diare akut:
Shigella Dysentriae, Escherechia Coli, Samonella Typhi dan Salmonella
Paratyphi A, B, C
Keracunan makanan:
1. Stafilokokus
2. Clostridium perfingens
Diare akut oleh parasit:
Entamuba Histolytica, Trichomonas Intestinalis / Homisis
Diagnosis diare:
Langkah diagnosis sebagai berikut:
1. Anamnesis
2. Pemeriksa Laboratorium
a. Tinja
b. Darah
c. Kultur tinja maupun darah
3. foto endoskopi

penatalaksanaan
penatalaksanaan secara garis besar sebagai berikut:
1. Penerangan pada penderita
2. Diit
3. Simtomatis
4. Antibiotik / anti parasit
5. Mengobati akibat diare : air, elektrolit, dan nutrisi

Mengobati akibat diare:


Diare mengakibatkan kehilangan air dan elektrolit. Air dan elektrolit
harus diberikan berupa oralit diberikan 1 bungkus dalam gelas air pada
tiap diare. Perlu diperhatikan banyaknya oralit jangan melebihi
diarenya. Bila perlu infuse dapat diberikan RL atau NaCl 0.9%
bergantian denga bikabornat natrikus 1,5% dalam perbangingan 2:1.
Bila diberikan infsue, maka harus diberikan kalium klorida (KCL)
4x500 mg. Dosis cairan infsue dapat diperhitungkan dengan score
rehidrasi kolera. an fisik
UNIT TERKAIT

PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU


(KEJANG DEMAM)

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)


Kejang demam adalah bangkitan kejang yang
PENGERTIAN terjadi pada saat suhu meningkat disebabkan
oleh suatu proses ekstrakranium
TUJUAN

KEBIJAKAN

Patofisiologi :
Patofisiologi terjadinya kejang demam belum jelas

Gejala klinis :
PROSEDUR
Ada 2 bentuk kejang demam:
1. Kejang demam sederhana
a. Umur diantara 6 bulan 4 tahun
b. Lama kejang < 15 menit
c. Kejang bersifat umum
d. Kejang terjadi pada waktu 16 jam, setelah timbulnya demam
e. Tidak ada kelainan neurologis, baik klinis maupun laboratorium
f. EEG normal 1 minggu setelah bangkitan kejang
2. Kejang demam komplikasi
Diluar kriteria tersebut diatas

Diagnosis:
Diagnosis kejang demam dibuat berdasarkan:
1. Anamnesis (terpenting)
2. Pemeriksaan neurologis lain dalam batas normal
a. Darah, kadar glukosa, elektrolit serum, kreatinin serum
b. Fungsi lumbal
c. funduskopi
Diagnosis banding:
1. Meningitis
2. Ensefalitis
3. Abses otak
Penatalaksanaan:
Pengobatan:
1. Pemberian diazepam
a. Dosis awal 0.3-0.5 mg/kg BB/dosis IV (perlahan-lahan)
b. Bila kejang belum berhenti, dapat diulang dosis sama setelah 20
menit
2. Turunkan panas
a. Antipiretika : parasetamol / salsilat 10 mg/kg/ BB/dosis
b. Kompres air PAM / es
3. Pengobatan penyebab
4. Penanganan suportif
a. Bebaskan jalan asam
b. Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
c. Pertahankan tekanan darah

Pencegahan:
1. Pencegahan berkala (Intermiten untuk kejang demam sederhana)
Beri diazepam dan antipiretika pada penyakit-penyakit yang disertai
demam
2. Pencegahan kontinyu untuk kejang demam komlikata
Dapat digunakan:
Fenobarbital : 5-7 mg/kg/24 jam dibagi dosis
Fenotoin : 2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis
Klonazepam : (indikasi khusus) diberikan sampai 2 tahun bebas kejang
atau sampai umur 6 tahun

UNIT TERKAIT

PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU


(DENGUE)

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)


PENGERTIAN Demam dengue (dengue fever (DF) adalah penyakit yang utama terdapat
pada anak remaja atau orang dewasa. Demam berdarah dengue (Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang terutama terdapat pada
anak.
Sindrom renjatan dengue (Dengue Shock
Syndrome (DSS) adalah penyakit DHF yang
disertai renjatan.
TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR ETIOLOGI
Virus dengue tergolong arbovirus dan dikenal ada 4 serotipe, berbentuk
batang bersifat termolabil. Sensitif terhadap in aktivitas oleh Estileter dan
natrium dioksikolat stabil pada suhu 70 c.
PATOSIOLOGI
Penyakit dengue di Indonesia merupakan penyakit endemis dan vektor
utama dengue di Indonesia adalah nyamuk Aedes Aegepti. Virus dengue
masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali
mengkin memberi gejala DF. Reaksi yang amat berbeda akan tampak bila
seorang mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang
berlainan. Berdasarkan hal ini timbullah yang disebut the secondary
heterallogous infection. Reinfeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi
anamnestik dan antibodi sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks
antigen antibodi yang tinggi.
GEJALA KLINIK
Masa inkubasi 3-15 hari rata-rata 5-8 hari
DF : Suhu meningkat, tiba-tiba sakit kepala, nyeri otot dan tulang, mual,
muntah, dan batuk ringan. Eksantem / ruam mual-mual pada muka dan
dada (initial rash) selama beberapa jam. Kemudian mulai hari 3-6
terbentuk makula-makula besar pada lengan dan kaki, kemudian
keseluruhan tubuh
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan leukopeni terlihat pada hari
ke2 dan ke3
DHF : gejala awal seperti pada DF, awalnya mulai timbul perdarahan
pada hari ke 3-5 berupa petekie, purpura ekimosis,
hematemesis melena dan epiktasis. Hati membesar dan nyeri
tekan, tidak dijumpai ikterus. Pada pemeriksaan laboratorium
dijumpai trombositopemia dan hemokonsentrasi. Uji tourniquet
yang positif merupakan pemeriksaan yang penting tampak
dipoprateinemia, hiponatremia, hipoklorenia.
DSS : ditandai dengan kulit yang lembab dan dingin sianosis resifer
terutama tampak pada hidung, jari-jari tangan dan kaki,
penurunan tekanan darah, renjatan biasanya terjadi pada waktu
demam turun, antara hari 3-7

DERAJAT PENYAKIT PADA DHF


Derajat I (ringan)
Demam dan gejala klinis manipestasi perdarahan teringan yaitu ujian
RL (+)
Derajat II (sedang)
Ditemukan perdarahan kulit dan manipestasi perdarahan lain
Derajat III
Tanda dini renjatan / gagal serkulasi
Derajat IV
DSS dengan tensi dan nadi tak terukur

PENATALAKSANAAN:
1. Pada DF dan DHF tanpa penyulit / renjatan
a. Tirah baring
b. Minum banyak, makanan le Medika mentosa yang bersifat
simpomatis untuk demam imidasi asetosal
c. Antibiotik bila dikuatirkan injeksi sekunder
d. Pantau N, TD, suhu, nafas
e. Transfusi darah dialirkan bila ada perdarahan
Lab TH trombosit tiap 4-6 jam pada hari-hari pertama selanjutnya
tiap 24jam
f. Tranfusi susp trombosit didikan bila perdarahan dan
trombositopeni
g. Tranfusi susp, trombosit didikan bila perdarahan dan
trombositopeni
2. Renjatan / DSS
Tujuan utama : mengembalikan volume cairan sampai intravaskuler
a. Segera infuse RL / NaCl guyur k/p sampai 100-200 cc
Renjatan berat : plasma / ekspandor plasma / dextran / remacel 15-
20 cc/kg BB
Pemberian cairan tetap dipertahankan 12-48 jam setelah renjatan
teratasi
b. Bila ada asidosis dikoreksi dengan Na bikarbonat
c. Pemberian kortikosteroid masih diperdebatkan
mak
TATALAKSANA DBD DERAJAT I
1. Pemberian cairan
a. Minum banyak 1.5-2 Liter/hari (3-5 sdm/mnt)
b. Jenis : air putih, teh, sirup, sari buah.
2. Obat-obatan
a. Antipiretik (parasetamol)
b. Anti kovulsan (kalau perlu)

Indikasi rawat:
1. Tidak mau minum / muntah sering
2. Hematokrit cenderung naik
3. Trombosit 150.000
4. Demam menetap 3 hari
5. Rumah jauh
6. Permintaan orang tua

Indikasi IVFD
1. Ht cenderung meningkat
2. Muntah terus / tidak mau minum
Jenis cairan : DD atau RL tetesan maintenance (1 tetes/kg BB/mnt)
Monitor : Tanda vital tiap 6jam
Hb-Ht-trombo minimal tiap 24jam

UNIT TERKAIT

PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU


(ASMA DAN STATUS ASMA TIKUS)

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)


Asma adalah suatu penyakit obstruktif jalan nafas
PENGERTIAN
yang merata (difus) dan reversibel
TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR Patofisiologi:
Obstruksi jalan nafas pada asma disebabkan oleh sembab mukosa sekresi
berlebihan dan spasmus otot polos.

Gejala klinis:
Batuk,bersin, hidung buntu batuk hebat, sesak, suara mengi
(wheezing)
Bila serangan hebat : gelisah, tersusuk, bekeringat mungkin sianosis
Dada mengembang, hiperinflasi, ekspirasi memanjang, otot-otot
interkostal, supraklavikuler dan sternokleido
Perkusi : hipersonor
Auskultasi : suara mengi, ronki kering musikal, ronki basah sedang,
X-foto dada : atelektasis tersebar :hyperaerated

Diagnosis Banding:
Infeksi virus atau bakteri, berupa bronkitis, bronkiolitis dan
bronkopneumoni.
Benda asing jalan nafas
a. * Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
* teofilin : 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
b. Prednison: 0.5-2 mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan
hebat)

1. Penatalaksanaan Status Asma Tikus (anak)


a. Bila dengan cara pengobatan di atas belum ada perbaikan
penderita perlu rawat inap
b. Perhatikan : * sianosis
pulpus paradoksus
aktivitas otot-otot pernafasan tambahan pertukaran
udara
keadaan mental
c. Periksa : * LED, Hb, Lekosit, hitung kenis
EKG
X-foto dada
d. Beri zat asma dengan nose prong 2-3 L/menit
e. Cairan
f. Aminofilin : 4-5 mg/kg/dosis, iv selama 20 menit tiap 6 jam
Hidrokortison : 4-10 mg/kg/dosis, iv tiap 4-6 jam

Komplikasi:
1. Atelektasis
2. Pneumotoraks
3. Emfisema mesiastinalis / kutis
4. Kejang-kejang karena anoksia
5. Gagal nafas

Penatalaksanaan:
2. Serangan asma angkut:
a. Adrenalin 0.1-0.2 ml larutan 1:1000 subkutan
Bila perlu dapat diulang setiap 20 menit sampai 3 kali
b. Dianjurkan / disertai salah satu obat tersebut dibawah ini (per oral)
c. * Efedrin : 0.5-1 mg/kg/dosis, 3 kali/24 jam
* Salbutamol : 0.1-0.15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
* terbutalin : 0.075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
UNIT TERKAIT

PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU


(CEDERA KEPALA)

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR Berat ringannya cedera kepala dibagi berdasarkan skala koma Glasgow
(SKG)
SKG 13-15 = cedera kepala ringan
SKG 9-12 = cedera kepala sedang
SKG 3- 8 = cedera kepala berat

Semua pasien cedera kepala yang datang ke Gawat Darurat dalam


keadaan sadar diobservasi 2 jam. Bila tidak ada pingsan, muntah atau
pusing pasien dipulangkan dan diberi pesan-pesan yaitu : bila pasien
mengantuk / tidur, sakit kepala hebat, muntah > 4x, kejang, lumpuh
tangan / kaki, penglihatan terganggu, harus datang ke Gawat Darurat
secepat mungkin untuk tindakan selanjutnya.

Pasien cedera kepala yang tidak sadar, dirawat. Pasien dengan tingkat
kesadaran (SKG) 13-15 dirawat di IRNA dan SKG kurang dari 13
dirawat di ICU semua pasien yang dirawat ini diobservasi tingkat
kesadarannya, besar pupil dan tanda-tanda vital lainnya. Bila memburuk
dan atau perlu diambil tindakan operasi secepatnya yaitu dikonsultasikan
ke dokter spesialis bedah umum (di Balikpapan belum ada tenaga dokter
spesialis bedah saraf)

Pemeliharaan:
Lakukan pemeriksaan umum / tanda-tanda vital, jelas dikepala atau
ditempat lain, tingkat kesadaran dan pemeriksaan neurologis lainnya.

Diagnosis:
CKR, CKS, CKB, Cedera Kepala terbuka

Penanganan :
1. Pasang infuse Ringer Laktat
2. Antibiotika sesuai indikasi
3. Nootropik sesuai indikasi
4. Foto kepala AP/L jelas
5. Laboratorium (DL)
Obat-obata lain sesuai indikasi

UNIT TERKAIT

PENDERITA DENGAN KASUS KRIMINAL

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)


PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR 1. Penderita datang dalam keadaan sadar


a.Penderita datang ke UGD diantar oleh keluarga
Diterima sesuai prosedur baru, dengan melakukan anamnase secara
lengkap dari keluarga maupun penderita
Penderita ditolong sesuai kasusnya
Jika sudah ditolong penderita boleh pulang, sesudah administrasi
selesai
Penderita diizinkan pulang
Jika penderita dirawat, akan diproses sesuai dengan penderita yang
dirawat
b. Penderita datang ke UGD, diantar oleh petugas kepolisian atau
penolong
Penderita diterima sesuai denga proses penderita baru, dengan
mengadakan anamnase sebisanya kepada penderita maupun
pengantar
Penderita ditolong sesuai kasusnya, sampai memungkinkan untuk
berobat jalan atau harus dirawat, diurus sesuai prosedur oleh polisi
atau penolong yang akan menangani prosedur tersebut.

2. Penderita datang dalam keadaan tidak sadar


a. Penderita datang ke UGD diantar oleh keluarga
Penderita diterima sesuai prosedur penderita baru, dengan
melakukan anamnase selengkap-lengkapnya kepada keluarga
Penderita ditolong sesuai kasusnya sampai keadaan penderita stabil
Memanggil perawat pengawas dan satpam untuk mengawasi
disekitar atau di dalam UGD, untuk menghindari terjadinya
keributan dan jika di pandang perlu minta satpam menghubungi
pos polisi terdekat.
Setelah penderita stabil dan memerlukan perawatan dipindahkan
keruangan
Keluarga menyelesaikan administrasi
b. Penderita diantar oleh oleh petugas kepolosian atau penolong
Penderita ditolong sesuai dengan kasus penderita baru, dengan
melakukan anamnase seperlunya kepada petugas /penolong
Penderita ditolong sesuai dengan kasusnya sampai keadaan
umumnya stabil
Jika dibawa petugas kepolisian penderita siap / layak dirujuk akan
dibawa ke RSU dr. Kanujoso
Administrasi diselesaikan petugas kebersihan / diserahkan menjadi
tanggungan dinas sosial

UNIT TERKAIT

TENTANG PENDERITA TIDAK DIKENAL

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR 1. Untuk sementara penderita (korban) diberi identitas


Tn/Ny/Sdr/Sdri/An X
2. Petugas Rumah Sakit RESTU IBU (dokter atau paramedis) terus
berusaha mencari identitas penerita atau korban baik dengan
menanyakan pada pengantar atau orang-orang yang menemukan
maupun dengan bantuan polisi
3. Selama waktu tersebut segala tindakan dan obat-obatan ditanggung
Rumah Sakit sesuai kemampuan yang ada. Bila pasien KLL dengan
fraktur terbuka, setelah di gips sementara, pasien kita rujuk ke
Rumah Sakit Umum Dr. Kanujoso Djatiwibowo balikpapan
Jika sampai meninggal dunia, identitas belum ditemukan pihak Rumah
sakit akan melapor ke Dinas sosial yang selanjutnya kita serahkan ke
Dinas sosial dan diketahui oleh polisi.

UNIT TERKAIT

TENTANG KASUS PEMERKOSAAN

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR 1. Setiap permintaan pemeriksaan dengan kasus pemerkosaan harus ada


permintaan VER (Visum Et Repertum) dari polisi yang berwenang
2. Untuk pasien dengan kasus pemerkosaan dilakukan:
Pemeriksaan luar dilakukan oleh dokter jaga UGD
Pemeriksaan dalam harus dilakukan oleh dokter obsygn
Dan bila pagi dokter obsgyn tidak ada ditempat, pasien dialih
rawatkan ke RSU Dr.Kanujoso Djatiwibowo untuk dilakukan
pemeriksaan selanjutnya
Hasil pemeriksaan VER dibuat dan ditandatangani oleh dokter obsgyn
dan dokter jaga UGD kemudian diberikan kepada petugas yang
berkepentingan

UNIT TERKAIT

PENYIKSAAN ANAK (CHILD ABUSE

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR Semua anak yang berumur dibawah 12 tahun, bila dicurigai ada
penyiksaan maka dapat dilakukan pemeriksaan oleh Dokter jaga bila
perlu dikonsultasikan ke dokter bedah dan diberikan tindakan yang
diperlukan, kemudian memberitahukan kebagian KIE.
Bagian KIE akan memanggil pekerja sosial yang dikenal / untuk
pendekatan kepada orang tua dengan korban.

UNIT TERKAIT

VISUM ET REPERTUM

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR 1. Permintaan visum yang dilayani hanya dari POLRI / Polisi Militer
dengan membawa surat permintaan visum yang ditanda tangani oleh
polisi dengan pangkat sekurang-kurangnya pembantu letnan
2. Surat permintaan visum harus diantar oleh petugas berseragam dinas
3. Surat permintaan visum yang diantar penderita atau bukan petugas
yang tidak dilayani.
4. Permintaan visum secara lisan oleh petugas POLRI / Polisi mIliter
berseragam dinas yang membawa korban dapat dilayani dengan catatn
bahwa surat permintaan visum menyusul paling lambat 2x24 jam
setelah korban diantar ke IRD
5. Permintaan visum oleh polri / polisi militer untuk sesuatu kasus paling
lambat 2 x 24 jamsetelah korban dibawa ke IRD, bila waktu lewat 2 x
24 jam baru ada permintaan visum, hasil pemeriksaan terhadap korban
disesuaikan dengan keadaan korban pada saat / tanggal permintaan
visum.
6. Surat permintaan visum diterima oleh petugas IRD untuk selanjutnya
dokter jaga akan melaksanakan pemeriksaan sesuai permintaan visum
Surat visum ditanda tangani oleh Dokter jaga yang telah melaksanakan
permintaan visum tersebu

UNIT TERKAIT

KEGAWATAN DI RUANG RAWAT INAP

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN
KEBIJAKAN

1. Dokter jaga ruangan bertanggung jawab terhadap seluruh ruangan


rawat inap di Rumah Sakit RESTU IBU termasuk ICU
2. Dokter jaga ruangan hanya mengawasi, pasien yang sedang dirawat
inap dan tidak melakukan visite.
3. Melakukan tindakan medik dalam pertolongan darurat
4. Memberikan terapi simpotomik sementara sebelum dilaporkan
kepada Dokter Spesialis yang merawat
5. Dokter jaga ruangan tidak dibenarkan mengganti terapi Dokter
Spesialis yang merawat
6. Bila dipandang perlu, memberikan informasi data dan keadaan
PROSEDUR
pasien kepada dokter spesialis, atau pihak keluarga sebatas tidak
bertentangan dengan dokter spesialis yang merawat
7. Menulis resep, bekerja sama dengan perawat ruangan dalam
memberi instruksi penanganan medis
8. Membuat permintaan yang diperlukan atas persetujuan dokter
spesialis yang merawat
9. Dokter jaga ruangan yang berhalangan dapat mencari pengganti
sendiri serta melaporkannya ke kepala bidang medis
10. Membuat laporan atas pasien baru atau pasien-pasien yang
memerlukan perhatian khusus.

UNIT TERKAIT

PENANGANAN KERACUNAN
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR Perawatan Umum


a. Resusitasi (1.2.3)
1. Air way = Jalan nafas
Usahakan jalan nafas tetap terbuka
Bila perlu gunakan Oropharingeal Air Way dan Suction
2. Breathing (Pernafasan)
Jaga agar penderita dapat dan terus bernafas dengan baik
Bila perlu gunakan AmbuBag, Respirator, Mouth to Mouth
3. Circulation (Peredaran Darah)
Pertahan tensi, nadi tetap baik
Bila perlu pasang infuse RL, Nacl 0.9%, Dextrose 5%
b. Eliminasi
1. Emesis merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang
masih sadar
2. Katarsis, dengan laksan, bila diduga racun telah sampai di usus
3. Kumbah lambung, pada penderita yang keadaannya mulai
menurun atau tidak
4. koperatif
5. Forced diurisis, bila diduga racun telah sampai didarah dan dapat
dikeluarkan melalui ginjal. Emesis, katarsis, dan kumbah lambung
tidak boleh dikerjakan apabila:
Keracunan lebih dari 6 jam
Bahan korosif, misalnya minyak tanah atau bensin
Koma derajat sedang dan berat
c. Supportive
Perhatikan (perhitungkan) keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa,
kalori.
d. Antidotum
6. Misal : Sulphat Atropin untuk keracunan insektisida, fosfat
organik atau Malorphine untuk keracunan Morphin
Perawatan Khusus

a. Keracunan Insektisida Fosfat Organik / Baygon


1. Infuse Dextrose 5% isap-isap lendir, O2 bila perlu
2. 2,5 mg bolus IV, diteruskan -1 mg setiap 5-10-15 menit,
tergantung beratnya keracunan.
3. Kumbah lambung se efektif mungkin, katarsis, keramas rambut
dengan sabun, mandikan seluruh tubuh + sabun, ganti pakaian
baru.
4. Diberikan dengan monitor pupil, sampai tercapai Atropinisasi
mata, mulut kering, muka merah, pupil dilatasi, jantung berdebar-
debar, suhu meningkat, gelisah
5. Setelah Atropinisasi tercapai:
Dijarangkan dengan dosis maintenance -1 mg setiap 1-2-4-6
jam
Pemberian SA dihentikan minimal 2x24 jam
b. Keracunan Sedativa, Hypnotika, Analgetika
1. Sadar : emesis, pemberian Norit dan MGSO4, bila ragu-ragu
observasi 6-24 jam
2. Koma derajat I-II, kumbah lambung lalu diurisis paksa selama 12
jam, bila ada keraguan penyebab keracunannya, caranya:
Berikan 1 amp Calcium Gluconat IV
Infuse Dextrose 5% + 10 MIKcl 15% / 12 jam
Furosemide 1 amp IV / 6 jam
Untuk keracunan salicilat dan phenobarbital dapat ditambahkan
10 MCQ Nabic untuk tiap ml Dextrose 5%
3. Koma derajat III-IV : kumbah lambung dengan pipa berbalon, lalu
diurisis paksa
3. Bila Timbul gejala Ekstrapiramidal dapat diberikan Delladryl 50-
100 mg I.M
4. Pada penderita gelisah / konvulsi, diberikan Diazepam 5-10 mg I.V
atau Luminal 50-100 mg I.M
c. Keracunan Pestisida (DDT, Endrin, Racun Tikus)
1. Infsue Dextrose 5% O2 bila perlu
2. Emesis. Katarsis, Kumbah lambung bila penderita sadar atau
samnolen
3. Diazepam 5-100 mg bila gelisah / kejang
4. Terapi Supportif
5. Furosemida 40 mg IV, bila diurisis menurun
d. Keracunan bahan korosif (air accu, asam keras, soda kausatik)
1. Jangan lakukan Emesis, Katarsis, Kumbah Lambung
2. Penderita disuruh minum air / susu sebanyak mungkin walaupun
penderita muntah, pemberian diteruskan.
3. Infuse Dextrose 5% RL atau tranfusi bila ada perdarahan
4. Asam kuat (H2SO4, Hcl) berikan susu tiap 1 jam 100-200 ml
5. Basa kuat (HAOH,KOH) berikan air buah atau Hcl encer
(Yulapium) 2 liter, untuk setiap gram sekali yang diminum
6. Corticostiroid, Dexamethason 4x2 amp LV
7. Antibiotika
8. Konsul THT
9. Bila lesi cukup luas, pasangNGT, MLP
e. Keracunan antiseptik luar ( luysol, creolin)
1. Penderita disuruh minum air hangat sebanyak mungkin
2. Bila keadaan menurun, kumbah lambung dengan NGT ukuran
kecil, Antasida
f. Keracunan jengkol
1. Bila ringan berikan minum banyak, Nabic
2. Keracunan berat, pasang infuse, Chateter, Nabic 1.5%
g. Keracunan singkong ( ketela pohon)
1. Emesis, kumbah lambung, Laxan dengan sulfa Magnesium 30 g
2. Natrium Tiosulfat 10% 10cc IV perlahan-lahan 10 menit dan
Natrium Nitrat 3% 10 cc
h. Keracunan jamur
1. Infuse Dextrose 10%
2. Emesis, Kataris
3. SA 0.5-1 mg IV dapat diulang tiap 30 menit
4. Therapi Supportif Symtomatis
i. Keracunan alkohol
1. Emesis, Kumbah Lambung
2. Infsue Dextrose 5%
j. Keracunan gas CO2
1. Berikan pernafasan denga O2 murni tekanan tinggi
2. Cegah edema otak
k. Keracunan Heroin, Morphin, Codein
Malorphin 0.1-1 mg IV tiap 5 menit (Maksimal 40 mg dalam 4 jam)

UNIT TERKAIT
PELAYANAN IBU DALAM PROSES PERSALINAN
NORMAL MAUPUN TIDAK NORMAL

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

Bila ada ibu hamil datang dengan pembukaan lengkap (kala II), pasien
segera:
1. Terima oleh perawat UGD
2. Pasien segera diangkat ketempat tidur
3. Siapkan patus set
4. Memanggil Bidan
5. Selanjutnya pertolongan persalinan normal oleh Bidan
PROSEDUR
6. Setelah plasenta lahir, bayi dan ibu dibersihkan, kemudian dipindah
kekamar bersalin untuk diobservasi kala IV selama 2 jam

Untuk partus tidak normal:


Pasien diterima di UGD dan diperiksa oleh dokter jaga,bila pasien datang
dengan pendarahan,langsung diberi pertolongan terlebih dahulu dan
segera perawat memanggil bidan kemudian dipindah ke kamar bersalin
untuk dikonsultasikan ke dokter Obsgyn
UNIT TERKAIT

PERSALINAN NORMAL

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

Persiapan alat:
1. Bak partus normal steril didalam berisi:
a. Doek steril 1 buah
b. Klem tali pusat 2 buah
c. Gunting tali pusat 1 buah
PROSEDUR
d. Gunting episiotomi 1 buah
e. Kom tempat bethadine
f. Kassa steril secukupnya
g. Chateter metal 1 buah
h. koher tangan atau pemecah ketuban
2. Bak instrumen beisi alat-alat steril untuk menjahit
a. Doek lubang 1 buah
b. Nacl powder 1 buah
c. Kom tempat bethadine
d. Gunting benang 1 buah
e. Pincet sirurgi 1 buah
f. Jarum jahit kulit 1 buah / otot 1 buah
g. Kassa steril secukupnya
h. Tampon bulat 1 buah (kalau perlu)
3. Alat-alat setril dalam tempatnya
a. Umbilical klem 1 buah
b. Benang catgut dan benang side 1/1 kotak
c. Slym zuiger 1 buah
d. Sarung tangan steril 2 pasang
e. Obat anesthesi lokal
f. Spuit 10cc, 5cc, 3cc
Bethadine dan tempatnya
4. Alat-alat tidak steril
a. Waskom berisi larutan disenfektan
b. Stikpan 1 buah
c. Bengkok 1 buah
d. Ember tempat pakaian kotor 1 buah
e. Waskom untuk menyeka
f. Waslap 1 buah
g. Plastik plasenta 1 buah
h. Sarung atau kain panjang 1 lembar
i. Baju atasan 1 lembar
j. Underped
k. Celana dalam 1 buah
l. Softex 3 buah
m. Gurita pasien
n. shcort

pelaksanaan:
Kala II
1. Posisi ibu litotomi
2. Pasien dipimpin mengejan bila ada his
3. Observasi hid dan B.J.A
4. Observasi penurunan kepala
5. Lakukan epiriotomi bila kepala bayi didasar panggul pada primi,
multi
6. Lahirkan bayi
7. Bayi dirawat sesuai protap
Beri uteriotonika sesuai Kala III:
Periksa
1. Ku Ibu
2. Kontraksi terus dan tingginya fundus uteri
3. Kandung kencing dikosongkan
4. Robekan perinium
5. Perdarahan
6. Lahirkan plasenta, lengkap atau tidak lengkap
7. Periksa selaput plasenta koteledon

Kala IV:
1. Mengawasi Ku ibu
2. Kontrkasi uterus
3. perdarahan
4. Observasi tanda-tanda vital
5. Membersihkan vulva
6. menjahit luka pada perinium
7. Ibu diseka
Selanjutnya pasien diantar keruang VK untuk diobservasi 2 jam post
partumindikasi

UNIT TERKAIT

PERMINTAAN FOTO RONTGEN PASIEN UGD

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

1. Pasien UGD yang memerlukan foto rontgen, formulirnya ditanda


tangani oleh dokter jaga
2. Pasien diantar petugas UGD keruang rontgen
3. a. Untuk pasien yang rawat jalan bila tidak memerlukan tindakan
PROSEDUR segera, pasien dipulangkan setelah menyelesaikan adminstrasi,
hasilnya diambil malam setelah dibaca oleh dokter spesialis
rontgen kemudian hasil diserahkan lagi ke dokter jaga
b. Untuk pasien yang rawat inap setelah foto rontgen pasien diantar
keruang inap.
UNIT TERKAIT

PERMINTAAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM PASIEN UGD

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

1. Pasien UGD adalah pasien yang berobat di UGD, pasien rawat inap /
rawat jalan yang memerlukan pemeriksaan laboratorium
2. Permintaan pemeriksaan laboratorium harus ditanda tangani oleh
dokter yang merawat atau dokter yang bertugas saat itu.
3. Fromulir permintaan laboratorium dibawa ke laboratorium oleh
PROSEDUR petugas UGD
4. Bila mana formulir permintaan laboatorium telah sampai ke
laboratorium, maka petugas laboratorium akan ke UGD untuk
mengambil contoh
5. Setelah contoh diambil, pasien (keluarga pasien) harus menyelesaikan
administrasi (pembayaran)
Dan petuags UGD, atau pasien (keluarga pasien) menunggu hasil untuk
diperlihatkan kepada dokter yang merawat

UNIT TERKAIT

PROTOKOL PENDERITA YANG TERKONTAMINASI BAHAN RADIO AKTIF

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR Tidak ada fasilitas perawatan untuk penderita-penderita tersebut diatas


biasanya langsung dirujuk ke RSU Dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan yang memiliki fasilitas lebih lengkap dan tenaga ahli yang
spesialistik.
Sesuai prosedur penerimaan dan identifikasi pasien baru
Yang penting adalah Allo anamnase dan Auto anamnase meliputi:
1. Waktu Exposure
2. TKP, dan jarak kesumber Kontaminant
3. Jenis Radio Aktif (Berhubungan dengan lama dan waktu isolasi serta
half life bahan radio aktif)
Sesudah pemeriksaan fisik (dimana pasien segera di isolasi dalam
ruangan kedap radiasi, dan diberikan supportif therapi). Semua bahan
urine, feces, dan air liur penderita ditampung dan dibuang dalam septik
tank / tempat pembuangan radio aktif sampai half life bahan tersebut
habis. Pelaporan ke BATAN. Perujukan penderita ke RS lebihlengkap
sesudah half life bahan tersebut habis dan penderita sudah dalam keadaan
siap rujuk, dengan telebih dahulu menghubungi RS yang akan dirujuk.

UNIT TERKAIT

JUDUL STANDAR PROSEDUR


OPERASIONAL

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT
JUDUL STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

JUDUL STANDAR PROSEDUR


OPERASIONAL
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

JUDUL STANDAR PROSEDUR


OPERASIONAL

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)


PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

JUDUL STANDAR PROSEDUR


OPERASIONAL

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR
UNIT TERKAIT

JUDUL STANDAR PROSEDUR


OPERASIONAL

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT
JUDUL STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

JUDUL STANDAR PROSEDUR


OPERASIONAL

STANDAR No. Dokumen No. Revisi Halaman


PROSEDUR 1 1/2
OPERASIONAL
Ditetapkan Oleh,
Direktur RSU Mitra Sejati
Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

JUDUL STANDAR PROSEDUR


OPERASIONAL

No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit

(dr. H.SG. WELDY RITONGA, MM)

PENGERTIAN

TUJUAN
KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Anda mungkin juga menyukai