No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
UNIT TERKAIT
TENTANG PASIEN YANG TIDAK TERGOLONG AKUT DAN GAWAT
TETAPI DATANG BEROBAT KE UNIT GAWAT DARURAT
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
KEBIJAKAN
UNIT TERKAIT
PELAYANAN PASIEN GAWAT DARURAT
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
Rawat
R.Bedah
Darurat tdk Gawat Rawat
R.Non Bedah
Pulang
R.Observasi
Rawat
Pasien / Triase Gawat tdk Darurat
R.Non Bedah
Diteruskan /
dirujuk ke
Jam Kerja poliklinik pagi /
sore
Tidak Gawat Tidak Darurat
Diluar Jam Kerja Ruang Triase:
Diberikan
pelayanan medis
R.Bedah sesuai dengan
kewenangan
Kecelakaan profesi SMF
R.Non Bedah
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PASIEN BARU
PENDAFTARAN
KAMAR PERIKSA
GAWAT DARURAT
TIDAK GAWAT
DIKONSULTASIKAN
KE DOKTER SPESIALIS TIDAK
TERAPI
DIKONSULTASIKAN
PULANG
PULANG RAWAT PULANG RAWAT
PENERIMAAN PASIEN
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
UNIT TERKAIT
a. Tanda-tanda vital:
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernafasan
Suhu
Keadaan umum
b. Cairan infuse
c. Obat-obatan
d. Produksi urine (dengan pemasangan chateter + urine bag)
e. Laboratorium :
Darah lengkap
Kimia darah
Urine lengkap
f. Radiologi
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR Bermasalah diartikan :
a. Penderita identitas dengan / tanpa pengantar
b. Penderita identitas tanpa keluarga / domisili diluar Balikpapan
c. Penderita tak mampu dengan / tanpa keluarga
UNIT TERKAIT
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
TUJUAN
KEBIJAKAN
UNIT TERKAIT
PENDERITA YANG DATANG SUDAH MENINGGAL (DOA)
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
UNIT TERKAIT
CARA PEMBAYARAN
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
UNIT TERKAIT
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
A. Pemberian Identitas
Data identitas yang harus diisikan kedalam formulir register sesuai
dengan format yang tersedia. Antara lain:
1. Tanggal / Bulan / Tahun / Jam
2. Nomor Register / DMK
3. Nama pasien
4. Alamat Lengkap
5. Identitas Pengantar
6. Agama
7. Umur
8. Jenis Kelamin
9. Cara kunjungan
10. Asal pasien
11. Keadaan pasien setelah di IGD (dirujuk , pulang / menunggu di
IGD)
12. Diagnosa kerja
13. Jenis kasus (Baru / Lama)
Cara Pembayaran (Bayar sendiri, asuransi, askes, dll)
UNIT TERKAIT
TENTANG TRIASE
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR Triase adalah suatu sistem seleksi pasien yang menjamin setiap pasien
untuk mendapatkan pelayanan penanganan Gawat Darurat secara cepat
akurat
Pasien yang masuk dalam sistem triase, segera dapat diarahkan ke ruang
periksa sesuai kasusnya, berdasarkan dari sifat kegawatan penyakit dan
jenis pertolongan yang dibutuhkan.
Bila pasien dalam jumlah banyak, atau ada disaster untuk memudahkan ,
menyeleksi pasien maka dipergunakan label.
UNIT TERKAIT
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
UNIT TERKAIT
TINDAKAN SHOCK
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
PROSEDUR
UNIT TERKAIT
AMBU BAG
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
TUJUAN
KEBIJAKAN
Cara menggunakan:
1. Rapatkan dahi dan dagu bawah dengan tangan menekan dagu bawah
ke arah atas
2. Pada posisi seperti itu tangan sebelah memegang E valve Ambu Bag
3. Masker dipasang dimuka, tekan masker dengan tangan kearah dagu
bawah
4. Masker ditekan pakai ibu jari dan jari telunjuk kemudian angkat dagu
bawah dengan jari tengah, jari manis dan jari kelingking. Jalan nafas
diupayakan lurus
Dengan tangan yang lain menekan ambu bag dengan kira-kiran 10-15
kali per menit
UNIT TERKAIT
PENGGUNAAN LARYNGOSCOPE
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
Persiapan alat:
Seperangkat alat laryngoscope
1. Perawatan / Penyimpanan
a. Bagian laryngsocope yang dimasukkan kedalam mulut
direndam dan didesinfektan
b. Pegangan tangkai dibersihkan dengan alkohol
2. Cara menggunakan
a. Siapkan alat-alat
b. Membuka mulut, memasukkan laryngoscope dari mulut
PROSEDUR c. Setelah ujung laryngoscope dimasukkan ke atas epiglottis,
diarahkan ke atas
d. Kalau melakukan berhitu, kelihatan glottis
e. Endotracheal tube dimasukkan ke tengah golttis
f. Masukkan bite blok dan mendengarkan bunyi nafas denga
stetoscope
g. Setelah memastikan letak endotracheal tube benar, balon
digembungkan dengan mengisi udara sebanyak 5 cc-10 cc (pakai
spuit)
h. Kalau tidak bernafas, menggunakan respirator atau ambu bag
UNIT TERKAIT
SUCTION
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
Pemeliharaan:
1. Setelah dipakai, alat-alat (botol dan selang) dibersihkan, bila perlu
direndam dengan cairan lysol. Dan mesin di lap dengan lap yang sudah
diberi cairan antiseptik
2. Kabel dan selang diperiksa kalau ada yang bocor
3. Kemudian botol diisi kembali dengan cairan antiseptik botol
(secukupnya) dengan perbandingan air 100cc : antiseptik 1 cc.
Kemudian selang dipasang kembali.
4. Alat ditutup agar terhindar dari debu
5. Voltese harus sesuai dengan kebutuhan
6. Bila tidak dipakai alat tetap dicek setiap hari, agar selalu siap pakai
UNIT TERKAIT
ELECTROKARDIOGRAPHY
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR Persiapan alat-alat:
1. Mesin ECG beserta kertas ECG
2. Jelly elektroda
3. Kertas tissue
4. Elektroda ektremitas dieratkan dengan penjepit
5. Elektroda dada dengan balon penghisap
Persiapan penderita:
1. Penderita diberitahu maksud dan tujuan tindakan pemeriksaan ECG
2. Pakaian atas penderita dibuka (Atur privacy penderita)
3. Penderita dibaringkan dalam posisi telentang dengan tungkai lurus
tidak bersentuhan, kedua lengan disamping tubuh tidak bersentuhan
dengan tubuh (dalam keadaan rileks)
4. Hindari gangguan listrik dan gangguan mekanik seperti:
Jam tangan
Ventilator
Tremor
Bergerak
Batuk
Langkah-langkah:
1. Periksa alat Ecg (harus dalam keadaan siap)
2. Menempatkan elektroda:
a. Elektroda ekstremitas atas dipasang pada pergelangan tangan
kanan dan kiri dan searah telapak tangan.
b. Pada ekstremitas bawah dipasang pada pergelangan kaki kanan dan
kiri sebelah dalam
c. Posisi pada pergelangan bukan mutlak, bila diperlukan
dapat dipasang sampai ke bahu kiri / kanan dan ke pangkal paha
kiri / kanan
Hubungkan kabel-kabel elektroda ekstremitas
- Merah (RA) : lengan kanan
UNIT TERKAIT
NECK COLLAR
KEBIJAKAN
Mekanisme:
Penderita diarahkan pad posisi telentang cek ABC kemudian awasi
kesadaran berbicara ada / tidak, periksa pad bagian dada simetris / tidak,
lalu pasang neck collar. Tindakan yang selalu menggunakan neck collar
adalah:
PROSEDUR
Pada penderita yang dicurigai fraktur servikal seperti:
1. Setiap trauma capititis terutama kesadaran menurun
2. Multi trauma
3. Luka tumpul diatas clavikula
bio mekanik bila trauma mendukung
UNIT TERKAIT
NASO PHARYNGEAL
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
Cara pemasangan :
1. Siapkan alat dan jelly
2. Naso pharyngeal diukur besarnya dengan jari kelingking kiri
3. Naso pharyngeal diukur panjangnya dari pangkal cuping hidung
sampai cuping telinga
4. Selalu usahakan masuk dilubang hidung kanan walapun lubang kiri
juga boleh, naso pharyngeal selalu diolesi dengan jelly lalu
PROSEDUR
dimasukkan perlahan ke belakang, bila ada hambatan langsung ditarik
keluar dan dicoba disebelahnya.
5. Fiksasi supaya jangan lepas (stabil)
Perawatan / penyimpanan
Naso pharyngeal sesudah dipakai direndam dengan desinfektan lalu
dikeringkan dan disimpan ditempat khusus
UNIT TERKAIT
ORO TRACHEAL
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
Perawatan / penyimpanan
Oro tracheal sesudah dipakai direndam dengan desinfektan lalu
dikeringkan dan disimpan ditempat khusus
UNIT TERKAIT
PEMASANGAN INTUBASI
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
Persiapan obat-obatan:
1. Adrenalin
2. Atropin sulfas
3. Ca Cl
4. Ca Gluconas
5. Bicnat
6. xylocard 100mg
7. Xylocard 500mg
8. Isupril 0.2mg
9. Dopamine 50mg / 200mg
10. Isoptin
11. Valium
12. Pavulon
13. Dormicum
14. Cairan Infuse
15. Cairan for injection
16. Xylocain spray
Persiapan penderita:
1. Pasien / keluarga pasien diberi tahu maksud dan tujuan tindakan
intubasi
2. Mengatur posisi penderita telentang dengan leher dalam fleksi dan
kepala ekstensi
17. Dianjurkan posisi dalam keadaan rileks dan kooperatif
UNIT TERKAIT
PEMASANGAN CHATETER
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
Persiapan penderita
1. Penjelasan kepada penderita tentang tindakan chateter
2. Mengatur posisi tidur penderita
3. Menanggalkan pakaian bagian bawah penderita
Langkah-langkah:
1. Mencuci tangan sebelum bekerja
2. Mengdesinfektan sekitar alat vital penderita dari arah dalam ke luar
3. Memakai sarung tangan
4. Meletakkan duk lobang diatas alat vital penderita
5. Memasukkan xylocain jelly + 10cc bila penderita laki-laki / oleskan
jelli pada chateter bila penderita perempuan
6. Mulai dengan tindakan pasang chateter dengan penis posisi tegak lurus
/ dorsum plexi + 10cm
7. Kemudian posisi penis diarahkan ke lipat paha sambil chateter terus di
dorong sampai + sisa chateter diluar 10 cm
8. Coba pungsi melalui chateter, bila urine sudah keluar langsung
dihubungkan dengan urine bag
9. Balon di isi dengan air 20-30 cc
10. Chateter tarik sampai ada tegangan tutup kassa steril sekitar ujung
penis
11. Hitung urine yang keluar
12. Membereskan alat-alat
13. Mencuci tangan
Sikap:
1. Menunjukan sikap yang nyaman terhadap
2. Teliti
14. Hati-hati
UNIT TERKAIT
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
Persiapan penderita:
1. Memberikan dan menjelaskan pada penderita
2. Menempatkan alat-alat ke dekat penderita
Langkah-langkah:
1. Mengatur dan menenangkan penderita
2. Isi tabung diperiksa dan dicoba
3. Memasang pipa oxygen sesuai instruksi dokter
4. Memasang masker O2 / kateter hidung pada hidung penderita
5. Mengawasi keadaan penderita, apakah sesaknya berkurang
6. Bila penderita tak memerlukan O2 lagi, maka saluran di tutup
7. Mencatat:
a. Keadaan penderita sebelum dan sesudah pemberian O2
b. Waktu pemberian
c. Jumlah pemberian O2 / menit
d. Periksa tensi, nadi, pernafasan
Nama perawat yang menunjukan
UNIT TERKAIT
KUMBAH LAMBUNG
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
Langkah-langkah:
1. Mencuci tangan sebelum bekerja
2. Memakai sarung tangan
3. Mengukur NGT dari Glabella ke proses xypoideus
4. Mengoleskan jelli secukupnya di ujung NGT
5. Memasukkan NGT dengan menggunakan pincet kedalam lubang
hidung penderita sampai pada batas yang telah diukur
6. Mengetes NGT apakah masuk kesaluran cerna atau saluran paru
dengan cara:
a. Menyuntikan udara 10s/d20 cc kemudian dengan stetoscope
didengarkan di era epigastrium, bila terdengar bunyi pup berarti
NGT berada disaluran cerna dan ini posisi yang benar
b. Memasukkan ujung NGT kedalam gelas berisi air bila keluar
gelembung-gelembung udara berarti NGT berada disaluran paru
dan ini berarti pada posisi yang salah. Jika tidak bergelembung
makan NGT berada disaluran cerna.
7. Bila posisi NGT sudah benar maka NGT difiksasi
8. Memasukkan / menyuntikkan 150s/d200 cc air bersih kedalam
lambung lalu dikeluarkan kedalam ember tempat sampah
9. Demikian cara ini dilakukan secara berulang-ulang, sampai cairan
lambung bersih
Sikap:
1. Menunjukan sikap yang nyaman terhadap penderita
2. Teliti
3. Hati-hati
4. Peka terhadap respon penderita
UNIT TERKAIT
MENJAHIT LUKA
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
Persiapan penderita:
1. Penjelasan kepada pasien tentang tujuan menjahit luka
2. Pengatur posisi pasien
Kepekaan terhadap reaksi
Langkah-langkah:
1. Mencuci tangan sebelum bekerja
2. Membersihkan luka
3. Mengdesinfeksikan luka dan sekitarnya
4. Menggunakan sarung tangan
5. Memberikan patirasa
6. Menjahit luka:
7. Memberikan bethadine dan sofratul atau sesuai intruksi
8. Menunjukan upaya sepsis selama bekerja
9. Membalut luka sesuai kebutuhan
10. Membereskan alat-alat
11. Mencuci tangan
12. Menuliskan pada catatan perawatan: jenis benang, jumlah jahitan
dalam dan luar
13. Menjelaskan kepada pasien tentang perawatan luka dirumah.
Sikap:
1. Menunjukan sikap yang dewasa bekerja
2. Teliti
Hati-hati
UNIT TERKAIT
PENGGUNAAN BRANCARD
PROSEDUR
Fungsi brancard dan kursi roda:
1. Untuk mengantar pasien dari ambulance/ mobil pengantar pasien
kedalam UGD, begitu juga sebaliknya
2. Dari UGD ke RO, Fisiotherapy
Dari UGD ke ruang perawatan dll
UNIT TERKAIT
PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU
(HIPERTENSI
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR Batasan
Hipertensi Borderline : sistolik 140-159 mmHg
: diatolik 90-94 mmHg
Hipertensi Definitif : 160 / 95 mmHg
: 15-20 % di negera-negara Barat.
Gejala klinis
Keluhan:
1. Tidak ada
2. Tidak khas : sakit kepala, pusing, rasa cepat lelah
3. Sakit kepala : - Subosipital
- Paling berat pagi hari, lalu berkurang
4. Penyulit-penyulit dari hipertensi :
a. Jantung : gagal jantung kiri
Angina pektoris, infark miokard
b. Ginjal : hipertensi maligna, kegagalan faal ginjal
c. Otak : sakit kepala confusion
Konvulsi, koma, gangguan penglihatan, gejala-gejala syaraf
Dapat terjadi sekonyong-konyong bila tekanan darah meningkat secara
mendadak, seperti pada ensefalopati hipertensi
d. Mata : penglihatan yang berkurang
e. Pembuluh darah : arterioskeloris misalnya di arteri femoralia :
kaludikasio interniten di aorta nyeri dada bila terjadi dissection
Tekanan darah:
1. Teknik pengukuran
2. Variabilitas
Keadaaan dari organ sasaran (target organs)
1. Mata : Keith Wagener I-IV
a. Arteriolae penyempitan , iregularitas
b. Artterio venous defect (nicking)
c. Perdarahan
d. Eksudasi
e. Edema pupil
2. Jantung : hipertropi ventrikel kiri aspek jantung kuat kiri
3. Pembuluh darah : asterossklerosis bising sistolik
Misalnya : a. Karotis
b. femoralis
c. Renalis
Pulpasi interkolis pada koartasi dari aorta
Sebab dari hipertensi :
Gangguan dari fungsi endokrin
Penyakit cushing obesitas tubuh, hirsustisme
Heperaldosterinisme primer
kelemahan otot, refleks tendon berkurang
Feokromositoma
Hipertensi paroksimal, palpitasi, banyak berpeluh
Koarktasio dari aorta :
Femoralis lemah atau tidak teraba
Ginjal polikistik :
Ginjal membesar dan mudah diraba
Kelainan laboratorium
Urine:
Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkin ginjal
Torak granular / eritrosit pada gromerulonefritis
- Pada pielonefritis kronik
Darah:
Kreatinin serum BUN meningkat pada hipertensi parenkin ginjal
dengan gagal ginjal
Potasium serum menurun pada aldosteronemis
Elektrokardiogram:
hipertrofi ventrikel kiri
iskemia / infark miokard
Foto toraks:
Bentuk dan besarnya jantung notching dari iga
Pada koarktasio dari aorta
Pembendungan di paru
Bentuk dan lebar aorta
Komplikasi:
Jantung : hipertrofik ventrikel kiri
Gagal jantung kiri
Mata : hipertensi arterioklerosis retinopati
Otak : trombosis infark, perdarahan intraserebral, ensefalopati
Ginjal : arterioklerosis ringan, berat iskemia
Penatalaksanaan :
1. Tindakan umum
2. Obat-obatan
Tindakan umum :
1. Diit : pembatasan NaCl
Diabetes melitus
Lemak bila ada hiperkolesrelomia
2. Exercise
3. Mengurangi berat badan bila ada obesitas
4. Rokok dihentikan
5. Hidup denga tenang rekreasi
Obat-obat
Obat-obat antihipertensi yang diberikan oral
UNIT
TERKAIT
PROTOKOL KASUS-KASUS PENYAKIT TERTENTU
(DIARE)
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
KEBIJAKAN
penatalaksanaan
penatalaksanaan secara garis besar sebagai berikut:
1. Penerangan pada penderita
2. Diit
3. Simtomatis
4. Antibiotik / anti parasit
5. Mengobati akibat diare : air, elektrolit, dan nutrisi
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
KEBIJAKAN
Patofisiologi :
Patofisiologi terjadinya kejang demam belum jelas
Gejala klinis :
PROSEDUR
Ada 2 bentuk kejang demam:
1. Kejang demam sederhana
a. Umur diantara 6 bulan 4 tahun
b. Lama kejang < 15 menit
c. Kejang bersifat umum
d. Kejang terjadi pada waktu 16 jam, setelah timbulnya demam
e. Tidak ada kelainan neurologis, baik klinis maupun laboratorium
f. EEG normal 1 minggu setelah bangkitan kejang
2. Kejang demam komplikasi
Diluar kriteria tersebut diatas
Diagnosis:
Diagnosis kejang demam dibuat berdasarkan:
1. Anamnesis (terpenting)
2. Pemeriksaan neurologis lain dalam batas normal
a. Darah, kadar glukosa, elektrolit serum, kreatinin serum
b. Fungsi lumbal
c. funduskopi
Diagnosis banding:
1. Meningitis
2. Ensefalitis
3. Abses otak
Penatalaksanaan:
Pengobatan:
1. Pemberian diazepam
a. Dosis awal 0.3-0.5 mg/kg BB/dosis IV (perlahan-lahan)
b. Bila kejang belum berhenti, dapat diulang dosis sama setelah 20
menit
2. Turunkan panas
a. Antipiretika : parasetamol / salsilat 10 mg/kg/ BB/dosis
b. Kompres air PAM / es
3. Pengobatan penyebab
4. Penanganan suportif
a. Bebaskan jalan asam
b. Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
c. Pertahankan tekanan darah
Pencegahan:
1. Pencegahan berkala (Intermiten untuk kejang demam sederhana)
Beri diazepam dan antipiretika pada penyakit-penyakit yang disertai
demam
2. Pencegahan kontinyu untuk kejang demam komlikata
Dapat digunakan:
Fenobarbital : 5-7 mg/kg/24 jam dibagi dosis
Fenotoin : 2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis
Klonazepam : (indikasi khusus) diberikan sampai 2 tahun bebas kejang
atau sampai umur 6 tahun
UNIT TERKAIT
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
KEBIJAKAN
PROSEDUR ETIOLOGI
Virus dengue tergolong arbovirus dan dikenal ada 4 serotipe, berbentuk
batang bersifat termolabil. Sensitif terhadap in aktivitas oleh Estileter dan
natrium dioksikolat stabil pada suhu 70 c.
PATOSIOLOGI
Penyakit dengue di Indonesia merupakan penyakit endemis dan vektor
utama dengue di Indonesia adalah nyamuk Aedes Aegepti. Virus dengue
masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali
mengkin memberi gejala DF. Reaksi yang amat berbeda akan tampak bila
seorang mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang
berlainan. Berdasarkan hal ini timbullah yang disebut the secondary
heterallogous infection. Reinfeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi
anamnestik dan antibodi sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks
antigen antibodi yang tinggi.
GEJALA KLINIK
Masa inkubasi 3-15 hari rata-rata 5-8 hari
DF : Suhu meningkat, tiba-tiba sakit kepala, nyeri otot dan tulang, mual,
muntah, dan batuk ringan. Eksantem / ruam mual-mual pada muka dan
dada (initial rash) selama beberapa jam. Kemudian mulai hari 3-6
terbentuk makula-makula besar pada lengan dan kaki, kemudian
keseluruhan tubuh
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan leukopeni terlihat pada hari
ke2 dan ke3
DHF : gejala awal seperti pada DF, awalnya mulai timbul perdarahan
pada hari ke 3-5 berupa petekie, purpura ekimosis,
hematemesis melena dan epiktasis. Hati membesar dan nyeri
tekan, tidak dijumpai ikterus. Pada pemeriksaan laboratorium
dijumpai trombositopemia dan hemokonsentrasi. Uji tourniquet
yang positif merupakan pemeriksaan yang penting tampak
dipoprateinemia, hiponatremia, hipoklorenia.
DSS : ditandai dengan kulit yang lembab dan dingin sianosis resifer
terutama tampak pada hidung, jari-jari tangan dan kaki,
penurunan tekanan darah, renjatan biasanya terjadi pada waktu
demam turun, antara hari 3-7
PENATALAKSANAAN:
1. Pada DF dan DHF tanpa penyulit / renjatan
a. Tirah baring
b. Minum banyak, makanan le Medika mentosa yang bersifat
simpomatis untuk demam imidasi asetosal
c. Antibiotik bila dikuatirkan injeksi sekunder
d. Pantau N, TD, suhu, nafas
e. Transfusi darah dialirkan bila ada perdarahan
Lab TH trombosit tiap 4-6 jam pada hari-hari pertama selanjutnya
tiap 24jam
f. Tranfusi susp trombosit didikan bila perdarahan dan
trombositopeni
g. Tranfusi susp, trombosit didikan bila perdarahan dan
trombositopeni
2. Renjatan / DSS
Tujuan utama : mengembalikan volume cairan sampai intravaskuler
a. Segera infuse RL / NaCl guyur k/p sampai 100-200 cc
Renjatan berat : plasma / ekspandor plasma / dextran / remacel 15-
20 cc/kg BB
Pemberian cairan tetap dipertahankan 12-48 jam setelah renjatan
teratasi
b. Bila ada asidosis dikoreksi dengan Na bikarbonat
c. Pemberian kortikosteroid masih diperdebatkan
mak
TATALAKSANA DBD DERAJAT I
1. Pemberian cairan
a. Minum banyak 1.5-2 Liter/hari (3-5 sdm/mnt)
b. Jenis : air putih, teh, sirup, sari buah.
2. Obat-obatan
a. Antipiretik (parasetamol)
b. Anti kovulsan (kalau perlu)
Indikasi rawat:
1. Tidak mau minum / muntah sering
2. Hematokrit cenderung naik
3. Trombosit 150.000
4. Demam menetap 3 hari
5. Rumah jauh
6. Permintaan orang tua
Indikasi IVFD
1. Ht cenderung meningkat
2. Muntah terus / tidak mau minum
Jenis cairan : DD atau RL tetesan maintenance (1 tetes/kg BB/mnt)
Monitor : Tanda vital tiap 6jam
Hb-Ht-trombo minimal tiap 24jam
UNIT TERKAIT
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
KEBIJAKAN
PROSEDUR Patofisiologi:
Obstruksi jalan nafas pada asma disebabkan oleh sembab mukosa sekresi
berlebihan dan spasmus otot polos.
Gejala klinis:
Batuk,bersin, hidung buntu batuk hebat, sesak, suara mengi
(wheezing)
Bila serangan hebat : gelisah, tersusuk, bekeringat mungkin sianosis
Dada mengembang, hiperinflasi, ekspirasi memanjang, otot-otot
interkostal, supraklavikuler dan sternokleido
Perkusi : hipersonor
Auskultasi : suara mengi, ronki kering musikal, ronki basah sedang,
X-foto dada : atelektasis tersebar :hyperaerated
Diagnosis Banding:
Infeksi virus atau bakteri, berupa bronkitis, bronkiolitis dan
bronkopneumoni.
Benda asing jalan nafas
a. * Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
* teofilin : 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
b. Prednison: 0.5-2 mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan
hebat)
Komplikasi:
1. Atelektasis
2. Pneumotoraks
3. Emfisema mesiastinalis / kutis
4. Kejang-kejang karena anoksia
5. Gagal nafas
Penatalaksanaan:
2. Serangan asma angkut:
a. Adrenalin 0.1-0.2 ml larutan 1:1000 subkutan
Bila perlu dapat diulang setiap 20 menit sampai 3 kali
b. Dianjurkan / disertai salah satu obat tersebut dibawah ini (per oral)
c. * Efedrin : 0.5-1 mg/kg/dosis, 3 kali/24 jam
* Salbutamol : 0.1-0.15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
* terbutalin : 0.075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
UNIT TERKAIT
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR Berat ringannya cedera kepala dibagi berdasarkan skala koma Glasgow
(SKG)
SKG 13-15 = cedera kepala ringan
SKG 9-12 = cedera kepala sedang
SKG 3- 8 = cedera kepala berat
Pasien cedera kepala yang tidak sadar, dirawat. Pasien dengan tingkat
kesadaran (SKG) 13-15 dirawat di IRNA dan SKG kurang dari 13
dirawat di ICU semua pasien yang dirawat ini diobservasi tingkat
kesadarannya, besar pupil dan tanda-tanda vital lainnya. Bila memburuk
dan atau perlu diambil tindakan operasi secepatnya yaitu dikonsultasikan
ke dokter spesialis bedah umum (di Balikpapan belum ada tenaga dokter
spesialis bedah saraf)
Pemeliharaan:
Lakukan pemeriksaan umum / tanda-tanda vital, jelas dikepala atau
ditempat lain, tingkat kesadaran dan pemeriksaan neurologis lainnya.
Diagnosis:
CKR, CKS, CKB, Cedera Kepala terbuka
Penanganan :
1. Pasang infuse Ringer Laktat
2. Antibiotika sesuai indikasi
3. Nootropik sesuai indikasi
4. Foto kepala AP/L jelas
5. Laboratorium (DL)
Obat-obata lain sesuai indikasi
UNIT TERKAIT
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
TUJUAN
KEBIJAKAN
UNIT TERKAIT
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
UNIT TERKAIT
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
UNIT TERKAIT
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR Semua anak yang berumur dibawah 12 tahun, bila dicurigai ada
penyiksaan maka dapat dilakukan pemeriksaan oleh Dokter jaga bila
perlu dikonsultasikan ke dokter bedah dan diberikan tindakan yang
diperlukan, kemudian memberitahukan kebagian KIE.
Bagian KIE akan memanggil pekerja sosial yang dikenal / untuk
pendekatan kepada orang tua dengan korban.
UNIT TERKAIT
VISUM ET REPERTUM
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Permintaan visum yang dilayani hanya dari POLRI / Polisi Militer
dengan membawa surat permintaan visum yang ditanda tangani oleh
polisi dengan pangkat sekurang-kurangnya pembantu letnan
2. Surat permintaan visum harus diantar oleh petugas berseragam dinas
3. Surat permintaan visum yang diantar penderita atau bukan petugas
yang tidak dilayani.
4. Permintaan visum secara lisan oleh petugas POLRI / Polisi mIliter
berseragam dinas yang membawa korban dapat dilayani dengan catatn
bahwa surat permintaan visum menyusul paling lambat 2x24 jam
setelah korban diantar ke IRD
5. Permintaan visum oleh polri / polisi militer untuk sesuatu kasus paling
lambat 2 x 24 jamsetelah korban dibawa ke IRD, bila waktu lewat 2 x
24 jam baru ada permintaan visum, hasil pemeriksaan terhadap korban
disesuaikan dengan keadaan korban pada saat / tanggal permintaan
visum.
6. Surat permintaan visum diterima oleh petugas IRD untuk selanjutnya
dokter jaga akan melaksanakan pemeriksaan sesuai permintaan visum
Surat visum ditanda tangani oleh Dokter jaga yang telah melaksanakan
permintaan visum tersebu
UNIT TERKAIT
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
UNIT TERKAIT
PENANGANAN KERACUNAN
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
UNIT TERKAIT
PELAYANAN IBU DALAM PROSES PERSALINAN
NORMAL MAUPUN TIDAK NORMAL
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
Bila ada ibu hamil datang dengan pembukaan lengkap (kala II), pasien
segera:
1. Terima oleh perawat UGD
2. Pasien segera diangkat ketempat tidur
3. Siapkan patus set
4. Memanggil Bidan
5. Selanjutnya pertolongan persalinan normal oleh Bidan
PROSEDUR
6. Setelah plasenta lahir, bayi dan ibu dibersihkan, kemudian dipindah
kekamar bersalin untuk diobservasi kala IV selama 2 jam
PERSALINAN NORMAL
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
Persiapan alat:
1. Bak partus normal steril didalam berisi:
a. Doek steril 1 buah
b. Klem tali pusat 2 buah
c. Gunting tali pusat 1 buah
PROSEDUR
d. Gunting episiotomi 1 buah
e. Kom tempat bethadine
f. Kassa steril secukupnya
g. Chateter metal 1 buah
h. koher tangan atau pemecah ketuban
2. Bak instrumen beisi alat-alat steril untuk menjahit
a. Doek lubang 1 buah
b. Nacl powder 1 buah
c. Kom tempat bethadine
d. Gunting benang 1 buah
e. Pincet sirurgi 1 buah
f. Jarum jahit kulit 1 buah / otot 1 buah
g. Kassa steril secukupnya
h. Tampon bulat 1 buah (kalau perlu)
3. Alat-alat setril dalam tempatnya
a. Umbilical klem 1 buah
b. Benang catgut dan benang side 1/1 kotak
c. Slym zuiger 1 buah
d. Sarung tangan steril 2 pasang
e. Obat anesthesi lokal
f. Spuit 10cc, 5cc, 3cc
Bethadine dan tempatnya
4. Alat-alat tidak steril
a. Waskom berisi larutan disenfektan
b. Stikpan 1 buah
c. Bengkok 1 buah
d. Ember tempat pakaian kotor 1 buah
e. Waskom untuk menyeka
f. Waslap 1 buah
g. Plastik plasenta 1 buah
h. Sarung atau kain panjang 1 lembar
i. Baju atasan 1 lembar
j. Underped
k. Celana dalam 1 buah
l. Softex 3 buah
m. Gurita pasien
n. shcort
pelaksanaan:
Kala II
1. Posisi ibu litotomi
2. Pasien dipimpin mengejan bila ada his
3. Observasi hid dan B.J.A
4. Observasi penurunan kepala
5. Lakukan epiriotomi bila kepala bayi didasar panggul pada primi,
multi
6. Lahirkan bayi
7. Bayi dirawat sesuai protap
Beri uteriotonika sesuai Kala III:
Periksa
1. Ku Ibu
2. Kontraksi terus dan tingginya fundus uteri
3. Kandung kencing dikosongkan
4. Robekan perinium
5. Perdarahan
6. Lahirkan plasenta, lengkap atau tidak lengkap
7. Periksa selaput plasenta koteledon
Kala IV:
1. Mengawasi Ku ibu
2. Kontrkasi uterus
3. perdarahan
4. Observasi tanda-tanda vital
5. Membersihkan vulva
6. menjahit luka pada perinium
7. Ibu diseka
Selanjutnya pasien diantar keruang VK untuk diobservasi 2 jam post
partumindikasi
UNIT TERKAIT
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
1. Pasien UGD adalah pasien yang berobat di UGD, pasien rawat inap /
rawat jalan yang memerlukan pemeriksaan laboratorium
2. Permintaan pemeriksaan laboratorium harus ditanda tangani oleh
dokter yang merawat atau dokter yang bertugas saat itu.
3. Fromulir permintaan laboratorium dibawa ke laboratorium oleh
PROSEDUR petugas UGD
4. Bila mana formulir permintaan laboatorium telah sampai ke
laboratorium, maka petugas laboratorium akan ke UGD untuk
mengambil contoh
5. Setelah contoh diambil, pasien (keluarga pasien) harus menyelesaikan
administrasi (pembayaran)
Dan petuags UGD, atau pasien (keluarga pasien) menunggu hasil untuk
diperlihatkan kepada dokter yang merawat
UNIT TERKAIT
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
UNIT TERKAIT
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
UNIT TERKAIT
JUDUL STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
UNIT TERKAIT
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
UNIT TERKAIT
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
UNIT TERKAIT
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
UNIT TERKAIT
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
UNIT TERKAIT
JUDUL STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
UNIT TERKAIT
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
UNIT TERKAIT
No. Revisi
No. Dokumen Halaman
1
1/2
Ditetapkan Oleh,
STANDAR Direktur RSU Mitra Sejati
PROSEDUR
OPERASIONAL Tanggal Terbit
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
UNIT TERKAIT