a. Gejala dan proses geologi saat diteliti : Gejala dan proses geologi apa
saja yang ada dan terjadi atau masih berlangsung di wilayah tersebut pada
waktu evaluasi dilakukan. Apakah daerah tersebut masih dalam proses
terbentuk, misalnya daerah bantaran sungai, delta, ataukah daerah tersebut
telah tererosi sehingga terbentuk lembah-lembah curam, gua di bawah
tanah dsb . Apakah ada kegunungapian akfif, kegempaan aktif, banjir
musiman. Apakah daerah tersusun oleh batuan yang homogen, heterogen
atau kompleks dan apakah di daerah tersebut terdapat rekahan, sesar,
lipatan.
b. Gejala dan proses geologi di masa lalu : Gejala dan proses geologi apa
saja yang pernah ada dan pernah terjadi di wilayah tersebut sepanjang
waktu geologi, semenjak waktu pernbentukan batuan yang tertua di daerah
tersebut hingga saat evaluasi dilakukan. Misalnya saja apakah daerah
tersebut pernah menjadi laut, laut dalam atau dangkal, proses pengendapan
apa yang terjadi. Pernahkah terjadi genanglaut atau susutlaut. Berapa kali
peristiwa tektonik bekerja di daerah tersebut, apakah tektonik yang pernah
ada bersifat regangan atau tekanan atau berulang dan berganti-ganti.
Apakah pernah terjadi kegiatan magma atau kegiatan kegunungapian
ditempat itu. Apakah pernah terjadi pengangkatan dan erosi, berapa kali
dan apa yang terlibat. Kapan terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut.
c. Potensi geologi daerah tersebut : Potensi geologi apa saja yang dimiliki
oleh wilayah tersebut, baik potensi positip maupun potensi negatip.
Potensi positip berupa sumberdaya geologi, misalnya bahan tambang
yang sudah atau belum digali, air tanah yang sudah dan belum
dimanfaatkan, tanah yang dapat berfungsi sebagai lahan pertanian,
perkebunan, pemukiman atau sebagai bahan urugan, baik yang sudah
digali maupun yang belum dsb. Sedangkan potensi negatip berupa potensi
bencana alam, misalnya : tingkat kegempaan, daerah yang sudah maupun
yang belum pernah tetapi berpotensi terjadinya tanah longsor, daerah mana
yang rentan akan bahaya banjir, daerah mana yang sudah pernah atau
berpotensi terkena akibat aktifitas gunung api misalnya aliran awan panas,
aliran lahar, aliran lava.
Penentuan posisi dan hubungan stratigrafis antara satuan yang satu terhadap
yang lain, sehingga dapat diperoleh sejarah pembentukan batuan yang ada di
daerah pernetaan.
Posisi : apakah suatu satuan itu lebih muda, lebih tua, berumur sama dengan
satuan yang lain.
Hubungan selaras, tidak selaras, menyilang jari, intrusi.
c. Rekonstruksian struktur geologi
Rekonstruksi ini akan memberikan gambaran tentang struktur geologi
yang ada di daerah tersebut, hubungan antar struktur yang ada, sedemikian rupa
sehingga dapat diperoleh sejarah tektonik yang pernah terjadi di daerah
pernetaan.
6. Metode dan Teknik Geologi Lapangan :
Metoda Geologi Lapangan : Pembahasan tentang teknik dan metoda geologi
yang terpakai untuk pelaksanaan pekerjaan lapangan yang disebut sebagai
pekerjaan yang menghasilkan peta geologi.
Metode : merupakan pendekatan sistematis berupa himpunan yang terdiri dari
serangkaian prosedur untuk mencapai tujuan tertentu.
Teknik (technique) : adalah prosedur, cara atau proses keda yang menggunakan
sarana atau alat, yang dimanfaatkan oleh suatu metoda untuk mencapai tujuan.
PETA GEOLOGI DAN PERALATAN PEMETAAN GEOLOGI
1. Peta Geologi : Peta Geologi adalah suatu peta tematik yang menggambarkan
kondisi geologi suatu daerah. Peta tersebut merupakan hasil dari proses
pemetaan geologi. Pemetaan geologi adalah suatu kerja lapangan yang
memanfaatkan metode geologi lapangan untuk menghasilkan Peta Geologi dari
daerah tersebut.
2. Tujuan Umum Pemetaan Geologi :
3. Macam Peta Geologi : Berdasarkan atas tujuannya: tujuan ilmiah umum untuk
explorasi bahan galian untuk eksplorasi air tanah untuk explorasi hidrokarbon
untuk pengembangan wilayah.
a. Berdasarkan skalanya :
Skala kecil 1 : 250.000, 1 : 100.000
Skala sedang 1 :50.000
Skala besar 1 : 25.000
Skala detail 1: 10.000, 1 : 5000
b. Berdasarkan peta dasar yang digunakan :
Peta dasar peta topografi berkontur : geomorfologi ditampilkan.
Peta dasar peta planimetri : geomorfologi tidak dipentingkan.
c. Berdasarkan cara penggambarannya :
Penggambaran dengan warna.
Penggambaran dengan tanda.
4. Kelengkapan baku suatu Peta Geologi
Suatu Peta Geologi dibuat dengan berbagai variasi, sesuai dengan kondisi medan,
tujuan utama pemetaan serta ketentuan umum pemetaan yang berlaku di instansi
dimana pemeta bekerja. Walaupun variasi itu besar, namun dalam suatu peta
geologi ada komponen-komponen utama yang bersifat universil. Komponen
tersebut adalah :
a. Judul Peta
Umumnya adalah Satuan Batuan, baik resmi (Formasi, Anggauta) maupun tak
resmi (Satuan A, Satuan B).
Setiap Satuan diberi tanda atau warna atau kombinasi tanda dan warna khusus,
biasanya berkait dengan batuan penyusun utamanya.
Dua satuan yang berdekatan berbatasan yang dinyatakan dengan garis batas, baik
berupa batas tegas (garis menerus) maupun batas diperkirakan (garis putus-putus).
c. Penyebaran unsur geologi yang berupa bidang :
Unsur geologi yang berupa bidang (batas Satuan Batuan, aliran lava, sisipan
batubara) yang mempunyai kedudukan mendatar (horisontal) atau kemiringan
yang kecil (kurang dari 9 ) pola penyebarannya akan sejajar mengikuti garis
kontur.
Unsur yang mempunyai kemiringan antara 10 hingga 79 , pada daerah lembah
penyebarannya akan membentuk huruf V dengan arah meruncing mengikuti arah
kemiringan perlapisan tersebut.
Unsur geologi yang berupa bidang (batas Satuan Batuan, dike, sesar, urat kuarsa)
yang mempunyai kedudukan tegak (vertikal) atau kemiringan yang besar (lebih
besar dari 80 ) pola penyebarannya akan merupakan garis lurus, memotong garis
kontur.
d. Penyebaran tanda-tanda struktur.
Tanda struktur disini dapat berupa :
Tanda jurus & kerniringan : perlapisan batuan sedimen, foliasi (pada batuan
metamorf).
Tanda jurus & kemiringan kekar dan sesar.
Tanda sesar, baik sesar turun, sesar naik, sesar sesar mendatar. Tanda tersebut dapat
bersifat sesar pasti (garis menerus), sesar diperkirakan (garis putus-putus) maupun
sesar tertimbun air atau sedimen muda (titik-titik).
Tanda perlipatan antiklin dan sinklin, perlu disertakan arah penunjamannya.
e. Legenda atau Keterangan
Legenda atau keterangan biasanya ditaruh disamping atau di bawah peta geologi.
Pada Legenda diberikan :
Penjelasan tentang warna atau tanda yang dipakai pada Peta Geologi.
Urutan stratigrafi dari satuan yang ada di peta disusun secara superposisi.
Hubungan antar satuan, ditunjukkan terutama mana yang merupakan hubungan
tidak selaras.
Di bawah Legenda warna atau tanda diberikan Legenda tentang simbul struktur
maupun simbul gejala geologi lain yang ada di Peta Geologi.
f. Indeks lokasi daerah pemetaan :
Indeks geografis/administratif.
Indeks terhadap lembar peta yang berdampingan (adjoining sheets).
g. Beberapa profil :
Dibuat memotong Satuan Peta dan struktur terbanyak.
Arahnya sedapat mungkin tegak lurus jurus perlapisan atau sumbu lipatan.
Sebaiknya lurus, kalau harus berbelok, sudut pembelokannya tidak lebih dari 30.
5. Prinsip dasar Pemetaan Geologi :
a. Pengamatan, pengukuran dan perekaman unsur geologi secara teliti, menyeluruh
dan tepat.
b. Hasil pengamatan sejumlah titik dalam suatu lintasan dirangkai menjadi peta
geologi lintasan.
c. Sejumlah peta lintasan dihubungkan menjadi peta geologi areal.
PERALATAN PEMETAAN GEOLOGI
1. Peralatan Lapangan Baku dan Penggunaaannya : Untuk pekerjaan lapangan,
seorang pekerja geologi perlu melengkapi dirinya dengan peralatan pokok dan
pendukung, peta-peta topografi terbaru dan sebagainya. Untuk pelaksanaan
lapangan geologi, termasuk juga pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan, diperlukan
peralatan baku seperti tersebut di bawah ini :
3. Palu geologi : berupa jenis palu batuan beku dan palu batuan sedimen.
4. Komparator butir.
5. Kaca pembesar : usahakan yang berkekuatan ganda (lOx dan 15x) atau (Sx
dan 15x).
6. Peta topografi : usahakan dari edisi terbaru, dengan skala 1 : 12.500 atau
1 : 25.000.
7. Foto udara dan citra satelit yang meliput daerah yang akan dipetakan.
e. Penggaris segitiga.
h. Jangka besar.
i. Peruncing pensil.
j. Kalkulator, usahakan yang memiliki kemampuan statistis clan
trigonometris.
Arah dari suatu titik ke titik lain dapat dinyatakan dengan dua cara, tergantung
jenis/tipe kompas geologi yang digunakan. Kedua cara tersebut adalah :
Dengan hanya menggunakan satu mata angin yaitu North (N) memutar melewati
East (E). Setelah arah diukur dengan cara tersebut, ditulis dengan notasi N E
(misalnya N 45 E, N 100 E, N 286 E). Arah yang diukur dengan metode ini
disebut sebagai dinamakan Azimuth, besarnya 0 s/d 360. Penulisan arah
Azimuth dinyatakan dengan NE, maksudnya pengukuran mulai dari arah North ke
East, misainya N 160 E, N 340" E, N 150" E dan sebagainya. Perhatikan, NE
disini tidak menunjukkan kuadran North-East. Kompas geologi yang digunakan
juga disebut sebagai kompas tipe azimuth (360). Kompas geologi dari Eropa dan
Jepang pada umumnya dibuat mengikuti tipe ini.
Dengan menggunakan empat mata angin, yaitu North, East, South dan West. Arah-
arah diukur dari : North ke arah East untuk yang berada pada kuadran NE,
misalnya N 60 E, N 35 E dsb. , North ke arah West untuk yang berada pada
kuadran NW, misainya N 45 W, N 25 W dsb. , South ke arah East untuk yang
berada pada kuadran SE, misalnya S 12 E, S 6 E, dsb., South ke arah West untuk
yang berada pada kuadran SW, misainya S 20 W, S 48 W.
Dengan cara ini maka besamya arah hanya akan berkisar dari 0 0 - 90 0 saja.
Kompas geologi yang digunakan dalam cara ini adalah kompas jenis empat
kuadran, atau sering disebut sebagai kompas tipe Brunton. Kompas geologi
buatan Amerika kebanyakan menggunakan sistem kuadran. Setiap ahli geologi
harus dapat menggunakan kedua cara tersebut di atas sama baiknya, tergantung
dari jenis kompas geologi yang digunakannya. Kedua cara tersebut tidak boleh
dicampur aduk.
Kalau kita berada di suatu tempat yang posisinya di peta tidak diketahui, tetapi
dari tempat kita berada kita dapat melihat 1 atau lebih titik yang lokasinya di peta
diketahui dengan tepat, misainya puncak bukit, perpotongan dua sungai dan
sebagainya, maka lokasi tempat kita berada dapat ditentukan dengan jalan
menembak (shooting) titik-titik yang sudah diketahui posisinya tersebut (dalam
hal ini disebut sebagai target). Cara menembak dilakukan dengan jalan
mengarahkan kompas ke target, kemudian bacalah jarum selatan. Arah ini
merupakan arah dari target ke penembak.
Ada beberapa cara dalam pengukuran jurus dan kemiringan lapisan batuan. Disini
akan dijelaskan cara yang paling aman supaya tidak terbalik dalam membaca
kemiringan. Terbaliknya penggambaran kemiringan dapat menimbulkan
kesalahan yang serius. Cara pertama yang dibaca adalah arah dari jurusnya,
sedangkan cara kedua yang dibaca adalah arah dari kemiringannya.
Pengukuran dilakukan dari bagian atas lapisan, kalau yang tersingkap bagian
bawah maka sambunglah bidang perlapisan tersebut dengan clipboard saudara
dan pengukuran dilakukan di atas clipboard.
Tempelkan sisi E dari kompas pada lapisan batuan sambil kompas dihorisontalkan
dengan cara gelembung horisontal (horizontal bubble) diusahakan berada di
tengah. Kalau kompas sudah horisontal bacalah ujung utara, maka arah ini adalah
arah jurus dari lapisan. Arah kemiringannya adalah 90 dari arah ini searah jarum
jam.
Ukurlah besar kemiringan dengan klinometer. Caranya : kompas diletakkan miring
pada sisinya yang ada skala klinorneter dalam arah tegak lurus, kemudian bacalah
besarnya sudut kemiringannya.
Jika arah kemiringannya yang dibaca maka:
Pengukuran tetap dilakukan pada bagian atas lapisan batuan.
Tempelkan sisi S dari kompas sambil kompas dihorisontalkan seperti pada cara
pertama.
Setelah kompas horisontal, bacalah ujung jarum utara, maka arah ini adalah arah
kemiringan dari lapisan.
Ukurlah besamya kemiringan dengan klinometer.
Arah jurusnya tentu saja tegak lurus arah kemiringan tersebut.
Kedua cara pengukuran jurus dan kemiringan yang telah diuraikan di atas berlaku
untuk kompas empat kuadran maupun kompas azimut
a. Peta topografi yang disusun dan diterbitkan oleh Dinas Topografi Hindia
Belanda yang berdasarkan pada pengukuran teristris, terbit sebelum
tahun 1945. Peta-peta ini kemudian diteruskan penerbitannya oleh Dinas
Topografi Angkatan Darat.
a. Peta kontur menjadi peta dasar untuk mengeplotkan data geologi yang
dijumpai dilapangan.
Pada proses pernetaan geologi, peta topografi digunakan untuk peta dasar dalam
menggambarkan kondisi geologi daerah tersebut. Kondisi tersebut terutama terdiri
dari penyebaran macam batuan yang ada, kedudukan setiap macam batuan serta
struktur yang ada di daerah tersebut. Disamping sebagai peta dasar, peta topografi
juga digunakan untuk penentuan lokasi dari titik-titik pengamatan di lapangan.
Pada pekerjaan geologi lapangan diperlukan sedikimya 3 lembar peta topografi,
yaitu satu lembar dipakai sebagi peta lapangan (field map atau working map), satu
lembar dipakai sebagai peta pangkalan (base sheet), dan satu lembar lagi sebagai
peta petunjuk lokasi pengamatan.
Peta topografi yang paling baik untuk dipakai dalam penyelidikan geologi
adalah peta kontur. Peta jenis ini dilengkapi dengan garis kontur, yaitu garis
khayal yang menghubungkan titik-titik yang sama tingginya. Garis kontur ini
digambar dengan interval ketinggian tertentu yang biasanya dinyatakan pada
lembar peta yang bersangkutan. Dengan demikian, dengan melihat lokasi suatu
titik pada atau di antara garis kontur dengan nilai ketinggian tertentu, ketinggian
titik tersebut sangat mudah ditentukan. Peta kontur ini menunjukkan sifat
kuantitatif, artinya disamping dapat untuk mengetahui ketinggian dapat pula
digunakan untuk mengetahui jarak sebenarnya antara ua titik, besarnya sudut
lereng, menghitung volume dsb.
Dalam pekerjaan geologi lapangan, salah satu kegunaan utama peta
topografi adalah untuk mengeplot lokasi pengamatan. Apabila di lapangan
ditemukan suatu singkapan atau stasiun pengamatan yang balk, maka sangatlah
penting lokasi tersebut diplot dengan benar (tepat) ke dalam peta lapangan.
Kesalahan dalam pengeplotan lokasi dapat menimbulkan permasalahan yang
serius.
Ada beberapa cara untuk mengeplot lokasi, antara lain sebagai berikut:
Lokasi 43 pada pinggir jalan desa, posisi N 160 E dari G. Sari dan N
250 E dari G. Cakaran ditemukan singkapan...dst.
a. Base Camp: pangkalan kerja utama tempat semua kegiatan utama berawal.
Base Camp yang baik memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut :
g. Apa potensinya:
Potensi positip:
Bagian yang segar dan setengah lapuk dari breksi autoklastik di utara Gejayan
berpotensi untuk ditambang sebagai sumber batupecah.
Dataran di selatan desa Pengkol dikelilingi perbukitan di bagian barat, utara dan
timur, dengan kondisi airtanah dangkal (sumur gali kedalaman airnya hanya
berkisar dari 2 hingga 5 meter) yang potensiil sebagai sumberdaya air irigasi.
Potensi negatip :
Bagian atas tebing jalan di selatan desa Cengklik tersusun oleh breksi yang lapuk
lanjut menjadi soil yang tebainya berkisar antara 5 hingga 7 meter, tanpa
pelindung sehingga pada saat hujan sangat mudah longsor.
Selain tujuh pertanyaan tersebut di atas tentu saja pengamat boleh
mengajukan pertanyaan yang lain yang berkaitan. Yang pasti adalah bahwa semua
bentuk aspek geologi dari obyek pengamatan harus tidak boleh terlewatkan. Hal
ini sangat memerlukan pengalaman teknik pengamatan, seringnya melakukan
pengamatan, serta sangat tergantung dari kelengkapan dan tingkat pemahaman
dasar ilmu geologi yang dimiliki oleh pengamat. Kecermatan dari pengamatan
sangat menentukan kelengkapan dari rekaman dan catatan data lapangan tersebut.
2. Tempat yang layak untuk melakukan Pengamatan
Suatu lintasan diharapkan dapat memberikan data yang lengkap dan teliti
dari daerah yang diteliti. Untuk itu, setiap titik pengamatan atau stasiun
pengamatan perlu dipilih secara tepat pula. Adapun kriteria dari titik-titik di
lapangan yang layak untuk dijadikan Stasiun Pengamatan (STA) atau Lokasi
Pengamatan (LP = bagian dari suatu STA yang lokasinya masih terlalu dekat
dengan STA sehingga tidak bisa diberdirilkan sebagai suatu STA) adalah :
c. Tempat dimana dijumpai struktur yang cukup jeias, misalnya sesar, kekar,
lipatan dan sebagainya.
d. Tempat dimana dijumpai singkapan batuan yang jelas, walau tidak ada
kontak, perubahan morfologi maupun struktur.
f. Tempat dimana dari titik itu bisa diamati dan diukur kondisi bentang alam
sekitar tempat. seperri ini misalnya di puncak suatu bukit dimana justru
tidak ada singkapan batuan maupun struktur tetapi justru dari situ bisa
dibuat sketsa morfologi daerah sekitar.
Pastikan bahwa calon titik pengamatan tersebut memenuhi satu atau lebih dari 7
kriteria kelayakan suatu titik pengamatan.
Amati dengan seksama segala unsur, gejala dan proses geologi yang ada di tempat
itu, periksa apa yang ada di sekelilingnya untuk melihat kemungkinan pelamparan
gejala yang ada.
Kalau mungkin ke tempat yang lebih tinggi agar pandangan ke arah titik tersebut
serta daerah sekitamya menjadi lebih lapang/jelas. Dari jauh perhatikan apakah
titik yang dijauhi tersebut sudah merupakan lokasi yang terbaik, ataukah ada titik
lain yang labih baik atau lebih lengkap. Kalau ada coba dari jauh diusahakan
untuk menentukan hubungan antara apa yang ada di titik pertama dan titik kedua.
f. Kalau masih ada keraguan tentang gejala geologi yang ada, ulangi
prosedur menjauhi dan mendekati kembali tersebut, sehingga diperoleh
gambaran yang lengkap tentang apa yang sedang dihadapi.