Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah
melimpahkan rahmat dan Karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas proposal
ini tepat pada waktunya. Tugas proposal ini penulis buat sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan mata kuliah Metode Riset dan Teknik Presentasi, serta sebagai pembelajaran
dalam menyusun karya ilmiah sesuai dengan ilmu yang telah diterima selama kuliah.

Adapun judul Tugas proposal ini adalah Perencanaan Struktur Baja Gedung 2 Lantai Di
Pasar Blahkiuh.

Tugas proposal ini disusun sudah maksimal atas bantuan banyak pihak, untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat :

1. Bapak Ir. Putu Gede Suranata, M.T. dan Ibu Dr. Ir. I Gusti Agung Putu Eryani,
MT selaku Dosen Pembimbing yang telah dengan sabar membimbing hingga selesainya
Tugas proposal ini.
2. Temanteman teknik sipil yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga Tugas
proposal ini dapat terselesaikan.
Atas bantuan dan bimbingan, penulis mengharapkan Tugas proposal ini mendapat
saran/kritik membangun demi kesempurnaan dan semoga Tugas proposal ini dapat berguna
untuk pembaca.

Denpasar, 7 Mei 2017


Penulis

I Putu Pandu Rusmana


(1461121061)

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................iii
I PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
1.4 Batasan Masalah..........................................................................................................2
II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................3
2.1 Perencanaan Struktur...................................................................................................3
2.1.1 Prinsip-prinsip Perencanaan.................................................................................3
2.1.2 Prosedur Perencanaan..........................................................................................4
2.2 Perencanaan Beban Kerja............................................................................................5
2.3 Perencanaan berdasarkan LRFD (SNI 03-1729-2002)................................................7
2.3.1 Faktor Tahanan.....................................................................................................8
III METODELOGI.....................................................................................................................9
3.1 Lokasi dan Waktu.............................................................................................................9
3.2 Data...................................................................................................................................9
3.2.1 Data Primer................................................................................................................9
3.2.2 Data Sekunder..........................................................................................................10
3.3 Metode Perencanaan.......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................13

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Lokasi Proyek Struktur Gedung 2 Lantai Pasar Blahkiuh.....................................9


Gambar 3.2 Flowchart perencanaan struktur gedung 2 lantai pasar blahkiuh.........................12

3
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan
infrastruktur di mana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan
imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat pembayaran yang sah seperti
uang fiat. Kegiatan ini merupakan bagian dari perekonomian. Ini adalah pengaturan yang
memungkinkan pembeli dan penjual untuk item pertukaran. Persaingan sangat penting dalam
pasar, dan memisahkan pasar dari perdagangan. Dua orang mungkin melakukan perdagangan,
tetapi dibutuhkan setidaknya tiga orang untuk memiliki pasar, sehingga ada persaingan pada
setidaknya satu dari dua belah pihak. Pasar bervariasi dalam ukuran, jangkauan, skala
geografis, lokasi jenis dan berbagai komunitas manusia, serta jenis barang dan jasa yang
diperdagangkan. Beberapa contoh termasuk pasar petani lokal yang diadakan di alun-alun
kota atau tempat parkir, pusat perbelanjaan dan pusat perbelanjaan, mata uang internasional
dan pasar komoditas, hukum menciptakan pasar seperti untuk izin polusi, dan pasar ilegal
seperti pasar untuk obat-obatan terlarang.

Pasar Blahkiuh terletak di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Pasar


Blahkiuh merupakan pasar tradisional yang dahulunya dibuat oleh Puri Mayun Blahkiuh.
Pasar Blahkiuh merupakan urat nadi perekonomian di Kecamatan Abiansemal. Pasar
Blahkiuh ini merupakan pasar tradisional yang dikelola dan dikembangkan oleh masyarakat
Blahkiuh yang terdiri dari 7 Banjar Adat dan 7 Banjar Dinas. Pasar Blahkiuh saat ini sudah
dirasa kurang layak pakai, serta banyaknya permasalahan yang ada pada pasar ini.
Permasalahan pada pasar ini yaitu banyaknya pedagang yang berjualan di pinggir jalan serta
pembeli yang parkir di pinggir jalan menyebabkan kemacetan pada jalan tersebut. Ditambah
lagi terbakarnya Pasar Blahkiuh pada Senin (1/5) 2017 yang menghanguskan 12 blok bagian
depan dan 5 blok bagian belakang menyebabkan kesemrawutan dagang-berdagang pada
pasar tersebut. Sehingga perlunya penataan ulang pasar dengan meningkatkan bangunan
pasar karena terbatasnya lahan.

1
2
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah merencanakan Struktur Baja Gedung 2 Lantai Di Pasar Blahkiuh ?


1.3 Tujuan

Mampu merencanakan Struktur Baja Gedung 2 Lantai Di Pasar Blahkiuh.


1.4 Batasan Masalah

Agar penulisan tidak menyimpang dari tujuan yang direncanakan sehingga


mempermudah mendapat data dan informasi, maka saya menetapkan batasan-batasan sebagai
berikut :

1. Perencanaan struktur baja Gedung 2 Lantai Pasar Blahkiuh ini mengacu pada
Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD ( sesuai SNI 03-1729-2002)

2. Struktur gedung adalah struktur portal baja.

3. Analisis beban gempa dilakukan dengan metode analisa spectrum respon


berdasarkan peraturan gempa di Indonesia Standar Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung SNI 03 1726 2002.

4. Untuk analisis struktur menggunakan program SAP 2000.

5. Pada perencanaan ini tidak mencakup perhitungan biaya (RAB).

3
II TINJAUAN PUSTAKA

4
2.1 Perencanaan Struktur

Perencanaan struktur bisa didefinisikan sebagai paduan dari seni dan ilmu, yang
menggabungkan intuitif seorang insinyur berpengalaman kedalam kelakuan struktur dengan
pengetahuan mendalam tentang prinsip statika, dinamika, mekanika bahan dan analisa
struktur, untuk mendapatkan struktur yang ekonomis dan aman serta sesuai dengan tujuan
pembuatannya.

Sebelum tahun 1850, perencanaan struktur umumnya merupakan seni yang tergantung
pada intuisi dalam menentukan ukuran dan tata letak elemen-elemen struktur. Struktur yang
dibuat manusia zaman dahulu hakekatnya selaras dengan yang dilihat dari alam

sekitarnya, seperti balok dan pelengkung (arch). Setelah prinsip kelakuan dan sifat bahan
struktur-struktur lebih dipahami, prosedur perencanaan menjadi lebih ilmiah.

Perhitungan yang menggunakan prinsip-prinsip ilmiah harus menjadi pegangan dalam


mengambil keputusan dan tidak diikuti begitu saja. Seni atau kemampuan intuitif seorang
insinyur berpengalaman dimanfaatkan untuk mengambil keputusan berdasarkan hasil
perhitungan.

2.1.1 Prinsip-prinsip Perencanaan

Perencanaan adalah suatu proses untuk menghasilkan penyelesaian optimum. Dalam

suatu perencanaan, harus ditetapkan suatu kriteria untuk menilai tercapai atau tidaknya
penyelesaian optimum. Kriteria yang umum yaitu untuk perencanaan struktur bisa berupa :

a). Biaya minimum.

b). Berat minimum.

5
c). Waktu konstruksi yang minimum.

d). Tenaga kerja minimum.

e). Biaya produksi minimum bagi si pemilik gedung.

f). Effisiensi operasi maksimum bagi si pemilik.

Biasanya ada beberapa kriteria yang terlibat, yang masing-masing harus dibandingkan.
Dengan melihat kriteria di atas, jelaslah bahwa penetapan kriteria yang bisa diukur (seperti
berat dan biaya) untuk mencapai perencanaan optimum seringkali sukar, dan kadang-kadang
tidak mungkin. Dalam praktek umumnya penilaian harus kualitatif. Jika kriteria obyektif
tertentu dapat dinyatakan secara matematis, maka teknik optimisasi bisa diterapkan untuk
mendapatkan fungsi obyektif maksimum atau minimum. Kriteria berat minimum ditekankan
pada seluruh pembahasan, dengan anggapan umum bahwa bahan yang minimum
menghasilkan biaya minimum.

2.1.2 Prosedur Perencanaan

Prosedur perencanaan bisa dianggap terdiri atas dua bagian perencanaan fungsional
dan perencanaan kerangka struktural. Perencanaan fungsional adalah perencanaan untuk
rnencapai tujuan yang dikehendaki seperti,

a). Menyediakan ruang kerja dan jarak yang memadai.

b). Menyediakan ventilasi dan/atau pendingin ruangan.

c). Fasilitas transportasi yang memadai, seperti elevator, tangga, dan keran atau

peralatan pengangkat bahan.

6
d). Penerangan yang cukup.

e). Menyajikan bentuk arsitektur yang menarik.

Perencanaan kerangka struktur adalah pemilihan tata letak dan ukuran elemen struktur

sehingga beban kerja (service load) dapat dipikul dengan aman. Garis besar prosedur

perencanaan adalah sebagai berikut :

1. Perancangan. Penetapan fungsi yang harus dipenuhi oleh struktur. Tetapkan

kriteria yang dijadikan sasaran untuk menentukan optimum atau tidaknya

perencanaan yang dihasilkan.

2. Konfigurasi struktur prarencana. Penataan letak elemen agar sesuai dengan fungsi

dalam langkah 1.

3. Penentuan beban yang harus dipikul.

4. Pemilihan batang prarencana. Berdasarkan keputusan dalam langkah 1, 2, dan 3,

pemilihan ukuran batang dilakukan untuk memenuhi kriteria obyektif seperti berat

atau biaya terkecil.

5. Analisa struktur untuk menentukan aman atau tidaknya batang yang dipilih.

Termasuk dalam hal ini ialah pemeriksaan semua faktor kekuatan dan stabilitas

7
untuk batang serta sambungannya.

6. Melakukan evaluasi hasil rancangan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan

diatas.

7. Apabila hasil evaluasi menunjukkan belum tercapainya kriteria yang telah

ditetapkan, maka harus dilakukan perancangan ulang (langkah 1 s/d 6).

8. Keputusan akhir.
2.2 Perencanaan Beban Kerja

Penentuan beban yang bekerja pada struktur atau elemen struktur secara tepat tidak
selalu bisa dilakukan. Walaupun lokasi beban pada struktur diketahui, distribusi beban dari
elemen ke elemen pada struktur biasanya membutuhkan anggapan dan pendekatan. Beberapa

jenis beban yang paling umum dibahas berikut ini.

1. Beban Mati

Beban mati adalah beban kerja akibat gravitasi yang tetap posisinya, disebut
demikian karena bekerja terus menerus dengan arah ke bumi tempat struktur didirikan.
Berat strukturdipandang sebagai beban mati, demikian juga perlengkapan yang
digantungkan pada struktur seperti pipa air, pipa listrik, saluran pendingin dan pemanas
ruangan, lampu, penutup lantai, genting, dan plafon (langit-langit), dengan kata lain,
semua benda yang tetap posisinya selama struktur berdiri dipandang sebagai beban
mati.

Beban mati diketahui secara tepat setelah perencanaan selesai. Pada tahap awal
perencanaan sebahagian beban mati harus ditaksir, oleh karena ukuran penampang
elemen struktur belum diketahui sehingga beratnya belum diketahui. Berikut contoh

8
beban mati berdasarkan PEDOMAN PERENCANAAN PEMBEBANAN UNTUK
RUMAH DAN GEDUNG, SKBI - 1.3.5.3.1987, (SKBI = Standar Konstruksi Bangunan
Indonesia).

2. Beban Hidup

Beban gravitasi pada struktur, yang besar dan lokasinya bervariasi, disebut beban
hidup. Contoh dari beban hidup ialah manusia, mebel (furniture), peralatan yang dapat
bergerak kendaraan, dan barang-barang dalam gudang. Beberapa beban hidup secara
praktis bisa permanen, sedang lainnya hanya bekerja sekejap. Karena berat, lokasi, dan
kepadatan beban hidup sifatnya tidak diketahui, maka besar yang sesungguhnya dan
posisi dari beban ini sangat sukar ditentukan.

Beban hidup yang digunakan sebagai beban kerja dalam perencanaan biasanya
ditetapkan oleh peraturan bangunan dari badan pemerintah. Beban ini umumnya
bersifat empiris dan konservatif, serta berdasarkan pada pengalaman dan kebiasaan
(bukan dari hasil perhitungan). Bila peraturan yang ada tidak berlaku atau tidak ada,
ketentuan dari peraturan bangunan lainnya boleh digunakan. Berikut contoh beban
hidup berdasarkan PPPURG 1987.

3. Beban Angin

Semua struktur memikul beban angin, terutama bangunan atap, dinding gedung
dan lain-lain yang mempunyai bidang luasan yang besar. Angin menimbulkan tekanan
pada sisi di pihak angin (windward) dan hisapan pada sisi di belakang angin (leeward).
Besar tekanan yang ditimbulkan angin pada permukaan luasan bangunan tergantung
kepada kecepatan dan sudut permukaan, yang ditetapkan sebagai berikut :

- Tekanan tiup harus diambil minimum 25 kg/m2.

9
- Untuk daerah yang letaknya ditepi laut sampai sejauh 5 km dari tepi laut, harus

diambil minimum 40 kg/m2.

- Untuk daerah yang diperkirakan mempunyai tekanan tiup yang lebih besar, maka

tekanan angin harus dihitung sebagai berikut,

v 2 kg
p= ( )
16 v 2

Dimana, V = kecepatan angin satuan m/det.

4. Beban Gempa

Beban gempa(SNI 03-1726-2002) adalah beban statik ekivalen yang bekerja pada
struktur akibat adanya pergerakan tanah secara vertikal dan horisontal. Pada umumnya
percepatan horisontal lebih besar dari percepatan vertikal sehingga pengaruh gempa
horisontal lebih menentukan dari gempa vertikal. Gerakan tanah secara horisontal ini
menghasilkan gaya geser dasar bangunan yang berikan oleh persamaan berikut,

CxI
V= Wt
R

Dimana, C = faktor respon gempa. (fs.4.7.6., SNI03-1726-2002)

I = faktor keutamaan gedung. (tabel 1, SNI03-1726-2002)

10
R = faktor reduksi gempa. (tabel 3 SNI03-1726-2002)

Wt = berat total bangunan (termasuk beban hidup)

2.3 Perencanaan berdasarkan LRFD (SNI 03-1729-2002)

Perencanan dalam struktur baja harus memenuhi persyaratan sebagai berikut,

Rn yi Qi

Dimana, Rn = tahanan nominal

= faktor tahanan

yi = faktor beban

Q i = beban mati, beban hidup, angin dan gempa.

Pada bahagian kiri persamaan (2) mengambarkan kekuatan bahan, dan sebelah kanan
menggambarkan sejumlah beban (beban mati, hidup, angin dan/atau gempa dan lain-lain)
yang bekerja.

11
Kombinasi muatan (SNI 03-1729-2002, fs 6.2.2),

a1). 1,4 D.

a2). 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (La atau H).

a3). 1,2 D + 1,6 (La atau H) + (yL L atau 0,8 W).

a4). 1,2 D + 1,3 W + yL L + 0,5 (La atau H).

a5). 1,2 D 1,0 E + yL L.

a6). 0,9 D (1,3 W atau 1,0 E).

Keterangan:

D = adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk

dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan layan tetap.

L = adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk kejut,

tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan, dan lain-lain.

La = adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja,
peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda
bergerak.

H = adalah beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air.

W = adalah beban angin.

12
E = adalah beban gempa, yang ditentukan menurut SNI 0317261989, atau
penggantinya (SNI 03-1726-2002).

Dengan,

nL = 0,5 bila L < 5 kPa, dan nL = 1 bila L 5 kPa.

Faktor beban untuk L di dalam kombinasi pembebanan pada persamaan harus sama
dengan 1,0 untuk garasi parkir, daerah yang digunakan untuk pertemuan umum, dan semua
daerah di mana beban hidup lebih besar daripada 5 kPa (500 kg/m2). Dari enam kombinasi
muatan diatas dipilih beban kerja yang paling menentukan (paling besar).

2.3.1 Faktor Tahanan

Dalam perencanaan struktur berdasarkan metode LRFD, faktor tahanan dapat dilihat
pada tabel 6.4.2 SNI 03-1729-2002 seperti berikut :

1). Komponen struktur yang memikul lentur = 0,90

2). Komponen struktur yang memikul gaya tekan aksial = 0,85

3). Komponen struktur yang memikul gaya tarik aksial,

terhadap kuat tarik leleh = 0,90

terhadap kuat tarik fraktur = 0,75

2). Komponen struktur yang memikul aksi-aksi kombinasi,

kuat lentur atau geser = 0,90

13
kuat tarik = 0,90

kuat tekan = 0,85

5). Komponen struktur komposit,

kuat tekan = 0,85

kuat tumpu beton = 0,60

kuat lentur dengan distribusi tegangan plastic = 0,85

kuat lentur dengan distribusi tegangan elastic = 0,90

6). Sambungan baut,

baut yang memikul geser = 0,75

baut yang memikul tarik = 0,75

baut yang memikul kombinasi geser dan tarik = 0,75

lapis yang memikul tumpu = 0,75

7). Sambungan las,

las tumpul penetrasi penuh = 0,90

las sudut dan las tumpul penetrasi sebagian = 0,75

las pengisi = 0,75

14
III METODELOGI

3.1 Lokasi dan Waktu


Lokasi perencanaan Struktur Gedung 2 Lantai direncanakan di Pasar Desa Adat
Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Bali.

Lokasi Proyek

Gambar 3.1 Lokasi Proyek Struktur Gedung 2 Lantai Pasar Blahkiuh


Sumber : googlearth

3.2 Data
Data yang dijadikan bahan acuan dalam pelaksanaan dan penyusunan proposal ini
dapat diklasifikasikan dalam dua jenis data, yaitu:

15
Data Primer

Data Sekunder
3.2.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari lokasi rencana pembangunan maupun
hasil survey yang dapat langsung dipergunakan sebagai sumber dalam perancangan struktur.
Pengamatan langsung dilapangan mencakup:
Letak atau lokasi rencana pembangunan Struktur Gedung 2 Lantai Pasar
Blahkiuh.

Kondisi lokasi rencana pembangunan Struktur Gedung 2 Lantai Pasar Blahkiuh.

Kondisi bangunan-bangunan yang ada disekitar lokasi Pasar Blahkiuh.


3.2.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.
sebagai pendukung yang dipakai dalam proses pembuatan dan penyusunan proposal ini.
Yang termasuk dalam klasifikasi data sekunder ini antara lain adalah literatur-literatur
penunjang, grafik, tabel dan yang berkaitan erat dengan proses perencanaan struktur baja
gedung 2 lantai pasar blahkiuh.

Metode pengumpulan data yang dilaksanakan adalah:

Metode Literatur, yaitu suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data
dengan cara mengumpulkan, mengidentifikasi, mengolah data tertulis dan
metode kerja yang dilakukan.
Metode Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung ke lokasi
untuk mengetahui kondisi sebenarnya dilapangan.
Metode Kepustakaan, yaitu metode pengumpulan data atau bahan yang diperoleh
dari buku-buku kepustakaan.
3.3 Metode Perencanaan
Pada bagian ini berisi perhitungan-perhitungan mengenai perkiraan awal dari
dimensi bagian-bagian dari struktur gedung 2 lantai pasar blahkiuh. Adapun dimensi
bangunan yang ditentukan pada bab ini antara lain adalah dimensi kolom, dimensi pelat,
dimensi balok, dimensi kuda-kuda dan dimensi gording.

16
Tahap - tahap perencanaan dan analisis perhitungan struktur dilaksanakan pada
seluruh struktur bangunan gedung. Tahapan perencanaan dan analisis perhitungan beserta
acuannya dalam perencanaan struktur gedung 2 lantai pasar blahkiuh ini sebagai berikut:

1. Perencanaan Kolom

Pada perencanaan dimensi kolom diambil daerah yang mengalami pembebanan


yang paling besar. data yang diperlukan untuk melakukan perencanaan dimensi
kolom adalah tebal plat, dimensi kolom, jumlah lantai, tinggi tiap lantai dan jarak
kolom.

2. Perencanaan Balok

Pada perencanaan dimensi balok diambil daerah yang mengalami pembebanan


yang paling besar. data yang diperlukan untuk melakukan perencanaan dimensi
balok adalah tebal plat, dimensi balok, jumlah lantai, tinggi tiap lantai dan jarak
kolom/panjang balok.

3. Perencanaan Kuda-kuda

Pada perencanaa kuda-kuda data yag diperlukan adalah dimensi kuda-kuda,


dimensi gording, jarak antar kuda-kuda, jarak antar gording, penutup atap, dan
bentang rencana bangunan.

4. Perencanaan Gording

Pada perencanaan gording data yag diperlukan adalah dimensi kuda-kuda, dimensi
gording, jarak antar kuda-kuda, jarak antar gording, penutup atap, dan bentang
rencana bangunan.

17
Gambar 3.2 Flowchart perencanaan struktur gedung 2 lantai pasar blahkiuh

18
DAFTAR PUSTAKA

Agus Setiawan. 2008. Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD. Jakarta :
Erlangga.
Departemen Pekerjaa Umum. 2002. SNI Tata Cara Perencanaan Struktur Baja
Untuk Bangunan Gedung (SNI-03-1729-2002).
Direktorat Penyelidika Masalah Bangunan. 1983. Peraturan Pembebanan
Indonesia Untuk Gedung. Bandung : Yayasan Lembaga Penyelidikan
Masalah Bangunan
Departemen Pekerjaan Umum. 2002. SNI Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Bangunan Gedung (SNI-03-1726-2002) , Bandung,

Suhut, J.Situmorang. 2017. Perhitungan Struktur Baja.

19
20

Anda mungkin juga menyukai