Anda di halaman 1dari 6

STUDI KASUS PADA TB

Ny. FX, 38 tahun, dirawat di Rumah Sakit dengan keluhan haemoptysis, dan sesak nafas. Selain itu, Ny. Fx juga
menyampaikan bahwa dia merasa sangat lelah, batuk selama dua bulan terus menerus, sering mengalami
demam ringan dan berkeringat di malam hari. Dalam enam bulan terakhir berat badan Ny. Fx menurun dari 60
kg menjadi 48 kg (tinggi badan: 150 cm).

Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan sputum positif adanya basil/bakteri tahan asam, dan tuberculin
skin test positif, hemoglobin 10 g/dl (N:12-15 gr/dl). Hasil X-tray dan CT scan memperlihatkan adanya pleural
effusion di bagian paru kanan, sedangkan dari tanda-tanda vital diketahui suhu 38,5C, tekanan darah 110/70
mmHg, respiratory rate 28x permenit, heart rate 78x permenit. Dokter mendiagnosa Ny.Fx menderita TB
paru. Obat-obatan yang diberikan yaitu rifampicin, ethambutol, isoniasid, dan pyrarimide.

Ny.Fx hanya mampu menghabiskan kurang dari 50% makanan dari rumah sakit karena merasa tidak nafsu
makan dan mual. Ny. Fx tidak suka makan telur dan sayuran, serta tidak mau minum susu karena merasa
amis, belum pernah mendapatkan edukasi gizi sebelumnya.

Ny. Fx sehari-hari bekerja sebagai tukang cuci, tidak pernah menggunakan masker saat keluar rumah, tinggal
di daerah kumuh yang sangat padat penduduk, dan rumahnya tidak mempunyai ventilasi udara dan kurang
pencahayaan. Ny. Fx pernah mempunyai riwayat pneumonia satu tahun yang lalu. Asuhan gizi yang optimal
sangat diperlukan untuk membantu proses penyembuhan pasien.

Pertanyaan :

1. Jelaskan gambaran umum dari TB paru (definisi, patofisiologi, etiologi, sign and symptom yang sesuai
dengan kondisi pasien)
2. Bagaimana interpretasi data assesment
3. Mengapa terjadi penurunan berat badan pada pasien TB dan jelaskan juga dampaknya
4. Tetapkan diagnosa gizi pasien
5. Mentapkan intervensi gizi yang akan diberikan kepada pasien (preskripsi diet makro dan mikro
mineral)
A. Definisi Tuberkulosis Paru
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Kuman batang tahan aerobic dan tahan asam ini dapat merupakan
organisme patogen maupun saprofit (Silvia A Price, 2005). Tuberculosis (TB) adalah
penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru, dengan agen infeksius
utama Mycobacterium tuberculosis (Smeltzer & Bare, 2001).Tuberkulosis paru
adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru, tidak termasuk pleura
(selaput paru) dan kelenjar pada hilus (Depkes, 2007). Pada tahun 2008 sebanyak 1,4
juta orang yang hidup denganOrang HIV-positif lebih mudah terinfeksi cenderung
resisten terhadap obat dan meningkatkan angka kematian. India menempati urutan
pertama penderita TB di dunia (1,6-2,4 juta) menyumbang sekitar seperlima dari seluruh
jumlah kasus di dunia dengan angka kematian sebesar 17,6% dan 3,5% dari total
kematian di India. Urutan berikutnya adalah China (1,1-1,5 juta), Afrika selatan (0,4-0,59
juta), Nigeria (0,37- 0,55 juta) dan Indonesia (0.35-0.52 juta). Di Amerika dilaporkan
terjadi penurunan yang bermakna, pada tahun 1945 dilaporkan 73/ 100.000 populasi,
tahun1993 sebesar 9,0/100,000 populasi
dan pada tahun 2009 didapatkan 3,8/100.000 populasi. Di Nigeria dilaporkan kejadian
TB sebesar 14,4% dan diperkirakan 380.000 (9293/100.000 populasi) kasus TB baru set
iap tahun jauh lebih besar dari standar yangdirekomendasikan WHO yaitu sebesar 3%.

B. Patofisologi
Penularan TB Paru terjadi karena kuman mycobacterium tuberculosis. dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat hidup
dalam udara bebas selama kurang lebih 1-2 jam, tergantung pada tidaknya sinar
ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Suasana lembab dan gelap kuman
dapat tahan berhari hari sampai berbulanbulan. Bila partikel ini terhisap oleh orang
sehat maka ia akan menempel pada jalan nafas atau paruparu.
Partikel dapat masuk ke dalam alveolar, bila ukuran vartikel kurang dari 5 mikrometer.
Kuman akan dihadapi terlebih dulu oleh neutropil, kemudian baru oleh makrofag.
Kebanyakan partikel ini akan dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang trakea
bronkhial bersama gerakan sillia dengan sekretnya. Bila kuman menetap di jaringan paru
maka ia akan tumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini ia dapat
terbawa masuk ke organ tubuh lainnya.

Kuman yang bersarang ke jaringan paru akan berbentuk sarang tuberkulosis pneumonia
kecil dan disebut sarang primer atau efek primer atau sarang ghon (fokus). Sarang
primer ini dapat terjadi pada semua jaringan paru, bila menjalar sampai ke pleura maka
terjadi efusi pleura. Kuman dapat juga masuk ke dalam saluran gastrointestinal, jaringan
limfe, orofaring, dan kulit. Kemudian bakteri masuk ke dalam vena dan menjalar
keseluruh organ, seperti paru, otak, ginjal, tulang. Bila masuk ke dalam arteri pulmonalis
maka terjadi penjalaran keseluruh bagian paru dan menjadi TB milier.
Sarang primer akan timbul peradangan getah bening menuju hilus (limfangitis lokal),
dan diikuti pembesaran getah bening hilus (limfangitis regional). Sarang primer
limfangitis lokal serta regional menghasilkan komplek primer (range). Proses sarang
paru ini memakan waktu 38 minggu. Berikut ini menjelaskan skema tentang perjalanan
penyakit TB Paru hingga terbentuknya tuberkel ghon.

Basil
Tuberculosis
Terhirup
Gejala : Batuk
Individu yang
Berdarah rentan

Alveoli ( tempat basil


Penyebaran
berkumpul dan
kuman
mempertahankan diri)

Tuberkel
sistem imun
Ghon
tubuh rusak
memecah

Mengalami Terbentuknya
Kolafiksi tuberkel ghon
Proses Inflamasi :
Demam,tidak nafsu
makan,berkeringat,
batuk berdahak
Sumber: Lewish, America
Thoraric Society (2000)

C. Etiologi Tuberkulosis Paru

Menurut teori John Gordon faktor-faktor penyebab terjadinya tuberkulosis paru sangat

dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu bibit penyakit (agent), pejamu (host), dan

lingkungan (environment).

1. Agent
Agent (A) adalah penyebab yang esensial yang harus ada, apabila penyakit timbul atau
manifest, tetapi agent sendiri tidak sufficient/memenuhi/mencukupi syarat untuk
menimbulkan penyakit. Agent memerlukan dukungan faktor penentu agar penyakit
dapat manifest atau timbul. Agent yang mempengaruhi penularan penyakit tuberkulosis
adalah kuman Mycobacterium tuberculosis. Agent ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya pathogenitas, infektifitas dan virulensi. Pathogenitas adalah daya suatu
mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit pada host. Pathogenitas kuman
tuberkulosis paru termasuk pada tingkat rendah. Infektifitas adalah kemampuan
mikroba untuk masuk ke dalam tubuh host dan berkembangbiak di dalamnya.
Infektifitas kuman tuberkulosis paru termasuk pada tingkat menengah. Virulensi adalah
keganasan suatu mikroba bagi host. Virulensi kuman tuberkulosis termasuk tingkat
tinggi. Dimana Basil tuberkulosis berbentuk batang ramping lurus, tapi kadang-kadang
agak melengkung, dengan ukuran panjang 2 m-4 m dan lebar 0,2 m0,5 m.
Organisme ini tidak bergerak, tidak membentuk spora, dan tidak berkapsul, bila diwarnai
akan terlihat berbentuk manik-manik atau granuler. Sebagian besar basil tuberkulosis
menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lain. Mycobacterium
tuberculosis merupakan mikobakteria tahan asam dan merupakan mikobakteria aerob
obligat dan mendapat energi dari oksidasi berbagai senyawa karbon sederhana.
Dibutuhkan waktu 18 jam untuk menggandakan diri dan pertumbuhan pada media
kultur biasanya dapat dilihat dalam waktu 6-8 minggu (Putra, 2010). Suhu optimal untuk
tumbuh pada 37C dan pH 6,4-7,0. Jika dipanaskan pada suhu 60C akan mati dalam
waktu 15-20 menit. Kuman ini sangat rentan terhadap sinar matahari dan radiasi sinar
ultraviolet. Selnya terdiri dari rantai panjang glikolipid dan phospoglican yang kaya akan
mikolat (Mycosida) yang melindungi sel mikobakteria dari lisosom serta menahan
pewarna fuschin setelah disiram dengan asam (basil tahan asam) (Herchline, 2013).

2. Host
Host untuk kuman tuberkulosis paru adalah manusia. Faktor yang dapat
mempengaruhi penularan tuberculosis paru, yaitu :
1. Jenis Kelamin
2. Usia
Usia berperan dalam kejadian penyakit tuberculosis paru, dimana daya tahan
tubuh menurun pada kelompok usia tua.
3. Kondisi Sosial Ekonomi
4. Kekebalan
Kekebalan tubuh individu melemah dan mempermudah penularan kuman
tuberculosis.
5. Status Gizi
Status gizi mempengaruhi daya tubuh bila status gizi buruk makan akan mengurangi
daya tahan tubuh terhadap tuberculosis paru, seperti kekurangan kalori, protein dan zat
besi dapat meningkatkan risiko tuberculosis paru.
6. Penyakit infeksi HIV
Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sitem daya tahan tubuh seluler
(cellular immunity) sehingga jika terjadi infeksi oportunistik seperti
tuberculosis

3. Lingkungan
Faktor lingkungan memegang peranan penting dalam penularan tuberculosis, terutama
lingkungan rumah yang tidak memenuhi syarat. Lingkungan rumah merupakan salah
satu faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap status kesehatan penghuninya.
Adapun factor yang dapat mempengaruhi penulatan tuberkolusis paru , seperti :
a. Kepadatan Penghuni Rumah
Kepadatan penghuni rumah berkaitan dengan penularan penyakit ini dimana,
Semakin padat penghuni rumah akan semakin cepat pula udara di dalam rumah
tersebut mengalami pencemaran. Karena jumlah penghuni yang semakin banyak
akan berpengaruh terhadap kadar oksigen dalam ruangan tersebut, begitu juga
kadar uap air dan suhu udaranya. Dengan meningkatnya kadar CO2 di udara dalam
rumah, maka akan memberi kesempatan tumbuh dan berkembang biak lebih bagi
Mycobacterium tuberculosis. Dengan demikian akan semakin banyak kuman yang
terhisap oleh penghuni rumah melalui saluran pernafasan.
b. Kelembapan Udara
kelembaban dalam rumah akan mempermudah berkembangbiaknya
mikroorganisme antara lain bakteri spiroket, ricketsia dan virus. Mikroorganisme
tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui udara Kelembaban udara yang
meningkat merupakan media yang baik untuk bakterii termasuk bakteri tuberkulosis

c. Ventilasi
Jendela dan lubang ventilasi selain sebagai tempat keluar masuknya udara juga
sebagai lubang pencahayaan dari luar, menjaga aliran udara di dalam rumah
tersebut tetap segar. Adanya ventilasi berhubungan dengan tingkat kelembapan
udara. Jika ventilasi kurang akan terjadi peningkatan kelembaban ruangan karena
terjadinya proses penguapan cairan dai kulit dan penyerapan. Kelembaban ruangan
yan tinggi akam menjadi media yang baik untuk tumbuh dan berkembangbiaknya
bakteri-bakteri patogen termasuk kuman tuberkulosis.

d. Pencahayaan Sinar Matahari


Cahaya matahari selain berguna untuk menerangi ruang juga mempunyai
daya untuk membunuh bakteri. Sinar matahari dapat dimanfaatkan untuk
pencegahan penyakit tuberkulosis paru, dengan mengusahakan masuknya
sinar matahari pagi ke dalam rumah Diutamakan sinar matahari pagi
mengandung sinar ultraviolet yang dapat mematikan kuman (Depkes RI,
1994).

D. Sign dan symptom (Smeltzer & Bare, 2002 )


1. Demam

Umumnya subfebris, kadang-kadang 40-410C, keadaan ini sangat

dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi

kuman tuberculosis yang masuk.

2. Batuk

Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk

membuang produk radang. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non
produktif). Keadaan setelah timbul peradangan menjadi produktif

(menghasilkan sputum atau dahak). Keadaan yang lanjut berupa batuk

darah haematoemesis karena terdapat pembuluh darah yang cepat.

Kebanyakan batuk darah pada TBC terjadi pada dinding bronkus.

3. Sesak nafas

Pada gejala awal atau penyakit ringan belum dirasakan sesak nafas. Sesak

nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana

infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.

4. Nyeri dada

Gejala ini dapat ditemukan bila infiltrasi radang sudah sampai pada pleura,

sehingga menimbulkan pleuritis, akan tetapi, gejala ini akan jarang

ditemukan.

5. Malaise

Penyakit TBC paru bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering

ditemukan anoreksia, berat badan makin menurun, sakit kepala, meriang,

nyeri otot dan keringat malam. Gejala semakin lama semakin berat dan

hilang timbul secara tidak teratur.

E. Terjadi Penurunan Berat Badan


Penurunan berat badan pada pasien tuberkulosis paru dapat dikibatkan karena
peningkatan metabolisme tubuh dan kelemahan menyebabkan nafsu makan menurun
karena adanya gangguan saluran cerna sehingga adanya gangguan penyerapan nutrisi
dan mengakibatkan intakenya menurun dari biasanya, umumnya penurunan intake
kurang lebih 50% dari kebutuhan. Hal ini dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya
penurunan berat badan pada pasien penderita tuberculosis paru. Selain itu, pengaruh
konsumsi obat obatan yang dapat memberikan efek samping yang dapat
mempengaruhi penurunan berat badan pasien. Obat yang dapat memberikan efek
samping yg dapat mengakibatkan penurunan berat badan adalah Rifampisin. Efek
samping ringan yang dapat terjadi berupa demam, menggigil dan nyeri tulang sakit
perut, mual, tidak nafsu makan, muntah kadang-kadang diare.

Anda mungkin juga menyukai