Anda di halaman 1dari 17

EVALUASI DAMPAK PADA SUNGAI KABUYUTAN

Daerah banjir pada Sungai Kabuyutan terletak pada wilayah sebagai berikut :
Desa Sengon, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah
Desa Tanjung, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah
Desa Pengaradan, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah

Gambaran umum bangunan pengendali banjir yang dibangun pada pada Sungai Kabuyutan yaitu
berupa tanggul di sisi kanan dan kiri sepanjang sungai, tembok pasangan batu pelindung tebing
sepanjang tanggul, adapun bangunan penunjang seperti jembatan

(bangunannya apa saja pada sungai Kabuyutan


tolong sebutkan berikut lokasinya).

- Substansi diisi oleh Tim sipil -

Dampak penting yang diprediksi dari kegiatan pembangunan bangunan pengendali banjir pada
tahap operasional dapat dilihat pada diagram alir dampak pada Gambar 1. Pada gambar tersebut
dapat dilihat aliran dampak langsung (dampak primer) dan dampak tidak langsung yang
merupakan turunan dari dampak sebelumnya. Secara berurutan dampak tidak langsung tahap ke-2
adalah dampak sekunder, tahap ke-3 adalah dampak tersier.

Dampak langsung (dampak primer) dari kegiatan ini adalah turunnya frekuensi kejadian genangan
untuk perioda banjir tertentu. Dampak tidak langsung yang dapat dirasakan dari proyek ini adalah
menurunannya gangguan aktivitas masyarakat karena banjir dan peningkatan ekonomi masyarakat
sebagai dampak sekunder, dan penurunan keresahan masyarakat, meningkatnya kondisi fasilitas
umum, peningkatan kesehatan masyarakat, serta persepsi positif masyarakat mengenai proyek
sebagai dampak tersier.

Hasil evaluasi dampak lingkungan menggunakan metoda Checklist Berskala dengan pembobotan
Bettle & Colombus disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil evaluasi dampak lingkungan untuk Sungai Kabuyutan
Sebelum Proyek setelah proyek Evaluasi
Prosentase Sifat
Nilai
N Faktor Lingkungan / PIU EQ EQ EQ (EQ Perubahan Besaran Penting
Skor Penting EQ* (EQ
o Kriteria *) Data par- x Data parsia )' x Lingkungan**) dampak/ Dampa
Faktor ) )' *)
sial PIU l PIU PARSIA skala **) k
TOTAL
L ***)
1 FISIK-GENANGAN
a Frekuensi Genangan
Rumah/Toko
Tiap Tahun 0,00 47,00% 0,00 0,00% 0,00
Sekali dlm 2 s/d 3 tahun 0,20 44,00% 0,09 13,00% 0,03
Sekali dlm 4 s/d 5 tahun 0,40 4,00% 0,02 0,00% 0,00 13,85
1,00 0,18 0,13 0,02 0,90 0,16
Sekali dlm 6 s/d7 tahun 0,60 5,00% 0,03 0,00% 0,00 %
Sekali dlm 8 s/d10 tahun 0,80 0,00% 0,00 0,00% 0,00
Tidak pernah 1,00 0,00% 0,00 87,00% 0,87
Desa/Kelurahan 0,00
Tiap Tahun 0,00 48,00% 0,00 1,00% 0,00
Sekali dlm 2 s/d 3 tahun 0,20 44,00% 0,09 12,00% 0,02
Sekali dlm 4 s/d 5 tahun 0,40 4,00% 0,02 0,00% 0,00 SKALA 3 +
0,5 0,09 0,13 0,01 0,89 0,08 6,96% 30,53%
Sekali dlm 6 s/d7 tahun 0,60 4,00% 0,02 0,00% 0,00 SEDANG Penting
Sekali dlm 8 s/d10 tahun 0,80 0,00% 0,00 0,00% 0,00
Tidak pernah 1,00 0,00% 0,00 87,00% 0,87
Lahan/Jalan 0,00
Tiap Tahun 0,00 48,00% 0,00 1,00% 0,00
Sekali dlm 2 s/d 3 tahun 0,20 44,00% 0,09 12,00% 0,02
Sekali dlm 4 s/d 5 tahun 0,40 4,00% 0,02 9,00% 0,04
0,75 0,14 0,13 0,02 0,84 0,11 9,71%
Sekali dlm 6 s/d7 tahun 0,60 4,00% 0,02 0,00% 0,00
Sekali dlm 8 s/d10 tahun 0,80 0,00% 0,00 0,00% 0,00
Tidak pernah 1,00 0,00% 0,00 78,00% 0,78
RATA-RATA FREKUENSI
b Lama Genangan
Rumah/Toko
Tidak ada genangan 1,00 0,00% 0,00 79,00% 0,79 11,56% SKALA 2 +
< 1 hari 0,90 2,00% 0,02 16,00% 0,14 KECIL Penting
1 s/d 2 hari 0,80 25,00% 0,20 0,00% 0,00
3 s/d 5 hari 0,60 63,00% 0,38 0,00% 0,00
1,00 0,18 0,65 0,12 0,94 0,17 5,33%
Hampir 7 hari 0,50 10,00% 0,05 0,00% 0,00
Hampir 10 hari 0,30 0,00% 0,00 0,00% 0,00
11 s/d 30 hari 0,10 0,00% 0,00 5,00% 0,01
> 30 hari 0,00 0,00% 0,00 0,00% 0,00
Desa/Kelurahan
Tidak ada genangan 1,00 1,00% 0,01 79% 0,79
< 1 hari 0,90 1,00% 0,01 2% 0,02
1 s/d 2 hari 0,80 12,00% 0,10 14% 0,11
3 s/d 5 hari 0,60 74,00% 0,44 0% 0,00
0,50 0,09 0,62 0,06 0,93 0,08 2,78%
Hampir 7 hari 0,50 12,00% 0,06 0% 0,00
Hampir 10 hari 0,30 0,00% 0,00 0% 0,00
11 s/d 30 hari 0,10 0,00% 0,00 5% 0,01
> 30 hari 0,00 0,00% 0,00 0% 0,00
Lahan/Jalan
Tidak ada genangan 1,00 0,33% 0,00 70,0% 0,70
< 1 hari 0,90 1,00% 0,01 2,0% 0,02
1 s/d 2 hari 0,80 18,67% 0,15 9,0% 0,07
3 s/d 5 hari 0,60 64,00% 0,38 14,0% 0,08
0,75 0,14 0,63 0,09 0,88 0,12 3,46%
Hampir 7 hari 0,50 16,00% 0,08 0,0% 0,00
Hampir 10 hari 0,30 0,00% 0,00 0,0% 0,00
11 s/d 30 hari 0,10 0,00% 0,00 5,0% 0,01
> 30 hari 0,00 0,00% 0,00 0,0% 0,00
RATA-RATA LAMA GENANGAN
c Tinggi genangan
Rumah/Toko
Tidak ada genangan 1,00 7,00% 0,07 99% 0,99
< 0,5 m 0,60 50,00% 0,30 1% 0,01
0,5 s/d 1 m 0,30 1,00 0,18 43,00% 0,13 0,50 0,09 0% 0,00 1,00 0,18 9,04%
1 s/d 2 m 0,10 0,00% 0,00 0% 0,00
>2m 0,00 0,00% 0,00 0% 0,00
Desa/Kelurahan
Tidak ada genangan 1,00 7,00% 0,07 99% 0,99
< 0,5 m 0,60 59,00% 0,35 1% 0,00
11,71 skala 4 +
0,5 s/d 1 m 0,30 0,50 0,09 21,00% 0,06 0,16 0,01 0% 0,00 0,99 0,13 31,71%
% BESAR Penting
1 s/d 2 m 0,10 13,00% 0,01 0% 0,00
>2m 0,00 0,00% 0,00 0% 0,00
Lahan/Jalan
Tidak ada genangan 1,00 6,00% 0,06 58% 0,58
< 0,5 m 0,60 59,00% 0,24 29% 0,17
10,96
0,5 s/d 1 m 0,30 0,75 0,14 35,00% 0,28 0,16 0,02 13% 0,04 0,79 0,13
%
1 s/d 2 m 0,10 0,00% 0,00 0% 0,00
>2m 0,00 0,00% 0,00 0% 0,00
Total 5,50
2 KONDISI FASILITAS UMUM
a Kondisi jalan akses secara umum
aspal 1,00 1,00 0,43 15% 0,15 0,51 0,22 14,00% 0,14 0,51 0,22 0,04% 11,31% SKALA 2 +
batu 0,50 50% 0,25 54,00% 0,27 KECIL Penting
tanah 0,30 35% 0,11 32,00% 0,10
setapak 0,00 0% 0,00 0,00% 0,00
b Penurunan Gangguan pada listrik, air bersih dan telekomunikasi karena banjir
Semua jaringan rusak/perlu
0,00 0,00 0,00
perbaikan > 3 hari 32% 1%
Sebagian besar rusak/perlu
0,30 0,04 0,00
perbaikan 1 - 3 hari 0,30 0,05 12% 0,46 0,02 0% 0,95 0,05 2,68%
Sebagian kecil rusak/perlu
0,65 0,26 0,08
perbaikan < 1 hari 40% 12%
Tidak ada gangguan 1,00 16% 0,16 87% 0,87
c Gangguan pada lalulintas jalan raya karena banjir
Semua jaringan rusak/perlu
0,00 9,00% 0,00 0,00% 0,00
perbaikan > 3 hari
Sebagian besar rusak/perlu
0,30 49,00% 0,15 0,00% 0,00
perbaikan 1 - 3 hari 1,00 0,18 0,49 0,09 0,96 0,18 8,58%
Sebagian kecil rusak/perlu
0,70 25,00% 0,18 12,00% 0,08
perbaikan < 1 hari
Tidak ada gangguan 1,00 17,00% 0,17 88,00% 0,88
Total 2,30
3 PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT
a Kenaikan Pendapatan +
Tim sosek masukkan Penting
skor BU Lia/BuIkra isi data
katagori
Tim sosek masukkan
skor BU Lia/BuIkra isi data
katagori
0,80 0,17
Tim sosek masukkan
skor BU Lia/BuIkra isi data
katagori
Tim sosek masukkan
skor BU Lia/BuIkra isi data
katagori
b Peningkatan Tipe rumah
Rumah batu permanen 1,00 77,00% 0,77 98,00% 0,98 24,66% SKALA 3
Rumah Bambu 0,30 23,00% 0,07 2,00% 0,01 SEDANG
0,70 0,15 0,84 0,12 0,99 0,15 2,19% (sementar
Rumah Kayu Permanen 0,70 0,00% 0,00 0,00% 0,00
Rumah Sementara 0,00 0,00% 0,00 0,00% 0,00 a sebelum
tim sosek
c Peningkatan Kualitas Atap Rumah
masukkan
Genteng 1,00 97% 0,97 100% 1,00
analisis)
Seng 0,65 3% 0,02 0% 0,00
0,50 0,11 0,99 0,11 1,00 0,11 0,11%
Nipa 0,00 0% 0,00 0% 0,00
Jerami 0,00 0% 0,00 0% 0,00
d Peningkatan Kualitas Dinding Rumah
0,50 0,11 0,79 0,08 100,00 1,00 0,11 2,28%
Semen 1,00 76,00% 0,76 1,00
%
Kayu 0,65 4,00% 0,03 0,00% 0,00
Bambu 0,00 20,00% 0,00 0,00% 0,00
Triplek 0,00 0,00% 0,00 0,00% 0,00
e Peningkatan Kualitas Lantai Rumah
Semen 1,00 78% 0,78 97,00% 0,97
Tanah 0,00 22% 0,00 3,00% 0,00
0,70 0,15 0,78 0,12 0,97 0,14 2,87%
Kayu 0,65 0% 0,00 0,00% 0,00
Bambu 0,10 0% 0,00 0,00% 0,00
f Peningkatan kualitas Bahan Bakar untuk Memasak
Kayu Bakar 0,00 44,00% 0,00 2,00% 0,00
Batu bara 0,50 0,00% 0,00 0,00% 0,00
0,50 0,11 0,37 0,04 0,98 0,10 6,49%
Minyak Tanah 0,50 38,00% 0,19 0,00% 0,00
Gas 1,00 18,00% 0,18 98,00% 0,98
g Penurunan Nilai kerugian akibat banjir pada usah/harta/barang saat terjadi banjir
1 - 50 juta rupiah 0,35 70% 0,25 16,00% 0,06
50 - 100 juta rupiah 0,15 20% 0,03 2,00% 0,00 10,72
1,00 0,21 0,38 0,08 0,88 0,19
> 100 juta rupiah 0,00 0% 0,00 0,00% 0,00 %
Tidak terganggu 1,00 10% 0,10 82,00% 0,82
Total 4,70
4 GANGGUAN AKTIVITAS MASYARAKAT
Ketidakhadiran ke
kantor/sekolah saat
a
terjadi banjir
Tidak hadir > 3 hari 0,00 31,00% 0,00 0,00% 0,00
Tidak hadir 1-3 hari 0,40 45,00% 0,18 0,00% 0,00 25,66
0,60 0,46 0,41 0,19 0,96 0,44
Tidak hadir < 1 hari 0,70 4,00% 0,03 12,00% 0,08 % +
Tidak terganggu 1,00 20,00% 0,20 88,00% 0,88 Penting
SKALA 4
b Penundaan aktivitas bisnis/ekonomi saat terjadi banjir 43,32%
BESAR
Terganggu > 3 hari 0,00 66,00% 0,00 29,00% 0,00
Terganggu 1-3 hari 0,40 1,00% 0,00 0,00% 0,00 17,66
0,70 0,54 0,29 0,15 0,61 0,33
Terganggu < 1 hari 0,70 16,00% 0,11 32,00% 0,22 %
Tidak terganggu 1,00 17,00% 0,17 39,00% 0,39
Total 1,30
5 KERESAHAN MASYARAKAT
a Penurunan Tingkat kecemasan akibat banjir
Sangat takut, ingin pindah
0,00 27,00% 0,00 1,00% 0,00
jika mungkin
+
Kadang takut saat hujan 32,50 SKALA 4
1,00 1,00 0,42 0,42 0,74 0,74 32,50% Penting
turun lebat, tapi belum 0,50 63,00% 0,32 50,00% 0,25 % BESAR
ingin pindah
Tidak khawatir 1,00 10,00% 0,10 49,00% 0,49
Total 1,00
6 KESEHATAN MASYARARAT
a Sarana sanitasi MCK +
Pribadi 1,00 0,50 0,20 51,00% 0,51 0,66 0,13 58,00% 0,58 0,82 0,16 3,08% 44,78% SKALA 4 Penting
Umum 0,70 22,00% 0,15 34,00% 0,24 BESAR
Sungai 0,00 26,00% 0,00 8,00% 0,00
Kebun 0,00 1,00% 0,00 0,00% 0,00
b Gangguan pada fasilitas sanitasi (toilet, drainase, dll) karena banjir
Semua jaringan rusak/perlu
0,00 9,00% 0,00 0,00% 0,00
perbaikan > 3 hari
Sebagian besar rusak/perlu
0,30 69,00% 0,21 1,00% 0,00 22,04
perbaikan 1 - 3 hari 1,00 0,40 0,41 0,16 0,96 0,39
%
Sebagian kecil rusak/perlu
0,75 6,00% 0,05 12,00% 0,09
perbaikan < 1 hari
Tidak ada gangguan 1,00 16,00% 0,16 87,00% 0,87
c Penumpukan sampah/lumpur banjir karena banjir
Bau dan pengakutannya > 7
0,00 2,00% 0,00 1,00% 0,00
hari
Bau dan pengakutannya 3-7
0,30 27,00% 0,08 0,00% 0,00 19,66
hari 1,00 0,40 0,47 0,19 0,96 0,38
%
Bau dan pengakutannya < 3
0,75 49,00% 0,37 12,00% 0,09
hari
Tidak ada penumpukan 1,00 2,00% 0,02 87,00% 0,87
Total 2,50
7 PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI PROYEK
a Peningkatan Air Irigasi 21,00% 3 SEDANG
b Peningkatan jalan sepanjang saluran 8,00% 2.KECIL
1.SANGAT +
c Tersedianya/penambahan listrik/penerangan 5,00% KECIL Penting
TIDAK ADA
d Tersedianya air baku perkotaan (air minum dan penggelontoran) 0,00% DAMPAK
1.SANGAT
e Kualitas Air Terganggu 2,00% KECIL
-penting
r Kerusakan Lingkungan (tanah longsor dan erosi) 6,00% 2.KECIL
g Sanitasi lingkungan 12,00% 2.KECIL +
h Peningkatan taraf hidup petani dan masyarakat 22,00% 3.SEDANG Penting
TIDAK ADA
Peningkatan penyakit yang ditularkan melalui air -Penting
i 0,00% DAMPAK
A. DAMPAK PRIMER (DAMPAK LANGSUNG)

Dampak langsung (dampak primer) dari kegiatan ini adalah turunnya frekuensi kejadian
genangan untuk perioda banjir tertentu.

A.1. TURUNNYA FREKUENSI KEJADIAN GENANGAN AKIBAT BANJIR

Dari hasil analisa menggunakan metoda Checklist Berskala dengan pembobotan Bettle &
Colombus dapat diketahui bahwa keberadaan bangunan pengendali banjir seperti yang
dijelaskan diu atas dapat meningkatkan kualitas lingkungan terhadap kondisi sebelum
adanya proyek sebagai berikut :
dari parameter frekuensi genangan sebesar 30,53 % (sedang)
dari parameter lama genangan sebesar 11,56 % (kecil)
dari parameter tinggi genangan sebesar 31,71 % (besar)

Keberadaan bangunan pengendali banjir pada Sungai Kabuyutan seperti yang disebutkan
di atas masih menimbulkan genangan sekali dalam 2 s/d 3 tahun pada 13 % perumahan,
12% desa/kelurahan, dan 12 % jalan. Pada jalan raya, tambahan frekuensi genangan
terjadi pula pada siklus 4-5 tahunan sebanyak 9%, dan ada 1% jalan yang tergenang pada
banjir setiap tahun.

Lama genangan yang masih tersisa pada rumah/toko adalah kurang dari 1 hari (16%),
tetapi 5% responden melaporkan terjadi antara 11 30 hari. Pada desa/kelurahan
umumnya lama genangan yang masih terjadi adalah 1-2 hari (11%), selebihnya kurang
dari 1 hari (2%), tetapi 5% responden melaporkan terjadi antara 11 30 hari. Pada jalan
raya umumnya lama genangan yang masih terjadi bervariasi antara kurang dari 1 hari
(2%), 1-2 hari (9%), 3 s/d 5 hari (14%). Bahkan 5% responden melaporkan terjadi antara
11 30 hari.

Tinggi genangan ketika terjadi banjir sudah jauh berkurang dari sebelumnya. Pada
rumah/toko serta desa/kelurahan adalah kurang dari 0,5 meter. Pada jalan raya
umumnya tinggi genangan yang masih terjadi adalah kurang dari 0,5 meter (29%),
tetapi 13% responden melaporkan terjadi dengan tinggi 0,5 s/d 1 meter.

Masih adanya frekuensi genangan dnegan lama dan tinggi genangan seperti yangtelah
disebutkan di atas dikarenakan kondisi bangunan pengendali banjir pada Sungai
Kabuyutan adalah seperti yang dipaparkan di bawah ini :
a. Tanggul kanan
Sebagaian besar pada tanggul kanan tidak terdapat degradasi namun ada beberapa
titik dimana tanggul mengalami degradasi yaitu pada tanggul akhir sebelah kanan di
Desa Pangaradan, terdapat retak retak dan longsoran sehingga tanggul menjadi
turun dan mengalami perubahan bentuk.

b. Tanggul Kiri
Sebagaian besar pada tanggul kiri tidak terdapat degradasi, namun pada tanggul kiri
awal terdapat retakan kecil dan perubahan tinggi tanggul dikarenakan pada daerah
hulu di Desa Sengon terdapat pekerjaan normalisasi sungai.

c. Tembok penahan Tanggul / pelindung tebing tanggul


Sebagian besar Tembok penahan Tanggul / pelindung tebing tanggul tidak terdapat
degradasi.

d. Jembatan
Jembatan sebetulnya tidak termasuk dalam bangunan pengendali banjir namun
jembatan merupakan bangunan penunjung untuk kebutuhan sosial, ada 2 jembatan
yang memotong sungai kabuyutan pada proyek ini, diantaranya terdapat degradasi
yaitu pada jembatan di Desa Sengon dimana lantai jembatan rusak, tiang sandaraan
rusak yang berbahaya untuk di lalui.

TIM SIPIL

a. Bangunan pengendali banjir 1


Jelaskan kondisi eksistingnya oleh tim fisik (tim sipil), kalau
bisa berikut riwayat degradasinya
b. Bangunan pengendali banjir 2
Jelaskan kondisi eksistingnya oleh tim fisik (tim sipil), kalau
bisa berikut riwayat degradasinya
c. Bangunan pengendali banjir 3
Jelaskan kondisi eksistingnya oleh tim fisik (tim sipil), kalau
bisa berikut riwayat degradasinya
d. Bangunan pengendali banjir 4
Jelaskan kondisi eksistingnya oleh tim fisik (tim sipil), kalau
B. DAMPAK SEKUNDER (DAMPAK TIDAK LANGSUNG KE-1)
bisa berikut riwayat degradasinya
Dampak tidak langsung ke-1 yang dapat dirasakan dari proyek ini adalah menurunannya
gangguan aktivitas masyarakat karena banjir dan peningkatan ekonomi masyarakat
sebagai dampak sekunder.
B.1. Menurunannya Gangguan Aktivitas Masyarakat karena Banjir

Dari hasil analisa menggunakan metoda Checklist Berskala dengan pembobotan Bettle &
Colombus dapat diketahui bahwa keberadaan bangunan pengendali banjir seperti yang
dijelaskan di atas dapat meningkatkan kualitas lingkungan terhadap kondisi sebelum
adanya proyek. Peningkatan tersebut berupa penurunan prosentase ketidakhadiran ke
kantor/sekolah dan penurunan prosentase penundaan aktivitas bisnis/ekonomi saat terjadi
banjir, dampak positif ini terjadi dengan katagori besar (43,32 %).

Sebelum proyek, 83% masyarakat terganggu produktivitasnya selama banjir, sebagian


(66%) lamanya gangguan dapat melebih 3 hari. Setelah adanya proyek, 61 % masyarakat
melaporkan sudah tidak lagi terganggu produktivitasnya oleh persoalan banjir. Sebanyak
32 % responden yang masih terganggu selama 1 hari, tetapi 16% masih mengalami
gangguan lebih dri 3 hari.

Sedangkan dampak dari kejadian banjir terhadap aktivitas bisnis/ekonomi sebelum


proyek, 73% masyarakat terganggu produktivitasnya, sebagian besar (61 %) lamanya
gangguan dapat lebih dari 3 hari. Setelah adanya proyek, adanya datangnya banjir masih
menimbulkan dampak terhadap aktivitas ekonomi, tetapi intensitasnya turun menjadi
hanya terhadap 61% responden dengan lamanya gangguan hanya satu hari saja (32%) dan
lebih dari 3 hari (29%).

B.2. Peningkatan Ekonomi Masyarakat

Dari hasil analisa menggunakan metoda Checklist Berskala dengan pembobotan Bettle &
Colombus dapat diketahui bahwa keberadaan bangunan pengendali banjir seperti yang
dijelaskan di atas dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, dampak positif ini
terjadi dengan katagori sedang 22,30%).MASIH MENUNGGU MASUKAN dari Bu
Lia/Ibu Ikra.

Ibu Lia / Ibu Ikra tambahkan uraian

Katagori rumah permanen, atap, dinding, lantai, dan bahan bakar untuk memasak
menjadi indikator status sosial ekonomi masyarakat. Sebanyak 98% responden saat ini
menempati rumah permanen. Keberadaan rumah permanen setelah adanya proyek
mengalami peningkatan dari semula hanya 77%. Demikian pula dengan kualitas
dinding, lantai, dan atap mengalami peningkatan serupa.
Seiring dengan kebijakan bahan bakar rumah tangga yang diprogramkan pemerintah
mulai tahun 2007 untuk menggunakan gas, responden wilayah ini dapat mengikutinya
dengan 98 % responden beralih pada bahan bakar gas yang semula hanya 18 % yang
menggunakan bahan bakar gas, sisanya menggunakan minyak tanah (38%) dan kayu
bakar (44%).

Nilai kerugian akibat banjir setelah proyek di wilayah ini mengalami penurunan. Sebelum
proyek, sejumlah 20% mengalami kerugian Rp 50 100 juta dan 70 % responden
mengalami kerugian Rp 1 50 juta, dan sisanya (10%) tidak mengalami kerugian
materiil. Setelah adanya proyek, sebanyak 62 % responden melaporkan bahwa tidak lagi
menderita kerugian material akibat banjir, tetapi masih ada responden yang mengalami
kerugian Rp 1 50 juta sebanyak 16% dan sejumlah 2% responden masih mengalami
kerugian Rp 50 100 juta.

Nilai kerugian tersebut disebabkan oleh kerusakan rumah, kerusakan barang- barang
rumah tangga karena banjir, dan usaha rumah tangga yang terganggu.

Sebelum adanya proyek, ketika banjir datang, sejumlah 82 % responden mengalami


kerusakan besar barang- barang rumah tangga selama banjir. Setelah ada proyek,
sejumlah 13% responden masih mengalami kerusakan barang- barang rumah tangga
selama banjir berkatagori kecil, sementara 87 % responden sudah tidak lagi mengalami
kerusakan barang-barang rumah tangga.

Adapun angka kerusakan rumah akibat banjir mengalami penurunan. Sebelum proyek
berjalan, sebanyak 28% responden melaporkan mengalami kerusakan rumah berat dan
kerusakan ringan (55%). Setelah adanya proyek, hanya 13 % yang mengalami kerusakan
ringan, sementara sisanya 87 % sudah tidak lagi mengalami kerusakan rumah.

Pengaruh banjir terhadap usaha rumah tangga sebelum adanya proyek mengalami
pernurunan walau tidak siginifkan, semula sejumlah 76% responden mengalami
gangguan dalam usaha (gangguan berat sampai dengan ringan), setelah adanya proyek
hanya 35 % yang mengalaminya, diantaranya 10% respoden yang mengalami kerusakan
berat.

C. DAMPAK TERSIER (DAMPAK TIDAK LANGSUNG KE-2)

Dampak tidak langsung ke-2 penurunan keresahan masyarakat, meningkatnya kondisi


fasilitas umum, peningkatan kesehatan masyarakat, serta persepsi positif masyarakat
mengenai proyek sebagai dampak tersier.

C.1. Penurunan Keresahan Masyarakat

Dari hasil analisa menggunakan metoda Checklist Berskala dengan pembobotan Bettle &
Colombus dapat diketahui bahwa keberadaan bangunan pengendali banjir seperti yang
dijelaskan di atas dapat menurunkan tingkat keresahan masyarakat akibat banjir, dampak
positif ini terjadi dengan katagori besar 32,50%).

Tingkat kecemasan masyarakat sebelum proyek, 90% masyarakat merasakan kecemasan


akibat banjir dengan prosentase 27% ingin pindah rumah dan 63% belum ingin pindah
rumah. Setelah adanya proyek, 50 % masyarakat masih merasakan cemas tapi belum
sampai ke tingkat ingin pundah rumah.
Tetapi secara umum sebanyak 87 % responden sudah menurun tingkat kecemasannya
akan adanya bahaya banjir, tetapi 8% lainnya masih merasa cemas, dan sejumlah 5%
menjawab tidak tahu

C.2. Meningkatnya Kondisi Fasilitas Umum

Dari hasil analisa menggunakan metoda Checklist Berskala dengan pembobotan Bettle &
Colombus dapat diketahui bahwa keberadaan bangunan pengendali banjir meningkatkan
Kondisi Fasilitas Umum terhadap kondisi sebelum adanya proyek walaupun terkatagori
kecil (11,31%).

Kondisi infrastruktur jalan di wilayah ini dapat dikatakan tidak mengalami perubahan
yang signifikan antara sebelum dan setelah adanya proyek. Jalan tanah masih ada
sebanyak 32 % - 35%, jalan aspal hanya 14% - 15%, selebihnya jalan batu sejumlah
50%-54%. Hal ini menjadi salah satu indikasi bahwa adanya proyek tidak banyak
berpengaruh kepada peningkatan sarana transportasi sebagai indikator ekonomi wilayah.
Tetapi seiring dengan peningkatan kondisi sosial ekonomi responden, pengguna sepeda
motor meningkat dari semula yang hanya 49% menjadi 85%.
Pengaruh banjir terhadap gangguan lalu lintas jalan raya secara umum mengalami
penurunan. Sebelum adanya proyek, 83 % responden melaporkan adanya gangguan
terhadap aksesibilitas mereka karena jalan akses terendam 1-3 hari (49%) , dan kurang
dari 1 hari (25 %), dan melebihi 3 hari (9%). Adanya proyek menurunkan dampak banjir
terhadap terganggunya aksesibitas masyarakat, tetapi masih menyisakan masalah 12 %
masih terendam < 1 hari.

Pengaruh banjir terhadap gangguan pada listrik, air bersih dan telekomunikasi secara
umum mengalami penurunan. Sebelum adanya proyek, 84 % responden melaporkan
adanya gangguan terhadap listrik, air bersih dan telekomunikasi karena infratruktur
tersebut terendam 1-3 hari (12%), dan kurang dari 1 hari (40 %), dan melebihi 3 hari
(32%). Adanya proyek menurunkan dampak banjir terhadap terganggunya aksesibitas
masyarakat, tetapi masih menyisakan masalah 12 % masih terendam < 1 hari; dan masih
ada 1% yang masih terendam > 3 hari.

C.3. Peningkatan Kesehatan Masyarakat

Dari hasil analisa menggunakan metoda Checklist Berskala dengan pembobotan Bettle &
Colombus dapat diketahui bahwa keberadaan bangunan pengendali banjir meningkatkan
kesehatan masyarakat terhadap kondisi sebelum adanya proyek dengan katagori besar
(44,78 %).

Sarana sanitasi sebagian besar responden saat ini adalah menggunakan MCK milik
pribadi (58%) selebihnya 34% responden menggunakan MCK umum, dan masih 8%
responden yang melakukan aktivitas MCK di sungai. Sebelum proyek ini berjalan,
responden yang melakukan aktivitas MCK di sungai sejumlah 26%, selebihnya MCK
umum (22%) dan pribadi (51%).
Pengaruh negatif banjir terhadap kerusakan fasilitas sanitasi pun mengalami penurunan,
semula sejumlah 84% mengalami kerusakan fasilitas sanitasi (rusak berat 78%, rusak
ringan 6%). Setelah adanya proyek, karena masih terjadi genangan pada beberapa tempat,
tetap masih ada kerusakan fasilitas sanitasi selama banjir, tetapi menurun menjadi sebesar
13%, yang terkatagori kerusakan berat adalah sebanyak 1%.
Dampak adanya penumpukan sampah / lumpur akibat genangan banjir mengalami
penurunan setelah adanya proyek. Sebelum proyek, sebanyak 82% respnden melaporkan
adanya penumpukan sampah/lumpur. Lamanya penumpukan tersebut sebagian besar
(49%) dapat teratasi dengan pengangkutan < 3 hari, tetapi sebanyak 29% kejadian,
proses pengangkutan melebihi 3 hari. Setelah adanya proyek, penumpukan
sampah/lumpur setelah kejadian banjir turun menjadi hanya 13%, 12% diantaranya dapat
diangkut dalam waktu < 3 hari.

Keberhasilan proyek pengendalian banjir dapat juga dinilai dari sisi peningkatan
kesehatan masyarakat. Pada daerah rawan genangan Sungai Kabuyutan, gangguan
kesehatan yang sering dirasakan responden bukan terkatagori penyakit bawaan air seperti
kelompok penyakit gastrointestinal. Hasil analisa kuesioner menyebutkan secara umum
gangguan yang dirasakan adalah gangguan pusing-pusing (41%), dan infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA) sebanyak 13%. Sisanya 45 % tidak merasakan adanya gangguan
kesehatan.
Walaupun demikian angka kejadian demam berdarah masih tinggi di wilayah ini.
Sebanyak 30% responden menyatakan keluarganya pernah mendrita penyakit ini.

C.4. Persepsi Masyarakat Mengenai Proyek

Dari hasil analisa jejak pendapat persepsi masyarakat mengenai keberhasilan proyek
dapat diketahui persepsi masyarakat mengenai dampak proyek dari sisi peningkatan air
irigasi, peningkatan jalan sepanjang saluran, tersedianya/penambahan listrik/penerangan,
tersedianya air baku perkotaan (air minum dan penggelontoran), kualitas air, penurunan
kerusakan lingkungan, sanitasi lingkungan, dan peningkatan taraf hidup petani dan
masyarakat.

C.4.1. Peningkatan Air Irigasi

Hasil jajak pendapat persepsi masyarakat mengenai dampak keberadaan bangunan


pengendali banjir terhadap peningkatan air irigasi menyebutkan bahwa dampak tersebut
terkatagori sedang (21%).

kaitkan pembahasan dengan jenis bangunan pengendali


banjir yang dibangun narasi oleh TA Sipil (evaluasi
fisik)
C.4.2. Peningkatan jalan sepanjang saluran

Hasil jajak pendapat persepsi masyarakat mengenai dampak keberadaan bangunan


pengendali banjir terhadap Peningkatan jalan sepanjang saluran menyebutkan bahwa
dampak tersebut terkatagori kecil (8 %).

kaitkan pembahasan dengan jenis bangunan pengendali


banjir yang dibangun narasi oleh TA Sipil (evaluasi
fisik)

C.4.3. Tersedianya/penambahan listrik/penerangan

Hasil jajak pendapat persepsi masyarakat mengenai dampak keberadaan bangunan


pengendali banjir terhadap tersedianya/penambahan listrik/penerangan menyebutkan
bahwa dampak terkatagori sangat kecil (5 %).

kaitkan pembahasan dengan jenis bangunan pengendali


banjir yang dibangun narasi oleh TA Sipil (evaluasi fisik)

C.4.4. Tersedianya Air Baku Perkotaan (Air Minum Dan Penggelontoran)

Hasil jajak pendapat persepsi masyarakat menyebutkan bahwa tidak ada dampak dari
keberadaan bangunan pengendali banjir terhadap tersedianya air baku perkotaan (air
minum dan penggelontoran).

kaitkan pembahasan dengan jenis bangunan pengendali banjir


yang dibangun narasi oleh TA Sipil (evaluasi fisik)

C.4.5. Kualitas Air Terganggu


Hasil jajak pendapat persepsi masyarakat mengenai dampak negatif keberadaan
bangunan pengendali banjir terhadap penurunan kualitas air menyebutkan bahwa dampak
terkatagori tidak signifikan (2 %).

Dari hasil pengukuran terhadap % salinitas dan konsentrasi total padatan tersuspensi
(TDS) ternyata menunjukkan bahwa air Sungai Kabuyutan pada daerah hulu banjir,
daerah tengah, dan hilir banjir sudah terkatagori air saline (air asin). Hal ini menandakan
segmen sungai ini sudah dimasuki pengaruh dari air laut, dan juga karena survai dilaukan
pada musim kemarau sehingga minim pengenceran oleh air hujan. Dengan rendahnya
persepsi masyarakat mengenai adanya hubungan antara kualitas air yang buruk dengan
keberadaan proyek menandakan bahwak kualitas air sungai yang asin ini bukan
disebabkan oleh keberadaan bangunan pengendali banjir.

C.4.6. Penurunan Kerusakan Lingkungan

Hasil jajak pendapat persepsi masyarakat mengenai dampak negatif keberadaan


bangunan pengendali banjir terhadap kerusakan lingkungan berupa erosi/longsor pada
sempadan sungai menyebutkan bahwa dampak terkatagori sangat kecil (6 %).
Dikarenakan kondisi tanggul kiri dan kanan pada Sungai Kabuyutan sebagian besar tidak
ada degradasi

kaitkan pembahasan dengan kondisi tanggul bangunan


pengendali banjir yang dibangun narasi oleh TA Sipil
(evaluasi fisik)

C.4.7. Sanitasi Lingkungan

Hasil jajak pendapat persepsi masyarakat mengenai dampak positif keberadaan


bangunan pengendali banjir terhadap perbaikan sanitasi lingkungan menyebutkan bahwa
ada dampak walaupun terkatagori kecil (12 %).

Masyarakat sudah merasakan adanya perbaikan sanitasi lingkungan dari sebelumnya


seperti yang sudah dibahas pada sub bab C.3., tetapi karena masih banyaknya terjadi
wabah demam berdarah di wilayah tersebut, juga belum adanya sentuhan pemerintah
untuk membangun penyediaan air bersih terutama pada musim kemarau masih perlu
dibantu oleh pemerintah, karena hampir seluruh wilayah ini (86%) mengalami kesulitan
mendapatkan air bersih. Juga pengelolaan sampah pada daerah ini masih menjadi
masalah karena layanan pengelolaan sampah dari dinas kebersihan setempat masih
terbatas (14%). Karena 86% masyarakat harus mengelola sendiri sampahnya,
penyelesaiannya adalah sdengan dengan cara dibakar (77%), menyebabkan resiko
prevalensi penyakit yang terkatagori ISPA menjadi tinggi.

C.4.8. Peningkatan taraf Hidup Petani dan Masyarakat

Hasil jajak pendapat persepsi masyarakat mengenai dampak positif keberadaan


bangunan pengendali banjir terhadap peningkatan taraf hidup petani dan masyarakat
menyebutkan bahwa tingkat dampak terkatagori sedang (22 %).

Sebanyak 71 % responden merasa proyek ini membawa dampak positif, secara umum
dikarenakan adanya peningkatan kesejahteraan dan peluang kerja serta peningkatan
kegiatan ekonomi dari sebelumnya.

Tambahkan penjelasan dari Ibu Lia dan Ibu ikra

C.4.9. Peningkatan Penyakit yang Ditularkan Melalui Air

Hasil jajak pendapat persepsi masyarakat mengenai dampak negatif keberadaan


bangunan pengendali banjir terhadap peningkatan prevalensi penyakit yang ditularkan
melalui air menyebutkan bahwa tidak ada dampak (0 %).

Seperti yang telah dibahas pada sub bab C.3., pada wilayah ini daerah rawan genangan
Sungai Kabuyutan, gangguan kesehatan yang sering dirasakan responden bukan
terkatagori penyakit bawaan air seperti kelompok penyakit gastrointestinal. Hasil analisa
kuesioner menyebutkan secara umum gangguan yang dirasakan adalah penyakit bawaan
udara. Angka kejadian demam berdarah masih tinggi di wilayah ini menurut persepsi
masyarakat bukan dikarenakan ketidak berhasilan proyek bangunan pengendali banjir,
mungkin dikarenakan terjadinya penyakit ini adalah pada setiap musim, tidak pada saat
banjir saja.

Anda mungkin juga menyukai