Anda di halaman 1dari 6

Nama : Dien Nisa Aulia

NIM : 021411131077

Tugas Ortodonsia 1

1. Bagaimana cara menentukan diagnosis maloklusi secara dental dan skeletal?


Sebelum menentukan cara diagnosis maloklusi kita harus lebih dulu mengetahui
klasifikasi maloklusi .Tergantung pada bagian mana dari mulut dan maksilofasial
yang bermasalah, maloklusi bisa dibagi menjadi 3 tipe:
a. Malposisi individual gigi
b. Malrelasi antara lengkung gigi atau bagian-bagian dentoalveolar
c. Malrelasi skeletal

- Diagnosis secara skeletal pertama kali diklasifikasikan oleh Salzmann (1950)


berdasarkan struktur pokok dari kondisi skeletal.
A. Skeletal klas 1 : maloklusi yang murni gigi dengan tulang pada wajah dan
rahang saling selaras satu sama lain, termasuk dengan bagian kepala.
Divisi 1: malrelasi lokal antara insisiv, cacninus dan premolar
Divisi 2: insisiv maksila protusi
Divisi 3: insisiv maksila linguoversion
Divisi 4: protusi bimaksilari
B. Skeletal klas 2: termasuk gangguan maloklusi dengan perkembangan distal
mandibula yang subnormal yang berhubungan dengan maksila.
Divisi 1: lengkung gigi maksila lebih dangkal dengan crowding pada
regio caninus, cross bite mungkin terlihat dan tinggi wajah vertical
menurun, gigi anterior pada maksila protusi.
Divisi 2: insisiv maksila cenderung ke lingual/palatal, insisiv lateral bisa
normal atau labioversi.
C. Skeletal klas 3: merupakan pertumbuhan berlebihan pada mandibula
dengan sudut bidang mandibula yang tumpul. Profil prognatik pada
mandibula.
- Dapat juga menggunakan klasifikasi menurut Ackerman-Profitt.
Diklasifikasikan menjadi 5 karakteristik dan keterkaitannya telah diuji:
Kesejajaran: kesejajaran dan simetri lengkung dinilai pada tampilan
oklusal. Lengkung gigi diklasifikasikan sebagi: ideal/berdesakan/
renggang.
Profil: profil dapat berupa cembung/datar/cekung. Juga termasuk
penilaian perbedaan bentuk wajah, contohnya perbedaan bentuk depan
dan belakang.
Tranverse relationship: meliputi hubungan silang antara gigi dan
skeletal. Bukal dan palatal cross bite harus diperhatikan.
Diklasifikasikan lebih lanjut sebagai bilateral atau unilateral.
Klas: hubungan secara sagital antara gigi yang dinilai dengan klasifikasi
Angle (klas 1/klas2/klas 3). Perbedaan dibuat antara maloklusi gigi dan
skeletal.
Overbite: maloklusi dapat dinilai dari bidang vertical. Dideskripsikan
sebagai anterior open bite/posterior open bite/anterior deep
bite/posterior collapsed bite. Perbedaan dibuat anatara maloklusi gigi
dan skeletal.

Sumber: CM Marya, 2011, A Textbook of Public Health Dentistry, New Dehli:


Jaypee Brothers Medical Publishers (P) LTD, p. 148.

Setelah mengetahui klasifikasi maloklusi maka kita dapat menentukan diagnosis


melalui evaluasi relasi gigi dan rahang dalam jurusan transversal dan evaluasi relasi
gigi dan rahang dalam jurusan sagittal serta evaluasi relasi gigi dan rahang jurusan
vertikal

Evaluasi relasi gigi dan rahang dalam jurusan transversal

Untuk memeriksa dalam jurusan transversal, gigi dioklusikan untuk melihat apakah
relasi gigi normal ataukah terdapat gigitan silang. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk
mendapat kejelasan apakah kelainan yang terjadi berupa kelainan dental atau skeletal.
Gigitan silang posterior dilihat pada posisi molar permanen atas, bila terdapat gigitan
silang posterior bilateral berarti molar permanen atas terletak lingual daripada posisi
normalnya pada kedua sisi, sedangkan gigitan silang unilateral hanya terjadi pada satu
sisi. Gigitan silang ini dapat diakibatkan posisi gigi saja atau karena lebar rahangnya
yang tidak normal. Bila dasar palatum lebar tetapi gigi dan processus alveolaris bagian
posterior mengarah ke median, maka keadaan ini menunjukkan gigitan silang terjadi
karena factor dental dikarenakan distorsi lengkung gigi. Namun, apabila palatal sempit
dan gigi serta processus alveolaris mengarah ke bukal, maka gigitan silang dikarenakan
factor skeletal yaitu palatum yang sempit.

Evaluasi relasi gigi dan rahang dalam jurusan sagital

Evaluasi ini dilakukan pada model studi dalam keadaan oklusi untuk menggambarkan
problema anteroposterior baik di anterior maupun posterior. Untuk ini dapat digunakan
klasifikasi Angle dan variasi-variasinya. Terkadang, relasi molar kanan dan kiri tidak
sama. Suatu relasi molar yang tidak sama ini mencerminkan asimetri pada lengkung
gigi rahang tersebut atau kedua rahang atau bahkan kelainan pada jurusan
transversal.Penting untuk mengetahui apakah relasi molar end to end, kelas II, dan
kelas III, overjet yang besar, gigitan silang anterior yang disebabkan kelainan skeletal,
pergeseran gigi atau gabungan keduanya. Kelainan skeletal selalu menyebabkan
kelainan relasi gigi; bila kelainannya disebabkan skeletal maka problemanya selalu
ditulis skeletal kelas II atau kelas III. Pembedaan skeletal dan dental sangat penting
karena perawatan maloklusi kelas II skeletal dan dental sangat berbeda. Untuk
menentukan keadaan ini mutlak diperlukan analisis sefalometri.

Evaluasi relasi gigi dan rahang jurusan vertikal

Pemeriksaan jurusan ini dilakukan pada model dalam keadaan oklusi sehingga dapat
dilihat adanya gigitan terbuka anterior, gigitan dalam, gigitan terbuka posterior
unilateral atau pun bilateral. Kelainan skeletal dapat dilihat adanya rotasi rahang atas
dan rahang bawah yang ditunjukkan pada relasi bidang palatal dan mandibular. Bila
sudut maksila mandibular rendah ( kecil ) maka akan terdapat tendensi gigitan dalam
skeletal dan bila sudut maksilla dan mandibula tinggi ( besar ) akan terdapat tendensi
gigitan terbuka skeletal. Untuk mengetahui kelainan dalam jurusan ini diperlukan foto
cephalometry.
2. Variabel sefalometri apa saja yang dapat menentukan diagnosis dental dan skeletal?
- Sella-nasion plane
- Maxillary plane
Maksila ke bidang frankfort
Maksila ke bidang SN
Maksila ke mandibula
- Occlusal plane
- Mandibular plane
Mandibula ke bidang frankfort
Mandibula ke bidang SN
Mandibula ke maksila

FMPA= Frankfort-Mandibular plane angle, MMPA=Maxillary-


mandibular plane angle.
- Garis GoGn
- Garis GoMe

- Sudut SNA, SNB dan ANB

- Titi A ke Pogonion
Sumber: Martyn Cobourne and Andrew DiBiase, Handbook of Orthodontics 2nd ed.
2016, China: ELSEVIER, pp. 189-200.

Anda mungkin juga menyukai

  • Papilla Circumvalata Prominen NEW
    Papilla Circumvalata Prominen NEW
    Dokumen34 halaman
    Papilla Circumvalata Prominen NEW
    Muhammad Halim
    100% (1)
  • TOR Pelatihan
    TOR Pelatihan
    Dokumen8 halaman
    TOR Pelatihan
    Muhammad Halim
    Belum ada peringkat
  • Etodolac
    Etodolac
    Dokumen14 halaman
    Etodolac
    Muhammad Halim
    100% (2)
  • PKM
    PKM
    Dokumen2 halaman
    PKM
    Muhammad Halim
    Belum ada peringkat
  • CV Pengurus Egik
    CV Pengurus Egik
    Dokumen1 halaman
    CV Pengurus Egik
    Muhammad Halim
    Belum ada peringkat
  • Leuk Oedema
    Leuk Oedema
    Dokumen9 halaman
    Leuk Oedema
    Muhammad Halim
    Belum ada peringkat
  • Materi MSM
    Materi MSM
    Dokumen23 halaman
    Materi MSM
    Muhammad Halim
    Belum ada peringkat
  • Batch 2
    Batch 2
    Dokumen2 halaman
    Batch 2
    Muhammad Halim
    Belum ada peringkat
  • Batch 7 A
    Batch 7 A
    Dokumen1 halaman
    Batch 7 A
    Muhammad Halim
    Belum ada peringkat
  • Proposal PKL Cover
    Proposal PKL Cover
    Dokumen2 halaman
    Proposal PKL Cover
    Muhammad Halim
    Belum ada peringkat
  • FGD
    FGD
    Dokumen19 halaman
    FGD
    Muhammad Halim
    Belum ada peringkat
  • Ede (Elementary Dental Education)
    Ede (Elementary Dental Education)
    Dokumen3 halaman
    Ede (Elementary Dental Education)
    Muhammad Halim
    Belum ada peringkat
  • Analisis Masalah
    Analisis Masalah
    Dokumen20 halaman
    Analisis Masalah
    Muhammad Halim
    Belum ada peringkat
  • Pedo Terfix
    Pedo Terfix
    Dokumen1 halaman
    Pedo Terfix
    Muhammad Halim
    Belum ada peringkat