BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang obat, tetapi sebagian besar dari tanaman
memiliki berbagai jenis tanaman, salah tersebut tumbuh secara liar tanpa
menggunakan obat dari alam. Hal ini karena banyaknya kendala yang
1
perhatikan dalam kehidupan manusia. Walaupun secara fisik manusia terlihat
sehat dan kuat tetapi dalam diri manusia dan akan muncul bila sudah
cenderung mencari pengobatan yang aman dan tidak ada efek sampingnya
tradisional yang cukup tersebar luas di Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis
semak atau setengah semak. Tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 2 meter.
Tanaman ini tumbuh secara liar dan terdapat di tanah yang tandus yang kurang
Hampir semua bagian dari tumbuhan ini dapat dimanfaatkan sebagai obat-
obatan tradisional. Senyawa kimia yang terdapat pada daun beluntas yaitu
alkaloid, tanin, minyak atsiri, dan flavanoida. Selain daun, akar dari tumbuhan
beluntas ini juga bisa dimanfaatkan sebagai obat. Hal tersebut dikarenakan
pada akar beluntas juga mengandung beberapa zat seperti flafonoida dan
tannin. Oleh karena itu, tumbuhan ini sudah dijadikan sebagai salah satu obat
yang akhirnya memyebabkan penyakit dan inflamasi pada usus (Djide, 2005).
2
Berdasarkan penjelasan diatas, maka akan dilakukan uji daya hambat ekstrak
kulit.
B. Rumusan Masalah
aureus ?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
b. Bagi masyarakat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tanaman
1. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Pluchea
2. Nama Daerah
3. Morflogi Tumbuhan
mencapai 2 meter. Buah longkah agak berbentuk gangsing, kecil, keras, cokelat
4
(Melayu). Sedangkan di Sunda dikenal dengan nama baluntas, baruntas. Di
Jawa namanya luntas, di Madura dikenal dengan nama baluntas. Lain lagi di
liar di daerah kering pada tanah yang keras dan berbatu, atau ditanam sebagai
tanaman pagar. Tumbuhan ini memerlukan cukup cahaya matahari atau sedikti
naungan, banyak ditemukan di daerah pantai dekat laut sampai ketinggian 1.00
pendek, letak berseling, helaian daun telur sungsang, ujung bulat melancip, tepi
bergerigi, berkelenjar, panjang 2,5-9 cm, lebar 1-5,5 cm, warnanya hijau
terang, bila diremas harum. Bunga majemuk bentuk malai rata, keluar dari
kuningan sampai ungu. Buah longkah agak berbentuk gangsing, kecil, keras,
5
4. Kandungan Kimia
5. Kegunaan
Sampai saat ini penyakit yang dapat di sembuhkan oleh tanamann ini
adalah menghilangkan bau badan, bau mulut, kurang nafsu makan, gangguan
pencernaan pada anak, TBC kelenjar, nyeri pada rematik, nyeri tulang, sakit
B. Uraian Bakteri
1. Klasifikasi
Domain : Bacteria
Kerajaan : Eubacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : S. aureus
6
2. Pengertian dan Sejarah singkat Staphylococcus aureus
teratur seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan
tidak bergerak (Gambar 2.1). Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 C,
tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25 C). Koloni
bundar, halus, menonjol, dan berkilau. Lebih dari 90% isolat klinik
tipis yang berperan dalam virulensi bakteri (Jawetz et al., 1995 ; Novick et al.,
2000).
Bisul
kantung rambut kulit kkita. Bibit bersarang dan berbiak di dalamnya. Bisul
terjadi pada kulit yang kurang bersih dan sering megalami luka akibat di garuk.
Ada beberapa jenis bisul, akne, kista biasanya terjadi di kulit wajah remaja,
ini timbul lebih dari satu buah lokasinya di daerah ketiak atau pangkal paha,
difolikel rambut, kemudian di tambah dari iritasi tekanan akibat duduk terlalu
lama.
7
Bisul di tandai dengan pembengkakan setempat di bawah kulit setelah
beberapa har maka akan timbul semacam mata bisul yang di keilingi oleh
nanah. Di beberapa tempat dari bagian kulit, mata bisul dapat berjjumblah lebih
dari satu.
Tempat tersering terjadi bisul adalah daerah tubuh yang benyak terjadi
gesekan, misalnya ketiak dan bokong. Pertolongan pertama yang dapat yang
dapat di lakukan apabila terlihat akann terlihat bisul, adalah dengan segera
kompres denga air panas (hangat), yang dapat meningkatkan sirkulasi darah
ketempat tersebut.
tradisional baik yang di minum maupun obat luar. Atau dengan krim atau salep
antibiotik (harus dengan resep dokter). Tetapi apabila tidak membaik, untuk
untuk mengeluarkan nanah. Bisul yang padat, sakit dan tidak bermata jangan
di pijat karena tidak akan ada nanah yang di keluarkan. Apabila bisul banyak,
atau ada demam di badan, maka harus di tambah dengan obat minum antibotik.
8
C. Jenis-jenis Ekstraksi
secara panas dan dingin. Ekstraksi secara panas di lakukan dengan cara refluks,
destilasi uap air, sedangkan ekstraksi secara dingin di lakukan dengan cara
Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala industri. (Agoes, 2007).
Metode ini dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman dan pelarut yang
sesuai ke dalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar. Proses
senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses
dari metode maserasi ini adalah memakan banyak waktu, pelarut yang
Selain itu, beberapa senyawa mungkin saja sulit diekstraksi pada suhu kamar.
sebuah perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran pada bagian
dibiarkan menetes perlahan pada bagian bawah. Kelebihan dari metode ini
9
adalah sampel senantiasa dialiri oleh pelarut baru. Sedangkan kerugiannya
adalah jika sampel dalam perkolator tidak homogen maka pelarut akan sulit
menjangkau seluruh area. Selain itu, metode ini juga membutuhkan banyak
atas labu dan di bawah kondensor. Pelarut yang sesuai dimasukkan ke dalam
labu dan suhu penangas diatur di bawah suhu reflux. Keuntungan dari metode
ini adalah proses ektraksi yang kontinyu, sampel terekstraksi oleh pelarut
murni hasil kondensasi sehingga tidak membutuhkan banyak pelarut dan tidak
Destilasi uap memiliki proses yang sama dan biasanya digunakan untuk
yang tidak saling bercampur) ditampung dalam wadah yang terhubung dengan
10
kondensor. Kerugian dari kedua metode ini adalah senyawa yang bersifat
pada tekanan udara normal, pada pemanasan biasa kemudian akan terjadi
kerusakan zat aktifnya. Untu hal tersebut maka penyarian dilakukan dengan
bakteri lain. Kerap kali bakteri pathogen hidup bersama-sama dengan bakteri
spora. Oleg karena itu untuk mempelajari sifat-sifat dari bakteri termasuk sifat
sehingga terbentuk suatu kultur murni bakteri yaitu biakan terdiri atas suatu
spesies . Untuk tujuan ini di gunakan media yang telah di sterilkan, baik media
cair maupun media padat dan pengerjaan nya di lakukan secara aseptik.
1. Kultur Cair
menambahkan di dalam suatu media cair pada suhu dan waktu inkubasi
dalam media cair dapat di lihat dalam bentuk keselurhan, pertumbuhan pada
permukaan dan sedimen. Kultur cair dapat di simpan dengan cara di bekukan
atau di keringkan.
11
2. Biakan Agar Miring dan Agar Tegak
membiakkan mikroba, terutama yang bersifat aerob dan aerob fakulatif. Pada
biakan ini bentuk dan perubahan dan peembentuk warna mudah di amati.
Inokulasi bakteri agar miring dengan cara menggoreskan jarum ose secara zig-
zag. Sedangkan agar tegak dengan cara memasukkan loop pada bagian tengah
tabung.
inkubasi dengan suhu dan waktu tertentu masing-masing sel akan tumbuh dan
berkembang biak membentuk kumpulan sel atau koloni yang dapat terlihat
pada mata.
terhadap kemampuan anti mikroba dari bahan terapeutik seperti anti mikroba
dan desinfentansia.
antibiotik, namun cara ini dapat pula di pakai untuk bahan-bahan lainnya yang
12
Cara yang di gunakan untuk mengetahui daya hambat atau membunuh
1. Metode difusi
daerah hambatan yang terjadi. Metode ini dapat di lakukan dengan berbagai
cara, yaitu :
Untuk menentukan aktifitas agen anti mikroba. Piringan yang berisi anti
yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih mengindikasikan
b. E-test
media agar.
13
c. Distch-plate technique
Pada metode ini sampel uji berupa agen antimikroba yang diletakkan
pada parit yang dibuat dengan cara memotong media agar dalam cawan petri
pada bagian tengah secara membujur dan mikroba uji ( maksimum 6 macam
d. Cup-plate technique
metode ini serupa dengan mitode disc diffusion, dimana dibuat sumur
pada media agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada sumur
2. Metode dilusi
secara bertahap, baik dengan media cair maupun padat. Kemudian media di
inokulasikan bakteri uji dan diinkbasi. Tahap akhirr di larutkan anti mikroba
dengan kadar yang mematikan tu menghambat. Uji kepekaan cara di lusi agar,
memakan waktu dan penggunaan nya tertentu saja. Uji kepekaan cara di lusi
adalah memberi hasil kuantitatif yang menunjukkan jumblah anti mikroba yang
14
BAB III
METODE PENEITIAN
A. Jenis Penelitian
Ukur, Inkubator, Kain Flanel, Laminar Air Flow, Ose Bulat, Oven, Penangas
Timbangan analiti.
Air Suling, Alkohol, Daun Beluntas (Pluchea indica (L.) Less.), Kapas,
15
D. Prosedur Kerja
1. Sterilisasi Alat
Semua alat yang di gunakan dihruskan untuk melalui tahap sterilisasi yang
alat. Khuus alat-alat gelas disterilkan dalam oven dengan suhu 180o C selama
2 jam. Alat berupa ose dan pinset di sterilkan dengan cara pemijaran diatas api
spiritus sedangkan alat yang mempunyai skala disterilkan dalam autoklaf pada
2. Pembuatan Medium
Komposisi bahan :
a. Tripton 15.0 gr
c. NaCl 5 gr
d. agar 15 gr
e. aquades 1000 ml
cukupkan volumenya dengan air aquadest hingga 100 ml, Lalu media
tekanan 1,5 2 atm. Kemudian sebagian media dituang ke tabung reaksi (media
agar miring) dan dalam cawan petri (agar petri). Setelah mengeras, media
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 36oC, untuk agar petri diinkubasi secara
terbalik.
16
3. Pengambilan dan Pengolahan Bahan
a. Pengambilan Sampel
daerah GOWA.
b. Pengolahan Bahan
4. Pembuatan Infus
lalu dimasukkan ke dalam panci infus, selanjutnya ditambah air suling 100
air medidih melalui ampasnya sehingga di peroleh infus sebanyak 100 ml.
5. Pembuatan Perasan
6. Pembuatan Rebusan
17
direbus sampai mendidih diatas api langsungm, namun apinya kecil sampai
7. Peremajaan Bakteri
Kultur murni mikroba diambil satu ose dan diinokulasikan dengan cara
digoreskan pada agar miring dari medium Tryptone Soya Agar (TSA)
ini sebagai lapisan dasar (based layer). Setelah itu 10 ml medium TSA di
(seed layer) di dalam tabung reaksi steril dan dituang di atas based layer.
setengah padat dengan jarak yang lebih kurang sama dengan yang lainnya
selama 24 jam.
menggunakan mistar.
18
10. Pengolahan Data
19
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, Depertemen Kesehatan RI.
Jakarta.
20
Jawetz, E., J.L. Melnick., E.A. Adelberg., G.F. Brooks., J.S. Butel., dan L.N.
Ornston. 1995. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi ke-20 (Alih bahasa :
Nugroho & R.F.Maulany). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. hal.
211,213,215.
21
Lampiran I
SKEMA KERJA
Hasil peremajaan
Infus Rebusan Perasan disuspensikan
25% 25% 25% dengan NaCl 0,9
%
Suspensi Bakteri
UJi
4 3
1 2
Kontrol
Kesimpulan
22