Anda di halaman 1dari 17

Anatomi dan Fisiologi Sistem Indera Penglihatan Pada Manusia

Indra Fransis Liong


102013166
indrafransisliong@yahoo.com
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Kebon Jeruk Jakarta Barat 11510
Telp. (021) 56942061. Fax (021) 5631731

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, secara sadar atau tidak kita menggunakan
kelima panca indera kita. Terutama indera penglihatan yaitu mata. Mata merupakan salah
satu alat indera khusus yang dimiliki manusia, dan berguna untuk melihat. Dalam kehidupan
sehari-hari, mata sangat berguna untuk membantu mempermudah kita dalam mengerjakan
segala sesuatunya, bahkan untuk hal-hal sederhana seperti berjalan, atau makan dan minum.
Tanpa organ mata yang baik, kita juga akan mengalami kesulitan dalam beraktivitas.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memperdalam pengetahuan dan pengertian mengenai
organ mata, dari struktur dan bagian-bagiannya, hingga mengenai mekanisme kerjanya
sampai ke otak.

B. Tujuan
Memahami tentang anatomi struktur mata
Memahami tentang mekanisme penglihatan
Memahami tentang kelainan refraksi
Memahami tentang transduksi sinyal pada fotoreseptor
Memahami tentang jalur saraf penglihatan
C. Rumusan Masalah
Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun menderita rabun jauh

D. Hipotesis
Rabun jauh disebabkan kelainan pada lensa mata

PEMBAHASAN.

Skenario 3

Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun datang dibawa ibunya ke dokter, dengan keluhan
penglihatannya buram ketika melihat jauh dan harus memicingkan mata agar dapat melihat
dengan jelas. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan dan mendiagnosis anak tersebut
menderita rabun jauh dan memberikan resep kacamata pada anak tersebut.

Struktur Mata

Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata berupa selubung berserabut
putih dan relatif kuat

Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar
sklera.

Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris,
pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya. Memiliki diameter sekitar
12 mm dan jari-jari kelengkungan sekitar 8 mm.

Lapisan koroid : lapisan tipis di dalam sklera yang berisi pembuluh darah dan suatu
bahan pigmen, tidak menutupi kornea.

Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.


Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di
depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara
merubah ukuran pupil.

Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus;
berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.

Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata,
berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak. Retina terbagi menjadi
10 lapisan dan memiliki reseptor cahaya aktif yaitu sel batang dan sel kerucut pada
lapisan ke-9.

Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke
otak.

Gambar 1: Anatomi bola mata1

Bintik buta : cakram optik yang merupakan bagian fovea dekat hidung, merupakan
tempat percabangan serat saraf dan pembuluh darah ke retina, tidak mengandung sel
batang ataupun kerucut, terletak pada region sekitar 13 18.
Humor aqueous : cairan jernih dan encer yang mengalir di antara lensa dan kornea
(mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan
kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.

Humor vitreous : gel transparan / cairan kental yang terdiri dari bahan berbentuk serabut,
terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi segmen posterior mata).1

Mekanisme Penglihatan

Manusia dapat melihat benda karena adanya cahaya. Cahaya yang ditangkap mata
berturut-turut akan melalui kornea, aqueous humor, pupil, lensa, vitreus humor, dan retina. Lensa
mata berfungsi memfokuskan cahaya yang terpantul dari benda-benda yang terlihat sehingga
menjadi bayangan yang jelas pada retina. Cahaya ini akan merangsang fotoreseptor untuk
menyampaikan impuls ke saraf penglihat dan berlanjut sampai lobus oksipitalis pada otak besar.2

Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Pupil merupakan lubang bundar
anterior di bagian tengah iris yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata. Pupil
membesar bila intensitas cahaya kecil (bila berada di tempat gelap), dan apabila berada di tempat
terang atau intensitas cahayanya besar, maka pupil akan mengecil. Yang mengatur perubahan
pupil tersebut adalah iris. Iris merupakan cincin otot yang berpigmen dan tampak di dalam
aqueous humor, karena iris merupakan cincin otot yang berpigmen, maka iris juga berperan
dalam menentukan warna mata. Setelah melalui pupil dan iris, maka cahaya sampai ke lensa.
Lensa ini berada diantara aqueous humor dan vitreous humor, melekat ke otototot siliaris
melalui ligamentum suspensorium. Fungsi lensa selain menghasilkan kemampuan refraktif yang
bervariasi selama berakomodasi, juga berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke retina. Apabila
mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otototot siliaris akan berkontraksi, sehingga
lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Dan apabila mata memfokuskan objek yang jauh, maka
otototot siliaris akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah. Bila cahaya
sampai ke retina, maka selsel batang dan selsel kerucut yang merupakan selsel yang sensitif
terhadap cahaya akan meneruskan sinyalsinyal cahaya tersebut ke otak melalui saraf optik.
Bayangan atau cahaya yang tertangkap oleh retina adalah terbalik, nyata, lebih kecil, tetapi
persepsi pada otak terhadap benda tetap tegak, karena otak sudah dilatih menangkap bayangan
yang terbalik itu sebagai keadaan normal.2,3,4

Kelainan Pada Refraksi

1. Presbiopia

Lensa tersusun dari sekitar 1000 lapis sel yang menghancurkan nucleus dan organelnya
selama perkembangannya, sehingga sel-sel ini transparan. Adanya situasi ini menjadikan sel
ini kekurangan DNA dan organel pembentuk protein, sehingga sel lensa dewasa tidak dapat
melakukan regenerasi atau memperbaiki diri. Pada kejadian penuaan, sel sentral yang lebih
awal tidak dapat memperbarui diri , akan mati dan kaku. Lensa tidak dapat lagi menjadi
bentuk sferis yang dibutuhkan untuk akomodasi pada penglihatan jarak dekat. Hal yang
berkaitan dengan kemampuan akomodasi ini disebut presbiopia dan mempengaruhi sebagian
besar orang pada usia pertengahan (45-50).5

2. Miopia

Pada myopia, karena bola mata terlalu panjang atau lensa terlalu kuat, cahaya dekat dibawa
ke titik focus tanpa akomodasi (padahal dalam keadaan normal akomodasi dilakukan pada
penglihatan jarak dekat) dan sumber cahaya yang jauh difokuskan di depan retina dan
menjadi kabur. Sehingga, penderita myopia memiliki penglihatan dekat yang lebih baik
daripada penglihatan jauh, keadaan ini dapat dikoreksi dengan lensa konkaf.5

3. Hipermetropi
Sementara itu pada hipermetropi, bola mata terlalu pendek atau lenda terlalu lemah.
Objek yang jauh difokuskan di retina hanya dengan akomodasi dan objek dekat
difokuskan dibelakang retina meskipun dengan akomodasi, dan tetap kabur. Sehingga,
penderita hipermetropi memiliki penglihatan jauh yang lebih baik daripada penglihatan
dekat, keadaan ini dapat dikoreksi dengan lensa konveks.5

4. Astigmatisme

Astigmatisme terjadi akibat kelainan kelengkungan permukaan kornea. Astigmatisme juga


sering disebabkan oleh adanya selaput bening yang tidak teratur dan lengkung kornea yang
terlalu besar pada salah satu bidangnya. Permukaan lensa yang berbentuk bulat telur pada sisi
datangnya cahaya, merupakan contoh dari lensa astigmatis. Derajat kelengkungan bidang
yang melalui sumbu panjang telur tidak sama dengan kelengkungan pada bidang yang
melalui sumbu pendek. Karena lengkung lensa astigmatis pada suatu bidang lebih kecil
daripada lengkung pada bidang lain, cahaya yang mengenai bagian perifer lensa pada suatu
sisi tidak dibelokan sama kuatnya dengan cahaya yang mengenai bagian perifer pada bidang
yang lain.5

Selaini itu daya akomodasi mata tidak dapat mengkompensasi kelainan astigmatisma karena
pada akomodasi, lengkung lensa mata tidak berubah sama kuatnya disemua bidang. Dengan
kata lain, kedua bidang memerlukan koreksi derajat akomodasi yang berbeda, sehingga tidak
dapat dikoreksi pada saat bersamaan tanpa dibantu kacamata.

5. Afakia

Afakia adalah ketiadaan lensa, biasanya karena diambil (misal pada operasi katarak). Bisa
jugab erkaitan dengan suatu sindrom kongenital. Pada orang yang tadinya emtropik, maka
akan timbul hiperopia kira-kira 10D setelah operasi. Kekuatan lensa mata asli (lensa
kristalina) kira-kira 20D tetapi koreksinya dengan kacamata afakia besarnya hanya separuh
yaitu 10D.

Persarafan Mata

a. Nervus Opticus (II)


N. opticus, atau saraf penglihatan, panjangnya lebih kurang 1, 6 inci (4 cm). Saraf
ini meninggalkan rongga orbita dengan berjalan melalui canalis opticus bersama dengan
a. Opthalmica dan masuk ke dalam rongga otak. Di dalam orbita, saraf ini dibungkus oleh
ketiga lapisan meningen: duramater, arachnoideamater, dan piamater, yang mengikutinya
sampai ke spatium subarachnoideum. Kedua saraf dari kedua sisi kemudian bergabung
membentuk chiasma opticum. Di sini, serabut saraf yang berasal dari belahan medial
(nasal) retina menyilang garis tengah dan masuk ke tractus opticus sisi kontralateral;
sedangkan serabut saraf dari belahan lateral (temporal) retina berjalan ke posterior di
dalam tractus opticus sisi yang sama.7
Gambar 6. Letak Nervus Optikus pada Cerebrum6

Tractus opticus keluar dari sudut posteolateral chiasma opticus dan berjalan ke
belakang di sekitar sisi lateral mesencephalon untuk menuju corpus geniculum laterale,
tetapi pergi langsung ke nucleus pretectalis dan colliculus posterior. Dari corpus
geniculatum laterale, radiatio optica melengkung ke belakang menuju cortex visual
hemispherium cerebri.7

b. Nervus Oculomotorius (III)


N. oculomotorius adalah saraf motoris dan mempersarafi otot-otot ekstrinsik bola
mata berikut ini yang terdapat di dalam orbita: m. levator palpebrae superior, m. rectus
superioris, m. rectus superior, m. rectus medius, m. rectus inferior, dan m. obliquus
inferior. Saraf ini juga mempersarafi m. sphihcnter pupillae dan m. ciliaris bersama
dengan serabut parashimpatis. N. Oculomotorius keluar dari aspek anterior
mesencephalon, medial terhadap pedunculus cerebri. Saraf ini berjalan dekat dan di
antara a. Cerebri posterior dan a. Cerebelli superior. Kemudian berjalan ke depan di
dalam dinding lateral sinus cavernosus dan bercabang dua menjadi ramus superior dan
ramus inferior, yang akan menuju orbita melalui fissura orbitalis superior.7
c. Nervus Trochlearis (IV)
N. trochlearis adalah saraf motoris dan merupakan saraf otak yang paling halus.
Sarafini mengurus m. obliquus superior di dalam orbita. Saraf ini muncul dari permukaan
posterior mesencephalon, tepat di bawah colliculus inferior. Kemudian membelok ke
depan di sekeliling sisi lateral pedunculus cerebri. Saraf ini berjalan ke depan di dalam
dinding lateral sinus cavernosus, terletak sedikit di bawah n. Oculomotorius. N.
Trochlearis masuk ke orbita melalui fissura orbitalis superior.7

Gambar 7: Letak Saraf Kranial II-VI pada Cerebrum2

d. Nervus Trigeminus (V)


N. trigeminus mengandung serabut sensoris dan motoris dan merupakan saraf otak
yang terbesar. Saraf ini menyuplai serabut sensoris untuk kulit kepala, wajah, mulut, gigi-
geligi, rongga hidung, dan sinus parasanalis dan memberikan serabut sensoris ke otot-otot
pengunyah.7

N. trigeminus muncul dari permukaan anterior pons, sebagai radix sensoris besar dan
radix motoris kecil. Radix motoris terletak medial terhadap radix sensoris. Saraf ini
berjalan ke depan, keluar dari fossa cranii media, di bawah sinus petrosus superior, dan
membawa sebuah kantong yang berasal dari lapisan meningeal duramater. Sesampainya
di lekukan pada apeks pars petrosa ossis temporalis di fossa cranii media, radis sensoris
yang besar meluas membentuk ganglion trigeminus. Ganglion trigeminus berbentuk
bulan sabit dan terletak di dalam kantong duramater yang disebut cavum trigeminus.
Radix motoris n. Trigeminus terletak di bawah ganglion sensoris dan terpisah seluruhnya
dari ganglion ini. N. Ophthalmicus, n. Maxillaris, dan n. Mandibularis berasal dari
pinggir antrior ganglion.7

N. ophthalmicus (VI) murni sensoris dan merupakan divisi paling kecil dari n.
Trigeminus. Saraf ini berjalan ke depan di dalam dinding lateral sinus cavernosus di
bawah n. Oculomotorius dan n.trochlearis. saraf tersebut bercabang tiga, yaitu n.
Lacrimalis, n. Frontalis, dan n. Nasociliaris, yang masuk ke dalam rongga orbita melalui
fissura orbitalis superior.7

N. maxillaris (V2) murni sensoris. Saraf ini berjalan ke depan sepanjang bagian
bawah dinding lateral sinus cavernosus. Saraf tersebut meninggalkan tengkorak melalui
foramen rotundum menuju ke fossa ptertygopalatina.7

N. mandibularis (V3) adalah motoris dan sensoris, dan merupakan divisi terbesar
dari n. Trigeminus. Radix sensoris besar berasal dari pars lateral ganglion trigeminus
dang segera keluar melalui foramen ovale. Segera setelah keluar dari foramen, radix
motoris bercabang dengan radix sensoris.7

e. Nervus Abducens (VI)


N. Abducens adalah saraf motoris kecil dan mepersarafi m. rectus lateralis bola mata.
Saraf ini muncul dari permukaan anterior otak, di antara pinggir bawah pons dengan
medulla oblongata. Mula-mula saraf ini terletak di dalam fossa cranii posterior.
Kemudian ia membelok dengan tajam ke depan, melintasi pinggir superior pars petrosa
ossis temporalis. Setelah masuk sinus cavernosus, saraf ini berjalan ke depan bersama a.
Carotis interna. Masuk ke rongga orbita melalui fissura orbitalis superior.7

Proses Pembiasan Cahaya

Pembiasan cahaya berarti pembelokan arah rambat cahaya saat melewati bidang batas
dua medium bening yang berbeda indeks biasnya.

Misalkan cahaya merambat dari medium 1 dengan kecepatan v1 dan sudut datang i menuju ke
medium 2. Saat di medium 2 kecepatan cahaya berubah menjadi v2 dan cahaya dibiaskan dengan
sudut bias r seperti diperlihatkan pada Gambar di bawah :

Pada contoh di atas terlihat sinar datang (i) > sinar bias (r) atau dengan kata lain sinar bias
mendekati garis normal, terjadi ketika sinar menembus batas bidang dari medium yang renggang
ke medium yang lebih rapat. bila sinar berasal dari sebaliknya yakni dari medium rapat ke
medium yang lebih rengang maka sinar menjauhi garis normal (i < r).8
Pembelokan ini dapat terjadi apabila cahaya datang dengan arah miring, bukan tegak lurus. Jika
tegak lurus, cahaya hanya akan melambat dan mengalami pemendekan panjang gelombang.
selain mengalami pembelokan, cahaya mengalami penurunan kecepatan sesuai dengan indeks
bias dari medium tersebut dengan kecepatan pada medium udara. Pada udara, kecepatan cahaya
adalah 300.000 km/detik.

Derajat pembiasan ditentukan oleh rasio indeks bias kedua medium transparan yang dilalui serta
derajat kemiringan bidang peralihan dan permukaan gelombang yang datang.

Lensa konveks bersifat memfokuskan berkas cahaya. Cahaya yang dari tepi akan dibelokan
kearah tengah, dikenal sebagai konvergensi cahaya. Jika lensa memiliki memiliki kelengkungan
sempurna, cahaya yang sejajar akan dibelokan menuju satu titik yang disebut titik fokus.
Sementara itu, lensa konkaf bersifat menyebarkan berkas cahaya (divergensi cahaya).

Cahaya yang datang dari jarak 20kaki atau lebih dapat dianggap sebagai cahaya paralel saat
mencapai mata. Sementara itu, cahaya yang datang dari jarak dekat, masih divergen saat tiba di
mata. Dengan begitu, titik fokus yang terbentuk akan lebih jauh. Disisi lain, jarak antara retina
dan lensa tetap sama sehingga cahaya semestinya jatuh dibelakang retina. Bayangan yang tidak
jatuh pada retina, baik depan maupun dibelakang retina, tidak akan jelas (blur). Namun, lensa
memiliki mekanisme yang memungkinkan cahaya jatuh pada retina dengan memperkuat
kekuatan refraksinya, yaitu dengan akomodasi.

Akomodasi merupakan proses penyesuaian otomatis pada lensa untuk memfokuskan objek
secara jelas pada jarak yang beragam. sistem lensa mata yang terdiri atas empat perbatasan
refraksi yaitu perbatasan antara permukaan anterior kornea dan udara, perbatasan permukaan
posterior kornea dan aqueous humor, perbatasan aqueous humor dan permukaan anterior lensa,
dan perbatasan permukaan posterior lensa dan vitreous humor.
Proses Pembiasan Pada Lensa

Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua permukaan dan minimal salah satu
permukaannya itu merupakan bidang lengkung. Lensa tidak harus terbuat dari kaca yang penting
ia merupakan benda bening (tembus cahaya) sehingga memungkinkan terjadinya pembiasan
cahaya. Oleh karena lensa tipis merupakan bidang lengkung.9 Ada dua macam kelompok lensa :

Lensa Cembung (lensa positif/lensa konvergen)

Yaitu lensa yang mengumpulkan sinar.


Lensa cembung bersifat mengumpulkan sinar di satu bidang focus.9

Lensa cembung dibagi lagi menjadi tiga:


1. lensa cembung dua (bikonveks)
2. lensa cembung datar (plan konveks)
3. lensa cembung cekung (konkaf konveks
Gambar macam-macam lensa cembung
Lensa Cekung (lensa negatif/lensa devergen)

Yaitu lensa yang menyebarkan sinar .


Lensa cekung bersifat menyebarkan sinar dari arah bidang focus.9

Lensa cekung dibagi lagi menjadi tiga:


1. lensa cekung dua (bikonkaf)
2. lensa cekung datar (plan konkaf)
3. lensa cekung cekung (koveks konkaf)

Gambar macam-macam lensa cekung


Untuk memudahkan pembuatan diagram lensa digambar dengan garis lurus dan tanda di atasnya,
untuk lensa cembung di tulis (+) dan lensa cekung ().9

Berkas Sinar Istimewa pada Lensa Tipis

Seperti pada cermin lengkung, pada lensa dikenal pula berkas-berkas sinar istimewa.9
a. Berkas sinar-sinar istimewa pada lensa cembung.
Ada tiga macam sinar istimewa pada lensa cembung.

Sinar-sinar istimewa pada lensa cembung


(1). Sinar datang sejajar sumbu utama lensa, dibiaskan melalui titik fokus.
(2). Sinar datang melalui titik fokus lensa, dibiaskan sejajar sumbu utama.
(3). Sinar datang melalui titik pusat lensa tidak dibiaskan melainkan diteruskan.
b. Berkas sinar-sinar istimewa pada lensa cekung.
Ada tiga macam sinar istimewa pada lensa cekung.
Sinar sinar istimewa pada lensa cekung
(1). Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari titik fokus.
(2). Sinar datang seolah-olah menuju titik fokus lensa dibiaskan sejajar sumbu utama.
(3). Sinar datang melalui titik pusat lensa tidak dibiaskan melainkan diteruskan.

Transduksi Sinyal Pada Fotoreseptor

Transduksi sinyal cahaya terjadi pada fotoreseptor khusus yang di sebut sel batang dan sel
kerucut, yang mengandung retinal penyerap cahayan yang terikat dengan protein membrane
spesifik, yang secara kolektif disebut opsin. Ketika sel batang dan sel kerucut menyerap cahaya,
jalur transduksi sinyal menghiperpolarisasikan membrannya, dan kedua jenis sel membebaskan
sedikit neurotransmitter.

KESIMPULAN

Dari skenario, anak tersebut mengeluh bahwa penglihatannya buram jika melihat jarak jauh.
Hal ini ditandai dengan pemfokusan mata yang kuat jika melihat jarak jauh agar dapat melihat
dengan jelas. Miopia disebabkan karena bentuk bola mata yang terlalu panjang, menyebabkan
cahaya (dan data gambar yang dibawa dalam cahaya tersebut) jatuh di depan retina. Miopia
dapat dikoreksi dengan menggunakan lensa cekung seperti pada kacamata atau lensa kontak.
Alat bantu penglihatan ini membantu mata memfokuskan sinar yang masuk ke mata.
Daftar Isi

1. http://azzahramedikasbg.wordpress.com/2012/06/11/struktur-anatomi-mata/
2. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed 11. Jakarta: EGC; 2008.h.644-5
3. Gunawijaya Fajar Arifin. Kumpulan foto mikroskopik histologi. Edisi ke-2. Jakarta:
Penerbit Universitas Trisakti; 2007.h.200-4.
4. James B, Chew C, Bron A. Ophthalmology. 10th edition. UK: Blackwell Publishing;
2007.
5. Sherwood L. Human physiology : from cells to systems. 6th ed. Belmont: Thomson
Brook/Cole. 2007. P 192-206.
6. Sloane E, Widyastuti P, editor. Anatomi dan fisisologi untuk pemula. Jakarta: EGC,
2003.h.184-9.
7. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Ed 6. Jakarta: EGC; 2006.h.778-
80
8. http://mediabelajaronline.blogspot.com/2010/03/pembiasan-cahaya.html
9. http://www.onfisika.com/2013/01/pembiasan-cahaya-pada-lensa-tipis.html

Anda mungkin juga menyukai