Anda di halaman 1dari 4

1

BAB. I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai mahluk sosial manusia harus hidup berkelompok, dimana seseorang


itu tidak bisa lepas dari kehidupan berkelompok saling membutuhkan dan saling
membantu. Tanpa kita sadari selama hidup berkelompok saling membantu dan
saling membutuhkan tersebut memunculkan aspek kepentingan politik, ekonomi
dan sosial budaya.

Indonesia merupakan Negara Hukum (rechstaat) dan bukan merupakan


Negara berdasarkan kekuasaan (machtstaat), Seperti yang terdapat dalam
Undang-Undang Dasar 1945 yang menentukan secara tegas bahwa Negara
Republik Indonesia adalah Negara Hukum, prinsip Negara Hukum menjamin
kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan
keadilan yang berarti bahwa Negara termasuk di dalamnya setiap Individu,
masyarakat, pemerintah dan lembaga Negara yang lain dalam melaksanakan hak
dan kewajibannya harus dilandasi oleh Hukum.

Perjanjian memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan


manusia. Perjanjian merupakan suatu sarana manusia untuk menampung segala
aktivitas gerak dan bisnis di antara mereka dengan bentuk yang lebih menjamin
akan hak-hak dan kewajiban diantara mereka. Jaminan akan hak dan kewajiban
diwujudkan dalam suatu perjanjian dengan bentuk tertulis, memberikan ketegasan
dan kejelasan maksud masing-masing para pihak dan memberikan kepastian
bahwa para pihak yang membuat perjanjian itu memang harus tunduk untuk
melaksanakannya dengan itikad baik dan konsekuen. Perjanjian dalam hal ini
adalah suatu perjanjian yang memiliki akibat hukum, jika dilanggar akan
menimbulkan konsekuensi tertentu.
2

Menurut Pasal 1313 KUHPerdata, perjanjian atau kontrak adalah suatu


perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang atau lebih". Tetapi dalam pratiknya, bukan hanya orang perorang yang
membuat kontrak, termasuk juga badan hukum yang merupakan subjek hukum.
Dengan demikian, definisi itu, perlu dilengkapi dan disempurnakan. Menurut
Salim H.S.,SH., MS bahwa kontrak atau perjanjian merupakan :1

"Hubungan hukum antara subjek hukum yang satu dengan subjek hukum
yang lain dalam bidang harta kekayaan, di mana subjek hukum yang satu
berhak atas prestasi dan begitu juga subjek hukum yang lain
berkewajiban untuk melaksanakan prestasinya sesuai dengan yang telah
disepakatinya.
Hukum perjanjian di Indonesia masih menggunakan peraturan peninggalan
Pemerintah Kolonial Belanda yang terdapat dalam Buku III KUHPerdata yang
menganut sistem terbuka (open system), yaitu setiap orang diperkenankan untuk
membuat perjanjian dengan siapapun, dalam bentuk apapun baik yang telah
dikenal dalam KUHPerdata maupun diluar KUHPerdata. Sistem terbuka ini
berkaitan erat dengan asas kebebasan berkontrak, artinya suatu asas yang
memberikan kebebasan kepada para pihak untuk membuat atau tidak membuat
perjanjian, mengadakan perjanjian dengan siapapun, menentukan isi perjanjian,
menentukan bentuknya perjanjian apakah tertulis atau lisan.2 Praktik penyusunan
perjanjian timbal balik yang dilakukan para pihak yaitu para pihak yang terlibat
dalam suatu perjanjian, dalam perkembangannya mengabaikan atau
mengesampingkan pencantuman syarat batal dalam perjanjian yang dibuat,
padahal suatu perjanjian dapat batal demi hukum dan dapat dibatalkan.

Perjanjian pada umumnya ada yang tertulis dan ada yang tidak tertulis,
perjanjian yang tertulis berupa kontrak yang dibuat oleh para pihak yang
bersangkutan serta memiliki kekuatan hukum tetap, kalau perjanjian tidak tertulis

1
Salim, Hukum Kontrak, Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, 2003,
hal.27.
2
Ibid, hal.9.
3

perjanjian tersebut hanya berupa lisan, dan tidak memiliki kekuatan hukum yang
kuat, dimana perjanjian tertulis ataupun perjanjian tidak tertulis tetap berpatokan
dengan Pasal 1320 KUHPerdata mengenai syarat sahnya perjanjian. Dimana suatu
kontrak atau perjanjian harus memenuhi syarat sahnya perjanjian, yaitu kata
sepakat, kecakapan, hal tertentu, dan suatu sebab yang halal, sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Dengan dipenuhinya 4 syarat sahnya
perjanjian tersebut, maka suatu perjanjian menjadi sah dan mengikat secara
hukum bagi para pihak.3 Perjanjian secara lisan dewasa ini masih sering terjadi
termasuk dalam kegiatan jual beli barang, tidak terkecuali dalam jual beli batu
akik.

Fenomena booming batu akik sedang melanda masyarakat Indonesia dalam


dua tahun terakhir. Beberapa jenis batu akik yang populer di Indonesia itu mulai
dari batu bacan, safir, zamrud, ruby, giok, kecubung, dan banyak lagi.

Siapa sangka asal mula demam batu akik diawali oleh Presiden RI ke-6 Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY). Karena SBY lah batu akik menjadi booming.
Ternyata, pemicunya adalah cendera mata batu bacan dari Susilo Bambang
Yudhoyono kepada Presiden AS Barack Obama. Setelah pertemuan itu, harga
akik langsung melambung. Sentra penjualan bertebaran di mana-mana, dari pusat
belanja mewah hingga lapak pinggir jalan. Penggemar akik datang dari pelbagai
kalangan, dari remaja, orang tua, pejabat, hingga kolektor mancanegara. Dewasa
ini demam bantu akik di Indonesia masih terjadi. Ini tak hanya terjadi di kota-kota
besar, termasuk di semua lapisan masyarakat di Indonesia. Batu akik mendadak
jadi tren baru.4 Pulau Lombok ternyata memiliki potensi batu akik hingga
mencapai sekitar 1.600 jenis. Dari sekitar 1.600 jenis itu, beberapa jenis batu akik
memang mampu menjadi unggulan Pulau Lombok, dan kini bayak dipesan dari

3
Suharko, Hukum Perjanjian, Kencana, Jakarta, 2004, hal. 1.
4
Solo Pos, Demam Batu Akik Begini Asal Mula Akik Jadi Terkenal di Indonesia,
http://www.solopos.com, 14 Juni 2015.
4

beberapada daerah, bahkan menjadi cindera mata.5 Booming-nya batu akik juga
terjadi di Kota Mataram dalam dua tahun belakangkangan dimana hal ini juga
diikuti dengan menjamurnya sentra penjualan batu akik, salah satunya berada di
daearah Jl. Sriwijaya Kota Mataram. Pada setiap harinya, perputaran uang di
sentra penjualan batu akik ini mencapai jutaan rupiah. Sehingga tidak menutup
kemungkinan akan terjadinya berbagai sengketa bisnis dalam penjualan batu akik,
yang salah satunya terjadi pada hari Kamis tanggal 10 November 2016 antara
Saudara Satriawan sebagai penjual dan Bapak Karam sebagai pembeli.

Berdasarkan uraian diatas penyusun ingin menganalisis mengenai suatu


perbuatan, jika salah satu pihak wanprestasi atau ingkarjanji dan yang
menyebabkan pihak tersebut wanprestasi dan bagaimana cara penyelesaian jika
dilakukan sebelum litigasi atau penyelesaian tersebut menggunakan jalan non
litigasi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah
pada penulisan makalah ini adalah:

1. Apa penyebab terjadinya sengketa bisnis tersebut?


2. Bagaimanakah cara penyelesaian sengketa bisnis tersebut jika diselesaikan
diluar persidangan?

5
Yudha Manggala P Putra, Ada 1.600 Jenis Batu Akik di Lombok, http://nasional.
republika.co.id, 30 Mei 2015.

Anda mungkin juga menyukai