Anda di halaman 1dari 7

NAMA : NOVIKA AYUNI RAMBE

NIM : 1502101010040

KELAS : 01

INFLAMASI PURULENTA (EKSUDAT PURULENTA)

ETIOLOGI

Inflamasi merupakan respons protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau
kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung
(sekuestrasi) baik agen pencedera maupun jaringan yang cedera itu (Dorland, 2002).
Inflamasi merupakan respon terhadap cedera. Arti khususnya, inflamasi adalah reaksi
vascular yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut dan sel-sel dari
sirklasi darah ke jaringan interstitial pada daerah cedera atau nekrosis. Inflamasi sebenarnya
adalah gejala yang menguntungkan dan pertahanan, hasilnya adalah netralisasi dan
pembuangan agen-agen penyerang, penghancur jaringan nekrosis, dan pembentukan keadaan
yang dibutuhkan untuk perbaikan dan pemulihan.
Inflamasi atau inflamasi adalah satu dari respon utama sistem kekebalan terhadap
infeksi dan iritasi. Inflamasi distimulasi oleh faktor kimia (histamin, bradikinin, serotonin,
leukotrien, dan prostaglandin) yang dilepaskan oleh sel yang berperan sebagai mediator
inflamasi di dalam sistem kekebalan untuk melindungi jaringan sekitar dari penyebaran
infeksi.
Radang mempunyai tiga peran penting dalam perlawanan terhadap infeksi :

Memungkinkan penambahan molekul dan sel efektor ke lokasi infeksi untuk


meningkatkan performa makrofaga
Menyediakan rintangan untuk mencegah penyebaran infeksi
Mencetuskan proses perbaikan untuk jaringan yang rusak.
Respon peradangan dapat dikenali dari rasa sakit, kulit lebam, demam dll, yang
disebabkan karena terjadi perubahan pada pembuluh darah di area infeksi :

Pembesaran diameter pembuluh darah, disertai peningkatan aliran darah di daerah


infeksi. Hal ini dapat menyebabkan kulit tampak lebam kemerahan dan penurunan
tekanan darah terutama pada pembuluh kecil.
Aktivasi molekul adhesi untuk merekatkan endotelia dengan pembuluh darah.
Kombinasi dari turunnya tekanan darah dan aktivasi molekul adhesi, akan
memungkinkan sel darah putih bermigrasi ke endotelium dan masuk ke dalam
jaringan. Proses ini dikenal sebagai ekstravasasi.
Bagian tubuh yang mengalami peradangan memiliki tanda-tanda sebagai berikut :
Tumor atau membengkak
Calor atau menghangat
Dolor atau nyeri
Rubor atau memerah
Runctio laesa atau daya pergerakan menurun dan kemungkinan disfungsi organ atau
jaringan

PATOLOGI ANATOMI

Tanda-tanda inflamasi mencakup rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (rasa sakit),
dan tumor (pembengkakan). Tanda pokok yang kelima ditambahkan pada abad terakhir yaitu
functio laesa (perubahan fungsi) (Abrams, 1995; Rukmono, 1973; Mitchell & Cotran, 2003).

1. Rubor atau kemerahan


Merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami inflamasi. Saat reaksi
inflamasi timbul, terjadi pelebaran arteriola yang mensuplai darah ke daerah inflamasi.
Sehingga lebih banyak darah mengalir ke mikrosirkulasi lokal dan kapiler meregang dengan
cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini disebut hiperemia atau kongesti, menyebabkan
warna merah lokal karena inflamasi akut (Abrams, 1995; Rukmono, 1973).

2. Kalor atau rasa panas


Terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi inflamasi akut. Kalor disebabkan
pula oleh sirkulasi darah yang meningkat. Sebab darah yang memiliki suhu 37oC disalurkan
ke permukaan tubuh yang mengalami inflamasi lebih banyak daripada ke daerah normal
(Abrams, 1995; Rukmono, 1973).
3. Rasa Sakit (Dolor)
Rasa sakit terjadi karena adanya ransangan saraf. Rangsangan saraf sendiri sapat
terjadi akibat perubahan pH lokal, perubahan konsentrasi ion-ion tertentu, atau pengeluaran
zat-zat kimia bioaktif lainnya. Selain itu, pembengkakan jaringan yang mengakibatkan
peningkatan tekanan lokal juga dapat menimbulkan rasa sakit.

4. Pembengkakan (Tumor)
Pembengkakan ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke
jaringan-jaringan interstitial. Campuran cairan dan sel yang tertimbun didaerah inflamasi
disebut dengan eksudat.

5. Fungsio Lasea
Perubahan fungsi atau fungsio lasea adalah reaksi reaksi inflamasi yang telah dikenal.
Sepintas mudah dimengerti, mengapa bagian yang bengkak, nyeri yang disertai sirkulasi
abnormal dari lingkungan kimiawi yang abnormal, berfungsi abnormal. Namun sebetulnya
tidak diketahui secara mendalam dengan cara apa fungsi jaringan meinflamasi terganggu.

HISTOPATOLOGI
Sel-sel PMN

Sel-sel PMN yg bermagrasi

dan emigrasi

Macam-macam Radang:

1. Radang Eksudatif
Pada radang eksudatif, sebagian besar didominasi oleh eksudat radang, jaringan mati
hanya sedikit. Ada dua macam eksudat radang yaitu eksudat selular dan eksudat humoral.
Berdasarkan eksudat selularnya, radang dibagi menjadi radang akut, radang subakut, dan
radang kronis. Pada radang akut, sel yang terutama dijumpai adalah PMN (Sel
Polimorfonuklear) neutrofil, sedangkan limfosit dan monosit sedikit. Pada radang subakut
yang banyak adalah sel PMN eosinofil, sedangkan jumlah limfosit dan monosit bertambah
banyak. Pada radang kronis, yang paling banyak dijumpai adalah sel limfosit dan monosit.
Kadang dijumpai sel plasma dan sel PMN sedikit.

2. Radang Degeneratif
Sebagian besar gambaran mikroskopisnya terdiri atas jaringan nekrosis dengan sedikit
sel radang misalnya pada difteri, yang mengandung kuman pada tonsil tetapi mengeluarkan
eksotoksin yang dapat menyebabkan radang pada jantung. Jika sampai menimbulkan
kematian, dalam jaringan otot jantung akan ditemukan jaringan nekrosis di beberapa bagian.
3. Radang Proliferatif
Secara mikroskopis, selain dijumpai eksudat, radang juga terdiri atas jaringan yang
dapat berproliferatifa. Jadi, di sini akan terlihat pertumbuhan jaringan sehingga akan
membentuk tonjolan. Karena ada eksudat radang dan proliferasi jaringan, gambaranya hampir
sama dengan jaringan granulasi. Jaringan granulasi yang berlebihan akan membentuk suatu
tonjolan yang disebut granuloma yaitu suatu masa seperti tumor yang tersir atas jaringan
granulasi. Karena ada pertumbuhan jaringan granulasi, disebut radang granulomatosa.
Radang ini memberikan gambaran yang spesifik dan dapat dijumpai pada tuberkulosis, sifilis,
lepra, sarkoidosis, limfogranuloma inguinal, brucellosis, dan aktinomikosis.

Berdasarkan Eksudat Humoralnya


1. Radang Katarhalis
Eksudat merupakan eksudat jernih berupa lender, dijumpai pada alat tubuh yang
memproduksi lender, seperti nasofaring, paru, traktus intestinalis, dan rahim, misalnya pada
pilek dan kolera.
2. Radang Fibrinosa
Eksudat sebagian besar terdiri atas fibrin, biasanya sel radang hanya sedikit. Akan
tetapi ada juga penyakit dengan gambaran mikroskopis eksudat terdiri fibrin tetapi banyak
mengandung PMN, misalnya pneumonia lobaris. Pada penyakit ini, pleuranya sering ikut
meradang. Keadaan demikian dinamakan pleuritis sika (kuning).
3. Radang Serosa
Eksudatnya Nampak serosa dan jernih. Fibrinnya sedikit sekali, tetap cair dan sering
cairan itu harus disedot. Dapat dijumpai misalnya pada tuberculosis yang akan menyebabkan
pleuritis eksudatnya.
4. Radang Purulenta
Eksudat sebagian besar terdiri atas nanah, dijumpai pada bisul dan bronkopneumonia
atau pneumonia lobularis. Pada pneumonia lobularis, walaupun ada PMN neutrofil yang
hidup dan mati, juga ada kuman, tetapi ridak menimbulkan nanah atau radang purulenta,
karena tidak ada jaringan mati atau nekrosis.
Sebaliknya, pada pneumonia lobularis salain ada PMN dan fibrin, juga ada jaringan
nekrotik sehingga ada nanah. Akibatnya, penyembuhan pada pneumonia lobularis dapat
terjadi dengan sempurna tanpa cacat, meskipun selalu ada jaringan parut.
5. Radang Haemorrhagik
Pada radang ini eksudatnya berwarna merah karena banyak mengandung eritrosit,
biasanya banyak terjadi kerusakan jaringan sehingga akan dibentuk kapiler dan saluran limfe
baru. Namun jika radang sudah mereda atau sembuh, kapiler akan menyempit dan
menghilang kembali.
6. Radang Pseudomembranosa
Radang ini tampak karakteristik dengan adanya pembentukan membrane palsu yang
terbentuk dari bekuan fibrin, epitel nekrotik, dan sel leukosit mati. Radang ini hanya dijumpai
pada permukaan mukosa, misalnya faring, laring, trakea, bronkus dan traktus intestinalis,
akibat adanya suatu gen atau iritan yang kuat misalnya kuman difteri. Pada radang ini akan
akan terjadi nekrosis dan kemudian membeku sehingga permukaan jaringan radang akan
dilapisi oleh lapisan yang nekrosis berwarna putih keabu-abuan. Selaput ini disebut
pseudomembran.

Adapun kejadiannya sebagai berikut: pada setiap luka pada jaringan akan timbul
reaksi inflamasi atau reaksi vaskuler.Mula-mula terjadi dilatasi lokal dari arteriole dan kapiler
sehingga plasma akan merembes keluar. Selanjutnya cairan edema akan terkumpul di daerah
sekitar luka, kemudian fibrin akan membentuk semacam jala, struktur ini akan menutupi
saluran limfe sehingga penyebaran mikroorganisme dapat dibatasi.Dalam proses inflamasi
juga terjadi phagositosis, mula-mula phagosit membungkus mikroorganisme, kemudian
dimulailah digesti dalam sel. Hal ini akan mengakibatkan perubahan pH menjadi asam.
Selanjutnya akan keluar protease selluler yang akan menyebabkan lysis leukosit.Setelah itu
makrofag mononuclear besar akan tiba di lokasi infeksi untuk membungkus sisa-sisa
leukosit.Dan akhirnya terjadilah pencairan (resolusi) hasil proses inflamasi lokal.
Cairan kaya protein dan sel darah putih yang tertimbun dalam ruang ekstravaskular sebagai
akibat reaksi radang disebut eksudat.

Eksudat purulenta

Eksudat purulen ialah eksudat yang terjadi daripada nanah. Nanah ini terjadi pada
radang akut yang mengandung banyak sel polinukleus yang kemudian musnah dan mencair
karena lisis. Sisa jaringan nekrotik yang mengalami lisis bersama dengan sel polinukleus
yang musnah dan limfe radang menjadi cairan yang disebut nanah. Eksudat hemoragik ialah
eksudat radang yang berwarna kemerahmerahan karena mengandung banyak eritrosit.
Daftar Pustaka

Muttaqin, Arif. Tanpa tahun. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Salemba : Yogyakarta
Robbine dan Kumar. 1992. Buku Ajar Patologi; Alih Bahasa, Staf Pengajar Laboratorium
Patologi Anatomik FK-UNAIR Surabaya, Ed. 4. EGC : Jakarta.

Sudiono,Janti., Kurniadhi Budi., Djimantoro Bing. 2001. Penuntun Praktikum Patologi


Anatomi. EGC : Jakarta
Veteriner, D.Patologi. 2015. Buku Penuntun Praktikum Patologi Umum. Universitas
Airlangga : Surabaya

Anda mungkin juga menyukai