Anda di halaman 1dari 10

Perjalanan penyakit SLE sangat bervariasi.

Penyakit dapat timbul mendadak


disertai dengan tanda-tanda terkenanya berbagai sistem dalam tubuh. Dapat juga
menahun dengan gejala pada satu sistem yang lambat laun diikuti oleh gejala yang
terkenanya sistem imun. Pada tipe menahun terdapt remisi dan eksaserbsi. Remisinya
mungkin berlangsung bertahun-tahun.
Onset penyakit dapat spontan atau didahului oleh faktor presipitasi seperti
kontak dengan sinar matahari, infeksi virus/bakteri, obat. Setiap serangan biasanya
disertai gejala umum yang jelas seperti demam, nafsu makan berkurang, kelemahan,
berat badan menurun, dan iritabilitasi. Yang paling menonjol ialah demam, kadang-
kadang disertai menggigil.
Gejala Muskuloskeletal
Gejala yang paling sering pada SLE adalah gejala muskuloskeletal, berupa artritis
(93%). Yang paling sering terkena ialah sendi interfalangeal proksimal didikuti oleh lutut,
pergelangan tangan, metakarpofalangeal, siku dan pergelangan kaki. Selain pembekakan dan
nyeri mungkin juga terdapat efusi sendi. Artritis biasanya simetris, tanpa menyebabkan
deformitas, kontraktur atau ankilosis. Adakala terdapat nodul reumatoid. Nekrosis vaskular
dapat terjadi pada berbagai tempat, dan ditemukan pada pasien yang mendapatkan pengobatan
dengan streroid dosis tinggi. Tempat yang paling sering terkena ialah kaput femoris.
Gejala Mukokutan
Kelainan kulit, rambut atau selaput lendir ditemukan pada 85% kasus SLE. Lesi kulit
yang paling sering ditemukan pada SLE ialah lasi kulit akut, subakut, diskoid, dan livido
retikularis.
Ruam kulit berbentuk kupu-kupu berupa eritema yang agak edamatus pada hidung dan
kedua pipi. Dengan pengobatan yang tepat, kelainan ini dapat sembuh tanpa bekas luka. Pada
bagian tubuh yang terkena sinar matahari dapat timbul ruam kulit yang terjadi karena
hipersensitivitas. Lesi ini termasuk lesi kulit akut.Lesi kulit subakut yang khas berbentuk
anular.
Lesi diskoid berkembang melalui 3 tahap yaitu eritema, hiperkeratosis dan atrofi.
Biasanya tampak sebagai bercak eritematosa yang meninggi, tertutup oleh sisik keratin disertai
adanya penyumbatan folikel. Kalau sudah berlangsung lama akan berbentuk silikatriks.
Vaskulitis kulit dapat menyebabkan ulserasi dari yang berbentuk kecil sampai yang besar.
Sering juga tampak perdarahan dan eritema periungual.Livido retikularis suatu bentuk
vaskulitis ringan, sangat sering ditemui pada SLE.
Ginjal
Kelainan ginjal ditemukan pada 68% kasus SLE. Manifestasi paling sering ialah
proteinuria atau hematuria. Hipertensi, sindrom nefrotik kegagalan ginjal jarang terjadi, hanya
terdapat pada 25% kasus SLE yang urinnya menunjukkan kelainan.
Ada 2 macam kelainan patologis pada ginjal, yaitu nefritis lupus difus dan nefritis lupus
membranosa. Nefritis lupus merupakan kelainan yang paling berat. Klinis biasanya tampak
sebagai sindrom nefrotik, hipertensi serta gangguan fungsi ginjal sedang sampai berat. Nefritis
lupus membranosa lebih jarang ditemukan. Ditandai dengan sindrom nefrotik, gangguan fungsi
ginjal ringan serta perjalanan penyakit yang mungkin berlangsung cepat atau lambat tapi
progresif.
Kelainan ginjal yang lain yang mungkin ditemukan pada SLE ialah pielonefritis kronik,
tuberkulosis ginjal. Gagal ginjal merupakan salah satu penyebab kematian SLE kronik.
Susunan Saraf Pusat
Gangguan susunan saraf pusat terdiri atas 2 kelainan utama yaitu psikosis organik dan
kejang-kejang. Penyakit otak organik biasanya ditemukan bersamaan dengan gejala aktif SLE
pada sistem lain-lainnya. Pasien menunjukkan gejala halusinasi disamping gejala khas organik
otak seperti sukar menghitung dan tidak snggup mengingat kembali gambar-gambar yang
pernah dilihat.
Psikosis steroid juga termasuk sindrom otak organik yang secara klinis tak dapat
dibedakan dengan psikosis lupus. Perbedaan antara keduanya baru dapat diketahui dengan
menurunkan atau menaikkan dosis steroid yang dipakai. Psikosis lupus membaik jika dosis
steroid dinaikkan dan sebaliknya.
Kejang-kejang yang timbul biasanya termasuk tipe grandmal. Kelainan lain yang
mungkin ditemukan ialah afasia, hemiplegia.
Mata
Kelainan mata dapat berupa konjungtivitas, perdarahan subkonjungtival dan adanya
badan sitoid di retina
Jantung
Peradangan berbagai bagian jantung bisa terjadi, seperti perikarditis, endokarditis
maupun miokarditis. Nyeri dada dan aritmia bisa terjadi sebagai akibat keadaan tersebut.
Paru-paru
Pada lupus bisa terjadi pleuritis (peradangan selaput paru) dan efusi pluera
(penimbunan cairan antara paru dan pembungkusnya). Akibat dari kejadian tersebut sering
timbul nyeri dada dan sesak napas.
Saluran Pencernaan
Nyeri abdomen terdapat pada 25% kasus SLE, mungkin disertai mual dan diare.
Gejalanya menghilang dengan cepat jika gangguan sistemiknya mendapat pengobatan adekuat.
Nyeri yang timbul mungkin disebabkan oleh peritonitis steril atau arteritis pembuluh darah
kecil mesenterium dan usus yang mengakibatkan ulserasi usus. Arteritis dapat juga
menimbulkan pankreatitis.
Hemik-Limfatik
Kelenjar getah bening yang sering terkena adalah aksila dan sevikal, dengan
karakteristik tidak nyeri tekan dan lunak. Organ limfoid lain adalah splenomegali yang
biasanya disertai oleh pembesaran hati. Kerusakan lien berupa infark atau trombosis berkaitan
dengan adanya lupus antikoagulan. Anemia dapat dijumpai pada periode perkembangan
penyakit LES, yang diperantai oleh proses imun dan non-imun.

2.1 Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama, jenis kelamin, umur, status perkawianan, pekerjaan, pendidikan terakhir,
alamat
2. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang seperti demam, kelemahan, nafsu makan
berkurang dan berat badan menurun.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pernah mengalami Hipertensi, gangguan pada mata, nyeri sendi.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada di antara keluarga pasien ada yang mengalami penyakit yang
sama dengan penyakit yang dialami pasien.
3. Kebiasaan sehari-hari
a) Pola makan : frekuensi, jumlah porsi yang habis, cara makan, makanan yang
disukai dan tidak disukai
b) Pola minum : frekuensi
c) Pola tidur : jumlah jam tidur, kesulitan dalam tidur
d) Pola eliminasi (BAK dan BAB) ; frekuensi
e) Aktivitas sehari-hari : kegiatan yang dilakukan dari bangun tidur sampai mau
tidur kembali
f) Rekreasi : rekreasi yang pernah dilakukan, bersama siapa, frekuensinya.
4. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : klien tampak lemah, gelisah, cemas dan kesakitan
b) TTV :
- TD : 140/90 mmHg
- ND : 100 x/i
- RR : 18 x /i
- S : 40 C
c) BB : 58 kg (turun 2 kg dari 60 kg)
d) Kulit : adanya ruam kupu-kupu pada wajah
e) Mulut : Terdapat luka
f) Paru ; adanya cairan di sekitar paru-paru
g) Sendi : adanya artritis
h) Darah :
- Anemia
- Leukosit < 4000 sel/mm
- Limfosit < 1500 sel/mm
- Trombosit < 100.000 sel/mm
5. Pemeriksaan Penunjang
a) Rontgen dada : menunjukkan pleuritis
b) Pemeriksaan dada dengan bantuan stestokop menunjukkan adanya gesekan
pleura
c) Pada kulit terdapat ruam kulit atau lesi yang khas
d) Hitung jenis darah : menunjukkan adanya penurunan beberapa jenis sel darah
e) Pada sendi adanya pembekakan dan rasa nyeri bila digerakkan

B. Dasar Data Pengkajian Pasien


1. Aktivitas
Gejala : Keletihan, kelemahan, nyeri sendi karena gerakan
Tanda : Penurunan semangat bekerja
Toleransi terhadap aktivitas rendah
Penurunan rentang gerak sendi
Gangguan gaya berjalan
2. Sirkulasi
Gejala : Nyeri dada
Tanda : TD : tekanan nadi melebar
: Desiran (menunjukkan mekanisme anemia)
: Warna kulit : pucat/sianosis, membaran mukosa
: Kulit terdapat ruam
3. Integritas Ego
Gejala : Mudah marah dan fruktasi, takut akan penolakan dari orang lain
Harga diri buruk
Kekuatiran mengenai menjadi beban bagi yang mendekat
Tanda : Ansietas, gelisah, menarik diri, depresi, fokus pada diri sendiri
4. Eliminasi
Gejala : Sering berkemih, berkemih dengan jumlah besar
Tanda : Nyeri tekan pada abdomen
Urine encer : Terdapat darah atau protein
5. Makanan/Cairan
Gejala : Mual/muntah, anoreksia
Haus
Kesulitan menelan
Adanya penurunan BB
Tanda : Turgor kulit buruk berbentuk ruam
Lidah tampak merah daging
Bibir : disudut bibir terdapat luka
6. Higiene
Gejala : Kesulitan untuk mempertahankan aksi (nyeri/anemia berat)
Berbagai kesulitan untuk melakukan aktivitas perawatan pribadi
Tanda : Ceroboh, tak rapih
Kurang bertenaga
7. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, berdenyut pusing
Penurunan penglihatan, bayangan pada mata
Kelemahan, keseimbangan buruk
Kesemutan pada ekstremitas
Tanda : kelemahan otot
Penurunan kekuatan otot
Kejang
Pembekakan sendi simetris
8. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri hebat, berdenyut, rasa perih di berbagai lokasi
Sakit kepala berulang, tajam, sementara
Nyeri tekan abdomen
Nyeri dada
Tanda : Menahan sendi pada posisi nyaman
Sensitivitas terhadap palpitasi pada area yang sakit
9. Penapasan
Gejala : riwayat inspeksi paru, riwayat abses paru
Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
Tanda : takipnea
Distres pernapasan akut
Bunyi napas menurun
10. Keamanan
Gejala : Kekeringan pada mata dan membran mukosa
Demam ringan menetap
Lesi kulit
Gangguan penglihatan
Penyembuhan luka buruk
Tanda : Berkeringat
Mengigil berulang, gemetar
Luka pada wajah
11. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat penyakit hipertensi, hematologi
Riwayat adanya masalah dengan penyembuhan luka/perdarahan
Pertimbangan rencana pemulangan :
RG menunjukkan rerata lama dirawat : 4,8 hari
Memerlukan bantuan dalam perawatan diri, pemeliharaan rumah
12. Pemeriksaan diagnostik
- Ig (Ig M dan Ig G) : peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebab
- penyebab AR
- Sinar x dari sendi yang sakit : menunjukkan pembekuan pada jaringan lunak,
- erosi sendi, memperkecil jarak sendi
- Kerapuhan erirosit : menurun
- Jumlah trombosit : menurun
- JDL : memungkinkan berkembangannya pneumonia bakterial

C. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. DO : Gangguan mobilitas Gangguan integritas pada
a. Klien tampak lemah kulit
b. Klien tampak gelisah
dan cemas
c. TTV :
- TD : 140/90 mmHg
- ND : 100 x/i
- RR : 18 x/i
- S : 40 C
d. Terdapat ruam kupu-
kupu pada tulang pipi
dan pangkal hidung
e. Ruam pada kulit
memburuk karena
terkena sinar matahari
f. Ruam tersebar di bagian
tubuh yang
terkena/terpapar sinar
matahari

2. DO : Adanya efusi sendi Gangguan rasa nyaman (nyeri


a. Klien tampak merasa dan sesak kronik)
kesakitan
b. Kilen tampak kesulitan
bernapas
c. Klien tampak gelisah
d. Adanya Artritis dan efusi
sendi
e. TTV :
- TD : 140/90 mmHg
- ND : 100 x /i
- RR : 18 x /i
f. Pernapasan dangkal
g. Hasil rontgen
menunjukkan pleuritis
h. Pemeriksaan dada
dengan bantuan
stestokop menunjukkan
adanya gesekan pleura

DO : Tidak seimbangnya Intoleransi aktivitas


a. Klien tampak lemah dan suplai dan kebutuhan
demam O2
b. Nafsu makan klien
berkurang
c. TTV :
- TD : 140/90 mmHg
- ND : 100 x/i
- S : 40 C
d. Klien sering mual dan
muntah
e. BB : 58 kg (turun 2 kg
dari 60 kg)
f. Ada luka di bibir
g. Hb : 10,5 gr/dl
h. Leukosit < 4000 sel/mm
i. Limfosit < 1500 sel/mm
j. Trombosit < 100.000
sel/mm

D. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan mobilitas
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri kronik) berhubungan dengan efusi sendi dan sesak
3. intoleransi aktivitas berhubungan dengan tidak seimbangnya suplai dan
kebutuhan O2 (anemia)

E. Rencana Asuhan Keperawatan (NCP)


Diagnosa
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Kolaborasi
Keperawatan
1. Gangguan Setelah a) Mempertahank Mandiri : 1. Kondisi kulit
integritas kulit dilakukan an integritas 1. Kaji integritas dipengaruhi oleh
b.d gangguan intervensi kulit kulit, catat sirkulasi dan
mobilitas keperawatan b) Mengidentifika perubahan mobilitas
selama 3x24 si faktor pada jaringan dapat
jam, resiko/perilaku turgor,gg. menjadi rapuh
diharapkan klien untuk Warna, dan cenderung
gangguan mncegah eritema untuk infeksi
integritas cedera dermal 2. Bantu untuk berat
kulit c) Melakukan latihan rentang 2. Meningkatkan
berkurang aktivitas sehari gerak pasif sirkulasi
hari atau aktif jaringan,
d) Observasi 3. Inspeksi mencegah statis
perbaikan kulit/titik 3. Potensial jalan
luka/penyembu tekanan secara masuk untuk
han lesi bila Teratur, untuk organisme
ada kemerahan, patogen, pada
berikan pijatan adanya gg.
lembut Sistem imun, ini
4. Awasi tungkai meningkatkan
terhadap resiko
kemerahan, infeksi/pelambat
perhatikan an penyembuhan
dengan ketat 4. Meningkatkan
terhadap kan aliran balik
pembentukan vena
ulkus menurunkan
statis
Kolaborasi : vena/pembentuk
5. Gunakan an edema
pelindung, 5. Menghindari
mis: lotion kerusakan kulit
sesuai dengan dengan
indikasi mencegah/menur
unkan tekanan
terhadap
permukaan kulit

2. Gangguan rasa Setelah Menyatakan


nyaman (nyeri dilakukan nyeri
kronik) b.d intervensi hilang/terko
efusi sendi dan keperawatan ntrol
sesak selama 3x24 Menunjukka
jam, n rileks,
diharapkan istirahat/tidu
rasa nyeri r,
berkurang peningkatan
dan aktivitas
berangsur- dengan
angsur cepat
menghilang Menggabun
gkan

3.

Anda mungkin juga menyukai