Anda di halaman 1dari 12

LATAR BELAKANG dapat sembuh spontan dalam 7 hingga 10 hari,

dengan periode asimtomatik antar serangan. Jika


Menurut World Health Organization (WHO), lansia tidak diobati secara adekuat, dapat terjadi transisi
(lanjut usia) adalah seseorang yang telah memasuki menjadi fase kedua yang bermanifestasi sebagai gout
usia 60 tahun ke atas yang telah memasuki tahapan kronik yang menyerang banyak sendi, adanya gejala
akhir dari fase kehidupannya.1 Proporsi penduduk antar serangan dan deposisi kristal (tofi) pada
lansia yang semakin besar membutuhkan perhatian jaringan lunak atau sendi.10
dan perlakuan khusus dalam pelaksanaan
pembangunan.2 Menurut Azizah dan Marifatul, Obesitas telah menjadi masalah kesehatan dan gizi
semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses masyarakat dunia, baik di negara maju maupun
penuaan secara degeneratif yang akan berdampak negara berkembang. Obesitas merupakan suatu
pada perubahan-perubahan diri manusia, tidak hanya kondisi ketidakseimbangan antara tinggi badan dan
perubahan fisik, tetapi juga kognitif, psikologis, berat badan akibat jumlah jaringan lemak tubuh yang
sosial, dan seksual sehingga perlu adanya berlebihan, umumnya ditimbun dalam jaringan
penanganan yang menyeluruh dalam merawat pasien subkutan, sekitar organ tubuh dan kadang terjadi
lansia.3 Laju dan dampak proses menua berbeda pada infiltrasi ke dalam organ tubuh. Obesitas terdiri dari
setiap individu karena dipengaruhi faktor genetik 2 macam yaitu obesitas umum dan obesitas
serta lingkungan.4, sentral/abdominal. Obesitas umum dapat diketahui
melalui indikator IMT 30,0 34,9 11 sedangkan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia obesitas sentral/abdominal dapat diketahui melalui
melaporkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun indikator rasio lingkar pinggang dan panggul
2014 sebesar 252.124.458 jiwa, dengan jumlah (RLPP). Menurut WHO batasan RLPP untuk
lansia 19.142.861 jiwa yang terdiri atas 8.795.184 obesitas sentral negara Asia termasuk Indonesia
jiwa lansia berjenis kelamin lakilaki dan 10.347.677 pada laki-laki adalah > 0,90 dan pada perempuan >
jiwa lansia berjenis kelamin perempuan.5 Proporsi 0,85.12
lansia perempuan yang mengalami keluhan
kesehatan lebih tinggi daripada lansia laki-laki pada Prevalensi obesitas sentral di Indonesia sebesar 7,2%
semua kelompok umur, kecuali kelompok lansia tua. pada laki-laki dan 46,3% pada perempuan. Obesitas
Provinsi Lampung memiliki tingkat keluhan yang menetap selama periode waktu tertentu, dapat
kesehatan menengah dengan persentase 51,09 menyebabkan terjadinya gangguan sistem metabolik
persen.2 berupa kolesterolemia.13 Orang yang mempunyai
berat badan lebih seringkali mempunyai kadar
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 melaporkan kolesterol darah yang lebih tinggi bila dibandingkan
sepuluh jenis penyakit tersering yang diderita oleh dengan orang yang berat badannya normal.14
lansia yang didominasi oleh penyakit tidak menular, Hiperkolesterolemia adalah keadaan di mana kadar
penyakit kronik dan degeneratif. Adapun penyakit kolesterol melebihi dari nilai rujukan. Kadar
tersebut antara lain hipertensi, artritis, stroke, kolesterol total darah sebaiknya adalah <200 mg/dl,
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), Diabetes bila 200 mg/dl berarti risiko untuk terjadinya
Mellitus (DM), kanker, penyakit jantung koroner, penyakit jantung meningkat.11
batu ginjal, gagal jantung dan gagal ginjal.6 Selain itu
pada lansia ada yang disebut dengan geriatri TUJUAN STUDI
syndrome yang meliputi; imobilisasi, instabilitas, 1. Mengidentifikasi faktor risiko dan masalah
inkontenesia, insomnia, depresi, infeksi, defisiensi klinis yang terdapat pada pasien.
imun, gangguan pendengaran dan penglihatan, 2. Menerapkan pendekatan dokter keluarga yang
gangguan intelektual, kolon irritable, impecunity, holistik dan komprehensif sesuai masalah yang
dan impotensi.4 ditemukan pada pasien, dan melakukan
penatalaksanaan berbasis Evident Based
Menurut American College of Rheumatology, gout Medicine yang bersifat patient-centered, family
adalah suatu kelainan akibat beban asam urat dalam focused, dan community oriented.
tubuh yang berlebihan atau hiperurisemia (kadar
asam urat lebih dari 6,8 atau 7 mg/dl) sehingga ILUSTRASI KASUS
terjadi deposisi kristal monosodium urat monohidrat Ny. S, 71 tahun, seorang ibu rumah tangga datang
dalam cairan ekstraseluler sendi dan lokasi lainnya diantar oleh anaknya ke Puskesmas Tanjung Sari
pada penyakit gout.7 Natar dengan keluhan nyeri dan bengkak pada sendi
kaki kanan yang dirasa sekitar 1 bulan yang lalu dan
Lokasi terjadinya gout antara lain ibu jari kaki, kaki, makin memberat sekitar 1 minggu sebelum ke
pergelangan kaki, lutut, lengan, pergelangan tangan, Puskesmas. Nyeri sendi dirasakan hilang timbul dan
siku dan kadang di jaringan lunak dan tendon.8 menghilang dengan sendirinya. Biasanya nyeri akan
Biasanya hanya mempengaruhi satu sendi pada satu dirasakan bertambah setelah beraktivitas berat.
waktu, tapi bisa menjadi semakin parah dan dari Bengkak dirasakan pada kaki kanan, awalnya kecil,
waktu ke waktu dapat mempengaruhi beberapa semakin lama sekamin membesar. Bengkak disertai
sendi.9 Gout memiliki dua fase klinik. Fase pertama rasa panas dan warna merah pada sekitar kulit yang
ditandai dengan suatu serangan akut intermiten yang bengkak. Bengkak tanpa didahului demam, bengkak
1
tanpa didahului dengan jatuh atau terbentur benda. remaja karena tersambar petir. Ketujuh anak Ny.S
Bengkak juga tanpa didahului gigitan binatang. sudah memiliki keluarga dan tinggal disekitar Natar.
Pasien menggunakan obat warung untuk Hubungan Ny.S dengan ketujuh anaknya kurang
mengurangi sakitnya, namun keluhan muncul baik, dikarenakan jarak rumah yang cukup jauh.
kembali. Anak ke-7 memiliki hubungan yang baik dengan
Ny.S. Rumah Anak ke-7 dekat dengan Ny.S, dalam
Ny.S pernah mengalami keluhan yang sama sehari Anak ke-7 rutin mengunjungi Ny.S 2-3 kali
beberapa bulan yang lalu. Namun tidak sampai dalam sehari.
timbul bengkak. Nyeri dirasakan sering kambuh-
kambuhan sehingga Ny.S sering terhambat Setiap hari Ny.S melakukan aktivitas sehari-hari
melakuan aktivitas sehari-hari. Ny.S mengatakan sendiri. Setiap malam, cucu dari anak ke-7 An. R
selama ini belum melakukan pengobatan. akan menemani Ny.S. Hal ini adalah keputusan Ny.S
yang ingin tinggal sendiri selama masih bisa
Ny.S pernah terdiagnosis hernia di selangka kanan beraktivitas. Untuk mengambil keputusan Ny.S akan
pada tahun 2012, dan melalukan operasi di tahun berdiskusi dengan anak-anaknya, namun tidak
yang sama. Penyakit darah tinggi dan kencing manis semuanya. Anak ke-4 dianggap paling bijak dan
disangkal. Ny.S tidak memiliki alergi dan penyakit dapat menggantikan posisi Ny.S dalam membantu
autoimun. mengambil keputusan. Namun terkadang Ny. S
harus berpikir sendiri untuk menyelesaikan masalah.
Ny.S memiliki kebiasaan merokok linting sejak usia Menurut Ny. Suk (anak ke-7), Ny. S memiliki
20 tahun, dan masih aktif hingga sekarang. Ny.S pribadi yang ceria, tegas, mandiri dan sedikit cuek.
kurang mengatur pola makan seperti makan tidak Ny. S dan Tn. M (suami Ny.S) adalah tipe orang tua
tepat waktu bahkan lupa makan. Ny.S biasanya yang tegas dalam mendidik anak-anaknya. Ny. Suk
makan 2-3 kali sehari. Makanan yang dimakan dan anak-anak lainnya sudah berusaha untuk
cukup bervariasi. Komposisi karbohidrat, lemak, mengajak Ny.S tinggal bersama agar tidak hidup
protein dan serat tidak seimbang. Karbohidrat sendiri, namun Ny.S memiliki prinisip kalau sudah
didapatkan dari nasi, protein didapatkan dari telur, tidak bisa apa-apa baru ikut anak.
ikan dan protein nabati. Makanan berlemak tidak
terlalu sering, namun Ny.S menyukai makanan Ayah dan ibu Ny. S sudah meninggal sejak Ny.S
bersantan dan gorengan seperti tahu goreng, tempe masih kecil. Ny.S tidak mengetahui penyakit yang
goreng samapai kol goreng. Asupan serat Ny.S juga diderita selama ibu dan bapaknya hidup. Sejak
masih tergolong rendah, dalam sehari Ny.S hanya setahun terakhir. Pola pengobatan Ny.S ini bersifat
memasak satu porsi sayur untuk dimakan satu hari. kuratif, apabila mengalami keluhan, Ny.S baru pergi
Sayur genjer, kangkung, bayam, daun singkong untuk berobat. Sama saja dengan pola pengobatan
adalah sayuran yang paling sering dikonsumsi. anggota keluarga lainnya merupakan kuratif, dimana
anggota keluarga mencari pelayanan kesehatan jika
Ny.S masih melakukan kegiatan rumah tangga sakit saja.
seorang diri seperti mencuci pakaian yang masih
secara manual, mencuci piring, memasak, METODE
membersihkan rumah. Ny.S tidak pernah melakukan Studi ini merupakan laporan kasus. Data primer
olahraga bahkan olahraga ringan sekalipun. diperoleh melalui anamnesis (autoanamnesis dan
Kesehariannya banyak dihabiskan di dalam rumah. alloanamnesis dari anak, cucu dan tetangga pasien),
Meskipun banyak hal yang dilakukan oleh Ny.S pemeriksaan fisik dan kunjungan ke rumah. Data
sehari-harinya namun aktivitas fisik Ny.S masih sekunder didapat dari rekam medis pasien. Penilaian
tergolong aktivitas ringan. Ny. S memiliki postur berdasarkan diagnosis holistik dari awal, proses, dan
badan yang gemuk sejak muda, menurut keluarga, akhir studi secara kualitiatif dan kuantitatif.
sewaktu muda jauh lebih besar. Ny.S tidak pernah
berpikir untuk menurunkan berat badannya. HASIL
1. DATA KLINIS
Riwayat keluarga dengan penyakit yang sama ada.
Anamesis
Ny.S mengatakan bahwa anaknya ada yang
Ny.S 71 tahun, datang ke Puseksmas Tanjung Sari
menderita keluhan serupa dengan Ny.S, yaitu berupa
Natar dengan keluhan nyeri dan bengkak pada sendi
bengkak dan nyeri sendi kaki. Anak kedua diketahui
kaki kanan sejak 1. Nyeri sendi dirasakan hilang
memiliki penyakit lambung dan asam urat yang
timbul dan menghilang dengan sendirinya. Biasanya
tinggi
nyeri akan dirasakan bertambah setelah beraktivitas
Ny. S tinggal sendiri di rumah. Suami Ny. S sudah berat. Bengkak dirasa pada kaki kanan, awalnya
meninggal 5 tahun yang lalu dikarenakan darah kecil dan semakin lama semakin membesar.
tinggi dan sakit jantung. Ny.S memiliki 10 orang Bengkak disertai rasa panas dan warna kemerahan
anak, dan 3 diantaranya sudah meninggal dunia. pada kulit.
Anak ke-2 meninggal 4 tahun yang lalu karena
penyakit lambung, anak ke-8 meninggal sejak kecil
karena sakit tipus, dan anak ke-10 meninggal saat
2
Pemeriksaan Fisik:
Penampilan cukup bersih dan kurang terawat, berat
badan 60 kg, tinggi badan 153 cm, IMT 25,6
(Obesitas I), terlihat sakit sedang. Tekanan darah
120/70mmHg, nadi 84x/menit, frekuensi napas
18x/menit, suhu tubuh 36,7o C. Lingkar pinggang 98
cm dan lingkar panggul 105 cm dengan Rasio
Pinggang Panggul (RPP)= 0,93.

Status Generalis:
Mata, telinga, dan hidung dalam batas normal.
Tenggorokan faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1,
KGB leher tidak teraba. Regio thoraks: cor dan
pulmo dalam batas normal, regio abdomen dalam
batas normal. Pada redio inguinalis kanan terdapat
jejas bekas operasi.

Status lokalis:
Regio malleolus dextra
Look : Deformitas (-), hiperemis (+), edema (+)
Feel : Warm (+), bony tenderness (+), nyeri tekan
(+), edema (+) Gambar 1. Genogram keluarga Ny. S
Move : Krepitasi (-)
Hubungan antar keluarga
Status neurologis: Hubungan antar keluarga Ny S dapat dilihat pada
Reflek fisiologis normal, refleks patologis (-). Gambar 2.
Pemeriksaan motorik dan sensorik pasien tidak ada
kelainan.

Motorik Sensorik
Sup. Sup. Sup Sup
Dekstra sinistra dekstra sinistra
5 5 + +

Inf. Inf Inf Inf


Dekstra sinistra dekstra sinistra
5 5 + +

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium (6 Maret 2017)


Asam Urat: 11,8 mg/dl
Gula darah puasa: 77 mg/dl
Kolesterol: 237 mg/dl
Pengukuran Geriatric Depression Scale (14
Maret 2017) Gambar 2.Hubungan Antar Keluarga Ny S
Hasil 2. Kesan tidak depresi 15
Pengukuran Mini-Mental Scale Exam (MMSE) Family Apgar Score
(14 Maret 2017) Adaptation :2
Hasil 20. Kesan probable gangguan kognitif 16 Partnership :2
Growth :2
2. DATA KELUARGA Affection :1
Bentuk keluarga yaitu keluarga elderly living alone Resolve :1
Total Family Apgar score 8 (nilai 8-10, fungsi
Genogram keluarga baik)
Genogram keluarga Ny. S dapat dilihat pada
Gambar1.

Genogram dibuat oleh Aulia Rahma Noviastuti,


tanggal 6 Maret 2017.

3
3. DATA LINGKUNGAN RUMAH - Harapan: Penyakitnya bisa sembuh dan
tidak timbul keluhan serta tidak terjadi
komplikasi.
- Persepsi: penyakit karena usia tua.
2) Aspek Klinik
- Artritis gout (ICD 10-M10.0)
- Obesitas (ICD 10- Z68.25)
- Hiperkolesterol (ICD 10- E78.5)
3) Aspek Risiko Internal
- Usia 71 tahun (ICD 10-R54)
- Pengetahuan kurang mengenai penyakit
yang diderita (ICD 10-Z55.9)
- Hiperurisemia (ICD 10-E79.0)
- Hiperkolesterolemia (ICD 10-E78.5)
- Pola berobat kuratif.
- Aktivitas fisik tergolong ringan (ICD 10-
Keterangan Z72.3)
- Perilaku konsumsi makanan dengan tinggi
: Pintu purin dan tinggi lemak (ICD 10-Z72.4)
4) Aspek Psikososial Keluarga
: Jendela - Kurangnya pengetahuan keluarga tentang
cara untuk mengurangi keluhan yang
Gambar 3. Denah Rumah Ny. S dirasakan pasien.
- Kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh
Rumah pasien berada tujuh kilometer dari bibir jalan keluarga mengenai penyakit yang diderita
raya dengan luas bangunan 10x12 m2. Dinding pasien, komplikasinya, dan cara
tembok, lantai semen kasar, dengan jendela di setiap pencegahan komplikasi lanjutan.
ruangan. Jendela berupa kaca tembus pandang yang - Kurangnya dukungan dan pengetahuan
dapat dibuka dan ada pula jendela yang tidak dapat keluarga untuk memotivasi pasien agar
dibuka dengan lubang udara di atasnya. Rumah tidak selalu memeriksakan kesehatannya dan
memiliki plafon. Terdapat empat buah kamar tidur, menjaga pola makan nya. (ICD10-Z63)
2 ruang keluarga, 2 ruang tamu, serta 1 kamar mandi - Kurangnya perhatian keluarga terhadap
di dalam rumah yang berlantai keramik. Terdapat pasien yang tinggal sendiri (ICD 10- Z63.8)
satu dapur dan satu ruang cuci yang berlantaikan 5) Derajat Fungsional:
semen. Terdapat pula 2 buah gudang, yang salah 2, yaitu mampu melakukan perawatan diri,
satunya merupakan tempat bekas kandang ayam. dapat melakukan aktivitas ringan sehari-
Keadaan rumah cukup tertata namun gelap pada hari di dalam dan di luar rumah
siang hari. Di dekat ruang cuci terdapat sumur.
Sumber air berasal dari pompa listrik, terdapat septic RENCANA INTERVENSI
tank untuk pembuangan limbah dengan kedalaman Intervensi yang akan diberikan berupa pencegahan
1,5 m. Pasien membuang sampah kebelakang rumah primer, pencegah sekunder dan pencegahan tersier
lalu membakarnya. Jarak rumah dengan rumah pada gout arthritis akut, obesitas sentral dan
lainnya yaitu 3 m. Sumber air minum, mencuci dan hiperkolesterol. Pencegaham primer ditujukan untuk
memasak berasal dari pompa listrik. Kesan data mengurangi insidensi penyakit dengan
lingkungan rumah tampak bersih, luas rumah sesuai mengendalikan penyebab dan faktor resiko.
dengan jumlah anggota keluarga, sirkulasi udara Pencegahan sekunder ditujukan untuk menghentikan
serta sanitasi baik. proses penyakit lebih lanjut dan mencegah
komplikasi. Sedangkan pencegahan tersier untuk
Kamar utama saat ini ditempati oleh pasien dan cucu menurunkan kelemahan dan kecacatan dan
bila menemani. Sinar matahari dapat masuk kedalam meningkatkan kualitas hidup. Komplikasi pada
rumah tetapi tidak maksimal, penerangan dibantu kasus gout arthritis adalah timbul tofus, gangguan
oleh lampu, ventilasi kurang, rumah tidak lembab, ginjal dan gangguan mobilitas, sehingga pecegahan
tidak pengap, ventilasi dan jendela ada pada setiap komplikasinya adalah dengan mengontrol kadar
kamar tetapi sinar matahari dan ventilasi dirasa asam urat dalam darah. Sedangkan pada obesitas dan
kurang. hiperkolesterol, komplikasi yang bisa terjadi adalah
stroke, gangguan kardiovaskuler. Untuk mencegah
DIAGNOSTIK HOLISTIK AWAL terjadi komplikasi dapat dilakukan dengan
1) Aspek Personal mengontrol kadar kolesterol dan berat badan.
- Alasan kedatangan: Nyeri dan bengkak Intervensi dilakukan pada patient center, family
pada sendi kaki kanan focus dan community oriented.
- Kekhawatiran: khawatir karena tidur dan
aktivitas sehari-hari terganggu.

4
Patient Center .
Nonfarmakologi DIAGNOSTIK HOLISTIK AKHIR
1. Memberikan penjelasan mengenai penyakit Bentuk keluarga : Elderly living alone
yang sedang diderita oleh pasien dan Disfungsi dalam keluarga : Kelemahan pada fungsi
komplikasinya medical dan social
2. Memberikan daftar menu diet asam urat dan
diet hipekolesterol sesuai kebutuhan kalori Aspek 1. Aspek Personal
1500 kkal/hari (70% karbohidrat, 15% lemak - Kekhawatiran pasien terhadap penyakitnya
dan 15% protein) dalam bentuk poster sudah mulai berkurang dengan meyakini
3. Merancang program penurunan berat badan perbaikan pada pola hidupnya.
dan meningkatkan aktivitas fisik dengan cara - Harapan penyakit yang dideritanya dikontrol
olahraga ringan seperti jogging dan senam dengan pola hidup sehat tanpa obat.
minimal 30 menit/hari dengan frekuensi - Persepsi penyakit artritis gout dengan obesitas
minimal 3 kali dalam seminggu. disertai hiperkolesterolemia yang diderita
4. Meningkatkan motivasi pasien untuk minum merupakan penyakit yang tidak bisa sembuh
obat secara teratur dengan mengajarkan jam namun dapat dikontrol dengan mengatur pola
tepat minum obat dan juga memberikan kotak hidup sehat, minum obat teratur, dan rutin
obat pribadi agar memudahkan mencari obat. periksa di tenaga kesehatan. Dengan itu
5. Edukasi pasien untuk kontrol teratur dalam komplikasi dapat dicegah dan kualitas hidup
memeriksa asam urat dan kolesterol dengan pasien akan meningkat.
cara memberikan Kaleder Ayo ke Puskesmas.
Aspek 2. Diagnosis klinis akhir:
Farmakologi : - Artritis gout (ICD 10-M10.0)
1. Allopurinol 2x 100 mg - Obesitas (ICD 10- Z68.25)
2. Simvastatin 1x10 mg - Hiperkolesterol (ICD 10- E78.5)
3. Piroxicam 2x10 mg
4. Vitamin B Complex 1x1 tab Aspek 3. Aspek resiko internal:
- Usia 71 tahun (ICD 10-R54)
Family Focus - Pengetahuan pasien mengenai artritis gout,
1. Edukasi keluarga pasien mengenai penyakit obesitas dan hiperkolesterolemia sudah cukup
yang diderita pasien, komplikasi serta rencana baik, dan minum obat sesuai jadwal
tatalaksananya. - Pola berobat mulai mengutamakan preventif
2. Meminta anggota keluarga, terutama yang daripada kuratif.
tinggal dekat dengan pasien (anak ke-7) untuk - Pengetahuan yang cukup tentang gizi seimbang
melakukan pengawasan terhadap makanan dan mulai membiasakan makan dengan pola
pasien dalam 1x24 jam dalam bentuk food makan yang teratur.
recall dan aturan minum obat pasien - Sudah mulai meningkatkan aktivitas sehari-
3. Meminta anggota keluarga, terutama yang hari seperi berolahraga ringan seperti jogging,
tinggal dekat dengan pasien (anak ke-7) untuk setiap hari setelah solat subuh.
menyediakan bahan-bahan makanan yang akan - Pola penyimpanan obat yang baik, serta
dikonsumsi pasien dalam penerapan program mengetahui jadwal meminum obat dengan
diet asam urat, diet kolesterol dan dalam baik.
penurunan berat badan.
4. Edukasi dan motivasi mengenai perlunya Aspek 4. Psikososial Keluarga
dukungan dan perhatian dari seluruh anggota - Meningkatnya pengetahuan keluarga tentang
keluarga terhadap perbaikan penyakit pasien. artritis gout, obesitas dan hiperkolesterolemia
5. Edukasi keluarga untuk melakukan skrinning serta komplikasi dan pencegahannya.
awal kadar asam urat dan kolesterol - Keluarga lebih sering berkunjung dan
memperhatikan serta memberi dukungan
Community Oriented terhadap pasien.
1. Memotivasi pasien agar mengikuti kegiatan - Keluarga sudah mulai menjadi pelaku rawat
Posbindu lansia dan mengontrol pola makan pasien
2. Memotivasi pasien agar mengikuti kegiatan
sosial dan rohani (pengajian) di lingkungan Skala fungsional : derajat 2 yaitu mampu
rumah melakukan perawatan diri, tapi tidak dapat
3. Memotivasi pasien untuk lebih banyak melakukan pekerjaan berat.
menghabiskan waktu di luar rumah dari
sebelumnya, agar meningkatkan interaksi
sosial dengan tetangga sekitar
4. Mengajak petugas kesehatan untuk lebih aktif
melakukan kegiatan untuk memperdayakan
lansia

5
PEMBAHASAN

Family focus Patient Center

- Edukasi penyakit Non-farmakologi


yang dialami - Edukasi mengenai
pasien, faktor komplikasi dan
resiko, komplikasi pencegahan penyakit
dan rencana yang dialaminya
tatalaksana -Memnuhi kebutuhan
- Keluarga gizi 1500kkal/hari
mengawasi makan diet rendah asam urat
pasien 1x24 jam dan kolesterol
- Menyediakan - Motivasi berobat
bahan makanan rutin dan minum obat
untuk pasien teratur
-Dukungan - Menunkan BB
terhadap penyakit -Meningkatkan
pasien aktivitas fisik
- Skrining awal
untuk deteksi dini Farmakologi
-Allopurinol 2x 100 mg
-Simvastatin 1x10 mg
-Piroxicam 2x10 mg
Keterangan: -Vitamin B Complex 1x1
Community Oriented
-Mengikuti kegiatan Posbindu lansia
: Pencegahan Primer -Lebih aktif berinteraksi sosial
: Pencegahan Sekunder -Mengikuti kegiatan sosial dan rohani di
: Pencegahan Tersier lingkungan
-Aktif memperdayakan lansia

Gambar 3. Skema Pendekatan Holistik dan Penatalaksanaan Komprehensif

Masalah kesehatan yang dibahas pada kasus ini Untuk penegakan diagnosis arthritis gout akut, dapat
adalah seorang wanita berumur 71 tahun dengan digunakan kriteria dari American College of
artritis gout akut dengan obesitas sentral disertai Rheumatology tahun 1977 yaitu ditemukannya
hiperkolesterolemia. Kunjungan pertama kali yang kristal urat di cairan sendi, atau adanya tofus yang
dilakukan adalah pendekatan dan perkenalan berisi kristal urat, atau terdapat 6 dari 12 kriteria
klinis, laboratoris dan radiologis, yang terdiri dari
terhadap pasien serta menerangkan maksud dan
adanya lebih dari satu kali serangan arthritis akut,
tujuan kedatangan, diikuti dengan anamnesis
inflamasi maksimal terjadi dalam waktu satu hari,
tentang keluarga dan perihal penyakit yang telah arthritis monoartikuler, kemerahan pada sendi,
diderita. Bedasarkan hasil kunjungan tersebut, dari bengkak dan nyeri pada MTP-1, artritis unilateral
segi perilaku kesehatan pasien masih mengutamakan yang melibatkan MTP-1, artritis unilateral yang
kuratif daripada preventif dan memiliki pengetahuan melibatkan sendi tarsal kecurigaan adanya tofus,
yang kurang tentang penyakit-penyakit yang ia terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah
derita. Pasien jarang berolahraga dan memiliki pola (lebih dari 7,5 mg/dl), pembengkakan sendi yang
makan yang tidak teratur. Pola makan pasien masih asimetris, kista subkortikal tanpa erosi, kultur
sering mengonsumsi makanan yang digoreng mikroorganisme negative pada cairan sendi.17 Pada
menggunakan banyak minyak dan sayur-sayur hijau pasien ini terdapat 6 kriteria dari 12 kriteria klinis
seperti daun singkong, dan sayuran kacang lainnya. yang sudah disebutkan, yaitu lebih dari satu kali
Pasien tinggal sendiri di rumh yang cukup besar. serangan, inflamasi maksimal dalam 1 hari, artritis
monoartikuler, kemerahan pada sendi, terjadi
Keadaan rumah cukup ideal, luas, cukup bersih dan
peningkatan kadar asam urat (11,8 mg/dl), dan
rapih, ventilasi dan pencahayaan yang cukup pembengkakan sendi yang asimetris. Sehingga
menyebabkan keadaan rumah menjadi tidak pengap. pasien didiagnosis artritis gout stadium akut.18
Sistem pelayanan kesehatan menggunakan asuransi
kesehatan, namun lokasinya cukup jauh sehingga Terdapat 2 faktor yang dapat menyebabkan
membutuhkan bantua orang lain untuk berkunjung terjadinya artritis gout yaitu faktor primer dan
ke puskesmas. Pasien jarang kontrol untuk sekunder. Faktor primer (90% dari semua kasus
penyakitnya. bersifat idiopatik). Faktor sekunder (10% dari semua
kasus).19 Keadaan ekskresi asam urat yang menurun
6
terdapat pada pasien-pasien dengan penyakit ginjal, Pada kasus ini didapatkan kesan obesitas sentral dan
penyakit jantung, terapi obat-obatan seperti diuretik, hiperkolesterolemia, dimana 2 katagori ini sering
dan penurunan fungsi ginjal karena usia. Sedangkan dihubungkan dengan sindroma metabolik. Hingga
keadaan sintetis asam urat meningkat terdapat pada saat ini ada 3 definisi sindroma metabolik yang telah
pasien-pasien dengan predisposisi genetik, diet di ajukan, yaitu definisi WHO, the National
tinggi purin, dan konsumsi alkohol. Selain etiologi Cholesterol Education Program Third Adult
dari hiperurisemia, beberapa faktor risiko juga dapat Treatment Panel (NCEP ATPIII) dan International
membuat seseorang menjadi lebih mudah untuk Diabetes Federation (IDF). Ketiga definisi tersebut
terkena penyakit gout arthritis Secara garis besar, memiliki komponen utama yang sama dengan
terdapat 2 faktor risiko untuk pasien dengan penentuan kriteria yang berbeda.24 Berdasarkan
penyakit gout artritis, yaitu faktor yang tidak dapat NCEP-ATP III, Sindrom Metabolik adalah
dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi20 seseorang dengan memiliki sedikitnya 3 kriteria
berikut: 1). Obesitas abdominal (lingkar pinggang >
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan, 88 cm untuk wanita dan untuk pria > 102 cm); 2).
pasien memiliki postur badan yang gemuk dengan Peningkatan kadar trigliserida darah ( 150 mg/dL,
BB 60 kg dan TB 153cm dengan besar IMT 25,6. atau 1,69 mmol/ L); 3). Penurunan kadar kolesterol
Index Massa Tubuh yang ditetapkan WHO tahun HDL (< 40 mg/dL atau < 1,03 mmol/ L pada pria dan
1995 cukup berbeda dengan katagori IMT Asia pada wanita < 50 mg/dL atau <1,29 mmol/ L); 4).
Pasific. World Health Organization membuat cut off Peningkatan tekanan darah (tekanan darah sistolik
point IMT sebagai berikut <18,50 kg/m2 130 mmHg, tekanan darah diastolik 85 mmHg atau
(underweight), 18,50-24,99 kg/m2 (Normal), 25-29,9 sedang memakai obat anti hipertensi); 5).
kg/m2 (overweight/ preobese), 30-34,99 kg/m2 Peningkatan glukosa darah puasa (kadar glukosa
(Obesitas I), 35-39,00 kg/m2 (obesitas II) dan 40 puasa 110 mg/dL, atau 6,10 mmol/ L atau sedang
kg/m2 (Obesitas III).21 Sedangkan Asia-Pasifik memakai obat anti diabetes).25 Pada kasus ini pasien
membuat cut off point sebagai berikut <18,5 kg/m2 hanya memenuhi 2 kriteria, yaitu obesitas sntral dan
(underweight), 18,5-22,9 kg/m2 (normal), 23-24,9 dislipidemia, sehingga pasien pada kasus tidak dapat
kg/m2 (overweight/preobese), 25-29,9 kg/m2 dikatakan sindroma metabolik.
(Obesitas I) dan 30 kg/m2 (Obesitas II).22 Hal ini
dikarenakan WHO menggunakan orang Eropa Dua hari setelah kunjungan pertama, maka
sebagai populasi sampel, yang memiliki postur dilanjutkan dengan kunjungan kedua untuk menilai
tubuh yang lebih besar.23 Sehingga pada pasien ini aspek kognitif dan psikologis dari pasien. Dimana
dapat dikatagorikan obesitas tipe I. diketahui pasien merupakan wanita lansia berusia 71
tahun. Menurut Azizah dan Marifatul, semakin
Obesitas terdiri dari 2 macam yaitu obesitas umum bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan
dan obesitas sentral/abdominal. Obesitas umum secara degeneratif yang akan berdampak pada
dapat diketahui melalui indikator IMT 11 sedangkan perubahan-perubahan diri manusia, tidak hanya
obesitas sentral/abdominal dapat diketahui melalui perubahan fisik, tetapi juga kognitif, psikologis,
indikator rasio lingkar pinggang dan panggul sosial, dan seksual.3 Pada pasien ini dilakukan
(RLPP). Menurut WHO batasan RLPP untuk pemeriksaan kognitif dengan Mini-Mental Scale
obesitas sentral negara Asia termasuk Indonesia Exam (MMSE). Mini Mental State Examination
pada laki-laki adalah > 0,90 dan pada perempuan > adalah suatu skala terstruktur yang terdiri dari 30
0,85.12 Pada pasien ini didapatkan ukuran lingkar poin yang dikelompokkan menjadi tujuh kategori:
pinggang 98 cm dan lingkar panggul 105 cm dengan orientasi tempat, orientasi waktu, registrasi, atensi
RPP 0,93, maka pasien ini dapat dikatagorikan dan konsentrasi, mengingat kembali, bahasa, dan
obesitas sentral. konstruksi visual.26 Mini Mental State Examination
didesain untuk mendeteksi dan menjejaki kemajuan
Pada kasus ini selain dilakukan anamesis dan dari gangguan kognitif yang terkait dengan
pemeriksaan fisik, dilakukan juga pemeriksaan gangguan neurodegenerative seperti penyakit
penunjang berupa pemeriksaan asam urat, kolesterol Alzheimer atau demensia yang biasanya dialami
dan gula darah puasa. Dari hasil pemeriksaan asam oleh para lansia. Nilai MMSE 0-16 menunjukkan
urat didapatkan hasil 11,8 mg/dl kesan suatu definite gangguan kognitif, 17-23 probable
hiperurisemia. Pada pemeriksaan gula darah puasa gangguang kognitif dan 24-30 adalah normal.16 Pada
didapatkan hasil 77 mg/dl kesan normal. Pada kasus ini pasien memiliki nilai MMSE 20, yang
pemeriksaan kolesterol didapatkan hasil 237 mg/dl berarti definite gangguang kognitif.
kesan hiperkolesterolemia. Orang yang mempunyai
berat badan lebih seringkali mempunyai kadar Gangguan memori, perubahan persepsi, masalah
kolesterol darah yang lebih tinggi bila dibandingkan dalam berkomunikasi, penurunan fokus dan atensi,
dengan orang yang berat badannya normal.14 hambatan dalam melaksanakan tugasan harian
Hiperkolesterolemia adalah keadaan di mana kadar adalah gejala dari gangguan kognitif. Gangguan ini
kolesterol melebihi dari nilai rujukan <200 mg/dl.11 sering dialami oleh golongan lansia. Sekurang-
Sehingga pada kasus ini pasien didiagnosis gout kurangnya ada 10% dari lansia yang berumur diatas
atritis akut dengan obesitas sentral dan 65 tahun dan 50% dari usila yang berumur diatas 85
hiperkolesterol.
7
tahun mengalami gangguan ini.27 Faktor-faktor gaya Dua hari setelah kunjungan kedua, maka dilanjutkan
hidup seperti stimulasi intelektual yang berkaitan dengan kunjungan ketiga untuk melakukan
dengan kognitif, status sosial dan aktivitas fisik intervensi terhadap pasien dengan menggunakan
dapat menurunkan risiko untuk terjadinya gangguan media poster yang berisi menu antiasam urat dan anti
yang berhubungan dengan usia seperti penyakit kolesterol, serta pemberian kotak obat untuk
Alzheimer dan demensia vaskular. Banyak studi menyimpan obat sehingga pasien lebih mudah
yang menjelaskan bahwa aktivitas fisik dapat mengingat dan menyimpan obat. Selain itu pasien
mencegah kemunduran fungsi kognitif.28 Pada kasus juga dikenalkan olahraga ringan seperti . Intervensi
ini diketahui bahwa pasien lebih suka menghabiskan ini dilakukan dengan tujuan untuk merubah pola
waktu di dalam rumah dan pasien dikatagorikan makan pasien yang tidak teratur meskipun untuk
melakukan aktivitas yang ringan. Hal ini mungkin merubah hal tersebut bukanlah hal yang dapat dilihat
yang mendukung hasil definite gangguang kognitif. hasilnya dalam kurun waktu yang singkat. Ada
Namun, menurut Muzamil, Afriwardi dan Martini beberapa langkah atau proses sebelum orang
ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil mengadopsi perilaku baru menurut Rogers, 1974.
tes MMSE seperti usia, latar belakang pendidikan Pertama adalah kesadaran (awareness), dimana
yang tinggi dan kondisi saat tes dijalankan.29 orang tersebut menyadari stimulus tersebut.
Dimana diketahui bahwa pada kasus ini pasien tidak Kemudian dia mulai tertarik (interest). Selanjutnya,
bernah duduk dibangku sekolah. orang tersebut akan menimbang-nimbang baik atau
tidaknya stimulus tersebut (evaluation). Setelah itu,
Skrining depresi pada lansia pada layanan kesehatan dia akan mencoba melakukan apa yang dikehendaki
primer sangat penting. Hal ini penting karena oleh stimulus (trial). Pada tahap akhir adalah
frekuensi depresi dan adanya gagasan untuk bunuh adoption, berperilaku baru sesuai dengan
diri pada lansia adalah tinggi, selain itu lansia sudah pengetahuan, kesadaran dan sikapnya.32
memiliki penyakit kronis, dan penyakit kronis dapat
meningkatkan kejadian depresi pada lansia30 Ketika intervensi dilakukan, keluarga juga turut serta
Skrining depresi tidak ditujukan untuk membuat mendampingi dan mendengarkan apa yang
diagnosis depresi mayor, namun untuk disampaikan pada pasien. Pada kasus ini karena
mendokumentasikan gejala-gejala depresi sedang pasien tinggal seorang diri, maka keluarga yang
sampai berat pada lansia apapun penyebabnya. dilllibaaatkan adalah anak ke-7 yang memiliki
Gejala-gejala depresi seperti kesulitan tidur, energi tempat tinggal paling dekat dengan pasien. Pada
yang berkurang, dan libido yang menurun secara pasien ini, tidak hanya dilakukan penyelesaian
umum ditemukan pada lansia yang tidak mengalami masalah secara klinis, namun masalah perilaku
depresi. Geriatric Depression Scale terdiri dari 30 makan tinggi purin diselesaikan dengan metode
pertanyaan yang dirancang sebagai suatu self- berbasis kedokteran keluarga. Anggota keluarga
administered test, Skor 0-9 adalah tidak depresi, 10- diajak berpartisipasi aktif untuk membantu
15 adalah depresi.15 Pada kasus ini hasil GDS adalah menyelesaikan masalah, dalam hal ini istri Ny.Suk
2 yang berarti tidak depresi. Hal ini dimungkinkan (Anak ke-7) ditunjuk sebagai pelaku rawat agar
bahwa pasien sudah memiliki coping mechanisme dapat mendukung program diet anti asam urat dan
yang sudah baik dalam mengatasi masalah. Sehingga antikolesterol yang sudah direncanakan. Ny. Suk
walaupun pasien hidup sendiri, pasien tidak merasa dapat membantu untuk mengontrol makanan yang
depresi. Ini terlihat dari prinsip independent dikonsumsi Ny. S 1x24 jam dengan cara recall serta
personality. Menurut Kujoro, tipe independent menyediakan menu makanan yang rendah purin dan
personality adalah tipe kepribadian yang sejak masa rendah kolesterol untuk Ny.S. Selain itu dukungan
muda dikenal sebagai orang yang aktif dan dinamis dari komunitas juga diperlukan untuk menangani
dalam pergaulan sosial, senang menolong orang lain, kasus ini. Tetangga sebelah rumah yang sangat akrab
memiliki penyesuaian diri yang cepat dan baik, dengan pasien dapat membantu pasien untuk
banyak memiliki kawan dekat namun sering beraktivitas di luar rumah, agar pasien lebih aktif
menolak pertolongan atau bantuan orang lain. Tipe untuk bersosialisasi.
kepribadian ini seolah-olah pada dirinya memiliki
prinsip "jangan menyusahkan orang lain" tetapi Edukasi yang dapat diberikan agar terhindar dari
menolong orang lain itu penting. Jika mungkin penyakit gout dan obesitas disertai hiperkolesterol
segala keperluannya diurus sendiri. Namun, pada adalah dengan menjaga kadar asam urat dan
tipe ini ada kecenderungan mengalami post power kolesterol normal dalam darah. Kadar asam urat
sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi yang normal adalah 5-7 mg/dl, sedangkan kadar
dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi 31 kolesterol yang normal adalah <200mg/dl. Cara
Pada kasus ini, pasien terkenal aktif bersosial sejak yang dapat dilakukan adalah dengan pengaturan diet.
muda, namun sejak 5 tahun terakhir pasien lebih Menurut Kemenkes tahun 2011, syarat diet rendah
banyak mengabiskan waktu di dalam rumah, selain purin adalah; (1) protein 1-1,2g/kgBB atau 10-15%
itu pasien memiliki keputusan untuk tidak mau dari krbutuhan energi total dan hindari makanan
tinggal dengan anak-anaknya jika masih dapat tinggi purin yang memiliki kandungan purin
beraktivitas. >150mg/100gr, (2) Karbohidrat tidak lebih dari 65-
75% dari kebutuhan energi total, berupa karbohidrat
kompleks, (3) lemak tidak lebih dari 30%, 10% nya
8
dari protein hewani, (4) cairan disesuaikan dengan lebih besar terjadi pada orang yang tidak memiliki
kebutuhan cairan, (5) apabila BB lebih dianjurkan aktifitas fisik dan kardiorespiratori fitnes
untuk menurunkan BB karena akan membanntu dibandingkan dengan orang yang aktif secara fisik
menurunkan kadar purin. Namun bila berat badan dan kardiorespiratori. Untuk mencegah kekakuan
berlebih, maka kebutuhan energi mengikuti dan nyeri sendi, dapat dilakukan latihan fisik ringan
pedoman diet energi rendah.33 berupa latihan gerak sendi seperti senam, jogging,
bersepeda atau berenang.36,37
Diet energi rendah memili syarat diet sebagai
berikut; (1) asupan energi kurangi 500- Menurut American College Rheumatology serangan
1000kkal/hari dari asupan energi sehari-hari, akut dapat diterapi secara farmakologi. Untuk kasus
menurunkan BB 0,5-1kg/minggu secara bertahap, ringan hingga menengah (dengan nilai visual
(2) karbohidrat 55-65% dari krbutuhan energi total, analogue scale <6 dari skala 0-10) direkomendasikan
(3) Protein 15-20% dari kebutuhan energi total, (4) terapi tunggal dengan menggunakan antiinflamasi
lemak 20-25% dari kebutuhan energi total hingga nonsteroid (OAINS), kortikosteroid sistemik atau
mencapai BB ideal, (5) vitamin dan mineral cukup, colchine oral. Bila nyeri dirasakan sangat berat (skor
(6) diannjurkan 3 kali makanan utama dan 2-3 kali 7-10), dapat digunakan terapi kombinasi dari obat
makanan selingan, (7) cairan 8-10 gelas perhari.34 diatas. Obat penurun asam urat tetap diberikan dalam
keadaan akut. Penurun asam urat yang dapat
Pada pasien ini dengan BB 60 kg, TB 153 cm dan diberikan adalah allopurinol dengan dosis awal tidak
didapatkan aktivitas yang ringan, maka kebutuhan melebihi 100 mg/hari. Dosis selanjutnya dititrasi
total energi yang dibutuhkan adalah 2000 kkal. atau disesuaikan setiap 2-5 minggu untuk mencapai
Karena pasien memiliki kadar asam urat yang tinggi target yang diinginkan. Food and Drug
disertai obesitas, maka kebutuhan total energinya Administration dalam American Rheumatology
dikurangi 500 kkal, yaitu menjadi 1500 kkal/hari College mengatakan bahwa pada artritis gout akut,
dengan komposisi karbohidrat 70%, protein 15% terapi yang dapat digunakan sebagai antiinflamasi
dan lemak 15%. Dengan pola diet seperti ini disertai dan mengurangi nyeri adalah menggunakan NSAID
pemilihan bahan makan yang rendah purin serta (naproxen, indomethacin atau sulindac). NSAID
rendah karbohidrat, diharapkan dapat menurunkan selektif (COX-2inhibitor) yang dianjurkan adalah
kadar asam urat dan menurunkan berat badan. etoricoxib dan lumiracoxib. TFP merekomendasikan
penggunaan celecoxib sebagai pilihan untuk
Diet normal biasanya mengandung 600-1.000 mg digunakan pada artiritis gout akut pada pasien yang
purin per hari. Namun bagi penderita gout, asupan kontraindikasi dan intoleransi dengan NSAID.
purin harus dibatasi sekitar 100-150 mg purin per Semua NSAID (termasuk ibuprofen, naproxen,
hari. Kita susah menghilangkan sama sekali asupan ketoprofen, flurbiprofen, oxaprozin, diclofenac,
purin ke dalam tubuh karena hampir semua bahan etodolac, tolmetin, sulindac, indomethacin,
pangan terutama sumber protein mengandung purin. ketorolac, meloxicam, piroxicam, meclofenamate,
Namun kita bisa mengontrol asupan purin dengan mefenamic acid, nabumetone, dll) memiliki efek
cara memilih bahan pangan yang rendah kandungan samping berupa peningkatan tekanan darah baik
purinnya. Untuk karbohidrat sebaiknya dari pada pasien normotensi ataupun hipertensi..38 Pasien
kabohidrat komplek seperti nasi, singkong, ubi dan ini pengobatan antiinflamasi yang dapat diberikan
roti. Hindari karbohidrat sederhana seperti gula, pada pasien ini dapat menggunakan piroxicam 100
sirup atau permen. Penderita asam urat harus mg 2 kali perhari sebagai anti inflamasi. Pemberian
menjalani diet rendah protein karena protein dapat allopurinol pada pasien ini telah tepat dilakukan
meningkatkan asam urat, terutama protein hewani. sebagai penurun asam urat. Pemberian B complex
Sedangkan sumber protein yang dianjurkan adalah dapat berperan sebagai neuroprotektor.
sumber protein nabati dan protein yang berasal dari
susu, keju dan telur. Sangat disarankan untuk Selain Gout atritis, pasien ini juga menderita
membatasi konsumsi lemak. Lemak dapat hiperkolesterolemia, sehingga perlu diberikan obat
menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Batasi antikolesterol. Simvastatin bekerja dengan cara
makanan yang digoreng, penggunaan margarin, menghambat HMG-CoA reduktase secara
mentega dan santan. Ambang batas lemak yang kompetitif pada proses sintesis kolesterol di hati.
boleh dikonsumsi adalah 15 % dari total kalori/hari. Simvastatin akan menghambat HMG-CoA
Dan juga disarankan untuk banyak minum air putih, reduktase mengubah asetil-CoA menjadi asam
minimal 2.5 liter/hari. Konsumsi cairan yang tinggi mevalonat. Simvastatin jelas menginduksi suatu
dapat membantu mengeluarkan asam urat melalui peningkatan reseptor LDL denganafinitas tinggi.
urin. Sedangkan alkohol, tape dan brem harus Efek tersebut meningkatkan kecepatan ekstraksi
dijauhi. Bahan pangan mengandung alkohol ini LDL oleh hati,sehingga mengurangi simpanan LDL
dapat meningkatkan asam laktat plasma, asam yang plasma. Simvastatin merupakan prodrug dalam
dapat menghambat pengeluaran asam urat dari bentuk lakton yang harusdihidrolisis terlebih dulu
dalam tubuh melalui urin.35 menjadi bentuk akti fnya yaitu asam -hidroksi di
hati, lebih dari 95% hasil hidrolisisnya akan
Pasien di edukasi dan dianjurkan melakukan latihan berikatan dengan protein plasma. Konsentrasi obat
fisik ringan secara teratur. Risiko terjadinya gout bebas di dalam sirkulasi sistemik sangat rendah yaitu
9
kurang dari 5%, dan memiliki waktu paruh 2 jam. sehat. Kadar asam urat pasien setelah diintervensi
Sebagian besar obat akan dieksresi melalui hati.40 7,8 mg/dl, sedangkan kadar kolseterol 212 mg/dl.
Dosis awal pemberian obat adalah sebesar 5-10 Hasil ini menunjukkan adanya perbaikan keadaan
mg/hari, dengan dosis maksimal 40 mg/hari. pasien yang dapat dilihat dari penurunan baik pada
Pemberian obat dilakukan pada malam hari.41 dan asam urat dan kadar koleterol pasien, walaupun
angka belum mencapai normal.
Selain dengan pengobatan farmakologi, pengobatan
pada gout akut juga dapat dilakukan secara Penyakit yang dialami pasien dapat sembuh bila
nonfarmakologi. Kompres dengan menggunakan es rutin kontrol agar tidak terjadi komplikasi.
dapat dilakukan untuk menenangkan persendian Komplikasi dari adanya gout adalah akan menjadi
yang sedang meradang. Pada beberapa kasus gout kronis hingga terbentuk tofus, batu ginjal.
akut yang terasa sangat nyeri, mengistirahatkan Sedangkan obesitas dan hiperkolesterol indentik
persendian sangat dianjurkan. Tongkat atau stik juga dengan faktor risiko penyakit kardiovaaskuler.
dapat digunakan membantu pasien untuk berjalan. Untuk itu pasien diharuskan untuk rutin
Gout akut yang berulang dapat menyebabkan mengunjungi sarana kesehatan untuk mengontrol
kerusakan pada sendi dan mengubah fungsi serta penyakitnya. Pasien sudah mulai rutin untuk datang
gerakan persendian. Sehingga penting bagi pasien komtrol ke Puskesmas setiap minggunya.
untuk tetap melakukan latihan gerakan ROM,
gerakan pemanasan (stretching), dan latihan Faktor pendukung dalam penyelesaian masalah
kekuatan untuk menjaga fungsi maksimal dari pasien dan keluarga adalah pasien dan anggota
persendian. Latihan biasanya dilakukan setelah fase keluarga yaitu anak ke-7 yang harus menerapkan
akut terlewati. Latihan yang dilakukan saat sendi pola hidup sehat. Sedangkan faktor penghambatnya
masih meradang biasanya menyebabkan nyeri yang adalah belum terbiasanya pasien dalam menerapkan
amat sangat. Kebiasaan tidak pernah berolahraga pola hidup yang sehat seperti masih malas
dan obesitas juga meningkatkan risiko terjadinya berolahraga.
gout. Sehingga, latihan kardiovaskular juga
dianjurkan untuk mengurangi faktor risiko Menurut Bloom, Ada beberapa langkah atau proses
terjadinya gout. Latihan kardiovaskular yang dapat sebelum orang mengadopsi perilaku baru. Pertama
dilakukan seperti berenang, lebih mudah dilakukan adalah kesadaran (awareness), dimana orang
dan tidak menyebabkan nyeri yang amat sangat pada tersebut menyadari stimulus tersebut. Kemudian dia
persendian. Latihan kardiovaskular ini dapat mulai tertarik (interest). Selanjutnya, orang tersebut
dilakukan setelah fase akut gout terlewati.11 akan menimbang-nimbang baik atau tidaknya
Manajemen terapi fisik untuk gout mencakup latihan stimulus tersebut (evaluation). Setelah itu, dia akan
pada 4 hal yaitu mobilisasi persendian yang mencoba melakukan apa yang dikehendaki oleh
terganggu, fungsi motoris, fungsi otot, dan ROM. stimulus (trial). Pada tahap akhir adalah adoption,
Pada fase akut, penggunaan alat bantu dapat berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
digunakan untuk melindungi persendian yang kesadaran dan sikapnya.31 Pada proses perubahan
meradang dari kerusakan yang parah.7 perilaku, Ny. S sudah mencapai tahap trial yaitu
pasien sudah mencoba meminum obat secara teratur,
Kunjungan keempat dilakukan satu minggu setelah menjaga pola makan dan diet yang sesuai.
kunjungan ketiga, dari hasil anamnesis lanjut
Melihat tingkat kepatuhan pasien cukup baik dan
didapatkan bahwa nyeri yang dirasakan pasien sudah
hasil pemeriksaan kadar asam urat dan kolesterol
berkurang. Pasien sudah bisa berjalan dengan baik
yang mendekati stabil maka prognosis pada pasien
dan melakukan aktivitasnya seperti biasa. Keluarga,
yaitu anak ke-7 pasien juga lebih memperhatikan ini dalam hal quo ad vitam: dubia ad bonam dilihat
pola makan dan makanan yang dikonsumsi oleh dari kesehatan dan tanda-tanda vitalnya yang sudah
mulai baik; quo ad functionam: dubia ad bonam
pasien. Pasien sudah mulai mencoba untuk
karena pasien masih bisa beraktivitas sehari-hari
membiasakan diri dengan makan 3 kali sehari sesuai
secara mandiri; dan quo ad sanationam: dubia ad
menu diet yang ditetapkan. Pasien juga sudah mulai
bonam karena pasien masih bisa melakukan fungsi
mengurangi makanan dengan kandungan purin dan
kolesterol yang tinggi. Keluarga dan pasien sosial dan dihormati oleh tetangga sekitar rumah.
mengatakan bahwa mereka sudah mulai mengurangi
makanan seperti sayur kacang-kacangan dsb. Selain KESIMPULAN
1. Diagnosis gout atrithis akut, obesitas
itu, pasien juga mulai mengurangi makanan dengan
sentral dan hiperkolesteroleia pada kasus
tinggi lemak seperti misalnya gorengan. Pasien dan
ini sudah sesuai dengan beberapa teori dan
keluarga juga mengatakan bahwa mereka sudah
mulai mengolah makanan yang dikonsumsi dengan telaah kritis dari penelitian terkini.
cara merebus, seperti misalnya sup. Olahraga rutin 2. Telah dilakukan penatalaksanaan pada
pasien secara holistik dengan melakukan
setiap pagi sudah cukup baik dilakukan oleh pasien
patient center, family focus dan community
di sekitar rumahnya. Kemauan pasien untuk
oriented dengan sebagian pengobatan
berolahraga secara rutin muncul dari dalam tubuh
pasien karena pasien ingin memiliki badan yang
10
artritis gout dan hiperkolesteolemia sudah dr. Putra Harapan sebagai pembimbing selama di
sesuai secara literatur berdasarkan EBM. Puskesmas Tanjung Sari Natar, dan tak lupa kepada
3. Pada proses perubahan perilaku, Ny. S Ny. S dan keluarga sebagai sumber inspirasi penulis
sudah mencapai tahap trial. dalam menyusun ilmiah ini.
4. Proses perubahan perilaku pada Ny. S
untuk mengontrol kadar asam urat dan DAFTAR PUSTAKA
kolsterolnya terlihat setelah pasien 1. Definition of an older or elderly person
diberikan intervensi dan akhirnya mencoba [internet]. Geneva: World Health
mengubah gaya hidupnya dengan Organization; 2000 [diakses tanggal 6 Maret
mengurangi makanan mengandung tinggi 2017]. Tersedia dari:
purin, makanan berlemak, serta pasien juga http://www.who.int/healthinfo/survey/ageing
mulai rajin untuk kontrol. defnolder/en/
5. Peran keluarga amat penting dalam 2. _______. Statistik penduduk lanjut usia.
perawatan dan pengobatan anggota Jakarta: Badan Pusat Statistik; 2015.
keluarga yang sakit. 3. Azizah, Marifatul. Keperawatan Usia Lanjut.
Yogyakarta: Graha Ilmu. 2011.
SARAN 4. Setiati S. Geriatric Medicine, Sarkopenia,
Untuk Pasien dan Keluarganya: Frailty dan Kulitas Hidup Pasien Usia Lanjut:
1. Perlu meningkatkan pengetahuan dan Tantangan Masa Depan Pendidikan,
wawasan mengenai artritis gout, obesitas Penelitian dan Pelayanan Kedokteran di
dan hiperkolesterol serta komplikasinya Indonesia. eJKI. 2013; 1(3): 234-241
sehingga dapat melakukan pengelolaan 5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
dengan baik. Profil kesehatan Indonesia 2014. Jakarta:
2. Perlu meningkatkan kesadaran dan tekad Kementerian Kesehatan Republik Indonesia;
untuk melakukan pengelolaan penyakit 2015.
artritis gout, obesitas dan hiperkolesterol 6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
dengan sepenuhnya sehingga tujuan dari Riset kesehatan dasar. Jakarta: Kementerian
pengelolaan itu sendiri dapat tercapai. Kesehatan Republik Indonesia; 2013.
3. Keluarga perlu mengoptimalkan kerjasama 7. Khanna D, FitzGerald JD, Khanna PP, Bae S,
antar anggota keluarga untuk meningkatkan Singh M, Neogi T, et al. 2012 American
kesehatan keluarga. College of Rheumatology Guidelines for
4. Memeriksakan kadar asam urat dan Management of Gout Part I: Systematic Non-
kolesterol secara berkala, olahraga teratur pharmacologic and Pharmacologic
dan menjaga pola makan serta diet yang Therapeutic Approaches to Hyperuricemia.
sesuai. Arthritis Care Res (Hoboken). 2012;
Untuk Pembina Selanjutnya 64(10):143146.
1. Pemantauan dan re-evaluasi kondisi pasien. 8. Luk AJ, Simkin PA. Epidemiologi of
2. Perlu pembinaan lebih lanjut pada pasien Hyperuricemia and Gout. The American
dan keluarga mengenai gaya hidup agar Journal of Managed Care. 2005; 11(11):435-
pasien semakin paham dan selalu ingat akan 42.
pentingnya gaya hidup. 9. Neogi T. Gout. N Eng J Med. 2011; 364:443-
Untuk Pelaksana Pelayanan Kesehatan 52.
1. Adanya sistem pemantauan dan 10. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: konsep
pembahasan di fasilitas kesehatan secara klinis prosesproses penyakit. Edisi ke6.
periodik mengenai kasus yang dibina, bagi Jakarta: EGC; 2005.
kesinambungan pelayanan dan 11. Listiyan A, Mardiana, Prameswari GN.
pemantauan. Obesitas sentral dan Kadar Kolesterol Darah
2. Perlu ditingkatkan usaha promosi Total. KESMAS. 2013; 9(1): 37-43
kesehatan kepada masyarakat baik 12. World Health Organization. 2008. Waist
mengenai artritis gout, obesitas dan Circumference And Waist-Hip Ratio. Report
hiperkolesterolemia. of a WHO Expert Consultation, Geneva.
3. Membuatkan buku kontrol berat badan, 13. Farida et al. Hubungan Diabetes Mellitus
asam urat dan hiperkolesterol untuk pasien dengan Obesitas Berdasarkan Indeks Masa
berobat. Tubuh dan Lingkar Pinggang. Buletin
4. Memperhatikan para lansia di sekitar Penelitian Kesehatan. 2010. 38 (1): 32-42
wilayah kerja Puskesmas Tanjung Sari 14. Santos AC. Central obesity as a major
Natar determinant of increased high-sensitivity C-
reactive protein in metabolic syndrome.
UCAPAN TERIMA KASIH International Journal of Obesity, 2005. 29:
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. TA 14521456
Larasati, M.Kes atas bimbingan dan masukan dalam 15. Gallo JJ, Gonzales J. Depression and other
penulisan manuskrip ini dan dr.Farida, dr. Sabda dan Mood Disorder. Dalam: Adelman AM, Daly

11
MP dan Weiss BD. Edisi 20 Common 30. Blazer, DG. Depression in Late Life: Review
Problems in Geriatrics. New York: McGraw- and Commentary. J Gerontology Med Sci 58A,
Hill. 2001; 205-235. No.3: 2003; 249-265. Available:
16. Kolegium Psikiatri Indonesia. Program http://focus.psychiatryonline.org/cgi/content/f
Pendidikan Dokter Spesialis Psikiatri. Modul ull/7/1/118. [Diakses 17 Maret 2017]
Psikiatri Geriatri. Jakarta: Kolegium Psikiatri 31. Kuntjoro, ZS. Dukungan sosial pada lansia.
Indonesia. 2008. Artikel. 2002. Diunduh melalui
17. Hidayat, Rudi. Radang sendi. Scientific http://www.epsikologi.com/epsi/artikel_detail.
journal of pharmaceutical development and asp?id=183
medical application. 2009; 22 (1), Edisi Juni - 32. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu
Agustus 2009 Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta; 2007
18. American College of Rheumatology 33. KEMENKES RI. Diet rendah purin. Direktorat
Subcommittee on Osteoarthritis Guidelines: bina gizi subunit, bina gizi klinik. 2011.
Arthritis Rheum. 2000; 43(9):1905- 15. 34. KEMENKES RI. Diet energi rendah.
19. Choi HK, Soriano LC. Antihypertensive drugs Direktorat bina gizi, subunit bina gizi klinik.
and risk of incident gout among patients with 2011
hypertension: population based case-control 35. Mulyatno, Kris Cahyo. 2014. Intitute of
stud: 2012; 344. Tropical Disease (ITD) . Universitas Airlangga
20. Price S,Wilson L. Patofisiologi :konsep klinis 36. Zahara R. Artritis Gout Metakarpal dengan
proses-proses penyakit edisi ke 6. Vol.2. Perilaku Makan Tinggi Purin Diperberat oleh
Jakarta: EGC. 2006. Aktivitas Mekanik Pada Kepala Keluarga
21. WHO. Physical status: the use and dengan Posisi Menggenggam Statis. Medula.
interpretation of anthropometry. Report of a 2013; Vol 1, No 3
WHO Expert Consultation. WHO Technical 37. William PT. Effects Of Diet, Physical Activity
Report Series Number 854. Geneva: World And Performance, And Body Weight On
Health Organization, 1995. Incident Gout In Ostensibly Healthy,
22. WHO expert consultation. Appropiate body- Vigorously Active Men. AmJClinNutr. 2008;
mass index for Asia populations and its 87:14807.
implication for policy and intervention 38. Kaplan NM, Townsend R. NSAIDs and
strategies. The Lancet. 2004; 157-163. acetaminophen: Effects on blood pressure and
23. Yiengprugsawan V, Banwell C, Zhao J, hypertension. 2015.
Seubsman S, Sleigh A. Relationship between 39. Katzung. Farmakologi Dasar dan Klinik,
Body Mass Index Referance and All Cause Jakarta:Salemba Medika. 2012
Mortality: Evidence from a Large Cohort of 40. ISO. 2013, INFORMASI SPESIALITE OBAT,
Thai Adults. Hin Pub Cor J Obs. 2014. Vol 47, Jakarta: Isfi
24. World Health Organization. Obesity: 41. Goodman CC, Fuller KS. 2009. Pathology:
Preventing and Managing the Global Implications for the Physical Therapist. 3rd ed.
Epidemic. Geneva: WHO. 2000. Saint Louis, MO: Saunders.
25. Adult Treatment Panel III. Expert Panel on
Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Cholesterol in Adults. Executive
Summary of the Third Report of the National
Cholesterol Education Program (NCEP) Expert
Panel on Detection, Evaluation, and Treatment
of High Blood Cholesterol in Adults (Adult
Treatment Panel III). Journal American
Medical Association. 2001; 285(16): 248696.
26. Rush AJ et al. Handbook of Psychiatric
Measures. Washington, DC: American
Psychiatric Association. 2000.
27. Prasetyo. Teori Perkembangan Kognitif.
Piaget, Jakarta. 1998.
28. Foster P. P, Rosenblatt K. P, Kulji R. O, 2011.
Exercise induced cognitiveplasticity,
implications for mild cognitive impairment and
Alzheimers disease. FrontiersIn Neurology
Dementia, 2:(28):1-10.
29. Muzamil MS, Afriwardi, Martini RD.
Hubungan antara Tingkat Aktivitas Fisik
dengan Fungsi Kognitif pada Usila di
Kelurahan Jati Kecamatan Padang Timur.
Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(2):202-205.

12

Anda mungkin juga menyukai