Cekal PDF
Cekal PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Cedera kepala adalah suatu trauma mekanik pada kepala baik secara langsung
atau tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu gangguan
disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau
fungsi fisik.22
Kulit kepala menutupi tengkorak, terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP
yaitu: skin atau kulit, connective tissue atau jaringan penyambung, aponneurosis atau
galea aponeurotika, loose connective tissue atau jaringan penunjang longgar dan
pericranium.
2.2.2. Tengkorak24
Tengkorak adalah tulang kerangka kepala yang disusun menjadi dua bagian,
yaitu kranium atau kalvaria yang terdiri atas delapan tulang dan kerangka wajah
terdiri atas empat belas tulang. Rongga tengkorak mempunyai permukaan atas yang
dikenal sebagai kubah tengkorak, licin pada permukaan luar dan pada permukaan
pembuluh darah. Permukaan bawah rongga dikenal sebagai dasar tengkorak atau
basis kranii. Permukaan ini ditembusi banyak lubang supaya dapat dilalui serabut
2.2.3. Meningen
kasar, dan terdiri atas jaringan ikat fibrisa yang melekat erat pada permukaan
yang berjalan pada permukan otak menuju sinus sagitalis superior di garis tengah
seperti laba-laba.25 Selaput ini dipisahkan dari durameter oleh ruang potensial,
disebut spatium subdural dan dari piameter oleh spatium subarakhnoid yang terisi
meliputi gyri dan masuk ke dalam sulci yang paling dalam, membran ini
2.2.4. Otak
Otak adalah suatu bagian yang menarik dan kompleks dari anatomi manusia.
Otak bertanggung jawab untuk banyak hal seperti memicu emosi dan sumber
Otak besar mempunyai dua hemisfer yang dihubungkan oleh korpus kallosum.
dan fungsi fisik. Pada lobus frontal bagian kiri terdapat area yang berfungsi
a.2. Lobus parental terdapat sensori primer dari korteks, berfungsi sebagai proses
input sensori, sensasi posisi, sensasi raba, tekan, dan suhu ringan.
a.3. Lobus temporal mengandung area auditorus, tempat tujuan yang datang dari
proses memori.
a.4. Lobus oksipital mengandung area visual otak, berfungsi sebagai penerima
oleh tentorium serebri. Fungsi utama otak kecil adalah koordinasi aktivitas
Batang otak terdiri atas otak tengah (mesencephalon), pons, dan medula
oblongata. Batang otak berfungsi dalam pengaturan refleks untuk fungsi vital
tubuh. Otak tengah berfungsi sebagai stimulus pergerakan otot dari dan ke otak.
pusat refleks pernapasan dan mempengaruhi tingkat karbon dioksida, dan aktivitas
medula spinalis dan di ruang arachnoid. Cairan ini merupakan penyaringan dari
darah, berupa plasma yang tidak berwarna, jernih, dan normalnya mengandung
protein dan glukosa. Pada orang dewasa rata-rata diproduksi cairan cerebrospinalis
sistem vena jugularis ke vena cava superior dan akhirnya masuk ke sirkulasi sistemik.
Fungsi dari cairan cerebrospinalis adalah untuk mempertahankan fungsi normal saraf
seperti untuk nutrisi dan pengaturan lingkungan kimia susunan saraf pusat.
Penyebab umum cedera kepala yaitu karena kecelakaan lalu lintas, juga
disebabkan karena hal lain seperti terjatuh, terpukul, serangan fisik, kecelakaan
Penyebab terpenting cedera kepala yang serius adalah kecelakaan lalu lintas
(60% kematian yang disebabkan kecelakaan lalu lintas merupakan akibat cedera
kepala).28
Menurut penelitian Turner di New York tahun 1996, kecelakaan lalu lintas
merupakan penyebab 48-53 % dari insidens cedera kepala, 20-28 % karena terjatuh
a. Orang
produktif, yaitu antara 15-44 tahun (dengan usia rata-rata sekitar 30 tahun) dan
Menurut Miller, anak-anak usia <15 tahun beresiko mengalami cedera kepala
(33%) dan berumur >65 tahun 70-88%.28 Angka kematian pasien yang berusia 15-
22 tahun yaitu 32,8 kasus per 100.000 orang dan tingkat kematian pada pasien
berusia lanjut (>65 tahun) adalah sekitar 31,4 kasus per 100.000 orang.31
Data dari Jasa Marga menyatakan bahwa resiko kecelakaan lalu lintas
dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Hampir 50% kematian global terjadi
lalu lintas terjadi antara kendaraan bermotor dan pejalan kaki (47%) dan sebanyak
b. Tempat
Menurut WHO (2011) lebih dari 90% kematian akibat kecelakaan lalu lintas
daerah Afrika dan Timur Tengah.11 Hasil analisa lanjut data Riskesdas tahun 2007
menunjukkan bahwa proporsi cedera akibat lalu lintas secara nasional sebesar
27,0%.15
penderita cedera kepala yang rawat inap terdapat paling banyak menderita cedera
kepala ringan sebesar 60-70% dengan CFR tertinggi 35-50% akibat cedera kepala
berat.15
c. Waktu
Penelitian Tagliaferri et al, di Eropa tahun 2006 rata-rata kematian akibat cedera
penduduk.35
mengalami cedera kepala dengan kondisi yang parah (64,7%). Kecelakaan banyak
terjadi di siang hari, namun kecelakaan malam hari mempunyai proporsi lebih
tinggi tingkat keparahan cederanya (59%).8 Waktu kejadian kecelakaan lalu lintas
dari para korban kecelakaan lalu lintas berumur antara 20-39 tahun (47%), suatu
golongan umur yang paling aktif dan produktif. Sebanyak 74% dari korban
sebagian besar adalah pria. Pekerjaan korban sebagian besar adalah buruh (25%)
Menurut WHO (2011) tingkat kematian akibat kecelakaan lalu lintas jalan
lebih tinggi pada kelompok usia muda, anak-anak dan orang muda di bawah usia
25 tahun mencapai lebih dari 30% dari mereka tewas dan terluka dalam
kecelakaan lalu lintas. Dari usia muda tersebut, laki-laki lebih mungkin terlibat
dalam kecelakaan lalu lintas daripada perempuan, laki-laki muda di bawah usia 25
tahun hampir 3 kali lebih mungkin untuk terbunuh dalam kecelakaan mobil.9
menaati peraturan dan rambu lalu lintas. Faktor penumpang yang dimaksudkan
adalah jumlah muatan yang berlebihan. Faktor pemakai jalan bukan hanya pejalan
kaki atau pengendara, tetapi ada juga pedagang kaki lima, sarana perparkiran,
b. Faktor kendaraan. Lalu lintas jalan raya penuh dengan berbagai jenis
delman. Kedua kendaraan bermotor yaitu: sepeda motor, roda tiga/betor, mobil,
bus, truk. Di antaranya kecelakaan lalu lintas paling sering pada kendaraan sepeda
motor.
c. Faktor jalanan. Faktor jalanan dapat berupa keadaan fisik jalan (licin,
dengan adanya kabut, hujan, terik matahari, jalan licin akan membawa resiko
kecelakaan lalu lintas.1 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Woro tahun 2005
terhadap pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUP Fatmawati proporsi cedera akibat
kecelakaan lebih tinggi saat cuaca hujan (64,7%) dibandingkan dengan cuaca cerah
kerusakan struktur otak akibat cedera kepala. Gejala-gejala yang terjadi adalah mual,
muntah, nyeri kepala, hilangnya kesadaran kurang dari 10 menit atau tanpa diertai
terjadinya kecelakaan/cedera.
yang disertai kerusakan jaringan otak tetapi kontinuitas otak masih utuh, Otak
perdarahan. Gejala yang timbul lebih khas yaitu, penderita kehilangan gerakan,
tulang tengkorak dan durameter, biasanya disebabkan oleh pecahnya arteri meningen
media.36 Gejala yang ditimbulkan yaitu sakit kepala, konfusi, kejang, defisit lokal,
besar/bentuk pupil mata), yaitu pupil melebar. Pada perjalanannya, pelebaran pupil
akan mencapai maksimal dan reaksi cahaya yang pada mulanya positif akan
menjadi negatif.37
dimana kebebasan bergerak dari otak adalah paling besar dan lokasi yang relatif lebih
jarang adalah di daerah fosa posterior, dimana gerak lebih kecil. Kebanyakan
hematoma subdural terjadi di bridging vein yang menghubungkan sistem vena dari
otak dengan sinus venosus yang tertutup dalam durameter. Hematoma subdural bisa
Biasanya ada hubungannya dengan cedera yang jelas dan sering kali disertai
laserasi (robek) atau kontusi (memar) otak. Timbulnya gejala pada umunya
tertunda dan ditandai secara klinis oleh gangguan kesadaran yang fluktuatif. Hasil
dari hematoma subdural akut tergantung bukan saja hanya dari tindakan bedah
Hematoma subdural kronik terlihat paling sering pada pada orang tua dan
peminum alkohol. Pada penderita demikian biasanya didapatkan sedikit atrofi otak
diagnostik.
khasnya adalah hilang kesadaran dan nyeri kepala berat setelah sadar kembali. Lebih
tidak jarang ditemukan multipel. Gambaran klinis bergantung pada lokasi dan
besarnya hematoma.
yang jauh dari benturan. Penanggulangan fraktur tulang kepala bergantung pada
jenis fraktur. Terdapat beberapa bentuk fraktur tulang kepala, yakni linear, stelata,
Patah tulang impresi ialah fraktur dengan fragmen tulang terdorong ke dalam.
Diagnosa dibuat dengan foto rontgen kepala, termasuk foto tangensial pada tempat
Patah tulang tengkorak dasar pada umumnya terjadi pada petrosum, atap
orbita, atau pada basis oksiput. Diagnosis berdasarkan anamnesis dan gejala klinis,
seperti perdarahan dari hidung atau telinga, dan sekitar mastoid atau orbita. Foto
rontgen pada waktu akut tidak diperlukan karena pada umumnya tidak memberikan
tambahan informasi berarti, bahkan dapat membahayakan jiwa penderita. Saraf otak
yaitu dengan Glasglow Coma Scale (GCS) yang pertama kali dikenal oleh Teasdale
dan Jennett pada tahun 1974 yang digunakan sebagai standar internasional. Penilaian
sebagai berikut:
kelainan pada CT scan otak, rawat rumah sakit <48 jam, amnesia pasca trauma
pada CT scan otak, rawat rumah sakit >48 jam, APT 1-22 jam, dan biasanya tidak
Hilang kesadaran lebih dari 22 jam akibat penurunan kesadaran yang sangat
progresif, GCS menetap dalam 48 jam sesudah cedera, dan APT >7 hari.
Cedera kepala dapat menyebabkan cedera saraf otak yang dapat berupa
pendengaran atau keseimbangan, disartri, dan disfagia. Kadang terdapat afasia dan
hemiparesis.
ringan dengan GCS >12, ataupun pingsan yang tidak lebih dari 20 menit. Sindrom
tersebut berupa nyeri kepala, kepala terasa berat, mudah lupa, daya konsentrasi
menyertai fraktur basis. Kebocoran CSS dapat terjadi mulai dari saat cedera, tetapi
jika hubungan antara rongga subarakhnoid dan telinga tengah atau sinus paranasal
akibat fraktur basis hanya kecil dan menutup jaringan otak, maka hal ini tidak akan
terjadi dan pasien mungkin mengalami meningitis di kemudian hari. Pada proses
robekan durameter terjepit pada garis fraktur dan menyebabkan kebocoran terus-
inteligensia baik verbal maupun perilaku, gangguan perilaku, gangguan berpikir, rasa
curiga serta sikap bermusuhan, cemas, menarik diri, dan depresi. Yang paling
menonjol adalah gangguan daya ingat. Faktor utama timbulnya neuropsikiatrik ini
adalah beratnya cedera dan bukan faktor premorbid seperti status sosial, umur atau
tingkat pendidikan.
b. Kejang post traumatika awal (early post traumatic seizuries) merupakan kejang
yang terjadi antara hari pertama sampai ketujuh setelah cedera kepala.
c. Kejang post traumatika lanjut (late post traumatic seizuries) merupakan kejang
d. Post traumatic epilepsi merupakan kejang post traumatika lanjutan yang timbul
berulang-ulang dan bukan disebabkan oleh hal lain kecuali cedera kepala.
Sebanyak 60% penderita yang mengalami kejang dini dan kejang awal terjadi
dalam 22 jam pertama, lebih kurang setengahnya terjadi dalam jam pertama setelah
2.7.6. Hidrosefalus6
Hidrosefalus yang timbul setelah cedera kepala secara umum dapat dibedakan
a. Hidrosefalus non komunikan. Jenis ini dapat timbul akibat penekanan oleh efek
massa perdarahan yang terjadi, terhadap jalur aliran CSS dalam sistem sentrikel.
Sehingga aliran CSS terbendung. Jenis ini biasanya timbul karena adanya
CSS pada rongga subarachnoid terutama pada granulasi arachnoid. Gangguan ini
timbul karena adanya darah pada rongga subarachnoid yang mengganggu aliran
maupun penyerapan CSS. Biasanya terjadi pada 2 bulan pertama setelah cedera
kepala. Jenis ini lebih sering ditemukan daripada non komunikan. Secara klinis
penderita memperlihatkan perbaikan awal yang cepat namun selanjutnya tidak ada
kemajuan atau bahkan perburukan. Untuk alasan ini idealnya perlu dilakukan CT
scan.
Pada cedera kepala berat akan terjadi erosi, pembentukan ulkus dan perdarahan
terjadi erosi.
berat. Terdapat dua mekanisme yang mungkin bekerja secara sinergis. Pertama
peningkatan Tekanan Tinggi IntraKranial (TTIK) yang cepat atau cedera langsung
upaya untuk menurunkan kejadian kecelakaan lalu lintas. Upaya pencegahan yang
dilakukan yaitu:
orang yang belum terkena faktor resiko yaitu berupa safety facilities: koridor
e. Membuat jalanan yang lebih aman dan nyaman (tidak macet, kondisi tidak
a. Anamnesis
kecelakaan yang dialami pasien. Selain itu perlu dicatat juga tentang kesadarannya,
luka-luka yang diderita, muntah atau tidak, adanya kejang. Keluarga pasien diminta
Pada pemeriksaan fisik dicatat tanda-tanda vital yaitu kesadaran, nadi, tensi
darah, frekuensi dan jenis pernapasan serta suhu tubuh. Tingkat kesadaran juga
dicatat yaitu kompos mentis (kondisi segar bugar), apatis, somnolen (mengantuk),
sopor (tidur), atau koma. Selain itu dapat pula ditentukan dengan GCS.
Pada pasien yang berada dalam keadaan koma hanya dapat dilakukan pemeriksaan
yang berupa tes kaku kuduk yang hanya boleh dilakukan bila kolumna vertebralis
servikalis (ruas tulang leher) normal. Tes ini tidak boleh dilakukan bila ada fraktur
atau dislokasi servikalis. Selain itu dilakukan perangsangan terhadap sel saraf motorik
dan sensorik (nervus kranialis). Saraf yang diperiksa yaitu saraf 1 sampai saraf 12
(spinalis), nervus XII (hipoglous), nervus spinalis (pada otot lidah), dan nervus
hipoglosus (pada otot belikat) berfungsi sebagai saraf sensorik dan motorik.
d. Pemeriksaan Radiologis
Pada cedera kepala perlu dibuat foto rontgen kepala dan kolumna vertebralis
servikalis. Film diletakkan pada sisi lesi akibat benturan. Bila lesi terdapat di
pariental atau frontal lateral kiri, film diletakkan pada sisi kiri dan dibuat foto
dari kanan ke kiri. Kalau diduga ada fraktur basis kranii, maka dibuatkan foto
basis kranii dengan kepala menggantung dan sinar rontgen terarah tegak lurus
melihat adanya fraktur atau dislokasi. Pada foto polos tengkorak mungkin dapat
ditemukan garis fraktur atau fraktur impresi. Tekanan intrakranial yang tinggi
CT-Scan diciptakan oleh Hounsfield dan Ambrose pada tahun 1972. Dengan
jelas.
dengan indikasi tertentu seperti: nyeri kepala hebat, adanya tanda-tanda fraktur
basis kranii, adanya riwayat cedera yang berat, muntah lebih dari satu kali,
rasa baal pada tubuh, gangguan keseimbangan atau berjalan, gangguan orientasi,
MRI adalah teknik pencitraan yang lebih sensitif dibandingkan dengan CT-
Scan. Kelainan yang tidak tampak pada CT-Scan dapat dilihat dengan MRI.
lebih berat atau kematian. Pencegahan tersier dapat dilakukan dengan melakukan
bertujuan untuk mengubah perilaku (terutama perilaku berlalu lintas) dan gaya hidup
penderita. Rehabilitasi adalah bagian penting dari proses pemulihan penderita cedera
masyarakat.
2.10.1. Penderita cedera kepala adalah pasien yang mengalami suatu trauma
mekanik pada kepala baik secara langsung atau tidak langsung yang
2.10.2. Umur adalah usia penderita yang tertera pada kartu status yang
dikategorikan atas:
1. 15 tahun
2. 16-24 tahun
3. 25-44 tahun
4. 45 tahun
2.10.3. Jenis kelamin adalah ciri khas (organ reproduksi) yang dimiliki penderita
1. Laki-laki
2. Perempuan
2.10.4. Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan oleh penderita seperti yang
1. PNS/TNI/Polri
2. Pegawai swasta
3. Wiraswasta
4. IRT
5. Pelajar/Mahasiswa
6. Tidak bekerja
2.10.5. Penyebab adalah kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan terjadinya cedera
kepala pada korban seperti yang tertera pada kartu status yang dikategorikan
atas:
oleh penderita cedera kepala seperti yang tertera pada kartu status yang
dikategorikan atas:
1. 00.01-06.00 WIB
2. 06.01-12.00 WIB
3. 12.01-18.00 WIB
4. 18.01-24.00 WIB
2.10.7. Hari kejadian adalah hari terjadinya kecelakaan lalu lintas yang dialami oleh
penderita cedera kepala seperti yang tertera pada kartu status yang
dikategorikan atas:
1. Senin
2. Selasa
3. Rabu
4. Kamis
5. Jumat
6. Sabtu
7. Minggu
2.10.8. Tingkat keparahan adalah derajat keparahan yang dialami oleh penderita
cedera kepala seperti yang tertera pada kartu status yang dikategorikan atas:
2.10.9. Lama rawatan rata-rata adalah jumlah hari rata-rata perawatan penderita
2.10.10. Keadaan sewaktu pulang adalah kondisi penderita sewaktu keluar dari rumah
sakit seperti yang tertera pada kartu status yang dikategorikan atas:
perawatan seperti yang tertera pada kartu status yang dikategorikan atas:
1. Askes
2. Jamkesmas
3. Jamkesda
4. Umum
2.10.12. CFR penderita cedera kepala adalah angka atau proporsi kefatalan akibat
cedera kepala yang diperoleh dari hasil bagi antara jumlah kematian akibat
cedera kepala dengan jumlah penderita cedera kepala dalam periode waktu