Pembahasan :
PARAMETER BATUAN
No Density Kohesi Angle Of
Stratigrafi Litologi Dominan W (Cp) Internal UCS
kN/m3 kPa Friction kPa
( p ) deg ( )
1 Top Soil Batu Lempung - - - -
2 Overburden Batu Lempung 18,96 40,27 14,99 238,00
A1
3 Seam A1 Batubara A1 11,85 85,60 22,41
4 Interburden Batu Pasir Tufaan 17,35 84,37 13,07 229,51
A1-A2
5 Seam A2 Batubara A2 11,89 39,01 28,85
6 Interburden Interburden A2-B 18,80 68,81 20,85
A2-B
7 Seam B1 Batubara B1 11,51 135,97 34,26
8 Interburden Interburden B1-B2 20,32 125,38 25,27 1581,25
B1-B2
9 Seam B2 Batubara B2 11,71 86,63 27,47 108,64
10 Interburden B- Interburden B2-C 20,55 120,224 26,63 3300,75
C1
11 Seam C Batubara C 11,58 85,21 22,57 169,95
12 Under C Interburden C-D 20,70 46,72 19,72 716,05
Batubara D 12,19 129,3 15,70 51,89
Interburden D-E 21,20 38,87 16,66 794,91
Batubara E 12,01 58,85 26,09 5788,24
Under E 21,03 43,70 24,19
1
Tabel 2. Hubungan Kemampugaruan dan Nilai Kuat Tekan Batuan Menurut
Bell, 2004 (Modifikasi Holis, 2012)
Batuan Sangat Material sangat lunak dengan 1,7 3,0 450 1200 Proses
Lunak karakter tajam hasil pengamatan Penggaruan
para geologi, dapat dikupas Mudah (free
dengan pisau; terlalu sulit untuk digging)
uji triaxial dengan ketebalan 3
cm karena dapat hancur dengan
di tekan oleh jari.
Batuan Lunak Dapat dengan mudah di bongkar 3,0 10,0 1200 1500 Proses
dengan pisau, ketebalan 1-3 mm Penggaruan
menunjukkan spesimen dengan Sulit
tumbukkan keras dari titik
pengambilan ; menimbulkan
suara tumpul pada saat di pukul
menggunakan palu.
Batuan Keras Tidak dapat di bongkar dengan 10,0 20,0 1500 1850 Sulit Untuk
sebuah pisau ; spesimen tangan di Ripping
dapat di hancurkan dengan
tumbukan keras.
Batuan Sangat Spesimen Tangan 20,0 70,0 1850 2150 Sangat Sulit
Keras menghancurkan setelah lebih Untuk di
dari satu pukulan ; rock rings di Ripping atau
bawah palu. peledakan
2
A. Kriteria Pemberaian Batuan
Pemberaian batuan merupakan salah satu faktor penting dalam suatu proses
penambangan. Dengan melakukan pemberaian batuan maka proses penambangan
dapat berjalan secara efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomis
suatu kegiatan penambangan. Oleh karena itu Franklin dkk (1971) mengusulkan suatu
klasifikasi massa batuan berdasarkan parameter Fracture Index dan Point Load Index
(PLI). Kedua parameter ini kemudian diplot dalam suatu grafik yang dapat digunakan
untuk memprediksi kemampugaruan suatu massa batuan.
Sebagai contoh, dari titik potong grafik diatas maka metoda yang cocok
digunakan untuk memberaikan batuan adalah metoda peledakan dan pembongkaran.
Dalam proses penambangan pada batuan yang keras dan kompak, proses pemberaian
dilakukan dengan cara pengeboran dan peledakan. Kegiatan pengeboran dan
peledakan yang terencana dengan baik akan memberikan banyak keuntungan,
sebaliknya bila tidak terencana dengan baik akan mengakibatkan tingginya biaya
operasi serta dapat menimbulkan gangguan lingkungan seperti ground vibration, air
blast dan fly rock.
Pembahasan :
Dalam melakukan perhitungan Luas Area dan Volume Interburden B2C,
penulis menggunakan data yang di dapatkan dari Satker Perencanaan Operasi
3
Bulan November 2016 PT. Bukit Asam dengan bantuan software Minescape
4.118. Dari Software tersebut di dapatkan perencanaan pembongkaran interburden
bulan November 2017 dengan panjang 209 meter, lebar 110 meter, kedalaman 80
meter. Sehingga di dapatkan volume interburden sebesar 1.839.200 m3.
Pembahasan :
A. Metode Ripping
Metode ripping yang biasa digunakan adalah silang-siur yang memotong
bidang perlapisan batuan atau 45 derajat (Hasan, 2008). Dengan menggunakan
metode tersebut, batuan akan lebih mudah terlepas dari induknya sehingga
penggalian dengan excavator backhoe lebih mudah dan penggunaan waktu untuk
menggali lebih kecil (cycle time singkat). Berikut ini metode yang di gunakan
pada saat ripping (Hasan, 2008) :
4
Gambar 3. Metode Ripping Silang-Siur (Hasan, 2008)
Pembahasan :
A. Produktivitas Ripping
Waktu edar (Cycle time) adalah waktu yang dibutuhkan alat untuk
melakukan satu siklus kerja, waktu edar dipengaruhi oleh kecepatan gerakan alat,
jarak kerja alat dan waktu tetap (fixed time) yaitu waktu yang dibutuhkan untuk
pergantian gigi atau waktu ketika menurunkan dan menaikkan blade/ripper, serta
5
perubahan gerakan maju dan mundur pada alat. Menurut Tenriajeng (2003), waktu
edar ripping dapat ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut:
CT = Wf + Wr + Z ...........................................................................................(2.2)
Keterangan :
CT = Jumlah total waktu edar, menit, detik
J = jarak kerja, meter
F = kecepatan maju, meter/menit,meter/detik
R = kecepatan mundur, meter/menit, meter/detik
Z = waktu tetap, menit, detik
Wf = waktu kerja bergerak maju, menit, detik
Wr = waktu kerja bergerak mundur, menit, detik
Pembahasan :
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam teknik pengoperasian ripper
adalah :
a. Kecepatan Penggaruan
Pengaturan gigi dan kecepatan yang sesuai sangat berpengaruh terhadap tingkat
produksi. Umumnya, gigi satu dengan kecepatan 1,6 km/h dapat menghasilkan
produksi yang ekonomis. Kecepatan yang berlebihan dapat menyebabkan track
6
slip dan cepat aus. Selain itu, kecepatan yang berlebihan dapat menyebabkan
pemanasan pada tip dan berujung pada pendeknya umur tip.
b. Kedalaman Penetrasi
Kedalaman penetrasi sangat tergantung pada kondisi pekerjaan, kekerasan
material, dan ketebalan lapisan. Ripping harus dilakukan dengan menggunakan
kedalaman penetrasi maksimum ripper atau sesuai dengan kemampuan ripper.
d. Metode Ripping
Metode ripping yang biasa digunakan adalah silang-siur yang memotong
bidang perlapisan batuan atau 45 derajat (Hasan, 2008). Dengan menggunakan
metode tersebut, batuan akan lebih mudah terlepas dari induknya sehingga
penggalian dengan excavator backhoe lebih mudah dan penggunaan waktu untuk
menggali lebih kecil (cycle time singkat).
7
e. Cuaca
Pengaruh cuaca pada suatu daerah kerja (dimana akan berlangsung
penggunaan peralatan mekanis) perlu diketahui, karena akan dipakai untuk
memperkirakan dalam satu tahun berlangsung hujan selama beberapa hari. Perlu
dipahami bahwa pada waktu hujan penggunaan peralatan mekanis tidak dapat
efektif. Disamping itu pada waktu hujan lebat peralatan mekanis tidak dapat
dipergunakan (Prodjosumarto, 2000)