Selyna Portofolio Hepatoma
Selyna Portofolio Hepatoma
HEPATOMA
Oleh :
Selyna Catalia, dr.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : GCS 456
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu badan : 36,70C
Pernapasan : 20x/menit
Nadi : 88x/menit, teratur, dan kuat angkat
Kepala & leher : anemis (-), icterus (+), cyanosis (-), dyspnea (-), pKGB (-)
Thorax : inspeksi : simetris
Palpasi : simetris, trakea di tengah, iktus kordis teraba di ICS 5
midclavicula S
Perkusi : sonor
Auskultasi : Cor S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-),
Pulmo vesikuler/vesikuler, wheezing -/-, rhonchi -/-
Abdomen : flat, supel, BU (+) normal, hepar teraba 5 jari di bawah arcus costae, padat,
keras, berdungkul, lien tidak teraba, nyeri tekan region hipokondrium dekstra,
shifting dullness (+)
Extremitas : akral hangat,kering, merah, CRT<2detik, edema tungkai -/-
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hb:11,4 g/dL
SGOT : 225
SGPT : 121,8
Leukosit 8.440 /cmm
Trombosit 169.000 /cmm
PCV 34,9%
Bil dir : 1,43
BUN : 12,94 mg%
SK : 0,8
AU : 3,0
GDA : 124
DIAGNOSIS
HEPATOMA
PLANNING
- Diagnostik
- Terapi
Infus Ringer Asering 20 tpm
Inj. Ceftriakson 2x1 gr IV
Inj. Ondansentron 3x1 amp IV
Inj. Ranitidin 2x1 amp IV
Inj. Lasix 2x1 amp IV
Spironolakton 100 mg 1-0-0
Curcuma 3x1 tab
Daftar Pustaka:
Tjokroprawiro et al. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya: Airlangga University
Press.
Siregar GA. 2011. Penatalaksanaan non bedah dari karsinoma hati. Universa Medicina Vol
24 No 1 pp 35-42.
Hasil pembelajaran:
1. Penegakan diagnosis hepatoma
2. Tatalaksana pada pasien hepatoma.
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio Kasus
1. Subyektif
Pasien datang ke IGD RSU Kaliwates dengan keluhan nyeri perut kanan atas. Nyeri
perut kanan atas dirasakan sejak 1 bulan terakhir. Pasien juga mengeluh mual dan perut
terasa kembung. Muntah hitam 2 kali, BAB hitam disangkal. BAK berwarna seperti teh
sejak 1 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluh benjolan di perut kanan yang semakin
membesar sejak 1 bulan yang lalu. Perut dirasakan semakin membesar. Keluhan sesak.
Bengkak pada kaki disangkal. Nafsu makan dan berat badan dirasakan menurun.
Riwayat sakit kuning dan transfusi darah sebelumnya disangkal. Pasien sering minum
minuman beralkohol saat muda.
2. Obyektif
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum pasien lemah, sklera ikterus, nyeri
tekan hipokondrium dekstra, hepar yang membesar 5 jari dengan permukaan berdungkul,
teraba padat keras, dan terdapat shifting dullness. Dari pemeriksaan laboratorium terdapat
SGOT, SGPT, dan bilirubin direk yang meningkat. Dari pemeriksaan USG abdomen
didapatkan Difuse Hepatoma (macronodul dengan central necrosis multiple) disertai
splenomegali dan asites.
3. Assesment
Berdasarkan keluhan dan pemeriksaan tersebut diatas, dapat ditegakkan diagnosis berupa
hepatoma. Diagnosis hepatoma ditegakkan berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang (laboratorium dan USG abdomen). Dari anamnesis
didapatkan nyeri di perut terutama bagian kanan atas, mual, perut terasa kembung, nafsu
makan menurun, dan BAK yang berwarna seperti teh. Pasien juga memiliki riwayat suka
minum minuman beralkohol. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien
tampak lemah, sklera ikterus, nyeri tekan regio hipokondrial dekstra, hepar yang
membesar dengan permukaan berdungkul, teraba padat keras, dan adanya shifting
dullness. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan gangguan tes fungsi hati dan dari
USG abdomen didapatkan gambaran hepatoma dan asites.
Hepatoma atau atau keganasan hepatoseluler (KHS) adalah proses keganasan primer pada
hati. Hepatom merupakan pertumbuhan sel hati yang tidak normal yang di tandai dengan
bertambahnya jumlah sel dalam hati yang memiliki kemampuan membelah disertai
dengan perubahan sel hati yang menjadi ganas. KHS merupakan tumor ganas dengan
prognosis yang amat buruk, di mana pada umumnya penderita meninggal dalam waktu 2-
3 bulan sesudah diagnosisnya ditegakkan.
Faktor risiko terjadinya hepatoma dibeadakan menjadi faktor risikopasti dan tidak pasti.
Faktor risiko pasti adalah adanya riwayat hepatitis B kronis, hepatitis C kronis, sirosis
hati, aflatkosin, dan tyrosinema herediter. Sedangkan factor risiko yang tidak pasti adalah
penggunaan kontrasepsi oral, steroid anabolik, defesiensi -1 antitripsin, dan alkohol.
Meskipun alcohol tidak memiliki kemampuan mutagenik, peminum berat alkohol ( >50-
70g/hari dan berlangsung lama) berisiko untuk menderita HCC melalui sirosis hati
alkoholik. Alkoholisme juga meningkatkan risiko terjadinya sirosis hati dan HCC pada
pengidap infeksi HBV atau HCV.
Gambaran klinis berupa rasa nyeri tumpul umumnya dirasakan oleh penderita dan
mengenai perut bagian kanan atas, di epigastrium atau pada kedua tempat epigastrium dan
hipokondrium kanan. Rasa nyeri tersebut tidak berkurang dengan pengobatan apapun
juga. Nyeri yang terjadi terus menerus sering menjadi lebih hebat bila bergerak. Nyeri
terjadi sebagai akibat pembesaran hati, peregangan glison dan rangsangan peritoneum.
Terdapat benjolan di daerah perut bagian kanan atas atau di epigastrium. Perut membesar
karena adanya asites yang disebabkan oleh sirosis atau karena adanya penyebaran
karsinoma hati ke peritoneum. Umumnya terdapat keluhan mual dan muntah, perut terasa
penuh, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun dengan cepat. Yang paling
penting dari manifestasi klinis sirosis adalah gejala-gejala yang berkaitan dengan
terjadinya hipertensi portal yang meliputi asites, perdarahan karena varises esofagus, dan
ensefalopati.
Secara umum, tatalaksana bedah seperti reseksi dan transplantasi dianggap pengobatan
yang ideal untuk KHS. Dengan seleksi yang baik terhadap penderita-penderita, 5-year
survival rate pasca-reseksi dilaporkan dapat mencapai sedikitnya 35%. Namun demikian,
70% dari penderita-penderita ini mengalami rekurensi setelah reseksi kuratif ini,
biasanya antara 18-24 bulan. Meskipun penanganan terhadap karsinoma hepatoseluler
secara operatif dianggap ideal, tetapi banyak kesulitan dijumpai karena penderita-
penderita umumnya datang pada stadium yang sudah lanjut sehingga tidak dapat
dilakukan reseksi dan transplantasi. Selain itu, biaya operasi yang mahal, pemberian
imunosupresi sepanjang hidup serta sulitnya mendapatkan donor transplantasi merupakan
suatu kendala yang besar terutama di negara-negara berkembang. Oleh karena itu, yang
paling baik adalah melakukan usaha-usaha pencegahan, terutama pencegahan terhadap
penularan virus hepatitis dan bila telah terjadi infeksi, mencegah kemungkinan terjadinya
sirosis postnecrotic sehingga dapat dicegah terjadinya karsinoma hati.
Pada umumnya prognosis karsinoma hati adalah jelek. Tanpa pengobatan, kematian rata-
rata terjadi sesudah 6-7 bulan setelah timbul keluhan pertama. Dengan pengobatan, hidup
penderita dapat diperpanjang sekitar 11- 12 bulan. Bila karsinoma hati dapat dideteksi
secara dini, usaha-usaha pengobatan seperti pembedahan dapat segera dilakukan misalnya
dengan cara sub-segmenektomi, maka masa hidup penderita dapat menjadi lebih panjang
lagi. Sebaliknya, penderita karsinoma hati fase lanjut mempunyai masa hidup yang lebih
singkat. Kematian umumnya disebabkan oleh karena koma hepatik, hematemesis dan
melena, syok yang sebelumnya didahului dengan rasa sakit hebat karena pecahnya
karsinoma hati. Oleh karena itu langkah-langkah terhadap pencegahan karsinoma hati
haruslah dilakukan. Pencegahan yang paling utama adalah menghindarkan infeksi
terhadap HBV dan HCV serta menghindari konsumsi alkohol untuk mencegah terjadinya
sirosis.
4. Plan
Diagnosis: Hepatoma
Lab lengkap (DL, RFT, LFT, GDA)
USG abdomen
Pengobatan:
MRS
Infus Ringer Asering 20 tpm
Inj. Ceftriakson 2x1 gr IV
Inj. Ondansentron 3x1 amp IV
Inj. Ranitidin 2x1 amp IV
Inj. Lasix 2x1 amp IV
Spironolakton 100 mg 1-0-0
Curcuma 3x1 tab
Monitoring: GCS, keluhan, vital sign.
Konsultasi: Dilakukan konsultasi kepada dokter spesialis penyakit dalam
Rujukan:
Kontrol: