TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Terdapat dua istilah yang perlu dibedakan yaitu penyakit parkinson dan parkinsonism.
Penyakit parkinson adalah bagian dari parkinsonism yang secara patologi ditandai oleh
degenerasi ganglia basalis terutama di substansia nigra parscompakta (SNC) diserta dengan
inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies). Parkinonism adalah suatu sindrom yang ditandai
oleh tremor waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia, dan hilangnya refleks postural akibat
penurunan kadar dopamine dengan berbagai macam sebab.1,2
2.2 Epidemiologi
Penyakit Parkinson adalah salah satu penyakit neurodegeneratif yang paling banyak
dialami pada umur lanjut dan jarang dibawah umur 30 tahun. Biasanya mulai timbul pada usia
40-70 tahun dan mencapai puncak pada dekade keenam. Penyakit Parkinson lebih banyak pada
pria dibanding wanita dengan perbandingan 3:2. Penyakit Parkinson meliputi lebih dari 80%
parkinsonism. Di Amerika utara meliputi lebih dari satu juta penderita atau 1% dari populasi
berusia lebih dari 65 tahun.1,2,3
Penyakit Parkinson mempunyai prevalensi 160 per 100.000 populasi dan angka
kejadiannya berkisar 20 per 100.000 populasi. Keduanya meningkat seiring dengan pertambahan
umur. Pada umur 70 tahun prevalensi dapat mencapai 120 dan angka kejadian 55 kasus per
100.000 populasi pertahun. Kematian biasanya tidak disebabkan oleh Parkinson sendiri tetapi
oleh karena terjadinya infeksi sekunder.1
2.3 Anatomi Ganglia Basalis
Ganglia basalis terdiri dari striatum, globus palidus, dan nucleus subthalamikus. Disebut
ganglia basalis karena letaknya yang hampir seluruhnya terletak di basal dari hemisfer serebri.
Striatum merupakan target dari input korteks putamen. Globus palidus merupakan sumber output
terhadap thalamus dan dibagi menjadi segmen interna dan segmen eksterna.1
Gambar 1. Anatomi Ganglia Basalis
Ganglia basalis menerima input dari korteks serebri di striatum, kemudian input
diteruskan ke globus pallidus dan kemudian menuju substansia nigra. Kemudian sinyal
diteruskan kembali ke korteks serebri melalui thalamus. Fungsi ganglia basalis mempertahankan
tonus otot yang diperlukan untuk menstabilkan posisi sendi. Adanya kerusakan pada struktur
ganglia basalis menyebabkan gerakan yang tidak terkontrol seperti tremor. Berkurangnya
dopaminergik (neurotransmitter) dari substansia nigra ke striatum terjadi pada penyakit
Parkinson.1,2,4
Ganglia basalis mendapat masukan saraf aferen dari korteks serebri dan thalamus. Pintu
masuk saraf aferen ke basal ganglia adalah putamen (striatum), sedangkan pintu keluarnya
adalah globus pallidus. Saraf aferen dari ganglia basalis ini selanjutnya menuju thalamus dan
korteks motorik.1,2,4
2.6.2 Rigiditas
Jika kepalan tangan yang tremor tersebut digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan ke
atas bertumpu pada pergelangan tangan, terasa ada tahanan seperti melewati suatu roda yang
bergigi sehingga gerakannya menjadi terpatah-patah/putus-putus. Fenomena ini disebut roda
bergigi (cogwheel phenomenon). 1,2,5,6
Pada permulaan rigiditas terbatas pada satu ekstremitas atas dan hanya terdeteksi pada
gerakan pasif. Pada stadium lanjut, rigiditas menjadi menyeluruh dan lebih berat. Rigiditas
timbuhl sebagai reaksi terhadap regangan pada otot agonis dan antagonis. Salah satu gejala dini
akibat rigiditas ialah hilang gerak asosiatif lengan bila berjalan. Rigiditas disebabkan oleh
meningkatnya aktivitas motor neuron alfa.1,2
2.6.3 Bradikinesia
Gerakan volunteer menjadi lambat dan berkurangnya gerak asosiatif sehingga memulai
suatu gerakan menjadi sulit, misalnya sulit untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan,
lambat mengambil suatu obyek, bila berbicara gerak lidah dan bibir menjadi lambat.
Bradikinesia mengakibatkan berkurangnya ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan yang
berkurang, misalnya wajah seperti topeng, kedipan mata berkurang, berkurangnya gerak menelan
ludah sehingga ludah suka keluar dari mulut. Bicara menjadi lambat dan monoton dan volume
suara berkurang (hypofonia).5,6
Ekspresi muka atau gerakan mimil wajah berkurang (muka topeng). Gerakan penderita
menjadi serba lambat. Dalam pekerjaan sehari-hari pun bisa terlihat pada tulisan/tanda tangan
yang semakin mengecil, sulit mengenakan baju, langkah menjadi pendek dan diseret. Kesadaran
masih tetap baik sehingga penderita bisa menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu. 1,2
Pada saat ini, terdapat enam tanda cardinal gambaran motorik parkinsonism yaitu :
Tanda awal : 1. Resting tremor
2. Bradikinesia/hipokinesia/akinesia
3. Rigiditas
Tanda lanjut : sebagian besar intractable
4. Postur fleksi dari leher, badan dan ekstremitas
5. Hilangnya refleks postural; terjatuh
6. Freezing phenomenon, yaitu berhenti di tempat saat mau mulai melangkah,
sedang berjalan, atau berputar balik; dan start hesitation, yaitu ragu-ragu
untuk mulai melangkah. Bisa juga terjadi sering kencing, dan sembelit.
Penderita menjadi lambat berpikir dan depresi.1,5,6
Gejala lain dapat berupa :
1. Mikrografia : Tulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada beberapa kasus
hal ini merupakan gejala dini. 5,6
2. Langkah dan gaya jalan (sikap Parkinson) : Berjalan dengan langkah kecil menggeser dan
makin menjadi cepat (marche a petit pas), stadium lanjut kepala difleksikan ke dada,
bahu membengkok ke depan, punggung melengkung bila berjalan. 5,6
3. Bicara monoton : Hal ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara,
otot laring, sehingga bila berbicara atau mengucapkan kata-kata yang monoton dengan
volume suara halus (suara bisikan) yang lambat.
4. Demensia : Adanya perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya dengan
defisit kognitif. 2,5,6
5. Gangguan behavioral : Lambat-laun menjadi dependen (tergantung kepada orang lain),
mudah takut, sikap kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan respon terhadap pertanyaan
lambat (bradifrenia) biasanya masih dapat memberikan jawaban yang betul, asal diberi
waktu yang cukup. 5,6
6. Tanda Myerson positif: Lain Kedua mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan
diatas pangkal hidungnya (tanda Myerson positif) 5,6
1. Parkinso
n
primer/idiopatik/paralysis agitans.
Penyakit Parkinson
Sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan kronis, tetapi penyebabnya
belum jelas. Kira-kira 7 dari 8 kasus parkinson termasuk jenis ini.
Juvenille Parkinsonism
Penyakit Parkinson yang mulai sebelum umur 20 tahun. 1 Sekitar 5% dari
parkinsonism dengan usia awitan <40 tahun.4
4. Penyakit Heredodegeneratif
Penyakit Hallervoden-Spatz, penyakit huntington, Lubag (Filipino X-linked dystonia-
parkinsonism), nekrosis striatal dan sitopati mitokondria, neuroakantositosis, penyakit
Wilson, seroid lipofusionis, sindroma thalamik demensia.1
2.8.3 UKPD Society Banks clinical criteria for probable Parkinsons disease 1,4
Step 1 : Diagnosis sindrom Parkinson
Bradikinesia + minimal salah satu dari :
rigiditas
4-6 Hz tremor saat istirahat
Ketidakstabilan postural yang tidak disebabkan oleh disfungsi visual,
vestibular, cerebellar atau propioseptif
Step 2 : Kriteria eksklusi untuk penyakit Parkinson
Riwayat stroke berulang
Riwayat trauma kepala berulang
Riwayat ensefalitits
Dalam terapi neuroleptic saat onset gejala
Gejala terbatas pada satu sisi setelah tiga tahun
Supranuclear gaze palsy
Gejala Cerebellar
Demensia berat onset awal
Babinski (+)
Adanya tumor pada CT scan
Tidak memberikan respon terhadap terapi levodopa
Step 3 : Minimal 3 dari kriteria suportif (prospektif) berikut :
Unilateral onset
Resting tremor
Perjalanan penyakit progresif
Gejala asimetris yang menetap pada sebagian besar onset
Memberikan respon yang baik(70-100%) pada levodopa
Timbul khorea berat yang diinduksi levodopa
Memberikan respon terhadap levodopa selama 5 tahun atau lebih
Perjalanan klinis 10 tahun atau lebih
b. Agonis Dopamin
Agonis dopamin seperti Bromokriptin (Parlodel), Pergolid (Permax), Pramipexol
(Mirapex), Ropinirol, Kabergolin, Apomorfin dan lisurid dianggap cukup efektif untuk
mengobati gejala Parkinson. Obat ini bekerja dengan merangsang reseptor dopamin, akan
tetapi obat ini juga menyebabkan penurunan reseptor dopamin secara progresif yang
selanjutnya akan menimbulkan peningkatan gejala Parkinson. 11,12
Obat ini dapat berguna untuk mengobati pasien yang pernah mengalami serangan
yang berfluktuasi dan diskinesia sebagai akibat dari levodopa dosis tinggi. Apomorfin
dapat diinjeksikan subkutan. Dosis rendah yang diberikan setiap hari dapat mengurangi
fluktuasi gejala motorik.
Efek samping obat ini adalah halusinasi, psikosis, eritromelalgia, edema kaki, mual dan
muntah. 11,12
c. Antikolinergik
Obat ini menghambat sistem kolinergik di ganglia basal dan menghambat aksi
neurotransmitter otak yang disebut asetilkolin. Obat ini mampu membantu mengoreksi
keseimbangan antara dopamine dan asetilkolin, sehingga dapat mengurangi gejala tremor.
Ada dua preparat antikolinergik yang banyak digunakan untuk penyakit parkinson , yaitu
thrihexyphenidyl (artane) dan benztropin (congentin). Preparat lainnya yang juga termasuk
golongan ini adalah biperidon (akineton), orphenadrine (disipal) dan procyclidine
(kamadrin). 11,12
Efek samping obat ini adalah mulut kering dan pandangan kabur. Sebaiknya obat
jenis ini tidak diberikan pada penderita penyakit Parkinson usia diatas 70 tahun, karena
dapat menyebabkan penurunan daya ingat. 11,12
e. Amantadin
Berperan sebagai pengganti dopamine, tetapi bekerja di bagian lain otak. Obat ini
dulu ditemukan sebagai obat antivirus, selanjutnya diketahui dapat menghilangkan gejala
penyakit Parkinson yaitu menurunkan gejala tremor, bradikinesia, dan fatigue pada awal
penyakit Parkinson dan dapat menghilangkan fluktuasi motorik (fenomena on-off) dan
diskinesia pada penderita Parkinson lanjut. Dapat dipakai sendirian atau sebagai kombinasi
dengan levodopa atau agonis dopamine. Efek sampingnya dapat mengakibatkan
mengantuk. 11,12
2. Terapi pembedahan
Bertujuan untuk memperbaiki atau mengembalikan seperti semula proses patologis yang
mendasari (neurorestorasi).1,4
a. Terapi ablasi lesi di otak
Termasuk katergori ini adalah thalamotomy dan pallidotomy
Indikasi : - fluktuasi motorik berat yang terus menerus
- diskinesia yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan medik
Dilakukan penghancuran di pusat lesi di otak dengan menggunakan kauterisasi. Efek
operasi ini bersifat permanen seumur hidup dan sangat tidak aman untuk melakukan ablasi
dikedua tempat tersebut.1,4
b. Deep Brain Stimulation (DBS)
Ditempatkan semacam elektroda pada beberapa pusat lesi di otak yang
dihubungkan dengan alat pemacunya yang dipasang di bawah kulit dada seperti alat
pemacu jantung. Pada prosedur ini tidak ada penghancuran lesi di otak, jadi relatif aman.
Manfaatnya adalah memperbaiki waktu off dari levodopa dan mengendalikan diskinesia.1,4
c. Transplantasi
Percobaan transplantasi pada penderita penyakit parkinson dimulai 1982 oleh
Lindvall dan kawannya, jaringan medula adrenalis (autologous adrenal) yang
menghasilkan dopamin. Jaringan transplan (graft) lain yang pernah digunakan antara lain
dari jaringan embrio ventral mesensefalon yang menggunakan jaringan premordial steam
atau progenitor cells, non neural cells (biasanya fibroblast atau astrosytes), testis-derived
sertoli cells dan carotid body epithelial glomus cells. Untuk mencegah reaksi penolakan
jaringan diberikan obat immunosupressant cyclosporin A yang menghambat proliferasi T
cells sehingga masa idup graft jadi lebih panjang. Transplantasi yang berhasil baik dapat
mengurangi gejala penyakit parkinson selama 4 tahun kemudian efeknya menurun 4 6
tahun sesudah transplantasi. Teknik operasi ini sering terbentur bermacam hambatan seperti
ketiadaan donor, kesulitan prosedur baik teknis maupun perijinan.1,4
3. Non Farmakologik
a. Edukasi
Pasien serta keluarga diberikan pemahaman mengenai penyakitnya, misalnya
pentingnya meminum obat teratur dan menghindari jatuh. Menimbulkan rasa simpati dan
empati dari anggota keluarganya sehingga dukungan fisik dan psikik mereka menjadi
maksimal.1
b. Terapi rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi medik adalah untuk meningkatkan kualitas hidup penderita
dan menghambat bertambah beratnya gejala penyakit serta mengatasi masalah-masalah
sebagai berikut : Abnormalitas gerakan, Kecenderungan postur tubuh yang salah, Gejala
otonom, Gangguan perawatan diri (Activity of Daily Living ADL), dan Perubahan
psikologik. Latihan yang diperlukan penderita parkinson meliputi latihan fisioterapi,
okupasi, dan psikoterapi.1
Latihan fisioterapi meliputi : latihan gelang bahu dengan tongkat, latihan ekstensi
trunkus, latihan frenkle untuk berjalan dengan menapakkan kaki pada tanda-tanda di lantai,
latihan isometrik untuk kuadrisep femoris dan otot ekstensor panggul agar memudahkan
menaiki tangga dan bangkit dari kursi.1,4
Latihan okupasi yang memerlukan pengkajian ADL pasien, pengkajian
lingkungan tenpat tinggal atau pekerjaan. Dalam pelaksanaan latihan dipakai bermacam
strategi, yaitu :
Strategi kognitif : untuk menarik perhatian penuh/konsentrasi, bicara jelas dan tidak
cepat, mampu menggunakan tanda-tanda verbal maupun visual dan hanya melakukan
satu tugas kognitif maupun motorik.
Strategi gerak : seperti bila akan belok saat berjalan gunakan tikungan yang agak lebar,
jarak kedua kaki harus agak lebar bila ingin memungut sesuatu dilantai.
Strategi keseimbangan : melakukan ADL dengan duduk atau berdiri dengan kedua kaki
terbuka lebar dan dengan lengan berpegangan pada dinding. Hindari eskalator atau pintu
berputar. Saat bejalan di tempat ramai atau lantai tidak rata harus konsentrasi penuh
jangan bicara atau melihat sekitar.
Seorang psikolog diperlukan untuk mengkaji fungsi kognitif, kepribadian, status mental pasien
dan keluarganya. Hasilnya digunakan untuk melakukan terapi rehabilitasi kognitif dan
melakukan intervensi psikoterapi.1,4
2.12 Komplikasi
2.12.1 Komplikasi Motorik
a. Fluktuasi motorik
Terdiri dari wearing off yang merupakan efek L-dopa yang singkat (<4 jam),
dimana gejala parkinson muncul kembali. Fenomeno on-off, on terjadi gejala diskinesia
(korea, distonia, tics, mioklonus), off terjadi gejala akinesia. Dalam mencegah dan usaha
tatalaksana fluktuatif motorik ini, digunakan beberapa cara antara lain :1,11
Tunda penggunaan L-dopa pada pasien berusia muda <60 tahun
Gunakan DA agonist sebagai terapi inisial
obat-obat baru untuk tatalaksana dan pencegahan
Terapi inisial dengan MAOB inhibitor yang baru (rasagiline)
b. Diskinesia
Tipe gerakan yang dapat muncul antara lain chorea, balismus, distonia,
mioklonus, dan tics. Sedangkan pola gerakan yang dapat muncul yaitu peak dose dyskinesia:
choreic, diphasic dyskinesia: choreic overdose or dystonic underdose, square-wave dyskinesia,
early morning dystonia, off period dyatonia, yo-yoing.1,11
2.13 Prognosis
Penyakit parkinson adalah neurodegeneratif yang berlangsung lambat. Prognosis
dipengaruhi oleh umur, onset penyakit parkinson, gaya hidup dan terapi medik. Meskipun tidak
ada bukti yang menyimpulkan bahwa terapi medik memperlambat progresivitas penyakit,
mortalitas menurun 50% dengan penggunaan levodopa. 1,4