Anda di halaman 1dari 31

POSTED BY BAIQ IDA RIZQIA ON 00.

52 WITH 4 COMMENTS
ASKEB, NIFAS

Contoh Asuhan Kebidanan Pada ibu Nifas

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NORMAL


Ny. Y UMUR 25 TAHUN P1 A0 Ah1 DENGAN NYERI LUKA PERINIUM HARI KE 2
Di BPS RIZQA
No. Register : 01XX
Masuk tgl/jam : 20 Desember 2011 / 14.00 WIB
Ruang : R.Nifas
Oleh : Bidan Baiq
SUBYEKTIF

Identitas
Istri Suami
Nama : Ny. A Tn. R
Umur : 25 tahun 29 tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMP SMA
Pekerjaan : IRT Karyawan
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Alamat : Serangan Serangan
Telp : 085728xxx 085725xxx

1. Alasan masuk ruang nifas


Ibu mengatakan ingin memeriksakan keadaannya dan bayinya.
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan pada luka jahitan terasa nyeri.
3. Riwayat Perkawinan
Status Perkawinan : Perkawinan yang pertama, syah
Menikah sejak umur : ibu 22 tahun suami 24 tahun
Lama perkawinan : 3 tahun
4. Riwayat Menstruasi
HPHT : 11 Maret 2011
HPL : 18 Desember 2011
Menarche : 14 tahun
Lama Menstruasi : 7 hari
Teratur/tidak : Teratur
Siklus : 28 hari
Banyaknya : 3x ganti pembalut pada hari pertama dan 2x ganti pembalut pada hari
kedua
Keluhan : Tidak ada

5. Riwayat obstetri
P1 A0 .Ah1

6. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu


Persalinan Nifas
Hami lahir UK Jenis Penolon Temp L/ BB Komplika Lakta Komplika
l ke- Persalina g at P Lahi si si si
n r
1 18/1 40 spontan bidan BPS p 310 Tidak ada lancar Tidak ada
2 mg 0
/201 g gra
1 m

7. Riwayat persalinan ini


Tanggal persalinan : 18 Desember 2011, jam 10.00 WIB
Tempat persalinan : BPS RIZQY
Jenis persalinan : Spontan
Penolong : Bidan
8. Keadaan Bayi Baru Lahir
Lahir tanggal : 18 Desember 2011, jam 10.00 WIB
BB/PB lahir : 3100 gram/50cm
Jenis kelamin : perempuan
Pola tidur : 12 jam/hari
Pola nutrisi
Frekuensi menyusu : 9 kali/hari
Durasi : 20 menit
Masalah Pada Ibu dan Bayi : tidak ada
Pola eliminasi
BAK : 7-8 kali/hari
Konsistensi : cair
Warna : khas urin
Bau : khas urin
BAB : 3 kali/hari
Konsistensi : lembek
Warna : khas feses
Bau : khas feses
9. Riwayat Post partum
Pola kebutuhan sehari-hari
Nutrisi
Porsi makan sehari : 1 porsi habis
Jenis : nasi, sayur, lauk, buah
Makanan pantang : tidak ada makanan pantangan
Pola minum : 7-8 gelas/hari
Jenis : Air putih, teh, susu
Keluhan : Tidak ada
Eliminasi
a. BAK
Frekuensi : 6-7x/ hari Jumlah : 1200 cc
Warna : kuning jernih Keluhan : tidak ada
b. BAB
Frekuensi : 1x/hari Jumlah :-
Warna : kuning Keluhan : tidak ada
Istirahat
Tidur siang : -1 jam
Tidur malam : 5-6 jam Tidak ada keluhan
Pola Aktivitas
Mobilisasi : sudah bisa jalan, dan merawat diri dan belajar merawat bayinya
Pekerjaan : merawat diri dan bayinya masih dibantu keluarga
Olahraga /senam nifas : melakukan senam nifas sesuai dengan yang diajarkan
bidan, yaitu senam kegle setiap pagi
Keluhan : tidak ada
Pengalaman menyusui : ibu mengatakan tidak memiliki pengalaman menyusui
Kebiasaan Menyusui
Posisi : tiduran dan duduk
Perawatan Payudara : membersihkan putting sebelum menyusui
Masalah : tidak ada
Personal higiene : mandi 2 kali/hari
gosok gigi 2 kali/hari
keramas 3 kali/minggu
ganti pakaian dalam 2 kali/hari
ganti pakaian luar 2 kali/hari

Pola seksual : Selama nifas ibu belum melakukan hubungan seksual dengan
suami, Keluhan : tidak ada
10. Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun
11. Riwayat Kesehatan
- Ibu mengatakan tidak sedang atau pernah menderita penyakit sistemik seperti hipertensi,
asma, diabetes militus, TBC, dan HIV
- Ibu mengatakan bahwa keluarganya tidak sedang atau pernah menderita penyakit sistemik
seperti hipertensi, asma, diabetes militus, TBC, dan HIV
- Ibu mengatakan bahwa tidak memiliki keturunan kembar

12. Riwayat Psikososial Spiritual


ibu mengatakan suami dan keluarganya selalu mendukung dia untuk merawat bayinya dan
hubungannya baik.
Ibu mengatakan ia dan keluarganya mengerti tentang keadan masa nifas
Ibu mengatakan Pengambil keputusan di keluarga adalah suami dan ia
Ibu mengatakan taat beribadah dan sering mengikuti pengajian
Ibu mengatakan tinggal bersama suami
Ibu mengatakan tidak memiliki hewan piaraan di rumah
13. Kebiasaan yang menggaggu kesehatan
Ibu mengatakan tidak memiliki kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol, dan tidak
ada pantangan makanan apapun.
OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
A. Pemeriksaan Fisik Ibu
a. Keadaan umum : baik Kesadaran : compos mentis
b. Status emosional : stabil
c. Tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 85 x per menit
Pernafasan : 22x per menit
Suhu : 36,80C
d. Antropometri
BB : 65 kg PB : 160 cm
e. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Rambut : Rambut Bersih, tidak ada ketombe
Wajah : Tidak ada oedema dan tidak ada cloasma gravidarum
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
Mulut : bersih, tidak berbau, tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi.
Leher : tidak ada pembesaran tyroid, kelenjar limfe, dan vena jugularis.
Telinga : Bersih, tidak ada serumen
e. Pemeriksaan Payudara
Bentuk : simetris
Puting susu : menonjol
Areola : hiperpigmentasi, bersih
ASI : lancar, tidak ditemukan bendungan ASI
f. Abdomen
Pembesaran : normal, TFU 2 jari di bawah pusat
Benjolan : tidak ada
Bekas luka : tidak ada
g. Ekstremitas
Oedem : tidak ada oedema
Varices : tidak ada varises
Reflek patella : kiri (+), kanan (+)
Kuku : bersih dan pendek, jika ditekan berwarna merah muda
h. Genetalia
Varices : tidak ada v
Oedem : tidak ada
Bekas luka : Bekas luka episiotomi dijahit dengan teknik jahitan jelujur secara
mediolateral. Keadaan jahitan bagus, sedikit bengkak, ada tanda infeksi.
Pengeluaran pervaginam : Lokhea rubra
i. Anus
Tidak ada hemoroid.
B. Pemeriksaan Fisik Bayi
a) Keadaan umum : baik Kesadaran : compo smetis
b) Tanda Vital
Suhu : 36,60C
Pernafasan : 46 kali/menit
Nadi : 144 kali/menit

c) Antropometri
BB : 3100 gram LK : 33 cm
PB : 50 cm LILA : 10,5 cm
LD : 33 cm
d) Kepala : simetris, ukuran normal, tidak ada benjolan abnormal
e) Ubun-ubun : datar, tidak cekung
f) Wajah : tidak pucat, tidak kuning, dan tidak ada bekas luka
g) Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sclera tidak ikterik
h) Hidung : simetris, bersih, tidak ada polif
i) Mulut : bersih, tidak pucat, tidak ada trush
j) Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tirod, limfe dan tidak ada pelebaran
vena jugularis.
k) Dada : simetris, tidak ada wheezing
l) Abdomen : saat bayi tenang perut teraba lembek, tidak ada benjolan dan bekas luka
m) Tali Pusat : bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi
n) Genitalia : labia mayora menutupi labia minora, lubang uretra positif, vagina
berlubang.
o) Ekstermitas : simetris, gerakan aktif, jumlah jari lengkap
p) Reflek

k. Pemeriksaan Penunjang
tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

i. Riwayat persalinan terakhir

KALA LAMA TINDAKAN PERDARAHAN KET


I 8 jam - 20cc normal
II 1 jam Episiotom 100cc normal
III 15 menit - 100cc normal
IV 2 jam Penjahitan laserasi 100cc normal
derajat 2 teknik jelujur
secara mediolateral
dengan benang cutgut
Jumlah 11 jam 15 320cc
menit

ASSESMENT
Ny. Y umur 25 tahun P1 A0 Ah1 dalam masa nifas hari ke 2 normal dengan nyeri luka
pada jahitan perineum.

PLANNING
Tanggal/jam : 20 Desember 2011 / 14.15 WIB

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan ibu dan bayi dalam keadaan
normal
Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan bidan dan merasa senang dan lega
2. Bidan menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan genetalia dan menganjurkan pada ibu
untuk membersihkan alat genetalia dengan sabun sesudah BAK ataupun BAB dari arah atas
menuju anus
Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan dan mampu mengulang penjelasan bidan serta ibu
mengatakan akan berusaha melaksanakan anjuran tersebut
3. Bidan menjelaskan dan menganjurkan tentang perawatan perinium pasca penjahitan
episiotomi yaitu dengan mengoles bekas jahitan dengan menggunakan kasa yang diberi
betadin setelah genetalia dibasuh dengan air sabun
Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan dan berusaha untuk melakukan anjurannya
Ibu mengerti dengan anjuran yang diberikan
4. Bidan menganjurkan pada ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual terlebih dahulu
selama masa nifas dan menjelaskan faktor resikonya
Evaluasi : Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia untuk tidak melakukan hubungan seksual
dengan suaminya selama masa nifas
5. Memberi tahu ibu cara untuk merawat tali pusat dengan kasa yang diberi air hangat
Evaluasi :Ibu mengerti dengan anjuran yang diberikan dan berusaha akan melakukannya dirumah
6. Menjelaskan pada ibu untuk tetap mempertahankan pemenuhan pola nutrisi yang sudah baik
dilakukan dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang
yaitu karbohidrat (nasi, kentang,roti), protein (tahu, tempe, daging, ikan, telur), vitamin
(sayur dan buah). Dan memperbanyak konsumsi makanan yang mengandung protein untuk
mempercepat penyembuhan luka episiotomi
Evaluasi : Ibu bersedia untuk melakukan pola pemenuhan nutrisi yang sehat dan seimbang
terutama konsumsi protein
asuhan keperawatan maternitas SC ( sectio caesarea )

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).

Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalamkeadaan utuh
serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991).

Nasib janin yang ditolong secara sectio caesaria sangat tergantung dari keadaan
janin sebelum dilakukan operasi. Menurut data di Indonesia dengan pengawasan antenatal
yang baik dari fasilitas neonatal yang sempurna, angka kematian perinatal sekitar 4 7 %
(Rustam mochtar, 1992).

Menurut data dari rumah sakit putri hijau dalam satu tahun terakhir dari 200 ibu
hamil hampir 70% melahirkan melalui pembedahan atau section caesarea dengan indikasi
masalah dalam persalinan mulai dari masalah ibu seperti panggul sempit sampai masalah
pada bayi seperti letak lintang.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mendapatkangambaran
umum tentang asuhan keperawatan pada klien dengan post sectio caesarea di RUMKIT
PUTRI HIJAU TK II

2. Tujuan Khusus

a Mampu mengidentifikasi pasien post sactio caesarea

b Mampu melaksanakan pengkajian terhadap pasien dengan post sactio caesarea,kemudian


dianalisa dan ditentukan masalah keperawatan

c Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan pasien.

d Mampu menerapakan rencana keperawatan yang nyata

e Mampu menilai dan mengevaluasi dari hasil keperawatan yang telah dilakukan pada
pasien post sectio caesarea.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep dasar medik

1. Pengertian

Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).

2. Etiologi

Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan


menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu
tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia ).
a Pada Ibu :

disproporsi kepala panggul

Disfungsi uterus

Distosia jaringan lunak

Plasenta previa

His lemah / melemah

b Pada Anak :

Janin besar

Gawat janin

Letak lintang

Hydrocephalus

3. Jenis- jenis sectio caesarea

1. Abdomen ( Sectio Caesarea Abdominalis )

a) Sectio Caesarea Transperitonealis

Sectio Caesarea klasik atau corporal dengan insisi memanjang pada corpus uteri.

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada corpus uteri kira kira 10 cm.

Kelebihan:

Mengeluarkan janin lebih cepat

Tidak menyebabkan komplikasi tertariknya vesica urinaria

Sayatan bisa diperpanjang proximal atau distal.

Kekurangan :

Mudah terjadi penyebaran infeksi intra abdominal karena tidak ada retroperitonealisasi
yang baik.

Sering terjadi rupture uteri pada persalinan berikutnya.

b) Sectio Caesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen bawah
rahim.

Dilakukan dengan membuat sayatan melintang ( konkaf ) pada segmen bawah rahim,
kira kira 10 cm.
Kelebihan:

Penutupan luka lebih mudah.

Penutupan luka dengan retroperitonealisasi yang baik.

Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke
rongga peritoneum.

Perdarahan kurang.

Kemungkinan terjadi rupture uteri spontan kurang / lebih kecil dari pada cara klasik.

Kekurangan:

Luka dapat melebar ke kiri , ke kanan dan ke bawah sehingga dapat menyebabkan arteri
Uterina putus sehingga terjadi pendarahan hebat.

Keluhan pada vesica urinaria post operatif tinggi.

c) Sectio Caesarea Extraperitonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan


demikian tidak membuka cavum abdomen.

2. Vagina ( Sectio Caesarea Vaginalis )

Menurut arah sayatan rahim, section caesarea dapat dilakukan sebagai berikut:

Sayatan memanjang ( longitudinal )

Sayatan melintang ( transversal )

Sayatan huruf T ( T incision )

4. Indikasi

Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan


menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-halyang perlu
tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia )

Fetal distress

His lemah / melemah

Janin dalam posisi sungsang atau melintang

Bayi besar ( BBL4,2 kg )

Plasenta previa

Kalainan letak
Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul)

Rupture uteri mengancam

Hydrocephalus

Primi muda atau tua

Partus dengan komplikasi

Panggul sempit

5. Komplikasi

Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :

1.Infeksi puerperal ( Nifas )

-Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari

-Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung

-Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik

2.Perdarahan

-Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka

-Perdarahan pada plasenta bed

3.Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu
tinggi

6. Pemeriksaan Diagnostik

Pemantauan janin terhadap kesehatan janin

Pemantauan EKG

Elektrolit

Hemoglobin/Hematokrit

Golongan darah

Urinalisis

Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi

Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi.

Ultrasound sesuai pesanan


B. Konsep dasar keperawatan

1. Pengkajian

a Sirkulasi

Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit vaskuler perifer atau stasis
vaskuler (peningkatan resiko pembentukan thrombus).

b Integritas ego

Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya factor-faktor stress multiple seperti
financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan
ketegangan, stimulasi simpatis.

c Makanan/cairan

Malnutrisi, membrane mukosa yang kering pembatasan puasa pra operasi insufisiensi
Pancreas/ DM, predisposisi untuk hipoglikemia/ ketoasidosis.

d Pernafasan

Adanya infeksi, kondisi yang kronik/batuk, merokok.

e Keamanan

Adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan larutan.

Adanya defisiensi imun

Munculnya kanker/adanya terapi kanker

Riwayat keluarga, tentang hipertermia malignan/reaksi anestesi

Riwayat penyakit hepatic

Riwayat tranfusi darah

Tanda munculnya proses infeksi.

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul\

a) Perubahan Perfusi Jaringan b.d perdarahan

b) Devisit Volume Cairan b.d perdarahan

c) Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d luka post operasi

d) Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi

e) Gangguan Integritas Kulit b.d tindakan pembedahan.

f) Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, luka post operasi


3. Rencana Asuhan Keperawatan

a) DX 1 : Perubahan Perfusi Jaringan b.d perdarahan

Tujuan : diharapkan suplai/ kebutuhan darah ke jaringan terpenuhi

Kriteria Hasil :

Conjunctiva tidak anemis

Acral hangat

Hb normal

Muka tidak pucat

Tidak lemas

TTV dalam batas normal ; Suhu : 36-37 0 C, TD : 120/80 mmHg, RR :18-20x/menit, Nadi :
80-100 x/menit

Intervensi :

1) Jelaskan penyebab terjadi perdarahan

R/ Pasien paham tentang kondisi yang dialami

2) Monitor tanda-tanda vital

R/ Tensi, nadi yang rendah, RR dan suhu tubuh yang tinggi menunjukkan gangguan
sirkulasi darah

3) Kaji tingkat perdarahan setiap 15 30 menit

R/ Mengantisipasi terjadinya syok

4) Kolaborasi pemberian cairan infus isotonik

R/ Cairan infus isotonik dapat mengganti volume darah yang hilang akiba perdarahan.

5) Kolaborasi pemberian tranfusi darah bila Hb rendah

R/ Tranfusi darah mengganti komponen darah yang hilang akibat perdarahan.

b) DX 2 : Devisit Volume Cairan b.d perdarahan

Tujuan: Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah
maupun kualitas.

Kriteria Hasil :

Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )

Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
Intervensi:

1) Kaji kondisi status hemodinamika.

R/ Pengeluaran cairan akibat operasi yang berlebih merupakan faktor utama masalah

2) Ukur pengeluaran harian

R/ Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan
yang hilang selama masa post operasi dan harian

3) Berikan sejumlah cairan pengganti harian

R/Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif

4) Evaluasi status hemodinamika

R/ Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik.

5) Pantau intake dan output

R/ dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak adekuat untuk
membersihkan sisa metabolisme.

c) DX 3 : Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d luka post operasi

Tujuan : Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami

Kriteria Hasil :

Mengungkapkan nyeri dan tegang di perutnya berkurang

Skala nyeri 0-1 ( dari 0 10 )

Dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri

Kooperatif dengan tindakan yang dilakukan

TTV dalam batas normal ; Suhu : 36-37 0 C, TD : 120/80 mmHg, RR :18-20x/menit, Nadi :
80-100 x/menit

Intervensi :

1) Pertahankan tirah baring selama masa akut

R/ Meminimalkan stimulasi atau meningkatkan relaksasi

2) Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya.

R/ Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri

3) Ajarkan teknik distraksi

R/ Pengurangan persepsi nyeri


4) Kolaborasi pemberian analgetika

R/ Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral
maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik

5) Kaji intensitas, karakteristik, dan derajat nyeri

R/ Pengkajian yang spesifik membantu memilih intervensi yang tepat

d) DX 4 : Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi

Tujuan : Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi

Kriteria Hasil : klien mampu melakukan aktivitasnya secara mandiri

Intervensi :

1) Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas

R/ Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu
diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk

2) Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi luka dan kondisi tubuh umum

R/ Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi, tetapi


dapat mempengaruhi kondisi luka post operasi dan berkurangnya energi

3) Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.

R/ Mengistiratkan klilen secara optimal.

4) Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan /kondisi klien

R/ Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat


diperlukan

5) Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas

R/ Menilai kondisi umum klien.

e) DX 5 : Gangguan Integritas Kulit b.d tindakan pembedahan

Tujuan : Memperbaiki integritas kulit dan proteksi jaringan

Kriteria Hasil :

Tidak terjadi kerusakan integritas kulit

Intervensi :

1) Berikan perhatian dan perawatan pada kulit

R/ Jaringan kulit yang mengalami kerusakan dapat mengganggu suplai nutrien dan sangat
rentan terhadap tekanan serta trauma.
2) Lakukan latihan gerak secara pasif

R/ Meningkatkan mobilisasi

3) Lindungi kulit yang sehat dari kemungkinan maserasi

R/ maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya kulit

4) jaga kelembaban kulit

R/ untuk tetap menjaga kulit yang sehat agar tetap lembab

f) DX 6 : Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, luka post operasi

Tujuan: Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan dan luka operasi.\

Kriteria Hasil :

Tidak ada tanda tanda infeksi, seperti : merah, panas, bengkak, fungsio laesa

Intervensi :

1) Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau dari luka operasi.

R/Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang
lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi.

2) Terangkan pada klien pentingnya perawatan luka selama masa post operasi.

R/ Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan luka.

3) Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart.

R/ Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart.

4) Lakukan perawatan luka

R/ Inkubasi kuman pada area luka dapat menyebabkan infeksi.

5) Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi

R/ Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan
peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi.
BAB III

LAPORAN KASUS

1. BIODATA

a. Identitas passion

Nama : Ny. T

Jenis kelaminn : perempuan

Umur : 24 tahun

Pekerjaan : ibu rumah tangga

Pendidikan : SMU

Nama suami : Tn. D

Umur : 28 tahun

Alamat : jln samanhudi komplek asim kodim no 22 binjai

Pekerjaan : TNI AD

Pendidikan : SMU

b. Keluhan utama

Nyeri pada luka SC

c. Riwayat kehamilan dan persalinan

1. Gravida :G1P0A1

2. HPHT : 5-5-2012

3. TTP : 12-2-2013

4. Umur kehamilan : 32 mgg

5. Jenis persalinan : sectio caesaria

6. Plasenta lahir : lahir

7. Penolong : dokter

d. Riwayat menstruasi
Haid bulan sebelumnya bulan mei

Lamanya : 7 hari

Siklus : 30 hari

e. Riwayat kesehatan ibu

1. Riwayat masuk rumah sakit : Ny. T telah dilakukan operasi sectio caesaria sito pada hari
jumat tanggal 8 januari 2013. Ny. T post operasi SC jam 13:00 WIB. Pasien terbaring, tiduran
terus dan mengalami nyeri. Nyerinya dirasakan setelah 4 jam operasi dan hilang timbul.
Ny.T merasakan nyeri pada saat bergerak dengan skala 6. Nyeri dirasakan ketika
Ny.T bergerak, Nyerinya seperti ditusuk tusuk selama 10 menitan, nyeri berada di sekitar
abdomen.

2. Riwayat kesehatan yang lalu: klien mengatakan belum pernah hamil dan ini pertama kali
klien hamil dan melahirkan.

3. Riwayat kesehatan keluarga: Di keluarga Ny. T dan Tn. D tidak mempunyai penyakit
menular, seperti TBC, penyakit menurun seperti DM dan hipertensi.

f. Riwayat kontrasepsi

Klien mengatakan belum ada rencana dalam penggunaan alat KB.

g. Data kebiasaan sehari-hari

1. Pola nutrisi

Sebelum masuk RS : pasien makan 3 kali sehari, dengan lauk pauk dan sayuran, minum 4-
6 gelas/hari

Saat dikaji : pasien baru makan porsi dan minum 2 gelassetelah operasi pada
jam 13.00 WIB

2. Pola eliminasi

Sebelum masuk RS : pasien mengatakan BAB 1 x/hari dan BAK 4-6x/hari

Saat dikaji : Ny. T BAK melalui selang kateter dan belumBAB

3. Pola aktivitas

Sebelum masuk RS : pasien mengatakan saat dirumah dia bisamengerjakan aktivitasnya


sebagai ibu rumah tangga tanpa bantuan

Saat dikaji : pasien dapat beraktivitas dengan bantuankeluarga terbaring di


tempat tidur belum ada mobilisasi

4. Pola istirahat
Sebelum masuk RS : pasien biasanya tidur selama 7-8 jam/hari tanpagangguan Saat
dikaji : pasien mengalami gangguan karena nyeri pada luka operasi dan
lingkungan yang ramai serta panas.

5. Pola seksual

Sebelum sakit : pasien mengatakan biasanya pola seksual 2 hari sekali

Saat dikaji : pasien mengalami gangguan seksual karena nyeri pada luka operasi.

h. Adaptasi psikologis masa nifas

1) Pola interaksi klien dengan orang (tenaga kesehatan) menggunakan teknik wawancara

2) Ibu merasa senang bayinya lahir dengan selamat

3) Suasana hati klien gelisah, klien mengatakan selalu memikirkan bayinya dan selalu
bertanya tentang keadaan luka operasinya.

4) Klien berharap cepat sembuh dan ingin berkumpul kembali lagi dengan bayi dan
keluarganya

i. Riwayat social budaya

Hubungan klien :

a. Hubungan klien dengan keluarga dan masyarakat baik.

b. Selama di RS, interaksi klien dengan petugas kesehatan baik.

c. Yang paling berarti adalah suami, anak, dan keluarga.

j. Data spiritual

Klien seorang muslim, taat menjalankan sholat 5 waktu

k. Pengetahuan ibu tentang masa nifas

1.perawatan masa nifas: memberikan penjelasan agar mengetahui perawatan pada saat
masa nifas dengan melakukan personal hygiene.

2.perawatan payudara

Dilakukan sambil memperagakan/memberikan penjelasan agar perawatan buah dada


dilakukan setiap hari dengan cara masase dan puting susu ditarik keluar dan berikan HE
setiap mandi harus membersihkan mamae.

3. Perawatan perineum

Setiap kali BAB / BAk perineum ibu harus dibersihkan untuk mencegah terjadinya infeksi,
apabila pakaian dalam basah perlu diganti dengan pakaian dalam yang kering.

l. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : lemah

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV : TD 120/80 mmHg, Nadi 89 x/menit, RR 24 x/menit, Suhu 37,8 oC

4. Pemeriksaan fisik

5. Kepala : rambut lurus, hitam, panjang sebahu, tidak beruban, tidak ada luka

6. Muka : simetris, tampak menahan nyeri

7. Mata : bentuk simetris, sclera tidak ikterik, konjungtiva tidakanemis, tidak ada
gangguan dan alat Penglihatan

8. Hidung : lubang simetris, tidak ada sekret

9. Mulut : gigi masih utuh, lidah masih bersih, nafas tidak bau, bibir tidak kering,
mukosa lembab

10. Telinga : letak simetris, tidak ada serumen, masih berfungsi dengan baik, tidak ada
gangguan pendengaran

11. Leher : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjaran tyroid

12. Dada : bentuk simetris, tidak ada retraksi dada, payudara menonjol besar, terapa
hangat dan kencang, aerola hitam, puttingmenonjol, ASI belum keluar

13. Abdomen : terdapat luka jahitan SC 12 cm secara horizontal, masih dibalut (hari
pertama)

14. ektremitas : tidak ada edema, pada ektremitas atas terpasang IVFD RL 20 gtt/i,
bentuk simetris, tidak ada luka

15. kulit : turgor elastic

16. genetalia : terpasang DC 18

m. pemeriksaan laboratorium

tanggal 07-01-2013

No Hasil Nilai normal

1 HB =11,2 gr % Pria 14-15. Wanita 12-16 gr%

2 HT = 34,0% 40-50%

3 Leukosit = 20.800/mm3 4000-10800/mm3

4 Trombosit= 321.000 150000-450000/ microliter


darah
n. therapy

No Nama obat Dosis

1 IVFD RL 20 gtt/I

2 Inj ketorolac 1 amp/ 12 jam

3 Inj gentamycin 1 amp/12 jam

4 Inj ceftriaxone 1 amp/12 jam

5 Inj vit c 1 amp/12 jam

6 Inj transamin 1 amp/12 jam

7 Inj alinamin 1 amp/12 jam

DATA FOKUS

- Pasien mengatakan nyeri pada luka SC

- Skala nyeri 4-5 nyeri sedang,

- ekspresi wajah meringis

- Terdapat luka insisi operasi pada daerah abdomen 12 cm

- KU lemah

- Klien mengatakan susah mengangkat kedua tungkai bawahnya

- Klien mengatakan panas pada luka post SC

- pada luka post SC tampak merah, bengkak

-T: 37,8C RR: 24x/I TD: 120/80 mmHg HR: 89 x/i

-HB =11,2 gr %

-HT = 34,0%

-Leukosit = 20.800/mm3

- Trombosit= 321.000

- kekuatan otot +3 dapat melawan gravitasi tapi tidak mampu melawan tahanan
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1 DS: SC Nyeri

Pasien mengatakan nyeri


pada luka SC
Insisi pada
DO: bagian depan dinding perut
- Skala nyeri 4-5 nyeri
sedang,
Terputuenya kontuinitas
- Post op hari ke-1 jaringan
- ekspresi wajah meringis

- Terdapat luka insisi Nyeri


operasi pada daerah
abdomen

- KU lemah

2 DS : Klien mengatakan SC Gangguan mobilitas


susah mengangkat kedua fisik
tungkai bawahnya

DO : Insisi pada bagian depan perut

- Post op hari ke-1

- KU lemah Luka post


operasi SC
- Nampak luka insisi
operasi pada daerah
abdomen 12 cm.
Kelemahan penurunan sirkulasi
-kekuatan otot +3 dapat
melawan gravitasi tetapi
lemah
Gangguan mobilitas fisik

3 DS : Klien mengatakan SC Resiko infeksi


panas pada luka post SC

DO :

- Ku lemah Pembedahan pada bagian depan


perut
- Terdapat luka insisi pada
daerah abdomen 12 cm
Luka post operasi SC
- pada luka post SC
tampak merah, bengkak

T: 37,8C RR: 24x/I TD: Resiko infeksi


120/80 mmHg HR: 89 x/i

HB =11,2 gr %

HT = 34,0%

Leukosit = 20.800/mm3

Trombosit= 321.000

o. diagnosa keperawatan

1. nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan operasi


ditandai dengan Pasien mengatakan nyeri pada luka SC, Skala nyeri 4-5 nyeri sedang, Post
op hari ke-1, ekspresi wajah meringis, Terdapat luka insisi operasi pada daerah abdomen,
KU lemah.

2. Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan adanya luka post operasi SCditandai dengan
Klien mengatakan panas pada luka post SC, Ku lemah, Terdapat luka insisi pada daerah
abdomen 12 cm, pada luka post SC tampak merah dan bengkak, T : 37,8C RR: 24x/I TD :
120/80 mmHg HR: 89 x/I, HB =11,2 gr % HT = 34,0%, Leukosit = 20.800/mm3, Trombosit=
321.000

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya luka operasi ditandai dengan Klien
mengatakan susah mengangkat kedua tungkai bawah, Post op hari ke-1, KU lemah, Nampak
luka insisi operasi pada daerah abdomen 12 cm. kekuatan otot +3.

p. Intervensi keperawatan

No diagnosa Tujuan / kriteria Intervensi Rasionalisasi

1 Dx 1 Tujuan : Klien - Kaji intensitas, -Pengkajian yang


dapat beradaptasi karakteristik, dan spesifik membantu
dengan nyeri yang derajat nyeri memilih intervensi
dialami yang tepat

Kriteria Hasil : -Meminimalkan


- Pertahankan tirah stimulasi atau
-Mengungkapkan baring selama masa meningkatkan
nyeri dan tegang akut. relaksasi
di perutnya
berkurang

-Dapat melakukan -Terangkan nyeri -Meningkatkan


tindakan untuk yang diderita klien koping klien dalam
mengurangi nyeri dan penyebabnya. melakukan guidance
mengatasi nyeri
-Kooperatif
dengan tindakan -Ajarkan - Pengurangan
teknik persepsi nyeri
yang dilakukan distraksi
-TTV dalam batas -Kolaborasi - Mengurangi onset
normal ; Suhu : pemberian terjadinya nyeri
36-37 0 C, TD : analgetika dapat dilakukan
120/80 mmHg, RR dengan pemberian
:18-20x/menit, analgetika oral
Nadi : 80-100 maupun sistemik
x/menit dalam spectrum
luas/spesifik

2 Dx 2 Tujuan: Tidak -Kaji kondisi -Perubahan yang


terjadi infeksi keluaran/dischart terjadi pada dishart
selama perawatan yang keluar ; dikaji setiap saat
perdarahan dan jumlah, warna, dan dischart keluar.
luka operasi.\ bau dari luka Adanya warna yang
operasi. lebih gelap disertai
Kriteria Hasil : bau tidak enak
Tidak ada mungkin merupakan
tanda tanda tanda infeksi.
infeksi, seperti : -Infeksi dapat timbul
merah, panas, akibat kurangnya
bengkak, fungsio -Terangkan pada kebersihan luka.
laesa klien pentingnya
perawatan luka
selama masa post
operasi.
-Berbagai kuman
-Lakukan dapat teridentifikasi
pemeriksaan biakan melalui dischart.
pada dischart.
-Inkubasi kuman
-Lakukan pada area luka dapat
perawatan luka menyebabkan infeksi.
. -Berbagai
-Terangkan pada manivestasi klinik
klien cara dapat menjadi tanda
mengidentifikasi nonspesifik infeksi;
tanda inveksiobat demam dan
peningkatan rasa
nyeri mungkin
merupakan gejala
infeksi.

-mengurangi resiko
-kolaborasi dengan infeksi pada klien
dokter dalam
pemberian therapy

3 DX3 Tujuan : Kllien) - Kaji tingkat) - Mungkin klien tidak


dapat melakukan kemampuan klien mengalami
aktivitas tanpa untuk beraktivitas perubahan berarti,
adanya komplikasi tetapi perdarahan
masif perlu
Kriteria Hasil : diwaspadai untuk
klien mampu menccegah kondisi
melakukan klien lebih buruk
aktivitasnya
secara mandiri 2

Aktivitas merangsang
peningkatan
2) - Kaji pengaruh vaskularisasi dan
aktivitas terhadap pulsasi organ
kondisi luka dan reproduksi, tetapi
kondisi tubuh dapat mempengaruhi
umum kondisi luka post
operasi dan
berkurangnya energi

3 - Mengistiratkan klilen
secara optimal.

4)

3) - Bantu klien untuk


memenuhi
kebutuhan aktivitas - Mengoptimalkan
sehari-hari.. kondisi klien, pada
abortus
4) - Bantu klien untuk imminens, istirahat
melakukan mutlak sangat
tindakan sesuai diperlukan
dengan
- Menilai kondisi
kemampuan umum klien.
/kondisi klien

5) - Evaluasi
perkembangan
kemampuan klien
melakukan aktivitas
-membantu
- mempercepat
- kolaborasidengan mobilitas fisik klien
dokter dalam
pemberian therapy
obat

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : Ny. T umur : 24 tahun

No RM : 29 24 34 diagnosa : post section caesaria

No Tgl/hr/ dx Implementasi Evaluasi

1 Tgl 7 -2 -mengkaji intensitas, karakteristik, S= klien mengatakan nyeri sudah


2013 dan derajat nyeri tidak ada

08:00 wib - mempertahankan tirah baring O= klien tampak tenang


selama masa akut.
DX 1 A= masalah nyeri teratasi
-menerangkan nyeri yang diderita
klien dan penyebabnya. P= intervensi dihentikan

-mengajarkan teknik distraksi

-berkolaborasi pemberian therapy


obat

H:

- Inj ketorolac 1 amp / 8 jam

Tgl 7-2- -mengkaji kondisi keluaran/dischart S= klien mengatakan masih panas


2013 yang keluar ; jumlah, warna, dan pada luka post SC
bau dari luka operasi.
10:00 wib O=pada luka post SC masih tampak
H: warna luka masih merah , merah
DX 2 bengkak dan panas
A=masalah resiko infeksi teratasi
-menerangkan pada klien sebagian
pentingnya perawatan luka selama
masa post operasi. P=

-melakukan pemeriksaan biakan -Kaji pengeluaran pada luka


pada dischart. -kolaborasi dengan dokter dalam
-melakukan perawatan luka pemberian therapy obat

H: perawatan luka dengan I=


mengganti perban -mengkaji pengeluaran pada luka
-menerangkan pada klien cara -berkolaborasi dengan dokter
mengidentifikasi tanda infeksi obat dalam pemberian therapy obat
H: klien mengerti tanda tanda E=masalah resiko infeksi teratasi
infeksi dengan obat seperti merah, sebagian
bengkak, bintik-bintik merah
R= kaji kembali luka post SC
-berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapy

H:

- Inj gentamycin 1 amp/ 8jam

- Inj ceftriaxone 1gr/12 jam

Tgl 7-2- -mengkaji tingkat kemampuan klien S= klien mengatakan sudah bisa
2013 untuk beraktivitas mengankat tungkai bawahnya

12: 00 wib H: klien dapat melawan garvitasi O=klien tampak tenang, tingkat
tetapi lemah . kekuatan otot kekuatan otot ROM : +5
DX 3 ROM +4
A=masalah gangguan mobilisasi
-mengkaji pengaruh aktivitas fisik sudah teratasi
terhadap kondisi luka dan kondisi
tubuh umum P=intervensi dihentikan

- membantu klien untuk memenuhi


kebutuhan aktivitas sehari-hari.

-membantu klien untuk melakukan


tindakan sesuai dengan kemampuan
/kondisi klien

H: klien mampu melakukan aktivitas


dengan bantuan

-mengevaluasi perkembangan
kemampuan klien melakukan
aktivitas

H: tingkat kekuatan otot klien dapat


melawan gravitasi tetapi lemah

-berkolaborasi dengan dokter dalam


pemberian therapy obat

H:

- IVFD RL 20 gtt/i

Tgl 8 -2- -mengkaji kondisi keluaran/dischart S= klien mengatakan tidak panas


2013 yang keluar ; jumlah, warna, dan pada luka post SC
bau dari luka operasi.
08:00 wib O=pada luka post SC sudah tidak
H: warna luka post operasi SC tidak ada merah dan bengkak T : 36,8C
DX 2 merah dan tidak bengkak panas TD ; 120/80 mmHg HR: 80 x/I RR:
20 x/i
-menerangkan pada klien
pentingnya perawatan luka selama A=masalah resiko infeksi teratasi
masa post operasi.
P= intervensi dihentikan
H: klien mengikuti apa yang
diterangkan perawat

-melakukan pemeriksaan biakan


pada dischart.
H: hasil pemeriksaan biakan tidak
terdapat tanda adanya infeksi

-melakukan perawatan luka

H: perawatan luka dengan


mengganti perban

-menerangkan pada klien cara


mengidentifikasi tanda infeksi obat

H : klien mengerti tentang tanda


infeksi obat seperti merah, panas,
dah bintik-bintik merah

-berkolaborasi dengan dokter dalam


pemberian therapy

H:

- Inj gentamycin 1 amp/ 8jam

- Inj ceftriaxone 1gr/12 jam


BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).

Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan


menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu
tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia ).
Seperti disproporsi kepala panggul, Disfungsi uterus, Distosia jaringan lunak, Plasenta
previa, His lemah / melemah dan pada anak seperti Janin besar. Gawat janin, Letak lintang
dan Hydrocephalus.

Jenis- jenis sectio caesarea

1. Abdomen ( Sectio Caesarea Abdominalis )

a. Sectio Caesarea Transperitonealis

b. Sectio Caesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen bawah
rahim.
c. Sectio Caesarea Extraperitonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan
demikian tidak membuka cavum abdomen.

2. Vagina ( Sectio Caesarea Vaginalis )

Menurut arah sayatan rahim, section caesarea dapat dilakukan sebagai berikut:

Sayatan memanjang ( longitudinal )

Sayatan melintang ( transversal )

Sayatan huruf T ( T incision )

Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan


menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-halyang perlu
tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia )

Fetal distress

His lemah / melemah

Janin dalam posisi sungsang atau melintang

Bayi besar ( BBL4,2 kg )

Plasenta previa

Kalainan letak

Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul)

Rupture uteri mengancam

Hydrocephalus

Primi muda atau tua

Partus dengan komplikasi

Panggul sempit

Masalah keperawatan yang muncul yaitu nyeri, gangguan mobilitas fisik, dan resiko
infeksi

Anda mungkin juga menyukai