Anda di halaman 1dari 21

PRESENTASI KASUS

KASUS DERMATOLOGI
HERPES ZOSTER LUMBALIS

Laporan kasus ini diajukan dalam rangka praktek dokter internsip sekaligus
sebagai bagian persyaratan menyelesaikan program internsip di
RSUD Kanjuruhan, Kepanjen, Malang

Diajukan kepada:
dr. Hendryk Kwandang, M.Kes (Pembimbing IGD dan Rawat Inap)
dr. Benediktus Setyo Untoro (Pembimbing Rawat Jalan)

Disusun oleh:
dr. Diana Bonton Wardanita

RSUD KANJURUHAN KEPANJEN


KABUPATEN MALANG
2016
HALAMAN PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS
KASUS DERMATOLOGI
HERPES ZOSTER LUMBALIS

Laporan kasus ini diajukan dalam rangka praktek dokter internsip sekaligus
sebagai bagian persyaratan menyelesaikan program internsip di
RSUD Kanjuruhan, Kepanjen, Malang

Telah diperiksa dan disetujui


pada tanggal :

Oleh :
Dokter Pembimbing Instalasi Gawat Darurat dan Rawat Inap

dr. Hendryk Kwandang, M.Kes

i
HALAMAN PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS
KASUS DERMATOLOGI
HERPES ZOSTER LUMBALIS

Laporan kasus ini diajukan dalam rangka praktek dokter internsip sekaligus
sebagai bagian persyaratan menyelesaikan program internsip di
RSUD Kanjuruhan, Kepanjen, Malang

Telah diperiksa dan disetujui


pada tanggal :

Oleh :
Dokter Pembimbing Rawat Jalan

dr. Benediktus Setyo Untoro

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Bapa di surga atas bimbinganNya sehingga


penulis telah berhasil menyelesaikan portofolio laporan kasus yang berjudul
Herpes Zoster Lumbalis. Dalam penyelesaian portofolio laporan kasus ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. dr.Hendryk Kwandang, M.Kes selaku dokter pembimbing instalasi gawat
darurat dan rawat inap
2. dr.Benediktus Setyo Untoro selaku dokter pembimbing rawat jalan
3. dr. Boedhy Setyanto, Sp.KK selaku supervisor divisi Kulit Kelamin
4. Dokter muda, paramedis, dan teman-teman yang membantu kelancaran
penulisan laporan kasus ini
Portofolio laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan
kerendahan hati penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharapkan
saran dan kritik yang membangun. Semoga laporan kasus ini dapat menambah
wawasan dan bermanfaat bagi semua pihak.

Kepanjen, Januari 2016

Penulis

iii
Daftar Isi

HALAMAN PENGESAHAN i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii

iv
Daftar Isi

Bab 1. Pendahuluan ....................................................................................................... 5


Bab 2. Laporan Kasus .................................................................................................... 6
2.1. .....Identitas. ......................................................................................................... 6
2.2. .....Anamnesa. ...................................................................................................... 6
2.3. .....Pemeriksaan Fisik. ......................................................................................... 7
2.4. .....Resume. .......................................................................................................... 9
2.5. .....Diagnosis........................................................................................................ 10
2.6. .....Rencana Terapi. ............................................................................................. 10
2.7. .....Rencana Edukasi. ........................................................................................... 11
Bab 3. Tinjauan Pustaka ................................................................................................ 12
3.1 Definisi .... ......................................................................................................... 12

3.2 Epidemiologi .... ................................................................................................. 12

3.3 Patofisiologi ...... ................................................................................................. 12

3.4 Diagnosis ...................................................................................................... 13

3.5 Komplikasi ................................................................................................... 14

3.6 Terapi ........................................................................................................... 14

3.7 Prognosis ..... ...................................................................................................... 14

Bab 4. Pembahasan ........................................................................................................ 16


Bab 5. Kesimpulan 17
Bab 6. Daftar Pustaka ................................................................................................... 18

v
Bab 1. Pendahuluan

Diperkirakan sepertiga populasi manusia pernah terkena herpes zoster dalam


suatu periode hidupnya.1 Herpes zoster dapat diderita manusia pada segala umur
namun risiko terkena herpes zoster semakin meningkat pada usia dewasa tua dan
orang-orang dengan penurunan kekebalan tubuh, seperti penderita kanker, orang
dengan HIV/AIDS, dan orang yang mengonsumsi obat imunosupresan.1,2,3 Risiko
herpes zoster berulang juga dapat terjadi pada usia 85 tahun ke atas.4,5
Herpes zoster didefinisikan sebagai infeksi virus pada kulit yang dicirikan
oleh vesikel merah bergerombol yang nyeri pada area tertentu pada kulit.1 Rasa
nyeri dapat terasa hingga selama dua minggu, namun pada beberapa orang terjadi
nyeri saraf yang dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun,
disebut neuralgia pascaherpetik.4 Pada orang dengan kekebalan tubuh yang buruk,
ruam dapat berukuran amat besar.1
Herpes zoster bukan penyakit yang mengancam nyawa, namun sering
menimbulkan komplikasi.6 Sebanyak 26% kasus herpes zoster tercatat
menimbulkan komplikasi.6,7,8 Dari komplikasi tersebut, sebanyak 20% merupakan
neuralgia pascaherpetik.7 Komplikasi tersebut menyebabkan tingginya angka
rawat inap terkait herpes zoster di rumah sakit.6,7,8

5
Bab 2. Laporan Kasus
2.1. Identitas.
Nama : Ny. S
Usia : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama/Suku : Islam/Jawa
Alamat : Pagak
Tanggal pemeriksaan : 23 Desember 2015
No. RM : 250062

2.2. Anamnesa.
Autoanamnesa (23 Desember 2015) pk: 08.45 di Poli Kulit Kelamin.
1. Keluhan Utama.
Bintil-bintil nyeri di bokong kanan sejak 5 hari yang lalu.
2. Riwayat Penyakit Sekarang.
Bintil-bintil berwarna jernih dengan dasar kemerahan bergerombol
membentuk garis di bokong kanan atas. Pasien merasa panas dan nyeri
hebat seperti ditusuk-tusuk yang hilang-timbul di daerah yang terdapat
bintil-bintil sehingga merasa terganggu saat beraktivitas dan gelisah tidak
bisa tidur.
3. Riwayat Penyakit Dahulu.
Pasien tidak pernah menderita keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien
menderita varicella saat berumur <1 tahun (pasien lupa umur berapa).
4. Riwayat Keluarga.
Pasien tidak memiliki anggota keluarga dengan penyakit yang sama.
5. Riwayat Pengobatan.
Pasien datang ke UGD RSUD Kanjuruhan tanggal 18 Desember 2015.
Mendapat terapi berupa Acyclovir 5x800 mg dan Na Diclofenac 2x50 mg.
Kemudian pasien disarankan berobat ke Poli Kulit Kelamin saat obat habis.

6
2.3. Pemeriksaan Fisik.
23-12-2015 di Poli Kulit Kelamin
1. Keadaan Umum
Pasien tampak sakit sedang, compos mentis, GCS 456.
2. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 120/80 mmHg.
b. Laju denyut jantung : 88 x/menit reguler.
c. Laju pernapasan : 19 x/menit.
d. Suhu aksiler : 36,5OC.
3. Kepala
a. Bentuk : normosefal, benjolan massa (-) UUB cekung (-).
b. Ukuran : mesosefal.
c. Rambut : tebal,hitam.
d. Wajah : simetris, bundar, rash (-), sianosis (-), edema (-).
e. Mata
konjungtiva : anemis (-).
sklera : ikterik (-).
palpebra : edema (-).
reflek cahaya : (+/+).
pupil : isokor, (+/+), 2mm/2mm..
telinga : bentuk normal, posisi normal, sekret (-).
f. Hidung : sekret (-) jernih, pernafasan cuping hidung(-),
perdarahan (-), hiperemi (-).
g. Mulut : mukosa bibir basah, sianosis (-), lidah kotor(-).
Leher
a. Inspeksi : massa (-/-).
b. Palpasi : pembesaran kelenjar limfa regional (-/-).
4. Thoraks
a. Inspeksi. : bentuk dada kesan normal dan simetris; retraksi
dinding dada (-), tidak didapatkan deformitas.
b. Jantung:

7
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : ictus cordis teraba di MCL (S) ICS V(S).
Perkusi : batas jantung normal.
Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, ekstrasistol (-), gallop (-),
murmur (-).
c. Paru:
Inspeksi : gerak nafas simetris pada kedua sisi dinding
dada, retraksi (-), RR 30 kali/menit, teratur, simetris.
Palpasi : pergerakan dinding dada saat bernafas simetris.
Perkusi : sonor sonor
sonor sonor
sonor sonor
Auskultasi : vesikuler di seluruh lapang paru.
- - - -
Rh - - Wh - -
- - - -

5. Abdomen
a. Inspeksi : datar, kulit abdomen : jaringan parut (-).
b. Auskultasi : bising usus (+), normal.
c. Perkusi : timpani, shifting dullnes (-).
d. Palpasi : H/L tidak teraba.

8
6. Ekstremitas

Pemeriksaan Atas Bawah


Ekstremitas Kanan Kiri Kanan Kiri

Akral - - - -

Anemis -

Ikterik -

Edema - +

Sianosis - - - -

Ptechiae

Capillary Refill <2 detik <2 detik <2 detik -


Time
7. Status lokalis

Lokasi: gluteus dextra


Distribusi: sesuai perjalanan dermatom L2
Ruam: vesikel dan bula keruh dasar eritematous jumlah multipel
bergerombol membentuk zoster/sabuk

2.4. Resume.
Ny.S/perempuan/50 tahun
Anamnesis

9
Keluhan utama: Bintil-bintil nyeri di bokong kanan sejak 5 hari yang lalu.
Bintil-bintil berwarna jernih dengan dasar kemerahan bergerombol
membentuk garis di bokong kanan atas. Pasien merasa panas dan nyeri
seperti ditusuk-tusuk yang hilang-timbul di daerah yang terdapat bintil-bintil
sehingga merasa terganggu saat beraktivitas.

Pemeriksaan fisik
Pasien tampak sakit sedang, compos mentis, GCS: 456.
Tanda vital : Tekanan darah : 130/90 mmHg.
Denyut jantung : 88 x/menit reguler.
Pernapasan : 19 x/menit.
Suhu aksiler : 36,5O C.
Kepala : tidak ditemukan kelainan.
Leher : tidak ditemukan kelainan.
Thoraks : tidak ditemukan kelainan.
Abdomen : tidak ditemukan kelainan.
Ekstrimitas : tidak ditemukan kelainan.
Status lokalis : Lokasi: gluteus dextra
Distribusi: sesuai perjalanan dermatom L2
Ruam: vesikel dan bula keruh dasar eritematous jumlah
multipel bergerombol membentuk zoster/sabuk

2.5. Diagnosis.
a. Diagnosis Kerja:
Herpes zoster lumbalis
b. Rencana diagnosis:
-

2.6. Rencana Terapi.


a. Acyclovir tablet p.o. 5x800 mg
b. Tramadol tablet p.o. 2x50 mg

10
2.7. Rencana Edukasi.
a. Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit yang diderita dan rencana
terapi yang akan dilakukan.
b. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
c. Menjelaskan kemungkinan perkembangan penyakit.
d. Mengikuti terapi dengan baik sesuai petunjuk dokter.

11
Bab 3. Tinjauan Pustaka

3.1 Definisi
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan infeksi virus varicella zoster
pada kulit dan mukosa yang terjadi akibat reaktivasi virus setelah infeksi
primer.9
Herpes zoster dicirikan oleh vesikel merah bergerombol yang nyeri pada
area tertentu pada kulit.1 Rasa nyeri dapat terasa hingga selama dua minggu,
namun pada beberapa orang terjadi nyeri saraf yang dapat berlangsung
selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, disebut neuralgia pascaherpetik.4
Pada orang dengan kekebalan tubuh yang buruk, ruam dapat berukuran amat
besar.1

3.2 Epidemiologi
Pada usia <45 tahun, angka kejadian herpes zoster <1:1000 populasi, namun
angka kejadian meningkat hingga empat kali lipat pada populasi usia >75
tahun.4,5,10 Perempuan memiliki kecenderungan lebih besar menderita herpes
zoster dibandingkan laki-laki.10 Keadaan imunosupresi, terutama infeksi HIV
dan keganasan hematologi secara dramatis meningkatkan angka kejadian
herpes zoster, di mana angka kejadian herpes zoster pada ODHA sebesar 30
dalam 1000 populasi atau 3% setahun.1,2,3,10
Dengan tingginya angka vaksinasi cacar dan menurunnya angka kejadian
cacar pada remaja dan dewasa, populasi dewasa tua tidak memiliki masa
periodik untuk meningkatkan aktivitas imunitas anti-VZV, dan hal ini
diperkirakan memicu meningkatkan kejadian herpes zoster.10

3.3 Patofisiologi
Herpes zoster diakibatkan oleh reaktivasi VZV. Setelah infeksi primer atau
vaksinasi, VZV menjadi dorman di radix dorsal sel ganglion sensoris. Virus
akan kemudian bereplikasi menuruni saraf sensoris pada kulit. Faktor lain
yang memicu hal ini selain usia tua dan imunosupresi belum diketahui.10

12
Lesi herpes zoster umumnya unilateral sesuai perjalanan dermatom saraf
sensoris cranial atau spinalis, dengan sedikit lesi pada dermatom di atas dan
bawahnya. Dermatom yang paling sering terkena adalah thoracalis (55%),
cranialis (20%, paling sering pada nervus trigeminus), lumbalis (15%), dan
sacralis (5%). Pada beberapa kasus nyeri muncul beberapa hari sebelum lesi,
namun tidak jarang lesi muncul bersamaan dengan atau mendahului nyeri.
Lesi pada awalnya berupa papul dan plak eritematous pada dermatom yang
akan menjadi vesikel dalam beberapa jam, dan bertahan hingga beberapa hari.
Terdapat hubungan antara luas lesi dengan keparahan rasa nyeri, dan rasa
nyeri akan semakin hebat pada orang dewasa tua. Vesikel setelah beberapa
hari akan menjadi pustul, kemudian menjadi krusta dan sembuh. Pada orang
dewasa tua dan pasien imunosupresi, kemungkinan terbentuknya jaringan
parut lebih besar.10

3.4 Diagnosis
Bila lesi sudah muncul, diagnosis herpes zoster dapat ditegakkan dengan
pengamatan visual. Namun, herpes simplex virus dapat membentuk lesi yang
serupa, disebut zosteriform herpes simplex. Tes Tzanck berguna dapat

13
mendiagnosis infeksi akut namun tidak dapat membedakan HSV dan VZV.
Herpes zoster sulit didiagnosis tanpa adanya lesi kulit yang khas.10

3.5 Komplikasi
Herpes zoster bukan penyakit yang mengancam nyawa, namun sering
menimbulkan komplikasi.6 Sebanyak 26% kasus herpes zoster tercatat
menimbulkan komplikasi.6,7,8 Dari komplikasi tersebut, sebanyak 20%
merupakan neuralgia pascaherpetik.7 Komplikasi tersebut menyebabkan
tingginya angka rawat inap terkait herpes zoster di rumah sakit.6,7,8

3.6 Terapi
Tujuan pengobatan herpes zoster adalah mengurangi keparahan dan durasi
nyeri, memperpendek durasi penyakit, dan mencegah komplikasi.11 Terapi
yang diberikan antara lain:
a. Antivirus
Antivirus yang umum digunakan adalah Acyclovir sebanyak lima kali
sehari, namun antivirus baru seperti Valaciclovir dan Famciclovir juga
menunjukkan efikasi dan keamanan yang sama baiknya.11

b. Antinyeri

Nyeri ringan hingga sedang dapat diredakan dengan Acetaminophen dan


NSAID, sedangkan nyeri berat membutuhkan opioid seperti Morfin.
Krim capsaicin dapat digunakan pada lesi yang sudah mengkrusta.11,12

3.7 Prognosis
Lesi dan nyeri biasanya menghilang dalam tiga hingga lima minggu, namun
20% penderita akan mengalami komplikasi neuralgia pascaherpetik.6 Pada
beberapa orang akan timbul reinfeksi berupa zoster sine herpete, yaitu
penjalaran nyeri sesuai dermatom tanpa diikuti lesi. Kondisi ini

14
mempengaruhi sistem saraf dan dapat menyebabkan neuropati dan infeksi
steril pada sistem saraf.12

15
Bab 4. Pembahasan

Pada pasien ini ditegakkan diagnosis herpes zoster lumbalis. Penegakan


diagnosa ini didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Dari hasil anamnesis, ditemukan bahwa pasien mengeluh bintil-bintil nyeri
di bokong kanan sejak lima hari yang lalu. Bintil-bintil berwarna jernih dengan
dasar kemerahan bergerombol membentuk garis di bokong kanan atas. Pasien
merasa panas dan nyeri hebat seperti ditusuk-tusuk yang hilang-timbul di daerah
yang terdapat bintil-bintil sehingga merasa terganggu saat beraktivitas dan tidak
bisa tidur. Pasien menderita varicella saat berumur <1 tahun dan sudah
mendapatkan pengobatan di UGD RSUD Kanjuruhan sebelum kontrol ke Poli
Kulit Kelamin.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan vesikel dan bula keruh dasar
eritematous jumlah multipel bergerombol membentuk zoster/sabuk di gluteus
dextra sesuai perjalanan dermatom L2.
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah :
a. Acyclovir tablet p.o. 5x800 mg
b. Tramadol tablet p.o. 2x50 mg

16
Bab 5. Kesimpulan

Herpes zoster adalah reaktivasi Varicella Zoster Virus dalam tubuh manusia
yang berupa vesikel bergerombol sesuai perjalanan dermatom. Kejadian herpes
zoster meningkat pada individu dewasa tua atau imunosupresi dan sering
menimbulkan komplikasi sehingga meningkatkan angka kejadian masuk rumah
sakit.
Penegakan diagnosis dilakukan atas dasar anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang teliti. Terapi meliputi medikamentosa.
Pada pasien ini, ditemukan bahwa pasien menderita herpes zoster
lumbalis.

17
Daftar Pustaka

1. Centers for Disease Control and Prevention. 2014. Shingles (Herpes


Zoster). [Online] Available at: HYPERLINK
http://www.cdc.gov/shingles/about/overview.html (Accessed 25 Desember
2015).
2. Wolff, K., Goldsmith, L.A., Katz, S.I., Gilchrest, B.A., Paller, A.S.,
Leffell, D.J. 2008. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. New
York: McGraw-Hill Medical.
3. Dworkin, R.H., Johnson, R.W., Breuer, J., Gnann, J.W., Levin, M.J.,
Backonja, M., et al. 2007. Recommendations for the Management of
Herpes Zoster. Clinical Infectious Diseases, 44:S1-26.
4. Hamborsky, J. 2015. Epidemiology and Prevention of Vaccine-
Preventable Diseases. 13th Edition. Washington, D.C.: Washington D.C.
Public Health Foundation.
5. Benson, H.T., Raja, S.N., Liu, S.S., Fishman, S.M., Cohen, S.P. 2011.
Essentials of Pain Medicine. 3rd Edition. Philadelphia: Elsevier Saunders.
6. Volpi, A. 2007. Severe Complications of Herpes Zoster. Herpes, 14
(S2):35A-39A.
7. Coplan, P., Black, S., Rojas, C., et al. 2001. Incidence and Hospitalization
Rates of Varicella and Herpes Zoster Before Varicella Vaccine
Introduction: A Baseline Assessment of the Shifting Epidemiology of
Varicella Disease. Pediatr Infect Dis J, 20 (7):641-645.
8. Weaver, B.A. 2007. The Burden of Herpes Zoster and Postherpetic
Neuralgia in the United States. J Am Osteopath Assoc, 107 (3 Suppl):S2-
57.
9. Djuanda, Adhi. 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam.
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
10. James, William D., Berger, Timothy G., Elston, Dirk M. Andrews
Diseases of the Skin: Clinical Dermatology. Tenth Edition. Philadelphia:
Elsevier Saunders.

18
11. Tyring, Stephen K. 2007. Management of Herpes Zoster and Postherpetic
Neuralgia. J Am Acad Dermatology, 57(S6):S136-S142.
12. Baron, R. 2004. Post-herpetic Neuralgia Case Study: Optimizing Pain
Control. Eur. J. Neurol, 11(S1):3-11.

19

Anda mungkin juga menyukai