RETENSIO PLASENTA
disusun oleh:
Geraldi Kusuma Wijaya
122011101019
Pembimbing:
dr. Teguh Santoso, Sp.OG
dr. Pande M. Angger P., M. Biomed, Sp.OG
2.2 Anamnesis
Keluhan utama : Ari-ari belum lahir sejak 3 jam SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSD Kalisat Jember dengan keluhan ari-ari belum lahir
sejak 3 jam SMRS. Pasien telah melahirkan di klinik Bidan pada Tgl 9/5/2017 pukul
11.00 tetapi ari-ari belum lahir setelah bayi dilahirkan. Pasien mengeluh banyak
darah merah segar keluar setelah melahirkan. Di klinik Bidan tersebut, pasien
dicoba untuk dikeluarkan plasenta tetapi tidak bisa lalu dirujuk RSD Kalisat
Jember. Pasien juga mengeluh nyeri perut bagian bawah, pusing, lemas tetapi tidak
mual dan tidak muntah. Pasien mengaku tidak merokok dan tidak pernah konsumsi
alkohol. Pasien menyangkal riwayat demam saat kehamilan
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa pada kehamilan
sebelumnya. Riwayat penyakit sistemik (hipertensi, diabetes mellitus, asma)
disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Didalam keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa maupun
riwayat adanya tumor rahim, tumor/kanker payudara, hipertensi, diabetes mellitus.
N N N N
N N N N
N N N N
N N N N
N N N N
S S S S
S S S S
S S S S
S S R R S S R R
S R S R
d. Ekstremitas
- Superior : akral hangat -/-, edema-/-
- Inferior : akral hangat -/-, edema -/-
Status Obstetri
Abdomen:
- Inspeksi : Datar, bekas operasi (-), bekas seksio sesarea (-), Striae
gravidarum (+)
- Auskultasi : Bising usus (+)
- Palpasi : Soepel, Kontraksi (-), TFU teraba 3 jari di bawah
umbilikus, nyeri tekan (+)
- Perkusi : Timpani
Genitalia
- Vulva/vagina : rambut pubis ada, laserasi (-), tidak ada
benjolan/pembengkakan kelenjar bartolini, fluor albus (-), fluksus (+),
Tampak tali pusat berukuran 4 cm di depan vagina diklem
Vaginal Touche Bimanual
- Perabaan vagina : Teraba tali pusat (+), dinding vagina licin,
permukaan dinding rata, massa (-), stolcel (+)
- Pembukaan : 1 cm, Portio: Licin, Uterus B/C : setinggi 2 jari
diatas simfisis pubis/ kenyal lunak, permukaan rata, tali pusat teraba
- Adneksa : Massa (-), nyeri (-)
- Cavum douglas : Massa(-), Nyeri (-)
2.4 Resume
Pasien datang ke RSD Kalisat Jember dengan keluhan ari-ari belum lahir
sejak 3 jam SMRS. Pasien telah melahirkan di klinik Bidan pada Tgl 9/5/2017
pukul 11.00 tetapi ari-ari belum lahir setelah bayi dilahirkan. Pasien mengeluh
banyak darah merah segar keluar setelah melahirkan. Di klinik Bidan tersebut,
pasien dicoba untuk dikeluarkan plasenta tetapi tidak bisa lalu dirujuk RSD Kalisat
Jember. Pasien juga mengeluh nyeri perut bagian bawah, pusing, lemas tetapi tidak
mual dan tidak muntah. Pasien mengaku tidak merokok dan tidak pernah konsumsi
alkohol.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan tanda-tanda vital TD 130/80, Nadi 94
x/m, RR 20x/m, suhu 36,2 C. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan fundus uteri
setinggi 3 jari dibawah umbilikus dengan kontraksi (-). Pemeriksaan VT bimanual
didapatkan pembukaan 1 cm, dan teraba jaringan serta tali pusat, stolcel (+)
2.5 Assessment
P3003 UK 37 minggu PK III + Retensio Plasenta + Anemia berat ec Perdarahan Post
Partum ec Retensio plasenta
3.7 Planning
Diagnostik
- Laboratorium DL serial, PTT, APTT
- USG
Terapi
- Posisi Tredelenburg
- O2 nasal 3 liter/menit
- IVFD 2 line 20 i.u Oxytocin drip 12 tetes/ menit dalam cairan RL 500
cc
- Manual Plasenta
- Apabila Hb 8 gr/dl transfusi PRC hingga Hb 8 g/dL
- Anbacim injeksi 1x1 gr IV
- Metilergometrin 3x 0,2 mg IM
Monitoring
- Observasi perdarahan pervaginam
- Observasi TTV tiap 4 jam
- Observasi produksi urin
Laboratotium tanggal 09-05-2017
Hb 7 OT 20
Leu 13390 PT 35
Ht 17% Golongan darah O
Tr 161500 GDA 8
3.8 Prognosis
Dubia ad bonam
3.9 Follow up
Tanggal 10-05-2017
S/ Pasien masih mengeluh keluar darah (+) , nyeri perut
berkurang,lemas (-), pusing (-), BAB (-), BAK (+), Kentut (+)
O/ KU : Cukup
Kes : Compos mentis
TD : 110/70 mmHg
N : 82 x/ mnt
RR : 20 x/ menit
Tax : 36,3 oC
A/ P3003 post manual plasenta ec Retensio plasenta + Anemia sedang ec
Perdarahan post partum ec Retensio Plasenta Hari ke-1
P/ Anbacim injeksi 1x1 gr IV
Metronidazole inf 3x500mg IV
Metil ergometrin 3x1 amp IM
Asam mefenamat tab 3x500 mg
Observasi Perdarahan, TTV, dan produksi urin
Tanggal 11-05-2017
S/ Pasien masih mengeluh keluar darah (+) minimal, nyeri perut
berkurang,lemas (-), pusing (-), BAB (-), BAK (+), Kentut (+)
O/ KU : Cukup
Kes : Compos mentis
TD : 120/70 mmHg
N : 78 x/ mnt
RR : 20 x/ menit
Tax : 36,6 oC
A/ P3003 post manual plasenta ec Retensio plasenta + Anemia sedang ec
Perdarahan post partum ec Retensio plasenta Hari ke-2
P/ Anbacim injeksi 1x1 gr IV
Metronidazole inf 3x500mg IV
Metil ergometrin 3x1 amp IM
Asam mefenamat tab 3x500 mg
Terapi KRS
- Amoxicillin 3x1 tab
- Metronidazole 3x1 tab
- Asam mefenamat 3x1 tab (k/p)
- Metil ergometrin 4x1 tab
- Ferous Sulfat 1x1 tab
BAB 3. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Biasanya setelah janin lahir, beberapa menit kemudian mulailah proses
pelepasan plasenta disertai sedikit perdarahan (kira-kira 100 200 cc). Bila plasenta
sudah lepas dan turun ke bagian bawah rahim, maka uterus akan berkontraksi (his
pengeluaran plasenta) untuk mengeluarkan plasenta.2
Kadang-kadang, plasenta tidak segera terlepas. Suatu pertanyaan yang
belum mendapat jawaban yang pasti adalah berapa lama waktu berlalu pada
keadaan tanpa perdarahan sebelum plasenta harus dikeluarkan secara manual.
Bidang obstetri secara tradisional membuat batas-batas durasi kala tiga secara agak
ketat sebagai upaya untuk mendefinisikan retensio plasenta (abnormally retained
placenta) sehingga perdarahan akibat terlalu lambatnya pemisahan plasenta dapat
dikurangi. Combs dan Laros (1991) meneliti 12.275 persalinan pervaginam tunggal
dan melaporkan median durasi kala tiga adalah 6 menit, dan 3,3 persen berlangsung
lebih dari 30 menit.6 Jadi istilah retensio plasenta dipergunakan jika plasenta belum
lahir jam sesudah anak lahir. 2,7,8,9,10,11,12
3.2 Etiologi
Etiologi retensio plasenta tidak diketahui dengan pasti sebelum tindakan.7
Beberapa penyebab retensio plasenta adalah :2,10,11
1. Fungsional
a. His kurang kuat (penyebab terpenting). Plasenta sudah lepas tetapi
belum keluar karena atonia uteri dan akan menyebabkan perdarahan
yang banyak. Atau karena adanya lingkaran konstriksi pada bagian
bawah rahim (ostium uteri) akibat kesalahan penanganan kala III, yang
akan menghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata).2,8,11
b. Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi di sudut tuba),
bentuknya (plasenta membranasea, plasenta anularis); dan ukurannya
(plasenta yang sangat kecil).11 Plasenta yang sukar lepas karena
penyebab ini disebut plasenta adhesiva.7 Plasenta adhesiva ialah jika
terjadi implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga
menyebabkan kegagalan mekanisme perpisahan fisiologis.8
2. Patologi-anatomi
Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan
tumbuh lebih dalam. Menurut tingkat perlekatannya dibagi menjadi:
1,2,6,7,8,9,11,16
1.4 Patofisiologi
Penyebab pasti tertundanya pelepasan setelah waktu 30 menit tidak selalu
jelas, tetapi tampaknya cukup sering disebabkan oleh kontraksi uterus yang tidak
adekuat.6,12 Penyebab dari disfungsi kontraksi ini belum diketahui pasti. Kecuali
pada fibroid uterus, dimana sumber distensi uterus tidak dapat dihilangkan dengan
kontraksi uterus, maka kontraksi uterus yang tidak adekuat muncul. Namun, uterus
tidak harus mengalami distensi selama kala III hingga menyebabkan kontraksi yang
tidak adekuat. Distensi sebelum kelahiran bayi, seperti pada kehamilan ganda dan
polihidramnion, juga mempengaruhi kemampuan rahim untuk berkontraksi secara
efisien setelah kelahiran bayi, dan dengan demikian keduanya menjadi faktor risiko
lain untuk perdarahan postpartum karena atonia.21
Walaupun sangat jarang, plasenta dapat melekat erat ke tempat implantasi, baik
karena penetrasi berlebihan dari trofoblas maupun desidua basalis yang sedikit
(tipis) atau tidak ada sama sekali dan kelainan perkembangan lapisan fibrinoid
(lapisan Nitabuch) secara parsial atau total, sehingga tidak terdapat garis pemisah
fisiologis melalui lapisan spongiosa desidua. Akibatnya, satu atau lebih kotiledon
melekat erat ke desidua basalis yang cacat atau bahkan ke miometrium. Kasus
perlengketan plasenta ini dapat dilihat pada trimester pertama, yang
mengindikasikan bahwa proses patologinya mungkin muncul pada saat implantasi
dan bukan setelah masa gestasional.6,7, 12,15,18
Pengalaman klinis juga menunjukkan bahwa kita tidak dapat
mengasumsikan bahwa perdarahan postpartum lebih umum terjadi pada implantasi
segmen bawah rahim, murni terjadi karena otot segmen bawah rahim tidak
memadai untuk berkontraksi. Dalam kasus plasenta previa dan plasenta akreta,
segmen bawah rahim terlihat lebih tipis dari lapisan normal. Peneliti berhipotesis
bahwa sifat kontraktil otot segmen bawah rahim, yang sudah lebih kecil dari
segmen atas, selanjutnya diturunkan oleh kehadiran plasenta. Ini berarti bahwa
implantasi sendiri memiliki efek buruk pada miometrium segmen bawah. Selain itu,
ada bukti yang bersifat anekdot yang menunjukkan bahwa invasi trofoblas lebih
cenderung pada daerah jaringan desidua yang sedikit (tipis), termasuk implantasi
pada bekas luka dan kehamilan ektopik. Peneliti berhipotesis bahwa trofoblas akan
lebih mudah menginvasi ke segmen bawah rahim dengan lapisan desidua yang
abnormal, dan meningkatkan kemungkinan plasenta akreta untuk berkembang.21
Patofisiologi retensio plasenta ini juga bisa berarti plasenta telah terpisah
akan tetapi masih tertinggal akibat ketegangan tali plasenta atau leher rahim yang
tertutup.12 Faktor ini dapat muncul akibat kesalahan penanganan kala III persalinan
dan manipulasi yang berlebihan.14 Pemijatan dan penekanan secara terus-menerus
terhadap uterus yang sudah berkontraksi dapat mengganggu mekanisme fisiologis
pelepasan plasenta sehingga pemisahan plasenta tidak sempurna dan pengeluaran
darah meningkat.6
1.5 Diagnosis
a. Klinis
Dari anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal,
meminta informasi mengenai episode perdarahan postpartum sebelumnya,
paritas, serta riwayat multipel fetus dan polihidramnion. Serta riwayat
pospartum sekarang dimana plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul
perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan.4
Gejala dan Tanda Gejala dan Tanda Lain Diagnosa Kerja
Uterus tidak Syok Atonia uteri
berkontraksi dan Bekuan darah
lembek pada serviks atau
Perdarahan segera posisi telentang
setelah anak lahir akan menghambat
aliran darah keluar
1. Fundus uterus dipegang oleh tangan kanan sedemikian rupa, sehingga ibu
jari terletak pada permukaan depan uterus sedangkan jari lainnya pada
fundus dan permukaan belakang. Bila ibu gemuk hal ini tidak dapat
dilaksanakan dan sebaiknya langsung dikeluarkan secara manual. Setelah
uterus dengan rangsangan tangan berkontraksi baik, maka uterus ditekan ke
arah jalan lahir. Gerakan jari-jari seperti memeras jeruk. Perasat Crede
tidak boleh dilakukan pada uterus yang tidak berkontraksi karena dapat
menimbulkan inversio uteri.
2. Perasat Crede dapat dicoba sebelum meningkat pada pelepasan plasenta
manual.
B. Keluarkan plasenta dengan tangan (manual plasenta)7,10,11,6,17,19
Manual plasenta adalah tindakan invasif dan, kadang memerlukan
anestesia.13,18 Manula plasenta harus dilakukan sesuai indikasi dan oleh
operator berpengalaman. Indikasi manual plasenta meliputi: retensio plasenta
dan perdarahan banyak pada kala III yang tidak dapat dihentikan dengan
uterotonika dan masase, suspek ruptur uterus, dan retensi sisa plasenta.11,18
1.7 Komplikasi
Plasenta yang terlalu melekat, walaupun jarang dijumpai, memiliki makna
klinis yang cukup penting karena morbiditas dan, kadang - kadang mortalitas yang
timbulkannya.6 Komplikasinya meliputi :6,5
a. Perforasi uterus
b. Infeksi
c. Inversio uteri
d. Syok (hipovolemik)
e. Perdarahan postpartum
f. Subinvolution
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. Perdarahan Post Partum Akibat Plasenta Rest. 2012. Diakses pada
tanggal 28 September 2013 dari
http://www.scribd.com/doc/135982233/Plasenta-Rest-Edit
6. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap III LG, Hauth JC, Wenstrom
KD. Obstetri Williams Volume 1 Edisi 21. Jakarta: EGC; 2005.
11. Hanifa W. Ilmu Bedah Kebidanan Edisi Pertama Cetakan Ketujuh. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo; 2007.
12. Jevuska. Patofisiologi Retensio Plasenta. 2013 Diakses pada tanggal 10 Mei
2017 dari http://www.jevuska.com/2011/09/10/patofisiologi-retensio-plasenta
13. Weeks AD. The Retained Placenta. USA: National Center for Biotechnology
Information, U.S. National Library of Medicine from African Health Sciences
Makerere Medical School; 2001. Diakses pada tanggal 10 mei 2017 dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2704447/
14. Memon SR, Talpur NN, Korejo RK. Rawal Medical Journal Volume 36
Number 4 : Outcome of Patients Presenting With Retained Placenta. Pakistan:
Departemen of Obstetrics and Ginecology; 2011. Diakses pada tanggal 9 Mei
2017 dari www.scopemed.org/fulltextpdf.php?mno=12733
15. DeCherney AH, Nathan L. Curren. Obstetric & Gynecologic Diagnosis &
Treatment, Ninth Edition: Postpartum Hemorrhage & Abnormal Puerperium:
Retained Placenta Tissue. California: The McGraw-Hill Companies, Inc; 2003.
28:323-327.
17. Anonim. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal: Kala Tiga dan Empat
Persalinan. Bab 4:91-99.
18. Pernoll ML. Benson & Pernonolls Handbook of Obstetrics & Gynecology
Tenth Edition. New York: McGraw-Hill; 2001. 6:173-177; 11:341-342.
19. http://www.medskills.eu/index.php/wiki/en/body/birth/common%20complica
tions/retained%20placentae/