Anda di halaman 1dari 22
PEDOMAN meres Konstruksi dan Bangunan Perencanaan Timbunan Jalan Pendekat Jembatan ny DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Pendahuluan Timbunan Jalan pendekat jembatan adalah segmen yang menghubungkan konstruksi perkerasan dengan kepala jembatan, permasalahan utama pada timbunan jalan pendekat ini tidak lain yaitu sering terjadinya penurunan atau deformasi pada ujung pertemuan antara struktur perkersaan jalan terhadap ujung kepala jembatan. Permasalahan penting mengapa terjadi penurunan tersebut : 1. Pemadatan yang kurang sempurna saat pelaksanan akibat tebal pemadatan tidak mengikuti ketentuan pelaksanaan atau kadar air optimum tidak terpenuhi. 2. Karena air mengalir keluar, dimana terjadi kapilerisasi pada lapisan atau kelurusan air melalui saluran drainase sehingga ada perubahan tegangan efektif. 3. Pemadatan lapisan timbunan jalan pendekat yang berlebih, dimana terjadi perubahan kadar air, mengakibatkan pengembangan lapisan tanah yang dapat mendesak permukaan perkerasan keatas. Dalam mekanika tanah telah diketahui tanah timbunan jalan pendekat atau tanah pondasi sebagai material isotrofis mempunyai dua sifat fisik: Pertama yaitu indeks fisik seperti, kadar air (w), Massa Jenis (1), Batas cair (LL), indeks plasis (Pl), Batas Susut (SL) dil Kedua yaitu sifat Kohesif (c atau $), Indeks Kompresibilitas (Cc) dan permeabilitas (k). Masalah keseimbangan atau stabilitas ditentukan oleh kondisi beban pada tanah dan struktur diatasnya. Sedang masalah deformasi memerlukan perhitungan yang cermat untuk mengetahui besar distribusi tegangan yang ditimbulkan oleh beban stuktur terhadap tanah dan berapa besar daya dukung tanah dasar yang dapat menahan struktur diatasnya atau bagaimana pengaruh tinggi timbunan terhadap penurunan, longsor dan deformasi terhadap kepala jembatan. Selanjutnya masalah drainase sangat erat keterkaitannya dengan stabilitas maupun deformasi. Kejadian yang sering terjadi antara ujung perkerasan baik aspal beton maupun pelat lantai beton yang berdekatan dengan kepala jembatan adalah penurunan dan konsolidasi struktur akibat material pengganti atau oleh tanah dasarnya. Pedoman perencanaan ini diharapkan merupakan salah satu sumber dalam perencanaan timbunan jalan pendekat dan merupakan umpan balik untuk kesempurnaan isi pedoman ini. Prakata Pedoman ini dipersiapkan oleh Panitia Sub Teknik Standardisasi Bidang Prasarana Transportasi_ melalui Gugus Kerja Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan dengan konseptor Ir. Agus Surasno. Pedoman perencanaan jalan pendekat jembatan yang berbatasan langsung dengan kepala jembatan dimaksudkan sebagai acuan umum dalam pelaksanaan pembangunan dan peningkatan jembatan yang ada di indonesia untuk berbagai kelas jalan dan Jembatan. Pedoman ini, ditulis sesuai dengan ketentuan-ketentuan, spesifikasi klasifikasi yang ada dalam “Standar Nasional Indonesia” (SN!) akan diberlakukan dalam pedoman perencanaan jalan pendekat jembatan termasuk spesifikasi bahan, produk dan metode Uji DAFTAR TABEL. Tabel 1 Spesifikasi lapisan tanah dasar secsaee Tabel 2 Gradasi A kombinasi campuran kerikil dan pasir Tabel 3 Gradasi B kombinasi campuran kerikil dan pasir ... Daftar isi Daftar isi Prakata Pendahuluan sec csseecceseeeereeeneneneeneereesee 1 Ruang lingkup 2 Acuan normatif 3. Istilah dan definisi 4° Galian dan timbunan 4.1. Galian konstruksi_...... 4.2. Timbunan konstruksi 4.3. Timbunan jalan pendekat 5 Ketentuan khusus untuk bahan timbunan pilihan 5.1. Bahan timbunan pilihan 5.2. Syarat-syarat Konstruksi 5.3. Masalah penurunan pada kepala jembatan 5.3.1 Konsolidasi 9.3.2 Kombinasi material 5.4 Cara untuk mengeliminir penurunan pada kepala jembatan 5.5 Penempatan material resapan 60 cm diatas pipa timbunaan pilihan 6 Perencanan tinggi timbunan jalan pendekat 6.1. Persiapan perencanan esses a 6.2 Rumus umum untuk menentukan daya dukung tanah ... 6.3 Menentukan faktor daya dukung tanah 6.4 Daya dukung tanah pondasi yang diijinkan 6.5 Pengecekan daya dukung tanah dasar 6.6 Tinggi timbunan yang diijinkan DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN A sects seve LAMPIRAN B CONTOH PERHITUNGAN Pd T-11-2003 Pedoman perencanaan timbunan jalan pendekat jembatan 4 Ruang lingkup Timbunan jalan pendekat yang dimaksudkan adalah timbunan tanah, timbunan tanah khusus, timbunan tanah pilihan atau konstruksi lain, seperti; boks beton, gorong-gorong dan pelat beton dengan penyangga/pondasi tiang yang berbatasanlangsung dengan ujung kepala jembatan. Pedoman perencanaan jalan pendekat ini meliputi ketentuan, spesifikasi, klasifikasi dan konstruksi untuk badan timbunan jalan pendekat yang mampu mengakomodasi beban rencana, 2 Acuan normatif SNI03-1965-1990 : Pengujian Kadar Air SNI 03-1964-1990 : Berat Jenis Tanah SNI 03-3422-1994 : Batas Susut Tanah SNI 03-3968-1995 : Kelulusan Air SNI03-1966-1990 : Batas Plastis Tanah SNI03-1967-1990 : Batas Cair Tanah SNI 03-2832-1992 : Kepadatan Maksimum dengan Air Optimal SNI 03-1976-1990 : Kepadatan Tanah yang mengandung Butiran Kasar SNI03-1738-1989 : Pengujian CBR Lapangan SNI03-1744-1989 : Pengujian CBR Laboratorium SNI03-2443-1991 : “DAMAJA* Daerah Manfaat Jalan SNI03-3837-1994 : Pengujian Berat !si Kering Tanah 3 Istilah dan definisi 34 abutment bangunan bawah jembatan yang terletak pada kedua ujung jembatan, berfungsi sebagai pemikul seluruh beban pada ujung bentang dan gaya-gaya lainnya yang didistribusikan pada tanah pondasi. 3.2 pile drag penambahan penyangga tiang di belakang kepala jembatan untuk mencegah pergeseran yang kuat tanah timbunan yang tinggi pada dudukan penyangga kepala jembatan. 3.3 daya dukung tanah kemampuan tanah pondasi dapat menahan beban tanpa mengalami perubahan, penurunan atau longsor akibat timbunan dan struktur diatasnya. 4 dari 11 Pd T-11-2003 3.4 tanah timbunan biasa tanah timbunan yang digunakan sebagai lapisan tanah pondasi baik dari pemotongan batuan/ tanah setempat atau dari lokasi lain. 35 tanah timbunan khusus tanah timbunan yang dihasilkan dari batuan/ tanah timbunan biasa ditambahkan bahan aditit atau dicampur dengan semen portlan, abu terbang atau kapur, sehingga stabilitas tanah tersebut meningkat. 3.6 tanah timbunan pilihan tanah timbunan yang dihasilkan dari batuan/ tanah yang mempunyai klasifikasi, spesifikasi dan gradasi tententu. 4 Galian dan timbunan 4.1 Galian konstruksi Galian yang digunakan sebagai lantai pondasi jembatan, gorong-gorong, tembok penahan tanah, tembok sayap, saluran-saluran dan konstruksi lain yang dinyatakan dalam spesifikasi. Pekerjaan ini termasuk pengisian lubang-lubang galian dan menggantinya dengan tanah pilihan. 4.2 Timbunan Konstruksi Material pengisian ruang galian disekeliling pondasi, turap, ujung penahan tanah harus diisi dalam lapis demi lapis dengan tebal + 20 cm yang dipadatkan sesuai tanah asli. Bila tanah dasar pondasi terdiri dari material lunak atau lumpur atau dirasa tidak cukup stabil kokoh, maka tanah dasar harus ditingkatkan daya dukungnya sesuai beban yang dipikulnya 4.3 Timbunan jalan pendekat Adalah merupakan segmen sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi tertentu sesuai alinyemen horizontal dan vertikal dan besarnya kelandaian melintang berdasarkan gambar rencana. Timbunan jalan pendekat mulai dari jung perkerasan jalan melalui transisi kelandaian ( point of tangent ) sampai kepala jembatan sesuai ketentuan “Daerah Milik Jalan” (DAMIJA) SNI 03-2443-1991 yang merupakan bagian dari SNI 03-2850-1992 tentang “Daerah Manfaat Jalan’ (DAMAJA). Timbunan jalan pendekat sebagai pondasi dasar yang mendukung lapis pondasi bawah, bila lapis pondasi bawah tidak ada, maka lapisan tanah dasar mendukung langsung timbunan, timbunan jalan pendekat mempunyai kekuatan dan keawetan tertentu. Dalam penentuan tebal timbunan nilai CBR dapat dikorelasikan terhadap daya dukung tanah (007). Timbunan jalan pendekat harus dipadatkan lapis demi lapis sesuai dengan ketentuan kepadatan lapisan (SNI 03-2832-1992 dan SNI 03-1738-1989). Tinggi timbunan harus dipertimbangkan terhadap adanya bahaya longsor, sebaiknya pada lahan mencukupi dibuat kelandaian lereng alami dan apabila tidak mencukupi harus dibuat konstruksi penahan tanah 2 dari 11 Pd T-11-2003 Timbunan jalan pendekat harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga mendukung terhadap kekuatan dan kestabilan konstruksi kepala jembatan. Khusus untuk timbunan jalan pendekat dengan timbunan tanah yang tinggi, konstruksi penahan tanah sangat diperlukan agar badan jalan tidak longsor. Pertimbangan perencanaan timbunan jalan pendekat terhadap alinyemen harizontal_harus direncanakan sesuai dengan keamanan lalu lintas dan perpanjangan jembatan terhadap sungainya Pertimbangan timbunan jalan pendekat terhadap alinyemen vertikal tergantung pada muka air tertinggi , muka air banjir dan kelandaian memanjang yang sebaiknya tidak melebihi 5 %. 5 Ketentuan khusus untuk bahan timbunan pilihan 5.1 Bahan timbunan pilihan Timbunan pilinan/backfill pada kepala jembatan dan Balok Beton jembatan adalah tanah granular sesuai spesifikasi. Penggunaan tanah granular pilihan harus bersih dari kotoran, daun-daunan atau zat-zat asing lain dan harus memenuhi persyaratan di bawah ini : Saringan berukuran 2 inci 100 % Saringan berukuran 1 inci . 70 - 100% Saringan No.4 ...... 30 - 75% Saringan No. 10 20- 60% Saringan No. 40 10 - 35% Saringan No. 200 0- 10% Hasil penyaringan No. 40 harus mengandung kadar air lebih dari dua puluh lima (25%), indeks kekenyalan tidak lebih dari enam (6%), dan abrasi sesuai ketentuan metoda uji SNI.03-2417-1991 tidak lebih dari empat puluh lima (45) persen. 5.2 Syarat - syarat konstruksi Timbunan tanah/granular pilihan, harus ditempatkan pada ketebalan lapisan + 20 cm dengan metode sesuai persyaratan kepadatan. Untuk memperoleh hasil yang diinginkan, maka harus dipadatkan dengan kepadatan sekurang-kurangnya 97 % (Standard Proctor) sesuai ‘SNI 03-2832-1992. Tabel 1 Spesifikasi lapisan tanah dasar Standar Pengujian Minimum Jenis Material PI CBR [Tanah Laterit <4 = 20 [Pasi <10 250 ['Sirtu <10 > 50 3 dari 11 Pd T-11-2003 5.3 Masalah penurunan pada kepala jembatan 5.3.1 Konsolidasi Konsolidasi lapisan tanah yang disebabkan akibat berat tanah timbunan, kepala jembatan dan beban pelataran jembatan.mengakibat deformasi struktur, dimana terjadi pelepasan air bebas dan rongga udara didalam struktur tanah. Pada tanah liat yang relatif kedap terhadap air penurunan tidak langsung terjadi, dimana struktur tanah sulit dipadatkan dan air tanah tidak dapat mengalir dibawah timbunan. Hal ini menyebabkan perbedaan penurunan antara penyangga pilar terhadap timbunan didekatnya 5.3.2. Kombinasi material Kombinasi material timbunan selama pelaksanaan konstruksi atau pencapuran material akibat vibrasi, kelulusan air dan pengaruh cuaca , jika material tersebut dipadatkan dengan tepat, maka tidak terjadi penurunan dibawah beban muatan 5.4 Cara untuk mengeli inir penurunan pada kepala jembatan Penggalian pada tanah kritis/labil umumnya di daerah rawa dan menggantikan dengan material pilihan, hingga material timbunan akan lebih cepat memadat. Penggunaan material ringan untuk mengurai berat timbunan, sehingga penurunan dan stabilitas dapat ditekan. Diferensial penurunan dapat diatasi dengan membuat saluran berpasir untuk memperluas tingkat konsolidasi pondasi tanah dan sekaligus meningkatkan kekuatan tanah kritis/ fabil Jika struktur tanah terlalu halus, maka pelaksanaan dengan menggunakan shear key di bawah kepala jembatan untuk menstabilkan timbunan dan menghindari gerakan pada kepala jembatan akibat arus air. 5.5 Penempatan material resapan 60 cm diatas pipa pada timbunan pilihan. Tabel 2 Gradasi A kombinasi campuran kerikil dan pasir ‘Saringan “Nomor 1%" %" | No.t0 | No.20 | No.100 | No.200 % Lolos 100 | 50-100 | 20-50 | 15-35 | 0-10 | 0-3 Tabel 3 Gradasi B kombinasi campuran kerikil dan pasir [" Saringan |__Nomor 2” 1% %» | 38 No. 4 | % Lolos 100 95-100 | 35-70 10-30 o-5 | 4dari 11 Pd T-11-2003 6 Perencanaan tinggi timbunan jalan pendekat 6.1. Persiapan perencanaan memerlukan data sebagai berikut : Peta situasi Stratigrafi tanah Ketinggian air tanah dan muka air banjir Analisa Daya dukung tanah dasar 6.2 Rumus umum untuk menentukan daya dukung tanah Qu = (e#Nc)+(7#D* (Na 1))+( Aey*BeN,) 1 Ye Timbunan Hee ‘ Ap = Qin = Daya dukung tanah yg diljinkan ; i Lapisan Tanah Dasar ! i _———— i 6.3 Menentukan faktor daya dukung tanah 1 =n (0.75.~9/360") tan @ (ety 2« Cos*( 45+0/2) + Jikap =0 ——> Ne= 57 No- 1 = Jikag > 0 ——> Ne = — tano (Ng-1) tan @ 1+ 04*sin(4*) 5 dari 11 Pd T-11-2003 6.4 Daya dukung tanah pondasi yang diijinkan : Ap = Qin = Qu/ SF 6.5 Pengecekan daya dukung tanah dasar terhadap : L Manan ~ Meuiing Eks = (—— )-(———_ 2 Grotai L «= Jika eks <(——) — Aman 6 L « Jika eks > (——) -— Tidak Aman 6 Dan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : Grorat 6 + eks taksim = + ) L Groat 6 * eks ntinin = 1-- ) Ap keadaan aman, jika © OS Gitaks aim S AD atau Quin 2 0S Gminaims Ap atau Qiin Ap keadaan tidak aman, jika © Attaks.dim SO Gmaks.cim > AP = Qijn © winam < 0 atau quinam » AP = Qin 6.6 Tinggi timbunan yang diijinkan dalam m Ap He = Ne Dimana Ap = Daya dukung tanah dasar ton/ m? y= Konstanta SF = Safety Faktor = 5 Hy, = Tinggi timbunan yg diizinkan dalam m’ y= Berat Isi tanah timbunan jalan pendekat dalam ton /m°> Nq = Nc = Ny = Faktor - faktor daya dukung tanah 6 dari 11 aAROoN Pd T-11-2003 Daftar_pustaka Bridge Approach Design and Construction Practices, Tahun 1969, National Academy of Engineering, Ir. Sunggono Kh, Tahun 1984 * Mekanika Tanah", Penerbit "NOVA" Bandung SNI 03 - 3448 - 1990, Stabilisasi Tanah dengan Kapur SNI 03 - 3450 -1990, StabilisasiTanah dengan Semen Ir, Lanny Hidayat,Msi, Tahun 1996, Perbaikan Jalan Pendekat, Bahan Kursus Rehabilitasi dan Pemeliharaan Jembatan, Tim Penelitian Wahana Komputer, Tahun 2002, Aplikasi “Retainning Wall” Dengan Visual Basic 6.0, Penerbit Wahana Komputer Semarang 7 dari 11 Pd T-11-2003 LAMPIRAN A DATA JEMBATAN RENCANA Alasan untuk jembatan baru di (Sungai Jalan) | Pada jaringan dari ( Kota Asal ) Km. USUL ALINEMEN JEMBATAN Gambar Survai Jalan No - Tanggal survai | Alinemen Horosontal : Lurus, menumpu = - | Lengkung, adius | | Miring Alinemen Veriikal Rata/ Landai % naik terhadap (Kota ) | Pertemuan/ Lengkung panjang antara Cekung m_ landai % dan % Jarak bebas terhadap struktur dan bangunan : Horisontal : Aktul, —————— m terhadap Peru -— m tethadap | Vertical *Y aktul —— m terhadap | Perlu m_terhadap Rencana Jalan Pendekat : Rencana Jalan No. Kecepatan Rencana Km/ jam Tipe Jalan... Kelas Jalan | Lebar perkerasan 7 m | Lebar formasi re 8 dari 11 Pd T-11-2003 DATA SUNGAI Nama Sungai : Gambar survai lokasi jembatan No, —————————— Tanga mn ‘Sumber informasi lain | | Foto Udara {—] Peta Topografi | [|] Laporan Investigasi Lapangan Lain | Pasang Surut : Pengaruh :_Ya/Tidak Muka Air Pasang di Lokasi ~ — Tanga Muka Air Surut di Lokasi Tanggal Banjir Rencana Termasuk Pengaruh Pasang Banjir rencana keadaan batas ultimat, ( Pasang/ Surut ) Aliran ~ ae — m*/ detik Kecepatan ~ i= midetik i Muka air berkurang i m, Tanggal | Banjir rencana keadaan batas layan, ( Pasang/ Surut ) Aliran t 7 m?/ detik Kecepatan io midetik Muka air berkurang / m, Tanggal-——— Banjir rencana sekali dalam 2 tahun , ( Pasang ) | Aliran 1 m?/ detik | Kecepatan ~ 1 midetik | Muka air berkurang I m, Tanggal | 9 dari 11 Pd T-11-2003 | Rencana Kedalaman Gerusan | | | Kedalaman gerusan keadaan banjir batas ultimat : | | Pada pangkal —.—-— : m, dibawah dasar survai\ | Pada pilar. oe a ~ m, dibawah dasar survai Lanjutan Rencana Kedalaman Gerusan | Kedalam gerusan keadaan banjir batas layan Pada pangkal — : m, dibawah dasar survai\ Pada pilar— - — m, dibawah dasar survai | DATA TANAH Timbunan tanah jalan pendekat : bs 25° cy _ 0 Um? n 1.78 vm? Tanah pondasi dasar Jalan Pendekat : 2 28° Cp 4,53. um2 oA 1.8. tim? DATA KONSTRUKSI TEMBOK PENAHAN TANAH Dimensi Struktur A 1.2. m Cc 0.8 m B 0.8. = m D 0.5 m E 0.7, m T 2 m Th 2. m | PENANGGUNG JAWAB : ANO TANGGAL : 18 — 09 — 2002 10 dari 11 Pd T-11-2003 LAMPIRAN B_CONTOH PERHITUNGAN 1. Diketahui data tanah sebagai berikut : 25° 1.78 tim? c= 0 tm’ $2 = 28° Ca 1.53. im? Y, = 1.89 tim® Penyelesaian Menentukan Qui : Que = [e2#NC] + [hot H #(Nq-1)])+[%*Y2*l *Ny] % = %(0.75.~ 42/360") tan $2 = 3.14 ( 0.75 — 28/360 ) tan 28 = 1.12288971 (ey (e 112288971)? 9.447765 Ny=) —————— = ——_______ => ———_ = 17.808 2 Cos*( 4542/2) 2* Cos*( 45+28/2) 0.53053 N (17.808 — 1) 16.808 Ne= = ——— = —— = 31612 tan bz tan 28 0.0.53171 2+ (Ny +1)*tang. 2+ (17.808 +1)tan28 200078198 Ny = = —__________ = _______ = 14.5898 1+#(0.4*SIN(4*$:) 1+(0.4*SIN(4#28) — 1.370873542 Maka : Que 1.53 + 31.612] + [1.84 + 0 + (17.808 -1)] +[ 4 + 1.84+ 0.5 + 14.5898] 2. Daya dukung tanah pondasi yang diijinkan [ 48.3664 + 0+ 6.771131 = 55.1375 t/m? Ap = Qin = Qu/ SF = 55.1375/5= 11.0275 tm? 3. Tinggi timbunan yang diljinkan dalam m : Ap 11.0275 Hy = =—— = n 1.78 6.195 m 11 dari 11 MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Nomor : 1] /KPTS/M/2003 TENTANG PENGESAHAN 4 (EMPAT) RANCANGAN SNI, 15 (LIMA BELAS) PEDOMAN TEKNIS DAN 4 (EMPAT) PETUNJUK TEKNIS BIDANG KONSTRUKS! DAN BANGUNAN, Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Menimbang bahwa dalam rangka pengaturan standar bidang konstruksi dan bangunan yang dipertukan untuk menunjang pembangunan nasional dan kebijakan Pemerintah dalam meningkatkan pendayagunaan sumber daya alam dan sumber daya manusia, telah disusun dan dipersiapkan 4 (empat) Rancangan SNI, 15 (lima betas) Pedoman Teknis dan 4 (empat) Petunjuk Teknis Bidang Konstruksi dan Bangunan; b. bahwa rancangan tetsebut pada butir a, telah disusun sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat yang dipertukan, sehingga dapat digunakan dan dimanfaatkan bagi kepentingan umum dalam pembangunan bidang konstruksi dan bangunan; . bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang dimaksud pada butic a dan b, perlu ditetapkan dengan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah tentang Pengesahan 4 (empal) Rancangen SNI, 45 (lima belas) Pedoman ‘Teknis dan 4 (empat) Petunjuk Teknis Bidang Konstruksi dan Bangunan Mengingat 1. Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Periindungan Konsumen 2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi; 3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; 4. Peraturan Pemerintah Ri Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Pemerintah Propinsi sebagai Daerah Otonom; 5, Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi —————~ 4 | td ey te | gy) + 08 KETIGA Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika temyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diperbaiki sebagaimana mestinya Tembusan Keputusan ini disampaikan kepada Yth Sekretaris Jenderal Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah; Inspektur Jenderal Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah; Para Kepala Badan di lingkungan Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah; Para Direktur Jenderal di lingkungan Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Para Gubernur di seluruh wilayah Republik Indonesia; Para Bupati / Walikota Madya di seluruh wilayah Republik Indonesia; Pertinggal DITETAPKAN DI: JAKARTA PADATANGGAL 22 APr21 2003 RASARANA WILAYAH Menetapkan KESATU KEDUA 6. Peraturan Pemerintah RI Nomor 29 Tahun 2000 © tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi 7. Peraturan Pemerintah RI Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional; 8. Keputusan Presiden RI Nomor 12 tahun 1991 tentang Penyusunan, Penerapan dan Pengawasan Standardisasi Nasional Indonesia; 9. Keputusan Presiden RI Nomor 13 Tahun 1997 tentang Badan Standardisasi Nasional; 10. Keputusan Presiden RI Nomor 228/M Tahun 2001 tentang Kabinet Gotong Royong; 11. Keputusan Presiden RI Nomor 102 tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen; 12. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor Ot/KPTS/M/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. MEMUTUSKAN : Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah tentang Pengesahan 4 (empat) Rancangan SMI, 15 (lima belas) Pedoman Teknis dan 4 (empat) Petunjuk Teknis Bidang Konstruksi dan Bangunan Mengesahkan 4 (empat) Rancangan SNI, 15 (lima belas) Pedoman Teknis dan 4 (empat) Petunjuk Teknis Bidang Konstruksi dan Bangunan sebagai- mana tersebut dalam Lampiran Keputusan ini, dan merupakan bagian tak terpisahkan dari Keputusan ini Rancangan SNI, Pedoman Teknis dan Petunjuk Teknis Bidang Konstruksi dan Bangunan sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU berlaku bagi instansi pemerintah dan unsur masyarakat bidang konstruksi dan bangunan serta dapat digunakan sebagai acuan dan persyaratan dalam kontrak kerja bagi pihak-pihak yang bersangkutan dalam bidang konstruksi dan bangunan. No. JUDUL No. Rancangan SNI] Unit Pengusui | 15. | Tala cara pemasangan dan pengoperasian Komposter individual | Pd 1-15-2003 | Pusifbang dan komunal Permukiman C. Petunjuk Teknis 1 | Perencanaan saluran air hujan pracetak berlubang untuk PrT-07-2003 | Puslibang lingkungan permukiman Penmukiman 2} Pemasyarakatan teknologi ar barsin dan PLP bidang UKM PUT-02-2003 | Pusltbang Permukiman 3._| Tala cara perencanaan penyediaan air bersih dengan desiiasi PUT-03-2003 | Puslitbang surya atap kaca (DSAK) Permukiman | Spesifkasi destiiasi surya atap kaca (OSAK) PIS01-2003 | Pusitbang | Permukiman DITETAPKAN DI : JAKARTA PADATANGGAL: 22 April 2003 MENTERI PERNIDKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Lampiran Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor :(7I/KPTSIM/2003 Tanggal : 22 APAIL 2003 isi 2 Hee? 96 - 2409 -Y Transportasi No. JuDUL Wo. Rancangan | Unit Pengusul ‘SNL ‘A. Rancangan SNI (@ | Spesificasi aspal keras berdasarkan penetrasi RSNIS-07-2008_| Puslitbang Om Prasarana v _ _ Transportasi CB) | Wetode pengulian campuran beraspal dengan all Marshall RSNIN-OT-2008 | Pusiitbang pasarana a “Tala cara perencanaan plambing RSNIT-01-2003 | Puslitbang 7 Permukiman | Tata cara perencanaan konstruksi Kayu Indonesia RSNIT-02-2003 _| Pusltbang Pemmukiman B. Pedoman Teknis T._| Tala cara desain hidraulik bangunan bendung tipe Tyrol PadT-01-2003 | Puslitbang _ ‘Sumber Daya Air 7, | Tala cara desain hidraulik sandirap tipe MDST dan intake PdT-02-2003 _ | Pusiitbang dengan pintu sorong tipe MOT ‘Sumber Daya Air 3,_| Tata cara perhitungan kebutuhan air iigasi untuk tanaman PET-03-2003 | Pusiitbang pangan Sumber Daya Air | Pedoman operas jaringan irigasi teknis Pd 1-04-2003 _ | Puslitbang ‘Sumber Daya Ait 5. | Tata cara desain bangunian akulfer buatan dan tampungan air Pd 7-05-2003 | Pusitbang hujan untuk penyediaan air baku manditi ‘Sumber Daya Air 6. | Tata cara analisis data pengujian sumur ujidan sumur produksi_ | Pd 7-06-2003 | Pusiitbang dengan metode Eden Hazel ‘Sumber Daya Air 7._ | Tata cara pemilhan parameter dengan metode pemeriksaan Pd 1-07-2003 | Pusltbang kualtas air dalam rangka pemantauan kualitas at ‘Sumber Daya Ait 8._| Tata cara perencanaan dan pelaksanaan krib bronjong Kawat PdT-08-2003 | Puslibang ‘Sumber Daya Air 9. | Tata cara pelaksanaan kr flang pancang beton di sungal Pd 1-09-2003 _ | Puslitbang | ‘Sumber Daya Air (10) Pedoman penanggulangan gerusan sungai di sekitar jembatan Pd T-10-2003 | Puslitbang ‘Sumber Daya Ait (C7) Pedoman perencanaan jalan pendekatjembatan |” Pat-11-2003 | Pusiitbang | Prasarana | ‘Transportasi (2) Peramibuan sementara untuk pekerjaan jalan Pd 712-2003 _ | Pusltbang Prasarana Transportasi C3) Perhitungan kapasitas lingkungan jalan Pd 7-13-2003 | Puslitbang | Prasarana | Transportasi Perencanaan perkerasan jalan belon semen PaT-14-2003 _| Pusitbang Prasarana Transportasi

Anda mungkin juga menyukai