Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP MEDIS DAN ASUHAN KEPERAWATAN POST NATAL CARE (PNC) DI


RUANG LONTARA IV NIFAS RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO

OLEH :
RAHAYU ASTUTY
C121 12 104

Preseptor Institusi Preseptor Lahan

( ) ( )

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

1
BAB I
PENDAHULUAN

Angka kematian maternal dan perinatal merupakan indikator kemajuan suatu Negara.
Ini digunakan sebagai ukuran untuk menilai kualitas pelayanan kesehatan terutama pelayanan
Ante Natal Care (ANC), Intra Natal Care (INC) dan Post Natal Care (PNC) serta perawatan
perinatal, neonatal dan bayi.
Masa puerperium/nifas adalah salah satu sasaran dari pelayanan kesehatan ini,
merupakan satu masa yang harus dilewati seorang ibu dimana pada masa ini ibu tersebut juga
memerlukan perhatian yang khusus sama halnya dengan masa kehamilan dan intra-natal. Dalam
masa ini terjadi banyak perubahan untuk kembali ke fungsi fisiologis normal ibu sebelum hamil
yang mana dalam proses tersebut dapat terjadi berbagai macam komplikasi baik itu komplikasi
fisik maupun psikis yang dapat mempengaruhi status kesehatan ibu yang juga secara otomatis
akan mempengaruhi perawatan terhadap bayi dan perannya dalam keluarga. Selain itu dalam
masa ini juga diharapkan adanya proses adaptasi baik itu oleh ibu, ayah dan juga anggota
keluarga lainnya sehingga tidak terjadi konflik internal dan eksternal dari ibu dan anggata
keluarga lainnya sehubungan dengan kehadiran anggota keluarga yang baru.
Oleh karena itu penerapan perawatan secara holistik yang mencakup bio-psiko-sosio-
spiritual perlu diterapkan terhadap ibu yang dalam masa nifas beserta keluarganya untuk
mencegah komplikasi-komplikasi post partum, derngan demikian angka morbiditas dan
mortalitas terhadap maternal dan bayi dapat dikurangkan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi dan
partus yang artinya melahirkan atau berarti masa sesudah melahirkan.
Pasca salin atau yang sering disebut masa nifas (puerperium) adalah masa pulih
kembali seperti sebelum hamil, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan
kembali seperti sebelum hamil dan lama masa nifas yaitu 6-8 minggu. Bobak (2004)
menyatakan bahwa periode pasca salin adalah masa enam minggu sejak bayi baru lahir
sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil.
Pengertian lain, masa nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, asa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan
dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak
hamil sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses
persalinan (Saleha, 2009).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira kira 6 minggu (Saifudin, 2006).
Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu
melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu
mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas, seperti
sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari penyabab kematian para ibu, infeksi merupakan
penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika
para tenaga kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini. Adanya
permasalahan pada ibu akan berimbas juga kepada kesejahtaraan bayi yang dilahirkan
karena bayi tersebut tidak akan mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya. Dengan
demikian, angka morbiditas dan mortalitas bayi pun akan semakin meningkat
(Sulistyawati, 2009)

3
B. Tahap- tahap Masa Nifas
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
a. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat
banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan
dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia,
tekanan darah, dan suhu.
b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan
dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c. Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta
konseling KB (Saleha, 2009).
Lama masa nifas ini yaitu : 6 8 minggu.
Nifas dibagi dalam 3 periode :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu setelah diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6
8 minggu.
3. Remute Puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk
sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahun.

C. Perubahan- perubahan fisiologis yang terjadi selama nifas


Menurut Bobak (2004), perubahan-perubahan yang terjadi selama masa nifas yaitu:
1. Uterus
Proses involusi
Proses kembalinya uterus keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut
involusi. Proses ini di mulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos
uterus.
Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di
bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat
4
ini besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu
(kira-kira sebesar grapefruit (jeruk asam) dan beratnya kira-kira 1000g.
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mancapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus.
Dalam beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus
turun kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pascapartum keenam fundus normal
akan berada di pertengahan antara umbilikus dan simfisis pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi
pada abdomen pada hari ke-9 pascapartum.
Uterus, pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat sebelum hamil. Berinvolusi
menjadi kira-kira 500g 1minggu setelah melahirkan dan 350g (11-12 ons) 2 minggu setelah
lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul sejati lagi. Pada
minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 g.
Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab untuk pertumbuhan
masif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus prenatal tergantung pada hiperplasia,
peningkatan jumlah sel-sel otot, dan hipertrofi, pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada
masa pascapartum penurunan kadar hormon-hormon ini menyebabkan terjadinya autolisis,
perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang
terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebab ukuran uterus sedikit lebih besar
setelah hamil.
Subinvolusi ialah kegagalan uetrus untuk kembali pada keadaan tidak hamil.
Penyebab subinvolusi yang paling sering ialah tertahannya fragmen plasenta dan infeksi.

Involusio Tinggi pundus uteri Berat uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram


Plasenta lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat 500 gram
simpfisis
2 minggu Tidak teraba diatas 350 gram
simfisis
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram

Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,
diduga terjadi sebagai respons terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar.
Hemoistasis pascapartum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah
intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormon
5
oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengopresi pembuluh darah, dan membantu hemostasis. Selama 1 sampai 2 jampertama
pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Karena
penting sekali untuk mempertahankan konttraksi uterus selama masa ini, biasanya suntikan
oksitosin (pitosin) secara intravena atau intramuskular diberikan segera setelah plasenta
lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di
payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan
oksitosin.
Afterpains
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap
kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan bisa
menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang masa awal puerperium. Rasa nyeri setalah
melahirkan ini lebih nyata setelah ibu melahirkan, ditempat uterus terlalu teregang
(misalnya, pada bayi besar, kembar). Menyusui dan oksitosin tambahan biasanya
meningkatkan nyeri ini karena keduanya merangsang kontraksi uterus.
Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, konstriksi vaskular dan trombosis
menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak teratur.
Pertumbuhan endometrium ke atas menyebabkan pelepasan jaringan nekrotik dan
mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi karakteristik penyembuhan luka.
Proses penyembuhan yang unik ini memampukan endometrium menjalankan siklusnya
seperti biasa dan memungkinkan implantasi dan plasentasi untuk kehamilan di masa yang
akan datang. Regenerasi endometrium selesai pada akhir minggu ketiga masa pascapartum,
kecuali pada bekas tempat plasenta. Regenerasi pada tempat ini biasanya tidak sesuai
sampai enam minggu setelah melahirkan
Lokia
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir seringkali disebut lokia, mula-mula
berwarna merah, kemudian berubah menjadi merah tua atau merah coklat. Rabas ini dapat
mengandung bekuan darah kecil. Selama dua jam pertama setelah lahir, jumlah cairan yang
keluar dan uterus tidak boleh lebih dari jumlah maksimal yang keluar selama menstruasi.
Setelah waktu tersebut, aliran lokia yang keluar harus semakin berkurang
Lokia rubra terutama mengandung darah dan debris desidua serta debris
trofoblastik. Aliran menyembur, menjadi merah muda atau coklat setelah 3-4 hari (lokia
serosa). Lokia serosa terdiri dari darah lama (old blood), serum, leukosit, dan debris
6
jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, warna cairan ini menjadi kuning sampai putih
(lokia alba). Lokia Alba mengandung leukosit, desibua, sel epitel, mukus, serum, dan
bakteri. Lokia alba bisa bertahan selama dua samapi enam minggu setelah bayi lahir.
Pengkajian jumlah aliran lokia berdasarkan observasi tampon perineum sulit dilakukan.
Jacobson (1985) menganjurkan suatu metode untuk memperkirakan menganjurkan suatu
metode untuk memperkirakan kehilangan darah pascapartum secara subyektif dengan
mengkaji jumlah cairan yang menodai tampon perineum. Cara mengukur lokia yang
obyektif ialah dengan menimbang tampon perineum sebelum dipakai dan setelah dilepas.
Setiap peningkatan berat sebesar satu gram setara dengan sekitar satu milimeter darah.
Seluruh perkiraan cairan lokia tidak akurat bila faktor waktu tidak dipertimbangkan.
Seorang wanita yang mengganti satu tampon perineum dalam waktu satu jam atau kurang
mengeluarkan lebih banyak darah daripada wanita yang mengganti tampon setelah 8 jam.
Apabila wanita mendapat pengobatan oksitosin, tanpa memandang cara
pemberiannya, lokia yang mengalir biasanya sedikit sampai efek obat hilang. Setelah
operasi sesaria, jumlah lokia yang keluar biasanya lebih sedikit. Cairan lokia biasanya
meningkat, jika klien melakukan ambulasi dan menyusui. Setelah berbaring di tempat tidur
selama kurun waktu yang lama, wanita dapat mengeluarkan semburan darah saat ia berdiri,
tetapi hal ini tidak sama dengan perdarahan.
Lokia rubra yang menetap pada awal periode pascapartum menunjukkan perdarahan
berkanjut sebagai akibat fragmen plasenta atau membran yang tertinggal. Terjadinya
perdarahan ulang setelah hari ke-10 pascapartum menandakan adanya perdarahan pada
bekas tempat plasenta yang mulai memulih. Namun setelah 3 sampai 4 minggu, perdarahan
mungkin disebabkan oleh infeksi atau subinvolusi. Lokia serosa atau lokia alba yang
berlanjut bisa menandakan endometritis, terutama jika disertai demam, rasa sakit, atau
nyeri tekan pada abdomen yang dihubungkan dengan pengeluaran cairan. Bau lokia yang
menyerupai bau cairan mestruasi;bau yang tidak sedap biasanya menandakan infeksi.
Perlu diingat bahwa tidak semua perdarahan pervaginam pascapartum adalah lokia.
Sumber umum lain ialah laserasi vagina atau servik yang tidak iperbaiki dan perdarahan
bukan-lokia.
Karakteristik Lochia :
~ Setelah melahirkan uterus membersihkan diri dari debris dengan pengeluaran
pervaginam Lochia
~ Jenis-jenis lochia adalah:

7
a. Lochia Rubra yaitu pengeluaran pervaginam pada 3 hari pertama postpartum
berupa darah dan sedikit bekuan.
b.Lochia Serosa berwarna lebih terang, seperti pink atau kecoklatan,
pengeluaran sampai hari ke-9.
c. Lochia Alba yaitu pengeluaran mulai hari kesepuluh warna kuning,
keputihan, mengandung banyak sel lekosit dan sel sel debris.
~ Bau lochia, sedikit amis dan segar seperti darah menstruasi
~ Bau busuk, ada infeksi dan membutuhkan pengkajian lebih lanjut
Pengeluaran pervaginam setelah 2 3 minggu, kemungkinan endometriosis.

2. Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. Delapan belas pasca partum
servis memendek dan konsistentinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula.
Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa
hari setelah ibu melahirkan. Ektoserviks (bagian serviks yang menonjol ke vagina) terlihat
memar dan ada sedikit laserasi kecil-kondisi yang optimal untuk perkembangan serviks.
Muara serviks, yang berdilatasi 10 cm sewaktu melahirkan, menutup secara bertahap. Dua
jari mungkin masih dapat dimasukkan ke dalam suara serviks pada hari ke-4 sampai ke-6
pascapartum, tetapi hanya tangkai kuret terkecil yang dapat dimasukkan pada akhir minggu
ke-2. Muara serviks eksterna tidak akan berbentuk lingkaran seperti sebelum melahirkan,
tetapi terlihat memanjang seperti suatu celah, sering disebut seperti mulut ikan. Laktasi
menunda produksi estrogen yang mempengaruhi mukus dan mukosa.
3. Vagina dan Perineum
Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan
hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke
ukuran sebelum hamil, enam sampai 8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali
terlihat pada sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan semenonjol pada wanita
nulipara. Pada umumnya rugae akan memilih secara permanen. Mukosa tetap atrofik pada
wanita yang menyusui sekurang-kurangnya sampai menstruasi dimulai kembali. Penebalan
mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi ovarium. Kekurangan estrogen
menyebabkan penurunan jumlah pelumas vagina dan penipisan mukosa vagina.
Kekeringan lokal dan rasa rasa tidak nyaman saat koitus (dispareunia) menetap sampai
fungsi ovarium kembali normal dan menstruasi dimulai lagi. Biasanya wanita dianjurkan
menggunakan pelumas larut air saat melakukan hubungan seksual untuk mengurangi nyeri.
8
Pada awalnya, introitus mengalami eritematosa dan edematosa, terutama pada
daerah episiotomi atau jahitan laserasi. Perbaikan yang cermat, pencegahan atau
pengobatan dini hematoma dan higiene yang baik selama dua minggu pertama setelah
melahirkan biasanya membuat introitus dengan mudah dibedakan dari itroitus dengan
mudah dibedakan dari itroitus pada wanita nulipara.
Pada umumnya episiotomi hanya mungkin dilakukan bila wanita berbaring miring
dengan bokong diangkat atau ditempatkan pada posisi litotomi. Penerangan yang baik
diperlukan supaya episiotomi dapat terlihat jelas. Proses penyembuhan luka episiotomi
dapat terlihat jelas. Proses penyembuhan luka episiotomi sama dengan luka operasi lain.
Tanda-tanda infeksi (nyeri, merah, panas, bengkak, atau rabas) atau tepian insisi tidak
saling mendekat bisa terjadi. Penyembuhan harus berlangsung dalam dua sampai tiga
minggu.
Hemoroid (varises anus), wanita sering mengalami gejala terkait, seperti rasa gatal,
tidak nyaman, dan pendarahan berwarna merah terang ppada waktu defekator. Ukuran
hemeroid biasanya mengecil beberapa minggu setelah bayi lahir.
4. Topangan Otot panggul
Struktur penopang uterus dan vagina bisa mengalami cedera sewaktu melahirkan dan
masalah ginekologi dapat timbul di kemudian hari,. Jaringan penopang dasar panggul yang
terobek dan teregang saat ibu melahirkan memerlukan waktu sampai enam bulan untuk
kembali ke tonus semula. Istilah relaksasi panggul berhubungan dengan pemanjangan
dengan melemahnya topangan permukaan struktur panggul. Struktur ini terdiri atas uterus,
dinding vagina posterior atas, uretra, kandung kemih, dan rektum. Walaupun relaksasi dapat
terjadi pada setiap wanita, getapi biasanya merupakan komplikasi langsung yang timbul
terlambat akibat melahirkan.

Perubahan pasca persalinan pada organ-organ tubuh:


1. Sistem Kardiovaskuler
Volume Darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor, misalnya kehilangan darah
selama melahirkan. Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang
cepat, tetapi terbatas. Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah
biasanya menurun sampai mencapai volume sebelu hamil.
Penyesuaian pembuluh darah maternal setelah melahirkan berlangsung dramatis dan
cepat. Perubahan pasca partum yang melindungi wanita: (1) hilangnya sirkulasi
9
uretroplasenta yang megurangi ukuran pembuluh darah maternal 10-15%, (2) hilangnya
fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan stimulus vasodilatasi, (3) terjadinya
mobilisasi air ekstravaskuler yang disimpan selama kehamila.
Curah Jantung
Segera setelah melahirkan, denyut jantung, volume sikuncup dan curah jantung
meningkat bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah yang biasanya
melintasi sirkuit uteroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum. Kembalinya
hemodinamika jantung secara pasti ke kadar normal tidak tersedia, tetapi nilai curah jantung
normal, bila pemeriksaan dilakukan 8 sampai 10 minggu setelah melahirkan.
Tanda-tanda Vital
Peningkatan tekanan darah sistol dan diastole dapat berlangsung selama sekitar empat
hari setelah wanita melahirkan. Fungsi pernafasan kembali ke fungsi saat wanita
melahirkan. Setelah Rahim kosong, diagrafma menurun, aksis jantung kembali normal, dan
impuls titik maksimum dan EKG kembali normal.
2. Sistem Respirasi
Fungsi pernafasan kembali ke fungsi saat wanita melahirkan. Setelah Rahim kosong,
diagrafma menurun, aksis jantung kembali normal, dan impuls titik maksimum dan EKG
kembali normal.
3. Sistem Endokrin
Hormon Plasenta
Selama periode pascapartum, terjadi perubahan hormone yang besar. Pengeluaran
plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormone-hormon yang diproduksi oleh organ
tersebut. Penurunan hormon human placental lactogen (hPL), estrogen, dan kortisol, serta
placental enzyme insulin membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula
dalam darah menurun yang secara bermakna pada masa puerperium. Karena perubahan
hormone normal membuat masa peurperium menjadi suatu periode transisi untuk
metabolism karbohidrat, interpretasi tes toleransi glukosa lebih sulit pada saat ini.
Kadar estrogen dan progesterone munurun secara mencolok setelah plasenta lahir
hingga satu minggu pasca partum. Penurunan kadar estrogen berkaitan dengan
pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstraseluler. Pada wanita yang tidak
menyusui, kadar estrogen mulai meningkat pada minggu kedua setelah melahirkan, dan
lebih tinggi daripada wanita yang menyusui pada pascapartum hari ke-17.
Hormon Hipofisis dan Fungsi Ovarium

10
Dimulainya waktu ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak menyusui
berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya berperan
dalam menekan ovulasi. Peningkatan prolaktin secara progresif sepanjang masa kehamilan
dan pada wanita menyusui tetap meningkat sampai minggu keenam setalah melahirkan.
Setelah melahirkan, wanita tidak menyusi mengalami penurunan kadar prolaktin mencapai
rentan sebelum hamil dalam dua minggu.
Cairan menstruasi pertama setelah melahirkan biasanya lebih banyak daripada normal.
Dalam tiga samapai empat siklus, jumlah cairan menstruasi wanita kembali seperti sebelum
hamil.

4. Abdomen
Pada wanita pascapartum, abdomennya akan menonjol dan membuat wanita
tersebut tampak seperti masih hamil di hari pertama pascapartum. Dalam dua minggu
setelah melahirkan, dinding abdomen rileks. Diperlukan enam minggu untuk dinding
abdomen kembali kekeadaan sebelum hamil. Kulit memperoleh bkembali elastisitasnya,
tetapi sejumlah kecil stria menetap. Pengembalian tonus otot bergantung pada kondisi
tonus sebelum hamil. Pada keadaan tertentu, dengan atau tanpa ketegangan yang
berlebihan, seperti bayi besar atau hamil kembar, otot-otot dinding abdomen memisah,
suatu keadaan yang dinamai diastasis rekti abdominis. Apabila menetap, defek ini
dapat dirasa mengganggu pada wanita, tetapi penanganan melalui upaya bedah jarang
dibutuhkan. Seiring perjalanan waktu, defek tersebut menjadi kurang terlihat.
5. Sistem Urinarius
Perubahan hormoral pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut menyebabkan
peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid setelah wanita melahirkan
menyebabkan penurunan fungsi ginjal selama masa pascapartum. Fungsi ginjal kembali
normal dalam waktu satu bulam setelah wanita melahirkan. Diperlukan kira-kira dua sampai
8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kekeadaan
sebelum hamil. Pada sebagian kecil wanita, dilatasi uri arius bisa menetap selama tiga
bulan.

11
Komponen Urin
Glikosuria ginjal yang diinduksi oleh kehamilan menghilang. Laktosuria postif pada ibu
menyusui merupakan hal yang normal. BUN meningkat selama pascapartum akibat otolitis
uterus yang berinvolusi.
Diuresis Pascapartum
Dalam 12 jam setelah melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan yang
tertimbun di jaringan selama ia hamil. Diuresis pascapartum disebabkan oleh penurunan
kadar estrogen, hilangnya peningkatan tekanan vena pada tungkai bawah, dan hilangnya
volume darah akibat kehamilan. Pengeluaran cairan pascapartum menyebabkan penurunan
berat badan.
Uretra dan Kandung Kemih
Trauma dapat terjadi pada uretra dan kandung kemih saat bayi melewati jalan lahir.
Dinding kandung kemih dapat mengalami hyperemesis dan edema, disertai hemoragi pada
daerah kecil-kecil.
Kombinasi akibat trtauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih, dan
efek anastesi yang menyebabkan keinginan berkemih menurun. Penurunan berkemih,
seiring diuresis berkemih pascapartum, bisa menyebabkan distensi kandung kemih.
Pada masa pascapartum tahap lanjut, distensi yang berlebihan ini dapat menyebabkan
kandung kemih peka terhadap infeksi sehingga mengganggu proses berkemih normal.
Apabila terjadi distensi berlebih pada kandung kemih dalam jangka waktu lama, dinding
kandung kemih dapat mengalami kerusakan (atoni). Dengan mengosongkan kandung
kemih, tonus kandung kemih biasanya akan pulih kembali dalam lima sampai tujuh hari
setelah bayi lahir.
6. Sistem Gastrointestinal
Nafsu Makan
Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga ia boleh mengonsumsi makanan
ringan. Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah yang biasa
dikonsumsi disertai konsumsi camilan yang sering ditemukan.
Motilitas
Secara khas, penurunan tonus da motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu
yang ingkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anesthesia bisa memperlambat
pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
Defekasi

12
Buang air besar secara spontan bisa tertuda selama dua sampai tiga hari setelah ibu
melahirkan. Keadaan ini disebabkan oleh tonus otot usu menurun selama persalinan dan
pasca persalinan.
7. Payudara
Konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan payudara selama kehamilan
menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang dibutuhkam hormone-hormon ini
untuk kembali ke kadar sebelum hamil sebagian ditentuakan oleh apakah ibu menyusui atau
tidak.
Ibu tidak menyusui
Payudara biasanya teraba nodular yang bersifat bilateral dan difus. Pada hari ketiga atau
keempat pasca partum terjadi pembengkakan. Payudara teregang, nyeri bila ditekan, dan
hangat jika diraba. Distensi payudara terutama disebabkan oleh kongesti sementara vena
dan pembulu balik limfatik akibat penimbungan air susu. Pembengkakan dapat hilang
dengan sendirinya dan rasa tidak nyaman biasanyan kurang dalam 24 sampai 36 jam.
Apabila bayi belum mengisap, laktasi berhenti dalam beberapa hari sampai satu minggu.
Ibu yang menyusui
Ketika laktasi, teraba massa, tetapi kanrong susu yan terisi berubah posisi dari hari ke
hari. Sebelum laktasi, payudara lunak. Setelah laktasi dimulai, payudara teraba hangat dan
keras. Rasa nyeri akan menetap selama 48 jam.
8. Sistem Hematologi
Hematokrit dan Hemoglobin
Selama 72 jam pertama bayi lahir, volume plasma yang hilang lebih besar daripada sel
darah yang hilang. Penurunan volume plasma dan peningkatan sel darah merah (SDM)
dikaitkan dengan peningkatan hematokrit pada hari ketiga sampai ketujuh pascapartum.
Tidak ada SDM yang rusak selama masa pascaprtum, tetapi semua kelebihan SDM akan
menurun secara bertahap sesuai dengan usia SDM tersebut.
Hitung Sel Darah Putih
Selama 10 samapi 12 hari pertama setelah bayi lahir, nilai leukosit meningkat sekitar
8.000-13.000/mm3.
Faktor Koagulasi
Keadaan hiperkoagulasi, yang bisa diiringi kerusakan pembuluh darah dan imobilitas,
meingkatkan resiko tromboembolisme, terutama setelah wanita melahirkan secara sesaria.
Aktivitas fibrinolitik juga meningkat selama beberapa hari pertama setelah bayi lahir.
Varises
13
Varises di tungkai dan di sekitar anus (hemoroid) sering dijumpai pada wanita hamil.
Varises, bahkan varises vulva yang jarang dijumpai, akan mengecil dengan cepat setelah
bayi lahir. Regresi total diharapkan terjadi setelah melahirkan.
9. Sistem Neurologi
Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi neurologis
yang terjadi aaat wanita hamil dan disebabkan trauma yang dialami saat melahirkan. Rasa
tidak nyaman neurologis yang diinduksi selama kehamilan akan menghilang setelah wanita
melahirkan.
Rasa baal dan kesemutan periodic pada jari selama hamil akan hilang setelah
melahirkan. Nyeri kepala pascapartum bisa disebabkan olehh hipertensi akibat kehamilan,
stress, dan kebocoran cairan serebrospinalis ke ruang esktradural. Lama nyeri kepala dapat
beralangsung satu sampai tiga hari bahakan beberapa minggu tergantung dengan
penyebabnya.
10. Sistem Muskuluskeletal
Adaptasi muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung secara
terbalik pada masa pascapartum, termasuk membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan
perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu
keenam sampai ke-8 setelah wanita melahirkan. Akan tetapi, walaupun semua sendi lain
kembali ke keadaan normal sebelum hamil, kaki wanita tidak mengalami perubahan setelah
melahirkan.
11. Sistem Integumen
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilah berakhir.
Hiperpigemntasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah bayi lahir.
Pada beberapa wanita, pigmentasipada daerah tersebut akan menetap. Kulit yang meregang
pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar, tetapi tidak hilang
seluruhnya.
Kelainan pembuluh darah seperti spider angioma, eritema palmar, dan epulis biasanya
berkurang sebagai respon terhadap penurunan kadar estrogen setelah kehamilan berakhir.
Pada beberapa wanita spider angioma menetap.
Rambut halus yang tumbuh dengan lebat pada waktu hamil biasnaya akan menghilang
setelah wanita melahirkan, tetapi rambut kasar yang timbuk sewaktu hamil akan menetap.
Konsistensi dan kekuatan kuku akan kembali pada keadaan sebelum hamil.
12. Sistem Imun

14
Kebutuhan ibu untuk mendapat vaksinansi rubella atau untuk mencegah isoimunisasi Rh
ditetapkan.
Adaptasi Psikososial Pada Post Partum
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Reva Rubin mengenai perubahan pada
masa post partum (Huliana, 2003) adalah :
1. Fase taking in (istirahat / penghargaan)
Masa ketergantungan, ciri-ciri membutuhkan tidur yang cukup, nafsu makan
meningkat berharap untuk menceritakan pengalaman partusnya dan bersikap sebagai
penerima menunggu apa yang disarankan dan apa yang diberikan.
2. Fase taking hold (dibantu tetapi dilatih)
Terlihat sebagai suatu usaha terhadap pelepasan diri dengan ciri-ciri bertindak
sebagai pengatur bergerak untuk bekerja, kecemasan makin kuat, perubahan mood
mulai terjadi dan sudah mengerjakan tugas keibuan.
3. Fase letting go (berjalan sendiri di lingkungannya)
Pada masa ini ibu mengambil tugas atau tanggung jawab terhadap perawatan
bayi. Pada umumnya depresi post partum terjadi pada periode ini. Post partum blues
(Depresi ringan) disebabkan kekecewaan emosional, rasa sakit masa nifas, kecemasan
pada kemampuan untuk merawat bayinya dan rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi
suami. Ciri-cirinya ibu menjadi murung, mudah menangis, tidak sabar karena suami
tidak mencintainya lagi. Hal ini normal disebabkan ibu yang baik dan tubuh wanita
selama kehamilan serta perubahan cara kehidupannya sesudah bayinya lahir .
Adaptasi psikologis ayah :
1. Respon ayah :
- Bangga dan takut memegang bayi.
- Diekspresikan secara berbeda-beda, dekat dengan keluarga, mengadakan pesta
dengan teman-teman.
- Pada waktu immediately ; kelihatan lelah dan mengantuk.
- Bila ada komplikasi bayi, maka ayah akan mencari informasi untuk ibu dalam
merawat bayinya.
2. Psikologis ayah :
Tergantung keterlibatan selama proses kelahiran berlangsung. Biasanya ayah merasa
lelah dan ingin selalu dekat dengan istri dan anaknya. Bila ada masalah dengan
bayinya dan harus dirawat terpisah dengan ibunya, maka ayah merupakan sumber

15
informasi bagi ibu mengenai anaknya. Dalam hal ini ayah sering merasa khawatir
tentang keadaan istri dan anaknya.
Ayah juga dapat mengalami post partum blue karena masalah keuangan keluarga,
merasa tidak yakin akan kemampuannya sebagai orang tua dan kesulitan beradaptasi
terhadap perubahan hubungan dengan istrinya.
3. Psikologi keluarga :
Kehadiran bayi yang baru lahir di dalam keluarga menimbulkan adanya perubahan-
perubahan paeran dan hubungan di dalam keluarga tersebut. Umpamanya anak yang
lebih besar sekarang menjadi kakak, orang tua menjadi kakek, suami-istri harus
saling membagi perhatian karena tuntutan dan ketergantungan bayi dalam
memenuhi kebutuhannya. Bila banyak anggota keluarga yang dapat membantu
dalam merawat bay, mungkin keadaannya tidal sesulit bila tidak ada yang
membantu.
Mengingat kompleksnya tugas-tugas ibu pada masa sesudah melahirkan, dimana ibu
harus merawat dirinya, merawat bayinya dan melakukan tugas rumah tangga, maka
perawat bidan bertanggungjawab untuk mempersiapkan ibu sebelum melahirkan.
4. Cara adaptasi Sibling :
Ajak saudara kandung jenguk ke rumah sakit
Telepon
Waktu pulang ; ayah memegang bayi, ibu memegang peranan dalam siling
Sibling merawat boneka, ibu merawat bayi
Jangan mengurangi waktu
Beri hadiah dari bayi untuk sibling
Anjurkan pengunjung untuk menegur sibling

Perawatan Pasca Persalinan


Menurut Muchtar (2001) perawatan pasca persalinan antara lain :
1. Mobilisasi, karena lelah sehabis bersalin, ibu harus diistirahatkan tidur terlentang selama
8 jam pasca persalinan, boleh miring-miring ke kakan dan ke kiri untuk mencegah
trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke-2 , diperbolehkan duduk, hari ke-3 jalan-
jalan, hari ke-4 dan ke-5 sudah diperbolehkan pulang.
2. Diet, makan harus bermutu, bergisi dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang
banyak mengandung protein, banyak cairan sayur-sayuran dan buah-buahan
3. Miksi, hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri dengan secepatnya, kadang-kadang
wanita menagalami sulit kencing karena spinter uretra ditekan oleh kepala janin dalam
16
spasme ototiritasi spingter ani selama persalinan. Juga karena adanya edema kandung
kemih yang terjadi selama perslinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita hamil sulit
kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi
4. Defekasi, buang air besar harus dilakukan setelah 3-4 hari setelah persalinan bila masih
sulit BAB dan terjadi konstipasi apalagi berak keras, dapat diberikan obat pencahar
peroral atau perrektal, jika belum bisa dilakukan klisma.
5. Perawatan payudara, dilakukan sejak wanita hamil supaya puting susu lemah tidak keras
dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayinya meninggal laktasi
harus dihentikan dengan :
a. Membebat payudara
b. Memberi obat estrogen untuk sekresi LH, seperti tablet lynoral dan parlodel.
6. Laktasi untuk menghadapi masa laktasi (menyusui) sejak dari kehamilan.
7. Cuti hamil dan bersalin, menurut UU bagi wanita pekerja berhak mengambil cuti hamil
dan bersalin selama 3 bulan, 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah besalin
8. Pemeriksaan pasca persalinan:
Pemeriksaan umum : TD, nadi, keluhan dan sebagainya; keadaan umum : suhu
badan, selera makan dan lain-lain; payudara : ASI, puting susu; dinding perut :
perineum, kandung kemih dan rektum; sekret yang keluar : Lokia, flour albus; kedaaan
alat-alat kandungan
9. Nasehat untuk ibu post partum
Fisioterapi postnatal sangat baik bila diberikan, sebaiknya bayi disusui, kerjakan
gimnastik setelah bersalin, melakukan KB untuk menjarankan anak, bawalah bayi anda
untuk memproleh imunisasi.

Komplikasi Pospartum
Menurut Muchtar (2001) komplikasi postpartum antara lain :
1. Perdarahan
Perdarahan dini kurang dari 24 jam: atonia uteri, trauma, laserasi, hematoma.
Perdarahan lambat lebih dari 24 jam: sisa plasenta infeksi.
2. Infeksi
Merupakan penyebab meningkatnya angka kesakitan dan kematian ibu. Bagian
yang terinfeksi: rongga panggul, perineum, mammae, saluran kemih, sistem vena. Suhu
lebih dari 38C selama 2-3 hari berturt-turut pada 10 hari post partum. Faktor resiko
antara lain:

17
a. Antenatal: nutrisi yang kurang, anemia
b. Intrapartum: partus lama dan KPD
c. Postpartum: plasenta manual
3. Tromplebitis Dan Trombosis
a. Tanda dan gejala, nyeri pada gastroknemius, vena mengeras
b. Faktor predisposisi: riwayat tromboplebitis, obesitas, SC, usia tua
c. Komplikasi: emboli paru, emboli otak dan nekrosis jaringan

18
Diagnosa Keperawatan Intervensi dan Rasional
1. Nyeri berhubungan dengan episiotomi, trauma jalan lahir, after pain, ketidanyamanan
payudara.
Tujuan :
Nyeri hilang/berkurang
Intervensi :
a. Kaji adanya lokasi dan sifat nyeri
R/ mengidentifikasi kebutuhan khusus dan intervensi yang tepat.
b. Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomi, perhatikan edema, ekimosis, nyeri
tekan local, eksudat purulent.
R/ dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan perineal dan atau terjadinya
komunikasi yang memerlukan evaluasi/intervensi lanjut.
c. Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan episiotomi.
R/ penggunaan pengencangan gluteal saat duduk menurunkan stress dan tekanan
langsung pada perineum.
d. Kaji nyeri tekan uterus, tentukan adanya dan frekuensi/intensitas afterpaint.
R/ selama 12 jam pertama post partum kontraksi uterus kuat dan regular, dan ini
berlanjut selama 2 3 hari selanjutnya, meskipun frekuensi dan intensitasnya
berkurang.
e. Anjurkan klien berbaring tengkurap dengan kontak dibawah abdomen dan
melakukan aktivitas persalinan.
R/ meningkatkan kenyamanan, meningkatkan rasa control dan kembali
memfokuskan perhatian.
f. Inspeksi payudara dan jaringan putting, kaji adanya pembesaran dan atau putting
pecah-pecah.
R/ pada 24 jam post partum, payudara harus lunak dan tidak penuh, dan puting
harus bebas dari pecah-pecah atau area kemerahan, pembesaran payudara, nyeri
tekan putting atau adanya pecah-pecah pada putting dapat terjadi hari ke-2 sampai
ke-3 postpartum.
g. Anjurkan menggunakan penyokong
R/ mengangkat payudara ke dalam dan kedepan mengakibatkan posisi lebih
nyaman.
19
h. Berikan analgetik 30 60 menit sebelum menyusui
R/ memberikan kenyamanan, khususnya selama laktasi, bila afterpaint paling hebat
karena pelepasan oksitosin, bila klien bebas dari ketidaknyamanan ia dapat
memfokuskan pada perawatannya sendiri dan bayinya dan pada pelaksanaan tugas
tugas mengenai ibu.
2. Menyusui tak efektif berhubungan dengan isapan bayi kurang, tingkat pengetahuan
pengalaman.
Tujuan :
Menyusui menjadi efektif
a. Kaji pengetahuan dan pengalamam klien tentang menyusui sebelumnya
R/ membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini dan mengembangkan
rencana perawatan.
b. Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenal fisiologi dan keuntungan
menyusui, perawatan putting dan payudara, kebutuhan diet khusus, dan factor-
faktor yang memudahkan atau mengganggu keberhasilan menyusui.
R/ membantu menjamin kandungan susu adekuat, mencegah putting pecah dan luka,
memberikan kenyamanan dan membuat peran ibu menyusui.
c. Demonstrasikan dan tinjau ulang teknik-teknik menyusui
R/ posisi yang tepat biasanya mencegah luka putting tanpa memperhatikan lamanya
menyusui.
d. Kaji putting klien ; anjurkan klien melihat putting setiap habis menyusui
R/ identifikasi dan intervensi dini dapat mencegah / membatasi terjadinya luka atau
pecah putting, yang dapat merusak proses menyusui
e. Anjurkan klien untuk mengeringkan putting dengan udara selama 20 30 menit,
instruksikan klien menghindari penggunaan sabun atau penggunaan bantalan bra
berlapis elastic dan mengganti pembalut bila bosan atau lembab.
R/ pemajanan pada udara atau panas membantu mengencangkan putting, sedangkan
sabun dapat menyebabkan kering.
f. Anjurkan penggunaan kompres es sebelum menyusui dan taruhan putting dengan
memutar diantara ibu jari dan jari tengah dan menggunakan teknik hoffman.
R/ latihan dan kompres es membantu membuat putting lebih ereksi, teknik hoffman
melepaskan perlengketan yang menyebabkan inverse putting.
3. Resikoterhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan atau kerusakaan kulit,
penurunan HB, prosedur invasive dan atau peningkatan pemajanan lingkungan .
20
Tujuan :
Infeksi tidak terjadi
Intervensi :
a. Pantau suhu dan nadi dengan rutin ; catat tanda-tanda menggigil, anoreksia atau
malaise.
R/ peningkatan suhu sampai 38,3C dalam 24 jam pertama menandakan infeksi.
b. Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus ; perhatikan perubahan involusional atau
adanya nyeri tekan uterus eksterm.
R/ fundus yang pada awalnya 2 cm dibawah umbilicus meningkat 1 -2 cm/hari.
Kegagalan miometrium untuk involusi pada kecepatan ini, atau terjadinya nyeri
tekan eksterm, menandakan kemungkinan tertahannya jaringan plasenta atau
imflamasi.
c. Catat jumlah dan bau rabas lakhial atau perubahan pada kehilangan normal dan
rubra menjadi serosa
R/ lokhea secara normal mempunyai bau amis/daging, namun pada endometritis,
rabas mungkin purulen dan bau busuk, mungkin gagal untuk menunjukkan
kemajuan normal dari rubra menjadi serosa sampai alba.
d. Anjurkan perawatan perineal dan mandi setiap hari dan ganti pembalut perineal
sedikitnya setiap 2 jam dari depan ke belakang.
R/ pembersihan sering dari depan ke belakang (simfisis pubis kearah anal)
membantu mencegah kontaminasi rectal memasuki vaginan atau uretra.
e. Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan cermat dan pembuangan pembalut
yang kotor.
R/ membantu mencegah atau menghalangi penyebaran infeksi.
4. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek-efek hormonal (perpindahan
cairan/peningkatan aliran plasma ginjal), trauma mekanis, edema jaringan, efek-efek
anastesia.
Tujuan :
Eliminasi urin menjadi normal
Intervensi :
a. Kaji masukan cairan dan haluaran urin terakhir
R/ pada periode pasca natal awal, kira-kira 4 kg cairan hilang, melalui haluaran urin
dan kehilangan tidak kasat mata termasuk dioforesis.

21
b. Anjurkan berkemih dalam 5 8 jam post partum, alirkan air hangat diatas
perineum.
R/ kandung kemih penuh mengganggu motilitas dan involusi uterus dan
meningkatkan lokhea, distensi berlebihan kandung kemih dalam waktu lama dapat
merusak dinding kandung kemih.
c. Anjurkan minum 6 sampai 8 gelas cairan perhari
R/ membantu mencegah static dan dehidrasi dan mengganti cairan yang hilang
waktu melahirkan.
d. Pasang kateter urin sesuai indikasi
R/ untuk mengurangi distensi kandung kemih, untuk memungkinkan involusi uterus
dan mencegah atoni kandung kemih karena distensi belebihan.
5. Resikokekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan masukan/pergantian
tidak adekuat, kehilangan cairan berlebihan (diaforesia, hemoragi, peningkatan haluaran
urin, muntah.)
Tujuan :
Kekurangan volume cairan tidak terjadi
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda vital
R/ takikardia dapat terjadi memaksimalkan sirkulasi cairan, pada kejadiandehidrasi
atau hemoragi, peningkatan TD larema obat-obat vasopressor oksitosin, penurunan
TD merupakan tanda lanjut dan kehilangan cairan berlebihan.
b. Perhatikan adanya rasa haus berikan cairan sesuai toleransi
R/ rasa haus mungkin diperlukan cara homeostasis dari pergantian cairan melalui
peningkatan rasa haus.
c. Evaluasi masukan cairan dan haluaran urin selama diberikan infuse i.v atau sampai
pola berkemih menjadi normal.
R/ membantu dalam analisa keseimbangan cairan dan derajat kekurangan.
d. Pantau pengisian payudara dan suplai ASI bila menyusui
R/ klien dehidrasi tidak mampu menghasilkan ASI adekuat
e. Berikan cairan i.v yang mengandung elektrolit
R/ membantu menciptakan volume dasar sirkulasi dan menggantikan kehilangan
korona dan kelahiran dan diaforesis
6. Resikokelebihan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan setelah
kelahiran plasenta, ketidakadekuatan pergantian cairan, efek-efek infuse oksitosin.
22
Tujuan :
Kelebihan voleume cairan tidak terjadi.
Intervensi :
a. Pantau TD. Nadi, auskultasi bunyi napas, perhatikan batuk berdahak, bising (rales)
atau ronkhi, perhatikan adanya dispnea atau stridor.
R/ kelebihan sirkulasi dimanifestasikan dengan pengingkatan TD dan nadi dan
akumulasi cairan pada paru-paru
b. Kaji adanya, lokasi dan luasnya edema
R/ bahaya eklamsia atau kejang ada selama 72 jam, tetapi dapat terjadi secara actual
selambat-lambatnya 5 hari setelah kelahiran
c. Evaluasi keadaan neurologis klien, perhatikan hiperrefleksia, peka rangsang atau
perubahan kepribadian
R/ intoksikasi cerebral adalah indicator awal dari kelalahan retensi cairan.
d. Pasang kateter indwelling sesuai indikasi
R/ untuk memantau haluaran urin setiap hari bila dibutuhkan oleh kondisi klien.
e. Berikan furosemid (lasix) sesuai indikasi
R/ furosemid bekerja pada ansa henle untuk meningkatkan haluaran urin dan
menghilangkan edema pulmonal
7. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek-efek progesterone,
dehidrasi, kelebihan analgetik atau anstesia, diare prapersalinan, kurang masukan, nyeri
perineal.
Tujuan :
Proses defekasi menjadi normal
Intervensi :
a. Auskultasi adanya bising usus ; perhatikan kebiasaan pengosongan normal atau
diastosis rekti.
R/ mengevaluasi fungsi usus. Adanya diastosis rekti berat menurunkan tonus otot
abdomen yang diperlukan untuk upaya mengejan selama pengosongan.
b. Berikan informasi diet yang tepat tentang pentingnya makanan kasar, peningkatan
cairan dan upaya untuk membuat pola pengosongan normal.
R/ makanan kasar (mis, buah-buahan dan sayuran khususnya dengan biji dan kulit
dan peningkatan cairan menghasilkan builk dan merangsang eliminasi.
c. Anjurkan peningkatan tingkat aktivitas dan ambulasi,sesuai toleransi.
R/ membantu meningkatkan peristaltic gastrointestinal
23
d. Kaji episiotomi ; perhatikan adanya laserasi dan derajat keterlibatan cairan.
R/ edema berlebihan atau trauma perineal dengan laserasi derajat ketiga dan
keempat dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan mencegah klien dan merelaksasi
perineum selama pengosongan karena takut untuk terjadi oedema selanjutnya.
e. Berikan laksatif, pelunak feses, supositoria atau enema.
R/ untuk meningkatkan kembali kebebasan defekasi normal dan mencegah
mengejan atau stress perianal selama pengosongan.
8. Resiko terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan kurang dukungan
dari orang terdekat, kurang pengetahuan, stressor.
Tujuan :
Intervensi :
a. Kaji kekuatan, kelemahan, usia, status perkawinan, ketersediaan sumber
pendukung dan latar belakang budaya.
R/ mengidentifikasi factor-faktor resiko potensial dan sumber-sumber pendukung
yang mempengaruhi kemampuan klien/pasangan untuk menerima tantangan peran
menjadi orang tua.
b. Perhatikan respons klien/pasangan terhadap keahlian dan peran menjadi orang tua.
R/ kemampuan klien untuk beradaptasi secara positif untuk menjadi orang tua
mungkin dipengaruhi oleh reaksi ayah yang kuat.
c. Kaji ketrampilan komunikasi interpersonal pasangan dan hubungan mereka satu
sama lain.
R/ hubungan yang kuat diartikan dengan komunikasi yang jujur dan ketrampilan
mendengan dan interpersonal yang baik membantu mengembangkan pertumbuhan.
d. Berikan rawat bersama/ruang fisik dan privasi untuk kontak diantara ibu, ayah dan
bayi.
R/ memudahkan kedekatan, membantu mengembangkan proses pengenalan.
e. Anjurkan pasangan/sibung untuk mengunjungi dan menggendong bayi dan
konstipasi pada aktivitas perawatan bayi secara rutin
R/ membantu meningkatkan ikatan dan mencegah perasaan putus asa. Menentukan
realitas keadaan bayi
9. Resikoterhadap koping individual tak efektif berhubungan dengan krisis maturasional
dari kehamilan/mengasuh anak dan melakukan peran ibu dan menjadi orang tua,
kecemasan personal, ketidakadekuatan system pendukung, persepsi tidak realistis.
Tujuan :
24
Koping individual tak efekti ftak terjadi
Intervensi :
a. Kaji terhadpa gejala depresi yang fana (perasaan sedih post partum) pada hari ke-2
sampai ke-3 mis; ansietas, menangis, kesedihan, konsentrasi yang buruk.
R/ ibu-ibu mengalami depresi sementara atau perasaan emosi kecewa serelah
melahirkan mungkin berhubungan dengan factor-faktor genetic, sosial atau
lingkungan atau respons endokrin fisiologis
b. Berikan dukungan emosional dan bimbingan antisipasi untuk membantu klien
mempelajari peran baru dan strategis untuk koping terhadap bayi baru lahir.
R/ ketrampilan menjadi ibu/orang tua bukan secara insting tetapi harus dipelajari.
Penanganan tidur terganggu dan pemenuhan kebutuhan bayi selama 24 jam
mungkin sulit dan strategi koping harus dikembangkan
c. Anjurkan pengungkapan rasa bersalah, kegagalan pribadi, atau keragu-raguan
tentang kemampuan menjadi orang tua, khususnya bila keluarga beresiko tinggi
terhadap masalah-masalah menjadi orang tua
R/ membantu pasangan kekuatan dan area masalah secara realistis dan mengenali
kebutuhan terhadap bantuan profesional yang tepat.
10. Gangguan pola tidur berhubungan dengan repsons hormonal dan psikologis,
nyeri/ketidaknyamanan, proses persalinan dan kelahiran melahirkan.
R/ gangguan pola tidur teratasi
Intervensi :
a. Kaji tingkat keleahan dan kebutuhan untuk istirahat, catat lama persalinan dan jenis
kelahiran.
R/ persalinan atau kelahitran yang lama dan askit khususnya bila ini terjadi malam
meningkatkan tingkat kelelahan
b. Kaji factor-faktor,bila ada yang mempengaruhi istirahat, minimalkan gangguan dan
beri istirahat serta periode tidur yang eksatra, berikan lingkungan yang tenang.
R/ membantu meninfkatkan istirahat tidur dan relaksasi dan menurunkan rangsang
c. Berikan informasi tentang efek-efek kelelahan dan ansietas pada suplai ASI..
R/ kelelahan dapat mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI dan penurunan
refleks secara psikologis
d. Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur/istirahat setelah kembali ke rumah.

25
R/ rencana yang kreatif yang membolehkan untuk tidur dengan bayi lebih awal serta
tidur siang membantu untuk memenuhi kebutuhan tubuh serta mengatasi kelelahan
yang berlebihan
e. Berikan obat-obatan (analgetik)
R/ mungkin diperlukan untuk meningkatkan relaksasi dan tidur sesuai kebutuhan
11. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi berhubungan dengan
kurang mengingat, kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumber-sumber (informasi).
Tujuan :
Klien dapat mengungkapkan pemahaman self care
Intervensi :
a. Kaji persepsi klien tentang persalinan dan kelahiran, lama persalinan dan tingkat
kelelahan klien.
R/ makin lama persalinan,makin negative persepsi klien tentang kinerja persalinan
dan semakin lama hal tersebut membuat lien memikul tanggung jawab terhadap
perawatan dan mensintesa informasi baru serta peran-peran baru.
b. Berikan informasi tentang peran program latihan post partum progresif
R/ latihan membantu tonus otot, meningkatkan srkulasi, menghasilkan tubuh yang
seimbang dan meningkatkan perasaan sejahtera secara umum
c. Berikan informasi tentang perawatan diri, termasuk perawatan perineal dan hygiene.
R/ membantu mencegah infeksi, mempercepat pemulihan dan penyembuhan dan
berperan pada adaptasi yang positif dari perubahan fisik dan emosional
d. Berikan informasi tentang ketersediaan metode termasuk keuntungan dan kerugian
R/ pasangan mungkin memerlukan kejelasan mengenal ketersediaan metoda
kontrasepsi dan kenyataan bahwa kehamilan dapat terjadi.
e. Diskusikan perubahan fisik dan psikologis yang normal dan kebutuhan-kebutuhan
yang berkenaan dengan periode kecepatan
R/ status emosional klien mungkin kadang-kadang labil pada saat ini dan sering
dipengaruhi oleh kesejahteraan fisik. Antisipasi perubahan ini dapat menurunkan
stress.

26
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Bari Saifuddin. 2007.Buku Acuan Nasional Kesehatan Maternal Dan Maternal. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Albar, E. 2008. Kontrasepsi. Dalam: Wiknjosastro, H., Saifuddin, A.B., Rachimhadhi, T. Ilmu
Kandungan. Edisi 2. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Bobak & Lowdermik. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, edisi 4. Jakarta: EGC.

Rustam, Mochtar. 1998. Sinopsi obstetric. Jakarta : EGC.

Saifuddin AB, Adriaansz G, et al. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.

Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas, Jakarta: Salemba Medika.

Sulistyowati, Ari. 2009. Buku Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. CV Andi Offset: Yogyakarta.

Varney, H., Kriebs, J. M., & Gegor, C. L. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidana. vol. 1, ed.4.
EGC: Jakarta.

Wiknjosastro, H. 2002. Perubahan Anatomik dan Fisiologik pada Wanita Hamil. Dalam:
Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan, Ed. 3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo: Jakarta.

27
PENYIMPANGAN KDM POSTNATAL CARE

28
29

Anda mungkin juga menyukai