A. TUJUAN
1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit, Keluarga pasien
diharapkan mampu memahami tentang tindakan Perawatan Luka
Sistostomi
B. POKOK BAHASAN
- Perawatan Luka Sistostomi
3. Mendengarkan
3. Menjelaskan
topik 4. Mendengarkan
PENDAHULUA
N 4. Menjelaskan 5. Mendengarkan
tujuan
( 5 menit) 6. Menjawab
5. Menjelaskan
relevasi 7. Menyetujui
6. Melakukan
apersepsi
7. Melakukan
kontrak waktu
PENYAJIAN Penyampaian Ceramah Leaflet
Materi
dan diskusi
(15 menit) 1. Mendengarkan
1. Menjelaskan dan
diet untuk memperhatiakan
pasien diabetes dengan penuh
melitus antusias
2. Melakukan 2. Menjawab
tanya jawab
PENUTUP 1. Tanya jawab 1. Menyampaikan Diskusi Leaflet
dan menjawab
( 10 menit) 2. Menyimpulkan pertanyaan
hasil materi
2. Mendengarkan
3. Mengucapkan
salam
3. Menjawab salam
E. PENGATURAN TEMPAT
Keterangan :
Ungu : Meja
Merah : Peserta
Orange : Meja
Hijau : Penyuluh
F. EVALUASI
1. Struktur
Persiapan perawat
Persiapan peserta
Persiapan alat
2. Proses
Peserta hadir tepat waktu
Peserta antusias mendengarkan materi yang disampaikan
Peserta aktif pada sesi tanya jawab
3. Hasil
Peserta paham tentang materi yang disampaikan
Peserta mampu menjawab pertanyaan dari penyuluh
G. REFERENSI
1. Van de Graff. Human Anatomy-Urinary system. 6th Ed .McGraw-Hill
Higher Education, 2014. P.687-91.
2. Cohen SA, Lakin CM, Kim ED. Suprapubic Cystostomy. Medscape. 2015
KONSEP TEORI
1. Definisi
2. Anatomi fisiologi
1) bila vasika urinaria tidak distesi, tidak dapat di palpasi atau tidak dapat
dilokalisasi dengan bantuan ultrasonografi
2) Pasien dengan riwayat kanker vesika urinaria
3) Pasien dengan terapi antikoagulan atau mengalami koagulopati
4) Kanker pelvis
4. Jenis Sistostomi
Pemasangan kateter sistostomi dapat dikerjakan dengan cara operasi terbuka
atau dengan perkutaneus (trokar) sistostomi.
5. Sistostomi Tertutup
6. Teknik Pelaksanaan
Dua teknik yang dapat dilakukan yaitu menggunakan teknik Seldinger atau
menggunakan trokar yang tajam.
Pasien dalam posisi supine
1. Disinfeksi lapangan operasi.
2. Mempersempit lapangan operasi dengan kain steril.
3. Injeksi (infiltrasi) anestesi lokal dengan lidokain 2% mulai dari kulit,
subkutis hingga ke fasia dan buli-buli pada kurang lebih 2 jari diatas
simfisis pubis dengan menggunakan spinal needle.
4. Pindahkan syringe dan masukan guide wire ke dalam jarum sampai
mencapai buli.
5. Sambil memegang wire, secara hati-hati pindahkan jarum hingga
tertinggal wire saja
6. Insisi kulit suprapubik di garis tengah pada posterior wire dengan scapel
no 11, kemudian diperdalam sampai buli-buli dengan fasia dilator dan
Peel Away Sheath.
7. Pindahkan wire dan fasia dilator hingga tersisa Peel Away Sheath pada
buli-buli.
8. Masukan foley kateter melalui intraviscal sheath kedalam buli-buli.
9. Aspirasi urin untuk mengkonfirmasi letak dari kateter.
10. Gembungkan balon Foley kateter dengan 10 ml aquades dengan
menggunakan syringe.
11. Secara lembut, pindahkan Peel Away Sheath dari buli-buli dan dinding
abdomen anterior.
12. Hubungkan kateter supra pubik dengan urin bag.
13. Lakukan fiksasikateter ke dinding abdomen anterior.
14. Letakan kasa steril pada sisi sitostomi dan difiksasi dengan menggunakan
plester.
6. Sistostomi Terbuka
7. Prosedur
1. Posisi terlentang
2. Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik
3. Lapangan pembedahan dipersempit dengan linen steril.
4. Injeksi anestesi lokal, jika tidak mempergunakan anestesi umum.
5. Insisi kulit di garis tengah mulai 2 jari diatas simfisis ke arah umbilikus
sepanjang lebih kurang 10 cm. Disamping itu dikenal beberapa macam
irisan yaitu transversal menurut Cherney.
6. Insisi diperdalam lapis demi lapis sampai fasia anterior muskulus rektus
abdominis. Muskulus rektus abdominis dipisahkan secara tumpul pada
linea alba.
7. Sisihkan lipatan peritoneum diatas buli-buli keatas, selanjutnya pasang
retraktor.
8. Buli-buli dapat dikenali karena warnanya putih banyak terdapat pembuluh
darah.
9. Buat jahitan penyangga di sisi kanan dan kiri dinding buli.
10. Lakukan tes aspirasi buli dengan spuit 5 cc, bila yang keluar urin, buat
irisan di tempat titik aspirasi tadi lalu perlebar dengan klem. Urine yang
keluar dihisap dengan mesin penghisap.
11. Eksplorasi dinding buli-buli untuk melihat adanya: tumor, batu, adanya
perdarahan, muara ureter atau penyempitan leher buli-buli.
12. Pasang kateter Foley ukuran 20 F 24 F.
13. Luka buli-buli ditutup kembali dengan jahitan benang chromic catgut.
14. Bila diperlukan diversi suprapubik untuk jangka lama maka dinding buli
digantungkan di dinding perut dengan jalan menjahit dinding buli-buli
pada otot rektus kanan dan kiri.
15. Jahit luka operasi lapis demi lapis.
16. Untuk mencegah terlepasnya kateter maka selain balon kateter
dikembangkan juga dilakukan penjahitan fiksasi kateter dengan kulit.
DAFTAR PUSTAKA
Van de Graff. Human Anatomy-Urinary system. 6th Ed .McGraw-Hill Higher
Education, 20014. P.687-91.
Cohen SA, Lakin CM, Kim ED. Suprapubic Cystostomy. Medscape. 2015