Anda di halaman 1dari 13

A.

PENGERTIAN
Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung
yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab
yang paling umum dari apendisitis adalah abstruksi lumen oleh feses yang
akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan
inflamasi(Wilson&Goldman,1989).
Apendiksitis merupakan penyakit prototip yang berlanjut melalui
peradangan, obstruksi dan iskemia di dalam jangka waktu bervariasi
(Sabiston,1995).
Apendiksitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada
kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk
bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).

B. ETIOLOGI
Penyebab usus buntu adalah karena kuman ( bakteri ) yang masuk ke dalam
tubuh, bukan akibat dari banyak makan biji-bijian atau cabai. Beberapa factor
penyebab terjadinya usus buntu adalah :
a. Faktor Sumbatan
Faktor obstruksi merupakan factor terpenting terjadinya appendiksitis
yaitu 90% . Faktor sumbatan biasanya terjadi akibat :
Pembesaran jaringan limfe (lymphoid) 60%
tasis fecal ( Sembelit / susah buang air besar ) 35%
Karena benda asing dan sebab lainnya 4%
Sumbatan oleh parasit dan cacing 1%

b. Faktor Bakteri
Infeksi enterogen merupakan faktor pathogenesis primer pada
apendisitis akut.
Bakteri dapat menginfeksi bagian appendiks yang menyebabkan
peradangan pada daerah tersebut.
Pada hasil kulture jaringan biasanya di temukan adanya bacteriodes
Fragillis dan E. Coli, Splanchicus, lacto-bacilus, pseudomonas,
bacteriodes spalnicus.
Kuman yang menyebabkan peradangan adalah kuman an aerob.
c. Kecenderungan Familiar
Hal ini di hubungkan dengan adanya kelebihan bentuk dari organ
appendiks yang terlalu panjang.
Dihubungkan dengan kebiasaan makanan dalam keluarga dengan diet
rendah serat dapat mempermudah terjadinya fecolith dan
mengakibatkan obstruksi lumen.
d. Faktor Diet
Pada seseorang yang pola makannya rendah serat memiliki risiko
appendiksitis yang lebih tinggi.
e. Hambatan aliran lendir ke secum ( usus )
Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari, lendir itu secara
nornmal di curahkan ke dalam lubang appendiks dan selanjutnya ngalir
ke sekum.
Terhambatnya aliran lendir dari appendiks akan membentuk sumbatan
pada appendiks yang menimbulkan peradangan dan infeksi pada daerah
appendiks..

C. MANIFESTASI KLINIS

Adapun manifestasi klinis dari appendicitis yaitu :

a. Radang Usus Buntu Akut ( Mendadak )


o Meriang bahkan Panas tinggi
o Mual & muntah
o Nyeri perut kanan bawah
o Untuk berjalan sakit sehingga sedikit terbongkok
o Note: tidak semua orang memiliki tanda dan gejala sama

b. Radang Usus Buntu KroniK


o Pada stadium ini gejala yang timbul sedikit mirip dengan sakit maag.
Dimana terjadi nyeri tumpul di daerah sekitar pusar.
o Demam yang hilang timbul
o Mual & muntah
o Nyeri berpindah ke perut bawah dengan tanda kas pada appendiks
akut yaitu nyeri pada titik Mc Burney.
o Bila posisi usus buntunya kebelakang, rasa nyeri muncul pada
pemeriksaan tusuk dubur/ tusuk vagina.

D. PATOFISIOLOGI
Apendisitis disebabkan oleh penyumbatan lumen Apeendiks oleh
hyperplasia, folikel limfoid, fekalit, benda asing, striptur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya atau neoplasma. Obtruksi tersebut menyebabkan
mucus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus
tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendik mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen.
Tekanan yang meningkat tersebut akan menhambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema, diapidisis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat
inilah akan terjadi apendik akut fokal yang ditandai oleh nyeri epdestrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat, hal tersebut
akan menyebabkan obstruksi vena, edem bertambah, dan bakteri akan
menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai
peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi invak dinding appendik
yang diikuti dengan ganggren

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk menegakkan diagnosa pada appendicitis didasarkan atas anamnesa
ditambah dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang
lainnya.
1) Gejala appendicitis ditegakkan dengan anamnesa, ada 4 hal yang penting
adalah :
a. Nyeri mula mula di epeigastrium (nyeri visceral) yang beberapa
waktu kemudian menjalar keperut kanan bawah.
b. Muntah oleh karena nyeri visceral
c. Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus)
d. Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita
nampak sakit, menghindarkan pergerakan di perut terasa nyeri.
2) Pemeriksaan Laboratorium
a. Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh
terhadap mikroorganisme yang menyerang pada appendicitis akut dan
perforasi akan terjadi leukositosis yang lebih tinggi lagi.
b. Hb (hemoglobin) nampak normal
c. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan appendicitis
infiltrate
d. Urine penting untuk melihat apa ada insfeksi pada ginjal.

3) Pemeriksaan Radiologi
Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosaappendicitis
akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan
gambaran sebagai berikut :
a. Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan
b. Kadang ada fekolit (sumbatan)
c. Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam
diafragma
4) Pemeriksaan Tambahan
a. Lokalisasi
Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut,tetapi
paling terasa nyeri pada titik Mc Burney. Jika sudah infiltrat, insfeksi
juga terjadi jika orang dapat menahan sakit, dan kita akan merasakan
seperti ada tumor di titik Mc. Burney
b. Test Rectal
Pada pemeriksaan rectal toucher akan teraba benjolan dan penderita
merasa nyeri pada daerah prolitotomi.
F. KLASIFIKASI
Apendik dapat dibagi atas dua bagian yaitu.
a. Apendik Akut : jarang ditemui pada anak dibawah 5 tahun dan orang tua
diatas 50 tahun. Apendicitis dapat dibagi atas tiga bagian :
1) Apendicitis acut focalik atau segmentalis.
Terjadi pada bagian distal yang meradang seluruh rongga apendiks
sepertiga distal berisi nanah.
2) Apendicitis acut purulenta diffusa.
Pembentukan nanah yang berlebihan jika radangnya lebih hebat dan
dapat terjadi mikrosis dan pembusukan yang disebut appendicitis
gangrenous. Pada appendicitis gangrenous dapat terjadi perfulasi
akibat mikrosis kedalam rongga perut dan mengakibatkan peritonitis.
3) Apendicitis acut traumatic.
Disebabkan oleh karena trauma karena kecelakaan pada operasi
didapatkan tampak lapisan eksudat dalam rongga maupun permukaan.

b. Appendicitis kronik.
Appendicitis kronik dibagi atas dua bagian antara lain :
1) Appendicitis cronik focalis.
Secara mikroskopis nampak fibrosis setempat yang melingkar,
sehingga dapat menyebabkan stenosis.
2) Appendicitis cronik obliterative.
Terjadi fibrosis yang luas sepanjang appendiks pada jaringan sub
mukosa dan sub serosa, sehingga terjadi obliterasi (hilangnya lumen)
terutama dibagian distal dengan menghilangnya selaput lender pada
bagian tersebut.

G. KOMPLIKASI

Komplikasi utama appendicitis adalah perforasi appendiks, yang dapat


berkembang menjadi peritonitis atau abses. Inseidens perforasi adalah 10%
sampai 32%. Insidens lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara
umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan
suhu 377 0C atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri atau nyeri tekan
abdomen yang continue. Sedangkan kompikasi pasca operasi appendiktomi
adalah infeksi, perdarahan, perlengkatan.

H. PENCEGAHAN
o Diet tinggi serat ( sayuran & buah ): dapat membantu melancarkan aliran
pergerakan makanan dalam saluran cerna sehingga tidak tertumpuk lama
dan mengeras.
o Minum air putih minimal 8 gelas perhari.
o Tidak menunda buang air besar.
o Pemberian obat cacing setiap 6 bulan.
o Menjaga kebersihan makanan agar tidak banyak mengandung parasit.

I. PENANGANAN
o Pemberian antibiotik : untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
o Operasi : bisa di lakukan insisi kecil & lapatomy ( dengan membuka
rongga abdomen )

J. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama, umur, jens kelamin, pedidikan agama, pekerjaan, alamat,
tanggal masuk rumah sakit dan diagnose medis
b. Riwayat penyakit sekarang meliputi pekerjaan penyakitnya, awal
gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul nyeri, secara bertahap atau
mendadak dibagian perut kanan bawah
c. Riwayat penyakit terdahulu meliputi penyakit yang berhubungan
dengan penyakit sekarang, riwayat kecelakaan, riwayat dirawat
dirumah sakit dan riwayat pemakaian obat.
d. Riwayat kesehatan keuarga meliputi anggota keluarga yang
mempunyai riwata penyakit keturunan seperti diabetes mellitus, asma,
jantung dan ginjal.
e. Riwayat kesehatan keluarga meliputi, mekanisme koping yang
digunakan klien untuk mengatasi masalah dan bagaimana besarnya
motivasi kesembuhan dan cara klien menerima keadaannya
f. Kebiasaan sehari-hari meliputi pola nutrisi, eliminasi, personal
hygiene, istirahat tidur, aktivitas dan latihan serta kebiasaan yang
mempengaruhi kesehatan
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik secara umum dilakukan dari ujung rambut sampai
dengan ujung kaki menggunakan empat teknik yaitu palpasi,
inspeksi,auskultasi, dan perkusi namun untuk pemeriksaan fisik abdomen
pada klien appendiks memerlukan teknik khusus antara lain:
a. Inspeksi kesadaran composmentis, keadaan umum: lemah,
pucat,keringat, kesakitan, bentuk tubuh bungkuk, pernafasan cepat
b. Auskultasi, peristaltic usus dan suara tambah keras
c. Palpasi, adanya nyeri tekan, nyeri lepas, terasa adanya benjolan
dikuadran kakan bawah abdomen,nadi cepat, suhu tubuh
meningkat (38-39 0 C)
d. Perkusi, mengetuk jari diatas perut
Pemeriksaan diagnosis yang dilakukan setelah adanya tindakan
appendiktomi adalah dengan menggunakan pemeriksaan
laboratorium, dan hasil USG

K. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan utama, perforasi/ ruptur pada apendiks, pembentukan abses
;prosedur invasif insisi bedah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan infeksi
berkurang.
Kriteria hasil : Meningkatnya penyembuhan luka dengan benar,
bebas tanda infeksi/ inflamasi, drainase purulen,
eritema dan demam.
Intervensi :
a. Awasi tanda vital. Perhatikan demam, menggigil, berkeringat,
perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen.
Rasional : Dugaan adanya infeksi/ terjadinya sepsis, abses,
peritonitis.

b. Lihat insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase luka/ drein (bila
dimasukkan), adanya eritema.
Rasional :Memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi,
dan/ atau pengawasan penyembuhan peritonitis yang
telah ada sebelumnya.
c. Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptik.
Berikan perawatan paripurna.
Rasional : Menurunkan resiko penyebaran infeksi.
d. Berikan informasi yang tepat, jujur, dan jelas pada pasien/ orang
terdekat.
Rasional :Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan
dukungan emosi, membantu menurunkan ansietas.

e. Ambil contoh drainase bila diindikasikan.


Rasional :Kultur pewarnaan Gram dan sensitivitas berguna
untuk mengidentifikasikan organisme penyebab dan
pilihan terapi.
f. Berikan antibiotik sesuai indikasi.
Rasional :Mungkin diberikan secara profilaktik atau
menurunkan jumlah mikroorganisme (pada infeksi
yang telah ada sebelumnya) untuk menurunkan
penyebaran dan pertumbuhannya pada rongga
abdomen.
g. Bantu irigasi dan drainase bila diindikasikan.
Rasional : Dapat diperlukan untuk mengalirkan isi abses terlokalisir.
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan pengeluaran cairan berlebih, pembatasan pascaoperasi, status
hipermetaabolik, inflamasi peritonium dengan cairan asing.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
keseimbangan cairan dan elektrolit menjadi kuat.
Kriteria Hasil :kelembaban membran mukosa, turgor kulit baik,
tanda vital stabil dan secara individual haluaran urine
adekuat.
Intervensi :
a. Awasi TD dan nadi.
Rasional :Tanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi
volume intravaskuler.
b. Lihat membran mukosa : kaji turgor kulit dan pengisian kapiler.
Rasional :Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi
seluler.
c. Awasi masukan dan haluaran : catat catat warna urine/
konsentrasi, berat jenis.
Rasional :Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan
berat jenis diduga dehidrasi/ kebutuhan peningkatan
cairan.
d. Auskultasi bising usus. Catat kelancaran flatus, gerakan usus.
Rasional :Indikator kembalinya peristaltik, kesiapan untuk
pemasukkan oral.
e. Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukkan peroral
dimulai, dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi.
Rasional :Menurunkan iritasi gaster/ muntah untuk
meminimalkan kehilangan cairan.
f. Berikan perawatan mulut sering dengan perhatian khusus pada
perlindung bibir.
Rasiona : Dehidrasi mengakibatkan bibir dan mulut kering dan
pecahpecah.
g. Pertahankan penghisapan gaster/ usus.
Rasional :Selang NG biasanya dimasukkan pada praoperasi dan
dipertahankan pada fase segera pascaoperasi untuk
dekompresi usus, meningkatkan istirahat usus,
mencegah muntah.
h. Berikan cairan IV dan elektrolit.
Rasional : Peritonium bereaksi terhadap iritasi/ infeksi dengan
menghasilkan sejumlah besar cairan yang dapat
menurunkan volume sirkulasi darah, mengakibatkan
hipovolemia. Dehidrasi dan dapat terjadi
ketidakseimbangan elektrolit.

3. Gangguan rasa nyaman : nyeri (akut) berhubungan dengan distensi


jaringan usus oleh inflamasi ; adanya insisi bedah.
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil :Klien melaporkan nyeri berkurang/ hilang, klien
rileks, mampu istirahat/ tidur dengan tepat..
Intervensi :
a. Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (skala 0-10).
Selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat.
Rasional :Berguna dalam pengawasan keefektifan obat,
kemajuan penyembuhan. Perubahan pada karakteristik
nyeri menunjukkan terjadinya abses/ peritonitis,
memerlukan upaya evaluasi medik dan intervensi.
b. Pertahankan istirahat dengan posisi semifowler.
Rasional :Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam
abdomen bawah atau pelvis, menghilangkan tegangan
abdomen yang bertambah dengan posisi telentang.
c. Dorong dan ajarkan ambulasi dini.
Rasional :Meningkatkan normalisasi fungsi organ, contoh :
merangsang peristaltik dan kelancaran flatus,
menurunkan ketidaknyamanan abdomen.
d. Berikan aktivitas hiburan.
Rasional :Fokus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi, dan
dapat meningkatkan kemampuan koping.
e. Pertahankan puasa/ penghisapan NG pada awal.
Rasional :Menurunkan ketidaknyamanan pada peristaltik usus
dini dan iritasi gaster/ muntah.
f. Berikan analgesik sesuai indikasi.
Rasional :Menghilangkan nyeri mempermudah kerjasama
dengan intervensi terapi lain seperti ambulasi, batuk.
g. Berikan kantong es pada abdomen.
Rasional :Menghilangkan dan mengurangi nyeri melalui
penghilangan rasa ujung saraf. Catatan : jangan
lakukan kompres panas karena dapat menyebabkan
kompresi jaringan.

4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis,


dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal
sumber informasi dan salah interpretasi informasi.
Tujuan :Menyatakan pemahaman proses penyakit,
pengobatan dan potensial komplikasi.
Kriteria Hasil :Berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi :
a. Kaji ulang pembatasan aktivitas pascaoperasi, contoh :
mengangkat berat, olahraga, seks, latihan, menyetir.
Rasional :Memberikan informasi pada pasien untuk
merencanakan kembali rutinitas biasa tanpa
menimbulkan masalah.
b. Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh :
peningkatan nyeri, edema/ eritema luka, adanya drainase, demam.
Rasional :Upaya intervensi menurunkan resiko komplikasi
serius, contohnya : peritonitis, lambatnya proses
penyembuhan.
c. Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat periodik.
Rasional :Mencegah kelemahan, meningkatkan penyembuhan
dan perasaan sehat, mempermudah kembali ke
aktivitas normal.

d. Diskusikan perawatan insisi termasuk mengganti balutan,


pembatasan mandi dan kembali ke dokter untuk mengangkat
jahitan/ pengikat.
Rasional :Pemahaman maningkatkannkerjasama dengan
program terapi, meningkatkan penyembuhan dan
proses perbaikan.
e. Berikan laksatif/ pelembek feses jika diindikasikan dan hindari
enema. Rasional :Membantu kembali ke fungsi usus semula,
mencegah mengejan saat defekasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/10/13/laporan-
pendahuluan-asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan-apendiksitis/
diakses pada tanggal 28 agustus 2014
2. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-agustinnur-
5451-2-babii.pdf diakses pada tanggal 28 agustus 2014
3. http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/6/01-gdl-liamarseli-
273-1-p10034-l-s.pdf diakses pada tanggal 28 agustus 2014

Anda mungkin juga menyukai