Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Menurut SUSENAS 2001
kematian utama pada periode neonatal disebabkan oleh (bayi umur <28 hari)
yaitu prematuritas disertai berat lahir rendah (29,2 persen), asfiksia lahir (27
persen), tetanus neonatorum (9,5 persen), masalah pemberian makan (9,5
persen), kelainan kongenital (7,3 persen), gangguan hematologi/ikterus (5,6
persen), pnemonia (2,8 persen), dan sepsis (2,2 persen). Dari data ini
menunjukkan bahwa asfiksia lahir berada pada tingkat tertinggi kedua setelah
BBLR. Hipoksia yang terdapat pada penderita Asfiksia ini merupakan fackor
terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan
ekstrauterin (Grabiel Duc,1971) .penilaian statistik dan pengalaman klinis atau
patologi anatomis menunjukkan bahwa keadaan ini merupakan penyebab
utama mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir.Hal ini dibuktikan oleh Drage
dan Berendes (1966) yang mendapatkan bahwa skor Apgar yang rendah
sebagai manifestasi hipoksia berat pada bayi saat lahir akan mmperlihatkan
angka kematian yang tinggi. Haupt(1971)memperlihatkan bahwa frekuensi
gangguan perdarahan pada bayi sebagai akibat hipoksia sangat tinggi.
Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya pemahaman konsep
mengenai asfiksia serta bagaimana asuhan keperawatan yang dilakukan pada
bayi dengan asfiksia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah konsep aplikasi asuhan keperawatan pada bayi dengan
asfiksia?

1.3 Tujuan Tulisan

1
1. Untuk mengetahui konsep aplikasi asuhan keperawatan pada bayi dengan
asfiksia.

1.4 Manfaat Tulisan


1.4.1 Manfaat Teoritis
Penulisan makalah ini dapat menambah kajian pustaka mengenai
konsep dan aplikasi asuhan keperawatan pada bayi dengan gangguan
asfiksia.
1.4.2 Manfaat Praktis
Makalah ini dapat dijadikan sebagai pedoman awal bagi mahasiswa
keperawatan atau tenaga kesehatan (perawat) yang nantinya dapat
dipraktikan di lingkungan masyarakat.

BAB II

2
KONSEP TEORI

A. Pengertian
Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir, keadaan tersebut dapat disertai dengan
adanya hipoksia, hiperkapnea dan sampai ke asidosis (Hidayat, 2008).
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan dimanan kegagalan nafas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir. Perubahan-perubahan yang terjadi pada
asfiksia antara lain hipoksia, dan asidosis metabolik (Muslihatun, 2011)
Asfiksia berarti hipoksia yang progesif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila
proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau
kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya
(Prawirohardjo, 2010)
Jadi, Asfiksia neonatorum adalah keadan bayi baru lahir yang tidak dapat
bernapas secara spontan dengan ditandai adanya hipoksemia (penurunan PaO2),
hiperkarbia (peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan PH).

B. Etiologi
Keadaan asfiksia terejadi karena kurangnya kemampuan fungsi organ bayi
seperti pengembangan paru paru. Proses terjadinya asfiksia neonatorum ini
dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah bayi lahir.
Penyebab asfiksia menurut Mochtar (2008) adalah :
1. Asfiksia dalam kehamilan
a. Penyakit infeksi akut
b. Penyakit infeksi kronik
c. Keracunan oleh obat-obat bius
d. Uraemia dan toksemia gravidarum
e. Anemia berat
f. Cacat bawaan
g. Trauma
2. Asfiksia dalam persalinan
a. Kekurangan O2.

3
1) Partus lama (CPD, rigid serviks dan atonia/ insersi uteri)
2) Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus
mengganggu sirkulasi darah ke uri.
3) Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.
4) Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepaladan panggul.
5) Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya.
6) Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta.
7) Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri.
b. Paralisis pusat pernafasan
1) Trauma dari luar seperti oleh tindakan forceps
2) Trauma dari dalam : akibat obat bius.

Sedangkan menurut Betz et al. (2001), asfiksia dapat dipengaruhi beberapa


faktor yaitu :
1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau
anestesi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan
segala akibatnya.
b. Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya
aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan
pada gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu karena
perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsi.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta, asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada
plasenta, misalnya perdarahan plasenta, solusio plasenta.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah
dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu

4
dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat
menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir dan janin.
4. Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena
beberapa hal yaitu pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu, trauma
yang terjadi saat persalinan misalnya perdarahan intra kranial, kelainan
kongenital pada bayi misalnya hernia diafragmatika, atresia atau stenosis
saluran pernapasan, hipoplasia paru.

5
C. Pathway
Persalinan lama, lilitan tali pusat Paralisis pusat pernafasan factor lain : anestesi,
Presentasi janin abnormal obat-obatan narkotik

ASFIKSIA

Janin kekurangan O2 paru-paru terisi cairan


Dan kadar CO2 meningkat

Nafas cepat
Bersihan jln nafas
Pola nafas tidak efektif
inefektif

Apneu suplai O2 suplai O2


Ke paru dlm darah

6
Kerusakan otak G3 metabolisme
Resiko
& perubahan asam basa
ketdkseimbangan
suhu tubuh

DJJ & TD Kematian bayi Asidosis respiratorik

Janin tdk bereaksi


Terhadap rangsangan G3 perfusi ventilasi
Proses keluarga
Resiko cidera
terhenti Kerusakan
pertukaran gas

7
D. Manifestasi klinis
1. Pada Kehamilan
Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100 x/mnt,
halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.
a. Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
b. Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
c. Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat

2. Pada bayi setelah lahir


a. Bayi pucat dan kebiru-biruan
b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada
c. Pernafasan cuping hidung
d. Hipoksia
e. Asidosis metabolik atau respiratori
f. Perubahan fungsi jantung
g. Kegagalan sistem multiorgan
h. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik,
kejang, dan menangis kurang baik/tidak baik.
i. Nilai apgar kurang dari 6
Untuk menentukan tingkat asfiksia, apakah bayi mengalami asfiksia berat,
sedang atau ringan/normal dapat dipakai penilaian apgar. Di bawah ini
tabel untuk menentukan tingkat asfiksia yang dialami.
Table Apgar skor
Nilai 0-3 : Asfiksia berat

Klinis 0 1 2

Frekuensi jantung Tidak ada < 100 x/menit >100x/menit

Usaha nafas Tidak ada Tak teratur Tangis kuat

Reflek Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan


kuat/melawan

Tonus otot Lumpuh Fleksi ekstrimitas Gerak aktif


8
(lemah)

Warna kulit Biru pucat Tubuh kemerahan Kemerahan


ekstrimitas biru seluruh tubuh
Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
Nilai 7-10 : Normal
Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila
nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit
sampai skor mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan
resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk
memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi
tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar).

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto polos dada
2. USG kepala
3. Darah
Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari :
a. Hb (normal 15-19 gr%), biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb cenderung
turun karena O2 dalam darah sedikit.
b. Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena
bayi preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi.
c. Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct).
d. Distrosfiks pada bayi preterm dengan pos asfiksi cenderung turun karena
sering terjadi hipoglikemi.
4. Analisa gas darah
Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :
a. pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis
metabolik.
b. pCO2 (normal 35 45 mmHg). Kadar pCO2 pada bayi post asfiksia
cenderung naik sering terjadi hiperapnea.
c. pO2 (normal 75-100 mmHg). Kadar pO2 bayi post asfiksia cenderung
turun karena terjadi hipoksia progresif.
d. HCO3 (normal 24-28 mEq/L)
5. Pemeriksaan urin

9
Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :
a. Natrium (normal 134-150 mEq/L)
b. Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)
c. Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)

F. Penatalaksanaan Medis
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru
lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan
membatasi gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir
mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi :
1. Memastikan saluran nafas terbuka :
a. Meletakan bayi dalam posisi yang benar
b. Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trachea
2. Memulai pernapasan :
a. Lakukan rangsangan taktil Beri rangsangan taktil dengan menyentil atau
menepuk telapak kakiLakukan penggosokan punggung bayi secara
cepat,mengusap atau mengelus tubuh,tungkai dan kepala bayi.

b. Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif


3. Mempertahankan sirkulasi darah :
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau
bila perlu menggunakan obat-obatan. Cara resusitasi dibagi dalam tindakan
umum dan tindakan khusus :
a. Tindakan umum
1) Pengawasan suhu
2) Pembersihan jalan nafas
3) Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
b. Tindakan khusus
1) Asfiksia berat
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama
memperbaiki ventilasi paru dengan pemberian O2 dengan tekanan dan
intermiten, cara terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu diberikan O2

10
tidak lebih dari 30 mmHg. Asphiksia berat hampir selalu disertai
asidosis, koreksi dengan bikarbonas natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan
pula glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4ml/kgBB. Kedua obat ini
disuntuikan kedalam intra vena perlahan melalui vena umbilikalis,
reaksi obat ini akan terlihat jelas jika ventilasi paru sedikit banyak telah
berlangsung. Usaha pernapasan biasanya mulai timbul setelah tekanan
positif diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan
perbaikan pernapasan atau frekuensi jantung, maka masase jantung
eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80-100/menit. Tindakan ini
diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1:3 yaitu setiap kali satu
ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks, jika
tindakan ini tidak berhasil bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini
disebabkan oleh ketidakseimbangan asam dan basa yang belum
dikoreksi atau gangguan organik seperti hernia diafragmatika atau
stenosis jalan nafas.
2) Asfiksia sedang
Stimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat dicoba, bila dalam
waktu 30-60 detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus
segera dilakukan, ventilasi sederhana dengan kateter O2
intranasaldengan aliran 1-2 lt/mnt, bayi diletakkan dalam posisi
dorsofleksi kepala. Kemudioan dilakukan gerakan membuka dan
menutup nares dan mulut disertai gerakan dagu keatas dan kebawah
dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil diperhatikan gerakan dinding
toraks dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan gerakan pernapasan
spontan, usahakan mengikuti gerakan tersebut, ventilasi dihentikan jika
hasil tidak dicapai dalam 1-2 menit, sehingga ventilasi paru dengan
tekanan positif secara tidak langsung segera dilakukan, ventilasi dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dari mulut ke mulut atau dari
ventilasi ke kantong masker. Pada ventilasi dari mulut ke mulut,
sebelumnya mulut penolong diisi dulu dengan O2, ventilasi dilakukan
dengan frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan nafas

11
spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhasil jika
setelah dilakukan berberapa saat terjasi penurunan frekuensi jantung
atau perburukan tonus otot, intubasi endotrakheal harus segera
dilakukan, bikarbonas natrikus dan glukosa dapat segera diberikan,
apabila 3 menit setelah lahir tidak memperlihatkan pernapasan teratur,
meskipun ventilasi telah dilakukan dengan adekuat.

12
BAB III
PEMBAHASAN
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN ASPIKSIA

1. PENGKAJIAN
Pengumpulan Data
a. Data Subyektif
Data subyektif terdiri dari:
1) Biodata atau identitas pasien :
Bayi meliputi nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin
Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu), umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat Riwayat
kesehatan
2) Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat
antenatal pada kasus asfiksia berat yaitu :
a) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk,
merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti
diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
b) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran
multiple, inkompetensia serviks, hidramnion, kelainan kongenital,
riwayat persalinan preterm.
c) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinuitas atau periksa tetapi
tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
d) Gerakan janin selama kehamilan aktif atau semakin menurun.
e) Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan
(kehamilan postdate atau preterm).
3) Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang
sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu
dikaji:
Kala I : ketuban keruh, berbau, mekoneal, perdarahan antepartum baik
solusio plasenta maupun plasenta previa.

13
Kala II : persalinan lama, partus kasep, fetal distress, ibu kelelahan,
persalinan dengan tindakan (vacum ekstraksi, forcep ektraksi).
Adanya trauma lahir yang dapat mengganggu sistem pernafasan.
Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat
penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
4) Riwayat post natal yang perlu dikaji antara lain :
a) Apgar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS
(0-3) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia
ringan.
b) Berat badan lahir : kurang atau lebih dari normal (2500-4000 gram).
Preterm/BBLR < 2500 gram, untuk aterm 2500 gram lingkar
kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
c) Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial
aesofagal.
5) Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan post asfiksia berat gangguan
absorbsi gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap
sehingga perlu diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan
kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan
juga untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi
disamping untuk pemberian obat intravena.
a) Kebutuhan parenteral
Bayi BBLR < 1500 gram menggunakan D5%
Bayi BBLR > 1500 gram menggunakan D10%
b) Kebutuhan nutrisi enteral
BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam
BB 1250-< 2000 gram = 12 kali per 24 jam
BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam
c) Kebutuhan minum pada neonatus :
Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari
Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari

14
Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari
Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari
6) Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah
BAB : frekuensi, jumlah, konsistensi.
BAK : frekuensi, jumlah
7) Latar belakang sosial budaya
Kebudayaan yang berpengaruh terhadap kejadian asfiksia.
Kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama
jenis psikotropika.
Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu
melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu.
8) Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung
dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali
dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat
mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya
dengan asfiksia karena memerlukan perawatan yang intensif
b. Data Obyektif
1) Keadaan umum
Pada bayi baru lahir post asfiksia berat, keadaannya lemah dan hanya
merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif
dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya
terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai
dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat
menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
2) Tanda-tanda Vital
Bayi baru lahir post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan
asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya
hipotermi bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila
suhu tubuh < 37 C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C

15
37,5C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal
antara 30-40 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat
pernafasan belum teratur.

Pemeriksaan fisik.
a. Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi
preterm terdapat lanogo dan verniks.
b. Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom,
ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan
tekanan intrakranial.
c. Mata
Warna conjungtiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjungtiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi
terhadap cahaya.
d. Hidung
Hidung terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan
lendir.

e. Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
f. Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
g. Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
h. Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing
dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
i. Abdomen

16
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 2 cm dibawah arcus
costaae pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti
adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising
usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat
retensi karena GI Tract belum sempurna.
j. Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda
tanda infeksi pada tali pusat.
k. Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara
uretra pada neonatus laki laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan
labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
l. Anus
Perhatikan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna
dari feses.
m. Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang
atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta
jumlahnya.
n. Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah.
Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf
pusat atau adanya patah tulang (Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan
Potter Patricia A, 1996 : 109-356)

17
18
2. Diagnosa Keperawatan

19
Data Problem Etiologi Diagnosa
1. Obyektif (O) : Bersihan jalan Produksi mucus Bersihan jalan nafas tidak efektif
a. Terdengar suara nafas nafas inefektif. yang banyak. berhubungan dengan produksi mukus
tambahan banyak
b. Terdengar ronkhi
basah ketika
auskultasi
c. RR > 24 kali per
menit
2. Obyektif (O) : Pola nafas Hipoventilasi Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
a. Ekspansi dada tidak inefektif. /hiperventilasi hipoventilasi/ hiperventilasi
sama kanan kiri
b. RR cepat > 24 kali per
menit
c. Terdengar suara nafas
tambahan
3. Obyektif (O) : Kerusakan Ketidakseimbangan Kerusakan pertukaran gas berhubungan
a. RR cepat > 24 kali per pertukaran gas. perfusi ventilasi dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
menit
4. Obyektif (O) : Risiko cedera. Anomali Risiko cedera berhubungan dengan anomali
a. Anak tampak rewel kongenital tidak kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi
b. Tampak cedera pada terdeteksi atau pemajanan pada agen-agen infeksius
anggota tubuh anak tidak teratasi
pemajanan pada
agen-agen
infeksius.
5. Obyektif (O) : Risiko Kurangnya suplai Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh
a. Suhu anak < 365 0 C 20 darah.
ketidakseimbangan O2 dalam berhubungan dengan kurangnya suplai O2
b. Anak tampak rewel suhu tubuh. dalam darah.
6. Obyektif (O) : Proses keluarga Pergantian dalam Proses keluarga terhenti berhubungan
terhenti. status kesehatan dengan pergantian dalam status kesehatan
3. Intervensi Keperawatan

Hari/ Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Tanggal Keperawatan
Bersihan jalan nafas Setelah diberikan asuhan 1. Tentukan kebutuhan oral/ 1. Untuk memungkinkan
tidak efektif keperawatan selama x 24 suction tracheal. reoksigenasi.
berhubungan dengan jam diharapkan bersihan jalan 2. Auskultasi suara nafas 2. Pernapasan bising, ronki dan
produksi mukus nafas efektif dengan kriteria sebelum dan sesudah suction. mengi menunjukkan
banyak hasil: tertahannya secret.
-Menunjukkan jalan nafas 3. Beritahu keluarga tentang 3. Membantu memberikan
bersih suction. informasi yang benar pada
-Suara nafas normal tanpa
keluarga.
suara tambahan
4. Bersihkan daerah bagian 4. Mencegah
-Tidak ada penggunaan otot
tracheal setelah suction obstruksi/aspirasi.
bantu nafas
selesai dilakukan.
-Tidak adanya sianosis.
5. Monitor status oksigen 5. Membantu untuk

21
pasien, status hemodinamik mengidentifikasi perbedaan
segera sebelum, selama dan status oksigen sebelum dan
sesudah suction sesudah suction.
Pola nafas tidak Setelah diberikan asuhan 1. Pertahankan kepatenan jalan 1. Untuk menghilangkan
efektif berhubungan keperawatan selama x 24 nafas dengan melakukan mucus yang terakumulasi
dengan jam diharapkan pola nafas pengisapan lender dari nasofaring, tracea.
hipoventilasi/ efektif dengan kriteria hasil: 2. Auskultasi jalan nafas untuk 2. Bunyi nafas menurun/tak
hiperventilasi -Menunjukkkan pola nafas mengetahui adanya ada bila jalan nafas
efektif dengan frekuensi nafas penurunan ventilasi obstruksi sekunder. Ronki
30-40 kali/menit dan irama dan mengi menyertai
teratur obstruksi jalan
-Ekspansi dada simetris nafas/kegagalan pernafasan.
-Mampu menunjukkan 3. Berikan oksigenasi sesuai 3. Memaksimalkan bernafas
perilaku peningkatan fungsi kebutuhan dan menurunkan kerja nafas.
paru
Kerusakan Setelah diberikan asuhan 1. Kaji bunyi paru, frekuensi 1. Penurunan bunyi nafas
pertukaran gas keperawatan selama x 24 nafas, kedalaman nafas dan dapat menunjukkan
berhubungan dengan jam diharapkan produksi sputum atelektasis. Ronki, mengi
ketidakseimbangan mempertahankan pertukaran menunjukkan akumulasi
perfusi ventilasi gas yang normal dengan secret/ketidakmampuan
kriteria hasil: untuk membersihkan jalan

22
-Menunjukkan perbaikan nafas yang dapat
ventilasi dan oksigenasi menimbulkan peningkatan
jaringan kerja pernafasan.
-Tidak ada gejala distres
2. Pantau saturasi O2 dengan 2. Penurunan kandungan
pernafasan
oksimetri oksigen (PaO2) dan/atau
-PaCO2 dalam batas normal.
saturasi atau peningkatan
-PaO2 dalam batas normal.
PaCO2 menunjukkan
kebutuhan untuk
intervensi/perubahan
program terapi.
3. Berikan oksigen tambahan 3. Alat dalam memperbaiki
yang sesuai. hipoksemia yang dapat
terjadi sekunder terhadap
penurunan
ventilasi/menurunnya
permukaan alveolar paru.
Risiko cidera Setelah diberikan asuhan 1. Cuci tangan setiap sebelum 1. Mengurangi kontaminasi
berhubungan dengan keperawatan selama x 24 dan sesudah merawat bayi silang.
anomali kongenital jam diharapkan diharapkan 2. Pakai sarung tangan steril 2. Mencegah penyebaran
tidak terdeteksi atau risiko cidera dapat dicegah infeksi/kontaminasi silang.
tidak teratasi dengan kriteria hasil : 3. Lakukan pengkajian fisik 3. Untuk mengetahui apakah

23
pemajanan pada -Bebas dari cidera/ komplikasi secara rutin terhadap bayi ada kelainan pada bayi.
agen-agen infeksius -Mendeskripsikan aktivitas baru lahir, perhatikan
yang tepat dari level pembuluh darah tali pusat
4. Membantu keluarga untuk
perkembangan anak dan adanya anomali
mendapatkan pendidikan
-Mendeskripsikan teknik 4. Ajarkan keluarga tentang
dan pengetahuan yang benar
pertolongan pertama tanda dan gejala infeksi dan
tentang tanda dan gejala
melaporkannya pada
infeksi begitu juga dengan
pemberi pelayanan kesehatan
penanganan yang benar.
5. Membantu memberi
kekebalan anak terhadap
5. Berikan agen imunisasi
agen infeksi.
sesuai indikasi
(imunoglobulin hepatitis B
dari vaksin hepatitis B bila
serum ibu mengandung
antigen permukaan hepatitis
B (Hbs Ag), antigen inti
hepatitis B (Hbs Ag) atau
antigen E (Hbe Ag).
5. Risiko Setelah diberikan asuhan 1. Hindarkan pasien dari 1. Menghindari terjadinya
ketidakseimbangan keperawatan selama x 24 kedinginan dan tempatkan hipotermia.

24
suhu tubuh jam diharapkan suhu tubuh pada lingkungan yang
berhubungan dengan normal dengan kriteria hasil: hangat.
kurangnya suplai O2 -Temperatur badan dalam batas 2. Monitor temperatur dan 2. Mengetahui terjadinya
dalam darah normal (36.5-37oC) warna kulit. hipotermi.
-Tidak terjadi distress 3. Monitor TTV. 3. Perubahan tanda-tanda vital
pernafasan yang signifikan akan
-Tidak gelisah mempengaruhi proses
-Perubahan warna kulit regulasi ataupun
metabolisme dalam tubuh.
4. Jaga temperatur suhu tubuh 4. Menghindari terjadinya
bayi agar tetap hangat. hipotermia
5. Tempatkan BBL pada 5. Mambantu BBL tetap
inkubator bila perlu. berada pada keadaan yang
sesuai dengan keadaannya.

6. Proses keluarga Setelah diberikan asuhan 1. Buat hubungan dan akui 1. Mambantu orang terdekat
terhenti berhubungan keperawatan selama x 24 kesulitan situasi pada untuk menerima apa yang
dengan pergantian jam diharapkan koping keluarga. terjadi dan berkeinginan
dalam status keluarga adekuat dengan untuk membagi masalah

25
kesehatan anggota kriteria hasil: dengan staf.
2. Tentukan pengetahuan akan
keluarga -Percaya dapat mengatasi 2. Sediakan informasi untuk
situasi sekarang.
masalah. memulai perencanaan
-Kestabilan prioritas. perawatan dan membuat
-Mempunyai rencana darurat. keputusan. Kurangnya
-Mengatur ulang cara informasi dapat
-perawatan. mengganggu respons
-Status kekebalan anggota pemberi/penerima asuhan
3. Ikutsertakan orang terdekat
keluarga. terhadap situasi penyakit.
dalam pemberian informasi, 3. Informasi dapat mengurangi
-Anak mendapatkan perawatan
pemecahan masalah dan
tindakan pencegahan. perasaan tanpa harapan dan
perawatan pasien sesuai
-Akses perawatan kesehatan. tidak berguna. Keikutsertaan
kemungkinan. dalam perawatan akan
meningkatkan perasaan
kontrol dan harga diri.

26
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan bayi dengan aspiksia sesuai dengan intervensi
atau rencana asuhan keperawatan.

5. Evaluasi
Evaluasi disesuaikan dengan criteria hasil dari masing-masing diagnose.

27
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BY. Ny P
DI RUANG CILINAYA RSUD BADUNG
TANGGAL 07 - 10 FEBRUARI 2017

Tanggal pengkajian : 7 Februari 2017


Nama pengkaji : Artini
Ruang : Cilinaya
Waktu pengkajian : Jam 07.30 WIB

A. IDENTITAS
1. Identitas Klien
Nama : By Ny. Partiyah
Tanggal lahir : 6 Februari 2017, jam 23.45 WIB
Umur : 0 hari 7 3/4 jam
Jenis kelamin : Laki-laki
BB : 2750 gram
PB/TB : 48 cm
Alamat : Denpasar
Agama : Islam
Pendidikan :--
Suku bangsa : Indonesia
Tanggal masuk : 6 Februari 2017
No. RM : 851755
Diagnosa Medik : Asfiksia berat

2. Identitas penanggung jawab :


Nama : Ny. T
Umur : 60 thn
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Denpasar

28
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Hubungan dengan klien : Nenek bayi

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Keluhan utama
Bayi lahir post SC dengan sesak nafas
2. Riwayat penyakit sekarang
Bayi baru lahir post SC dengan indikasi gagal vakum 1x, bayi di vakum
1x15 menit kemudian gagal. 1 jam sebelum lahir direncanakan SC, bayi
lahir secara SC, jenis kelamin laki-laki, bayi tidak langsung nangis, nafas
tidak spontan, BB 2750 gram, PB: 48cm, Apgar skor : 3-4-5, tonus otot
lemah, bayi pucat, air ketuban hijau. Hasil TTV : Nadi : 105 x/m, RR : 46
x/m, S : 350C. Pada jam 23.46 bayi dapat bernafas spontan, jam 00.00 bayi
dibawa ke peristi, jam 00.05 di cek TTV( Nadi : 140x/m, RR : 80x/m), bayi
mengalami sianosis, tonus otot sangat lemah, bayi agak pucat.
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 februari 2017 jam 07.30 WIB
keadaan bayi masih lemah, tonus otot lemah, agak sianosis, bayi menangis.
Hasil TTV( N : 148x/m, S : 35,50C, RR : 55x/m).
3. Riwayat penyakit dahulu
Tidak terkaji
4. Riwayat penyakit keluarga
Di dalam keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit menurun dan
menular seperti HIV, hepatitis, TBC, DM, HT.
5. Riwayat kehamilan
G1 P0 A0, umur kehamilan 38 minggu lebih 4 hari, ANC: 9x, presentasi kepala
6. Riwayat persalinan

Bayi baru lahir post SC a/i gagal vakum 1x, bayi di vakum 1x15 menit
kemudian gagal. 1 jam sebelum lahir direncanakan SC, bayi lahir secara SC,

29
bayi tidak langsung nangis, nafas tidak spontan, air ketuban hijau, APGAR
Score: 1-2-3.
APGAR Score 1 menit 5 menit 10 menit
1. Appearance/ 0 0 1
warna kulit
2. Pulse/ nadi 1 1 1
3. Grimace 0 0 0
4. Respiratory 0 1 1
5. Activity/ tonus 0 0 0
otot
TOTAL 1 2 3

7. Riwayat imunisasi
Belum mendapat imunisasi Hbo dan lainnya
8. Genogram
Tidak terkaji
9. Kebutuhan cairan
Bayi usia 0 hari, rumus: 100ml/BB(kg) /hari atau 120-140ml/kg BB/hari. Jadi
kebutuhannya 100ml/2,75kg/hari=275ml/hari atau
120/2,75kg/hari=330ml/hari. 140ml/2,75kg/hari=385ml/hari, jadi
kebutuhannya 330-385ml/hari.
10. Kebutuhan kalori
Bayi usia 0 hari, rumus: 80-90kkal/kgBB/hari
= 80x2.75kg =220kkal/hari
= 90x2,75kg =247,5kkal/hari
Jadi kebutuhan kalorinya 220-247,5kkal/hari

C. PENGKAJIAN FUNGSIONAL (GORDON)


1. Pola persepsi Manajemen Kesehatan
Jika ada keluarga yang sakit maka langsung di bawa ke mantri/ bidan
terdekat.
2. Pola Nutrisi/Metabolik
Diit ditunda

30
3. Pola Eliminasi
Bayi sudah BAK 3x bau khas, warna kuning jernih dan BAB 1x mekonium
warna hijau kehitaman
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Bayi belum bergerak aktif disebabkan tonus otot masih lemah , gerakannya
masih lemah
5. Pola Tidur/Istirahat
Bayi tidur selama 5jam dan terbangun menangis jika BAB/BAK atau sebab
lain yang mengganggu kenyamanan bayi
6. Pola Persepsi Kognitif
Tidak terkaji
7. Pola Konsep Diri
Tidak terkaji
8. Pola Peran dan Hubungan
Bayi adalah anak pertama yang kelahirannya sangat diharapkan oleh kedua
orang tuanya dan keluarga lain, hubungan dengan ibunya kurang karena harus
terpisah dengan ibunya sementara waktu untuk menjalani perawatan di ruang
peristi.
9. Pola Seksualitas/Reproduksi
Alat reproduksi lengkap yaitu antara testis dan penis ada dan sudah terbentuk
alat kelamin yang sempurna, tidak ada kelainan pada lubang saluran urinnya,
dapat BAK tanpa kesulitan dan kesakitan.
10. Pola Koping dan Toleransi Stress
Bayi selalu menangis jika merasa tidak nyaman
11. Pola Nilai dan Kepercayaan
Setelah bayi lahir di adzani, bayi beragama islam sama dengan orang tuanya.

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. TTV : S: 35,50C, N: 148x/menit, RR: 55x/menit
2. Keadaan umum : lemah
3. Antropometri : BB: 2750 gram, PB: 48cm, LILA: 11cm, LK:
32cm,LD:31cm

31
4. Kepala :Mesocepal, tampak bekas luka di kaput ektrasi,
ubun-ubun/fontanel anterior dan pesterior belum menutup
5. Mata :simetris, sklera tak ikterik, konjungtiva tak anemis,
tidak ada kotoran yang melekat di mata
6. Telinga : simetris, tidak ada serumen, tidak ada kelainan
bentuk telinga
7. Mulut : mukosa bibir agak kering, tidak ada labio
palatoschizis, agak sianosis
8. Hidung : simetris, tidak ada polip, tidak ada secret
9. Leher :tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada
peningkatan vena jugulasis
10. Dada
Jantung
Inspeksi :tampak retraksi dinding dada interkostalis dan
suprasternalis
Perkusi : bunyi pekak
Palpasi : tidak teraba ictus cordis, tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : S1-S2 Reguler, tidak ada bunyi tambahan

Paru
Inspeksi : expansi dada tidak optimal
Perkusi : terdengar bunyi sonor
Palpasi : fokal fremitus seimbang antara kanan dan kiri
Auskultasi : bunyi vesikuler, ada bunyi nafas tambahan ronkhi.
11. Abdomen
a. Inspeksi : tali pusat masih basah, perut cembung, agak
sianosis
b. Auskultasi : peristaltik 12 x/mnt
c. Perkusi : tympani
d. Palpasi : tidak teraba pembesaran hepar
12. Punggung : simetris
13. Kulit : elastis, akral dingin, terlihat sianosis
14. Ekstermitas

32
a. Atas : lengkap kedua tangan, untuk bergerak masih
lemah, tidak ada kelainan bentuk tangan
b. Bawah :lengkap kedua kaki, untuk bergerak masih lemah,
masih pucat, akral dingin
15. Genetalia : alat kelamin yaitu antara kedua testis dan penis
sudah terbentuk sempurna, tidak ada kelainan pada anatomi fisiologinya.
16. Anus : Berlubang, tidak ada kecacatan, sudah dilakukan
colok dubur

E. REFLEK
1. Moro : (+) masih lemah
2. Roothing : (+) masih lemah
3. Walking : (+) masih lemah
4. Grosping : (+) masih lemah
5. Sucking : (+) masih lemah
6. Tonick neck : (+) masih lemah
7. Swallowing : (+) masih lemah

F. ELIMINASI
1. Miksi : (+) kuning jernih
2. Mekonium : (+) hijau kehitaman

G. HASIL KOLABORASI
1. IVFD RL 10 tpm mikro
2. Inj. Vit K 1mg
3. Inj. Hepatitis B0
4. inj. ampicilin 2x140 mg
5. Erlamicetin salep mata
6. O2 headbox 10 L/mnt

33
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah lengkap pada tanggal 7 Februari 2017, jam 00:59:09
WIB.
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Parameters
WBC 26,19 (10^3/uL) M: 4,8-10,8 F:
4,8-10,8
RBC 4,19 (10^6/uL) M: 4,7-6,1 F:
4,2-5,4
HGB 14,8 (g/dl) M: 14-18 F:
12-16
HCT 44,6 (%) M: 42-52 F:
37-47
MCV 106,4 (fl) 79,0-99,0
MCH 35,3 (pg) 27,0-31,0
MCHC 33,2 (g/dl) 33,0-37,0
PLT 287 (10^3/uL) 150-450
RDW-CV 16,1 + (%) 11,5-14,5
RDW-SD 61,9 + (fl) 35-47
PDW 8,7 - (fl) 9,0-13,0
MPV 8,6 (fl) 7,2-11,1
P-LCR 14,2 (%) 15,0-25,0
DIFFERENTIAL
NEUT# 10,54 (10^3/uL) 1,8-8
LYMPH# 13,64 (10^3/uL) 0,9-5,2
MONO# 1,73 (10^3/uL) 0,16-1
EO# 0,19 (10^3/uL) 0,045-0,44
BASO# 0,09 (10^3/uL) 0-0,2
NEUT% 40,3 (%) 50-70
LYMPH% 52,1 (%) 25-40
MONO% 6,6 (%) 2-8
EO% 0,7 (%) 2-4
BASO% 0,3 (%) 0-1

Pemeriksaan kimia darah pada tanggal 7 Februari 2017


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
GDS 188 Mgr% 70-120

34
I. ANALISA DATA
tgl/jam DATA ETIOLOGI PROBLEM
7/2/2013 DS : - Penumpukan Bersihan jalan
Jam DO: sekret nafas tidak
07.40 - Terlihat sianosis efektif
- Ada bunyi ronkhi
pada auskultasi paru
- RR : 55x/mnt
7/2/2013 DS : - Terpajan hipotermia
Jam DO : lingkungan
07.40 - S : 35,5OC dingin
- Terlihat pucat, agak
sianosis
- Akral teraba dingin
7/2/2013 DS : - Prosedur Resiko infeksi
Jam DO: invasif
07.40 - WBC :
26.19 10^3/uL
- tampak bekas luka di
kaput ektrasi
- tali pusat masih
basah

35
- terpasang infus
umbilikal

J. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sekret
2. Hipotermi b.d terpajan lingkungan dingin
3. Resiko infeksi b.d prosedur invasive

K. RENCANA KEPERAWATAN
Tgl/j No.D Tujuan dan KH Intervensi ( TT
am P ( NOC) NIC ) D
7/2/2 1 Setelah di - Cek dan
017 lakukan tindakan observasi
Jam keperawatan KU
07.4 selama 1x15 me dan TTV
5 nit di harapkan - Atur
bersihan jalan posisi
nafas efektifdeng untuk
an KH : memaksim
- Tidak ada alkan
secret ventilasi
- Tidak - Lakukan
sianosis pengisapan
- Tidak mengguna
ada bunyi kan suction
tambahan - Beri
- RR dapat oksigen
dipertahankan 30 sesuai
60 x/mnt program
- Dapat

36
menangis keras
- Tak tampak
retraksi dinding
dada
7/2/2 2 Setelah di - Cek dan
017 lakukan tindakan observasi
Jam keperawatan KU
07.4 selama 3x24 jam dan TTV
5 di harapkan - Selimuti
hipotermi bayi dan
teratasi dengan gunakan
KH : tutup
- Suhu tubuh kepala
bayi normal 36- - Gunakan
37OC pakaian
- Akral hangat hangat dan
- Tidak kering
sianosis - Tempatk
- Tidak pucat an bayi
dalam
incubator
- Pelihara
suhu
lingkungan
stabil
- cek dan
pantau
suhu
7/2/2 3 Setelah di - Cek dan
017 lakukan tindakan observasi
Jam keperawatan KU

37
07.4 selama 3x24 jam dan TTV
5 di harapkan - Pantau
resiko infeksi tanda dan
tidak terjadi gejala
dengan KH : infeksi
- Tidak di - Cuci
temukan tanda- tangan
tanda infeksi sesudah
- Suhu tubuh dan
normal sebelum
- Leukosit melakukan
turun atau tindakan
normal(4,8-10,8) - Gunakan
teknik
aseptic dan
antiseptic
- Kolabor
asi
pemberian
antibiotik
- Pantau
hasil
lab(WBC)

L. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tgl/jam No.DX Implementasi Respon TTD
7/2/2017
08.00 1,2,3 - Mengobservasi - KU lemah,
KU dan mengecek TTV : S:
TTV 35,70C N:

38
1 125x/m,
- Melakukan RR:47x/m.
suction - Lendir
08.30 1 dihisap
sampai bersih
2 - Melanjutkankan dantidak ada
terapi headbox suara
- Mengganti tambahan
popok, membedong - Terapi
dengan kain yang headbox 10L
kering, menutupi x/mnt lancar
kepala dengan kain - Bayi
kering, tetap dibedong,
menempatkan bayi dikepala
didalam inkubator tertutup kain,
09.00 2 dan memberikan tersorot lampu
lampu penghangat untuk
3 untuk kehangatan kehangatan
bayi tubuhnya
3 - Memelihara suhu didalam
ruangan dan inkubatotor
lingkugan tetap
stabil
- Memantau tanda
10.00 3 dan gejala infeksi
- Memberikan
terapi injeksi - Suhu
amicillin 140mg ruangan
dengan mencuci inkubator
11.00 2,3 tangan sebelum dan 29,8 0C
sesudah melakukan - Tidak ada

39
14.00 2,3 tindakan tanda-tanda
- Memberikan infeksi yang
16.00 2,3 imunisasi Hbo muncul
diawali dengan cuci - Injeksi
2,3 tangan dan diakhiri ampicillin
dengan cuci tangan 140mg masuk
dan bayi tidak
21.00 1,2,3 - Mengukur TTV menangis saat
disuntik
2,3 - Mengukur dan
memantau KU - Imunisasi
- Mengukur TTV Hbo masuk
22.00 3
- Mengganti
popok dan bedong

8/2/2017 - Mengobservasi - N : 128


04.00 2,3 KU bayi x/m, S :
35,80C, RR :
05.00 3 - Mengganti 45 x/m
popok dan bedong - KU: lemah

- Memberikan - S : 36,20C,
07.00 1,2,3 terapi injeksi N: 114x/m,
2,3 ampicillin 140 mg RR : 45 x/m
- Bayi
dibedong dan
10.00 3 diganti popok
- Mengukur TTV dengan kain
11.00 2,3 yang diganti
- Menyeka bayi - KU :

40
13.30 2,3 dan merawat tali lemah
14.30 pusat
- Popok dan
bedong bayi
- Mengobservasi sudah diganti
16.00 2,3 KU dengan kain
- Mengganti yag kering
17.30 popok dan bedong - Injeksi
19.00 ampicillin 140
- Memberikan inj. mg masuk dan
20.30 Ampicilin 140 mg bayi menangis
21.00 2,3 - Mengukur TTV saat disuntik
22.00 3
- Mengobservasi
KU - S : 35,50C,
23.30 - Memberikan RR : 37 x/m,
minum pengganti asi N : 86 x/m
9/2/2017 - Bayi
02.30 menangis saat
- Mengukur TTV disekah, tali
04.00 2,3 pusat bersih
04.30 - Memberikan tetapi masih
05.30 2 minum basah
- Memasang NGT - KU :
Lemah
- Memberi minum - Bayi
- Mengobservasi terpakai
KU popok dan
- Memberikan inj. bedong
Ampicilin 140 mg dengan kain
- Memberikan kering

41
minum dan - Injeksi
mengecek residu ampicillin 140
mg
- S: 35,80C,
- Memberikan N: 100 x/mnt,
minum dan RR: 40 x/mnt
mengecek residu - KU lemah
- Mengukur TTV - Minum 5
cc gumoh 2x
- Menyeka bayi,
dressing infus, dan
merawat tali pusat
- Memberi minum - S: 36,2 0C,
dan mengecek N: 125 x/mnt.
residu RR: 36 x/mnt
- 5 cc
gumoh lagi
- NGT
terpsang,
residu 1cc
lendir
- 5cc masuk
lewat NGT
- KU lemah
- Inj.
Ampicilin 140
mg masuk
- Minum 15
cc, residu 1cc

42
- Minum
5cc, residu
1cc

- S : 36,40c,
N : 140 x/m,
RR : 48 x/m
- Bayi
bersih

- 5c masuk
lewat NGT,
residu 0,8cc
07.00 2,3 - Mengobservasi - KU lemah,
10.00 2,3 KU menangis
10.30 2,3 - Mengganti - BAK
popok - S: 37OC,
14.00 2,3 - Mengukur TTV N: 139 x/mnt,
15.00 2,3 RR: 36 x/mnt
16.00 2,3 - Mengobservasi - KU lemah
KU - BAB dan
21.00 2,3 - Mengganti BAK
popok - S:36,9OC,
- Mengukur TTV N:140 x/mnt.
RR: 45 x/mnt
- Mengobservasi - KU lemah,
KU kembung,
gumoh

43
M. EVALUASI KEPERAWATAN
Tgl/jam No.DP SOAP TTD
7/2/2017 1,2,3 S:-
Jam O:
14.00 - Masih agak terlihat
sianosis, pucat, akral agak
teraba dingin
- KU : Lemah, bayi
menangis keras
- N : 128 x/m, S : 35,8 0C,
RR : 45 x/m
A: masalah bersihan jalan
nafas teratasi sebagian,
hipotermi, resiko infeksi
teratasi sementara ditandai
dengan suhu meningkat
menjadi 35,8 0 C, masih
2,3 sianosis
7/2/2017 P : pertahankan
Jam intervensi sampai tercapai
21.00 kriteria hasil
- Pantau KU dan TTV
- Berikan terapi injeksi
dan lanjutkan terapi oksigen
sesuai program
- Pantau tanda-tanda
infeksi

S:-
O:
- KU : Lemah

44
- S : 36,2 0 c, N : 114 x/m,
RR : 45 x/m.
- Tidak sianosis, pucat
berkurang, akral masih
hangat
- Tidak ada tanda-tanda
infeksi
A : hipotermi teratasi
sementara, resiko infeksi
teratasi sementara
P : pertahankan intervensi
memberikan kehangatan
8/2/2017 2,3 S:-
Jam O:
07.00 - Masih pucat, sianosis
- Akral teraba dingin, S :
35,10C, N : 86 x/m, RR : 37
x/m
- KU : Lemah

A : hipotermi, resiko infeksi


teratasi sementara
P : pertahankan intervensi
- Monitor KU dan TTV
- Selimuti bayi dan
gunakan tutup kepala
- Gunakan pakaian hangat
dan kering
- Tempatkan bayi dalam
incubator
2,3 - Pelihara suhu

45
Jam lingkungan/Inkubatorstabil
14.00 - Cuci tangan sesudah dan
sebelum melakukan
tindakan

S:-
O:
- Tidak terlihat pucat,
tidak sianosis, akral dingin
- S : 35,70C, N : 139 x/m,
RR : 36x/m
- KU : Lemah
- Minum ditunda
- Tidak ada tanda-tanda
klinis infeksi
A : hipotermi, resiko nutrisi
2,3 kurang dari kebutuhan
tubuh, resiko infeksi
Jam P : pertahankan dan
21.00 lanjutkan intervensi
- Monitor KU dan TTV
- Selimuti bayi dan
gunakan tutup kepala
- Gunakan pakaian hangat
dan kering
- Pelihara suhu
lingkungan/Inkubatorstabil
- Pantau tanda-tanda
infeksi
- Cuci tangan sesudah dan

46
sebelum melakukan
tindakan

S:-
O:
- Tidak terlihat pucat,
tidak sianosis, akral hangat
- Akral teraba dingin, S :
36,90C, N : 140 x/m, RR :
45x/m, terpasang NGT
karena selalu gumoh jika
diberi minum
- KU : Lemah
- Tidak ada tanda-tanda
klinis infeksi
A : hipotermi, resiko infeksi,
resiko nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
P : pertahankan intervensi
- Monitor KU dan TTV
- Pantau tanda-tanda dan
gejala infeksi
- Cuci tangan sesudah dan
sebelum melakukan
tindakan

9/2/2017 2,3 S :-
Jam O:
07.00 - Tidak terlihat adanya
tanda dan gejala infeksi

47
- Tidak tampak sianosis,
akral hangat, tidak pucat
- S : 36,40c, N : 140 x/m,
RR : 48 x/m
- Terpasang NGT
- Injeksi mpicillin 140mg
masuk
- KU : masih lemah, bayi
menangis
- Tali pusat mulai kering
A : hipotermi, resiko
infeksi teratasi, resiko
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
2,3 P : pertahankan intervensi
Jam - Monitor TTV
14.00 - Pantau tanda dan gejala
infeksi
- Cuci tangan sesudah dan
sebelum melakukan
tindakan
- Lanjutkan terapi program
injeksi

S :-
O:
- Tidak terlihat adanya
tanda dan gejala infeksi
- Tidak tampak sianosis,
akral hangat, tidak pucat
- S : 36,10c, N : 125 x/m,

48
RR : 50x/m
- KU : masih lemah, bayi
menangis
1,2,3 - Residu 2 cc
- Minum 15cc
Jam - Tali pusat mulai kering
21.00 A : hipotermi, resiko
infeksi,masalah baru : resiko
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh belum
teratasi
P : pertahankan intervensi
- Monitor TTV dan KU
- Pantau tanda dan gejala
infeksi
- Cuci tangan sesudah dan
sebelum melakukan
tindakan
- Lanjutkan terapi program
injeksi
- Pantau minum dan
residunya
- Jaga kehangatan

S :-
O:
- Tidak terlihat adanya
tanda dan gejala infeksi
- Tidak tampak sianosis,
akral hangat, tidak pucat
- S : 36,70c, N : 136 x/m,

49
RR : 42x/m
- KU : masih lemah
- Terpasang NGT
- Residu 0,4 cc
- Minum 30 cc
- Tali pusat kering
A : hipotermi, resiko nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh belum teratasi, resiko
infeksi teratasi
P : pertahankan intervensi
- Monitor TTV dan KU
- Pantau tanda dan gejala
infeksi
- Cuci tangan sesudah dan
sebelum melakukan
tindakan
- Lanjutkan terapi program
injeksi
- Pantau minum dan
residunya
- Jaga kehangatan

50
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Asfiksia neonatorum adalah keadan bayi baru lahir yang tidak dapat
bernapas secara spontan dengan ditandai adanya hipoksemia (penurunan PaO 2),
hiperkarbia (peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan PH). Keadaan
asfiksia terejadi karena kurangnya kemampuan fungsi organ bayi seperti
pengembangan paru paru. Proses terjadinya asfiksia neonatorum ini dapat
terjadi pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah bayi lahir. Aspikisa
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yakni faktor ibu, faktor plasenta, faktor
fetus dan faktor neonates. Pada kehamilan Denyut jantung janin lebih cepat
dari 160 x/mnt atau kurang dari 100 x/mnt, halus dan ireguler serta adanya
pengeluaran mekonium. Pada bayi setelah lahir terdapat ciri-ciri seperti bayi
pucat dan kebiru-biruan, usaha bernafas minimal atau tidak ada, pernafasan
cuping hidung, hipoksia, asidosis metabolik atau respiratori, perubahan fungsi
jantung, kegagalan sistem multiorgan, kalau sudah mengalami perdarahan di
otak maka ada gejala neurologik, kejang, dan menangis kurang baik/tidak baik,
nilai apgar kurang dari 6.

4.2 Saran
Diharapkan mahasiswa agar dapat meningkatkan pemahamannya terhadap
materi mengenai konsep dan aplikasi asuhan keperawatan bayi dengan risiko
tinggi aspiksia. Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya
dan menambah pengetahuan.

51

Anda mungkin juga menyukai