FEBRIS
Oleh :
Ni Luh Putu Yunita Dewi, S.Kep
C1212032
BAB I
KONSEP DASAR
A. Anatomi Fisiologi
Alat-alat pernafasan pada manusia yaitu :
1. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga
hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar
sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi
menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat
juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang
masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah
yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk.Di sebelah belakang rongga
hidung terhubung dengan nasofaring melalui dua lubang yang disebut choanae.
Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan selaput lendir
yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke dalam rongga hidung.
2. Faring (Tenggorokan)
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2
saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran
pencernaan (orofarings) pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring
(posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis).
Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan
terdengar sebagai suara.
Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran
pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun
demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara
tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan.
Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk
dan juga sebagi jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring juga menyediakan
ruang dengung(resonansi) untuk suara percakapan.
3. Pangkal Tenggorokan (laring)
Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring
berada diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu tulang rawan
pada laring disebut epiglotis. Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal laring.
Laring diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih yang
cukup tebal sehingga kuat untuk menahan getaran-getaran suara pada laring. Fungsi
utama laring adalah menghasilkan suara dan juga sebagai tempat keluar masuknya
udara.
Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang membentuk jakun.
Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok (epiglotis). Pada
waktu menelan makanan, katup tersebut menutup pangkal tenggorok dan pada
waktu bernapas katu membuka. Pada pangkal tenggorok terdapat selaput suara yang
akan bergetar bila ada udara dari paru-paru, misalnya pada waktu kita bicara.
4. Batang Tenggorokan (Trakea)
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya 10 cm, terletak sebagian di leher
dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku,
dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-
silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.
Batang tenggorok (trakea) terletak di sebelah depan kerongkongan. Di dalam
rongga dada, batang tenggorok bercabang menjadi dua cabang tenggorok
(bronkus). Di dalam paru-paru, cabang tenggorok bercabang-cabang lagi menjadi
saluran yang sangat kecil disebut bronkiolus. Ujung bronkiolus berupa gelembung
kecil yang disebut gelembung paru-paru (alveolus).
5. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan
bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang
rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar
cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-
cabang lagi menjadi bronkiolus.
Batang tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus, yaitu bronkus sebelah kiri
dan sebelah kanan. Kedua bronkus menuju paru-paru, bronkus bercabang lagi
menjadi bronkiolus. Bronkus sebelah kanan(bronkus primer) bercabang menjadi
tiga bronkus lobaris (bronkus sekunder), sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang
menjadi dua bronkiolus. Cabang-cabang yang paling kecil masuk ke dalam
gelembung paru-paru atau alveolus. Dinding alveolus mengandung kapiler darah,
melalui kapiler-kapiler darah dalam alveolus inilah oksigen dan udara berdifusi ke
dalam darah. Fungsi utama bronkus adalah menyediakan jalan bagi udara yang
masuk dan keluar paru-paru.
6. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus, dindingnya lebih tipis dan
salurannya lebih tipis. Bronkeolus bercabang-cabang menjadi bagian yang lebih
halus.
7. Alveolus
Saluran akhir dari saluran pernafasan yang berupa gelembung-gelembung
udara. Dinding aleolus sanat tipis setebal silapis sel, lembap dan berdekatan dengan
kapiler- kapiler darah. Adanya alveolus memungkinkan terjadinya luasnya daerah
permukaan yang berperan penting dalam pertukaran gas. Pada bagian alveolus
inilah terjadi pertukaran gas-gas O2 dari udara bebas ke sel-sel darah, sedangkan
perukaran CO2 dari sel-sel tubuh ke udara bebas terjadi.
8. Paru-paru (Pulmo)
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi
oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat.
Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas
3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru
dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang
langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan
selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk
disebut pleura luar (pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus,
jaringan elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak mempunyai tulang
rawan,tetapi ronga bronkus masih bersilia dan dibagian ujungnya mempunyai
epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus terminalis bercabang-cabang
lagi menjadi bronkiolus respirasi, kemudian menjadi duktus alveolaris.Pada
dinding duktus alveolaris mangandung gelembung-gelembung yang disebut
alveolus.
Kapasitas Paru-Paru
Udara yang keluar masuk paru-paru pada waktu melakukan pernapasan biasa
disebut udara pernapasan (udara tidal). Volume udara pernapasan pada orang
dewasa lebih kurang 500 ml. Volume udara tidal orang dewasa pada pernapasan
biasa kira-kira 500 ml. ketika menarik napas dalam-dalam maka volume udara
yang dapat kita tarik mencapai 1500 ml. Udara ini dinamakan udara komplementer.
Ketika kita menarik napas sekuat-kuatnya, volume udara yang dapat diembuskan
juga sekitar 1500 ml. Udara ini dinamakan udara suplementer. Meskipun telah
mengeluarkan napas sekuat-kuatnya, tetapi masih ada sisa udara dalam paru-paru
yang volumenya kira-kira 1500 mL. Udara sisa ini dinamakan udara residu. Jadi,
Kapasitas paru-paru total = kapasitas vital + volume residu =4500 ml/wanita dan
5500 ml/pria.
B. Definisi
Faringitis adalah radang pada faring yang biasanya disebabkan oleh bakteri dan
virus (Ngastiyah, 2005).
Faringitis akut adalah inflamasi febris tenggorok yang disebabkan oleh
organisme virus hampir 70 % dan sebagian lagi oleh bakteri. Streptokokus group A
adalah organisme bakteri paling umum yang menyebabkan faringitis akut. Penyakit
faringitis tidak lazim ada pada anak di bawah 1 tahun. Insidennya lalu naik sampai
puncaknya pada 4-7 tahun, tetapi berlanjut sampai akhir masa kanak-kanak dan
kehidupan dewasa. Tenggorok (termasuk tonsil) adalah sisi anatomis yang terpenting
dari faringitis (Smeltzer, 2001).
Jadi, faringitis adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok
atau faring kadang disebut juga sebagai radang tenggorokan yang disebabkan oleh
bakteri dan virus.
C. Etiologi
1. Virus
Adenovirus, virus epstein barr, herpes simpleks, virus parainfluenza,
enterovirus, v. Sinsitium pernapasan, virus influenza (A & B).
2. Streptokokus hemolitikus grup A
Adalah satu-satunya agen penyebab infeksi bakteri yang lazim dan kecuali
selama epidemi, infeksi ini mungkin meliputi kurang dari 15 % kasus.
3. Mikoplasma dan arcanobacterium hemolytieum
4. Infeksi gonokokus faring dapat terjadi akibat felasio (hubungan kelamin melalui
mulut)
5. Pneumokokus, Basilus influenza
D. Klasifikasi Faringitis
Secara umum faringitis dibagi menjadi 3 :
1. Faringitis akut
Faringitis virus atau bakterialis akut adalah penyakit yang sangat penting.
Beberapa usaha dilakukan pada klasifikasi peradangan akut yang mengenai dinding
faring. Yang paling logis untuk mengelompokkan sejumlah infeksi-infeksi ini
dibawah judul yang relatif sederhana Faringitis Akut. Disini termasuk faringitis
akut yang terjadi pada pilek biasa sebagai akibat penyakit infeksi akut seperti
eksantema atau influenza dan dari berbagai penyebab yang tidak biasa seperti
manifestasi herpesdan sariawan.
2. Faringitis kronis
a) Faringitis kronis hiperflasi
Pada faringitis kronis hiperflasi terjadi perubahan mukosa dinding
posterior. Tampak mukosa menebal serta hipertofi kelenjar limfe di bawahnya
dan di belakang arkus faring posterior (lateral band). Dengan demikian tampak
mukosa dinding posterior tidak rata yang disebut granuler.
b) Faringitis kronis atrofi
Faring kronis atrofi sering timbul bersama dengan rinitis atrofi. Pada
rinitis atrofi udara pernapasan tidak diatur suhu serta kelembapannya sehingga
menimbulkan rangsangan serta infeksi faring.
3. Faringitis spesifik
a) Faringitis luetika
1) Stadium primer
Kelainan pada stadium ini terdapat pada lidah, palatum mole, tonsil, dan
dinding faring posterior. Kelainan ini berbentuk bercak keputihan di tempat
tersebut.
2) Stadium sekunder
Stadium ini jarang ditemukan. Pada stadium ini terdapat pada dinding faring
yang menjalar ke arah laring.
3) Stadium tersier
Pada stadium ini terdapat guma. Tonsil dan pallatum merupakan tempat
predileksi untuk tumuhnya guma. Jarang ditemukan guma di dinding faring
posterior.
b) Faringitis tuberkolusa
Kuman tahan asam dapat menyerang mukosa palatum mole, tonsil,
palatum durum, dasar lidah dan epiglotis. Biasanya infeksi di daerah faring
merupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru, kecuali bila terjadi infeksi
kuman tahan asam jenis bovinum, dapat timbul tuberkulosis faring primer.
E. Manifestasi Klinis
1. Mengeluh rasa kering / gatal pada tenggorok.
2. Malaise dan sakit kepala
3. Suhu tubuh meningkat
4. Nyeri
5. Disfagia
6. Suara parau adalah proses peradangan menyertai laring
7. Batuk
8. Edema Faring
9. Adanya kesulitan menelan
F. Patofisiologi
Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel
kemudian epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi terjadi
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Organisme yang
menghasilkan eksudat saja atau perubahan kataral sampai yang menyebabkan edema
dan bahkan ulserasi dapat mengakibatkan faringitis. Pada stadium awal, terdapat
hiperemia, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa
tapi menjadi menebal atau berbentuk mukus dan kemudian cenderung menjadi kering
dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemia, pembuluh darah dinding
faring menjadi melebar. Bentuk sumbatan yang berwarna putih, kuning atau abu-abu
terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-
bercak pada dinding faring posterior atau terletak lebih ke lateral menjadi meradang
dan membengkak sehingaa timbul radang pada tenggorok atau faringitis.
Tidak adanya tonsilia, perhatian biasanya difokuskan pada faring dan tampak bahwa
folikel limfoid atau bercak-bercak pada dinding faring posterior atau terletak lebih ke
lateral, menjadi meradang dan membengkak. Tekanan dinding lateral jika tersendiri
disebut faringitis lateral. Hal ini tentu saja mungkin terjadi, bahkan adanya tonsilia,
hanya faring saja yang terkena.
G. Pathway
(terlampir)
H. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
1. Pemeriksaan sputum untuk mengetahui basil tahan asam.
2. Pemeriksaan laboratorium
a) Sel darah putih
Peningkatan komponen sel darah putih dapat menunjukkan adanya infeksi atau
inflamasi.
3. Fotothorak untuk melihat adanya tuberkolusis paru.
4. Biopsi jaringan untuk mengetahui proses keganasan serta mencari basil tahan asam
di jaringan. Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran
pernapasan (sekitar faring) dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan
tersebut akan diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan
akibat bakteri atau virus.
I. Penatalaksanaan
1. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanomida
a) Faringitis streptokokus paling baik diobati peroral dengan penisilin (125-250
mg penisilin V tiga kali sehari selama 10 hari).
b) Bila alergi penisilin dapat diberikan eritromisin (125 mg/6 jam untuk usia 0-2
tahun dan 250 mg/6 jam untuk usia 2-8 tahun) atau klindamisin.
2. Tirah Baring
3. Pemberian cairan yang adekuat
4. Diit ringan
5. Obat kumur hangat
Berkumur dengan 3 gelas air hangat. Gelas pertama berupa air hangat sehingga
penderita dapat menahan cairan dngan rasa enak. Gelas kedua dan ketiga dapat
diberikan air yang lebih hangat. Anjurkan setiap 2 jam.
6. Pendidikan Kesehatan
(Smeltzer, 2001)
BAB II
KONSEP TUMBUH KEMBANG & HOSPITALISASI
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama :
a) Nyeri pada saat menelan
3. Riwayat kesehatan
a) Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan
utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien dan keluarga untuk
menanggulanginya.
b) Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit lainnya.
c) Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit
lainnya.
d) Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang
mengalami stress yang berkepanjangan.
e) Riwayat Pemakaian Obat :
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai sebelumnya,
atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan tidak adekuat.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologi.
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh
penumpukan lendir.
C. RENCANA KEPERAWATAN
N Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
O keperawatan kriteria hasil
1 Ketidakseimb Tujuan : setelah 1. Kaji adanya alergi 1. Untuk
angan nutrisi diberikan asuhan makanan mengetahui
kurang dari keperawatan adanya alergi
kebutuhan selama 3 x 24 jam makanan dan
tubuh diharapkan dapat
berhubungan kebutuhan nutrisi memberikan
dengan intake pasien terpenuhi makanan
makanan dengan kriteria yang sesuai
tidak adekuat hasil : dengan
- Adanya pasien.
peningkatan
berat badan 2. Kolaborasi 2. Agar nutrisi
sesuai dengan dengan ahli gizi pasien
tujuan untuk menentukan terpenuhi
jumlah kalori dan
- Berat badan nutrisi yang
ideal sesuai dibutuhkan pasien
dengan tinggi
badan 3. Anjurkan pasien 3. Agar dapat
- Mampu untuk meningkatkan
mengidentifikas meningkatkan daya tahan
i kebutuhan intake Fe tubuh
nutrisi
- Tidak ada 4. Anjurkan pasien 4. Agar dapat
tanda-tanda untuk meningkatkan
malnutrisi meningkatkan daya tahan
- Menunjukkan protein dan tubuh
peningkatan vitamin C
fungsi
pengecapan dari 5. Berikan substansi 5. Agar dapat
menelan gula meningkatkan
- Tidak terjadi daya tahan
penurunan berat tubuh
badan yang
berarti 6. Yakinkan diet 6. Makanan
yang dikonsumsi yang
mengandung mengandung
tinggi serat untuk tinggi serat
mencegah diperlukan
konstipasi untuk
memperlanca
r pencernaan
D. EVALUASI
1. Nyeri berkurang sampai hilang
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
3. Bersihan jalan nafas efektif
DAFTAR PUSTAKA
Wong DL, 1995, Nursing Care Of Infant and Children Fifth Edition,Mosby Year
Book,Philadelpia USA.
Smeltzer, suzannec. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth,
ed.8, vol.1. Jakarta: EGC.