Anda di halaman 1dari 30

LOGAM DAN PADUANNYA

A. Peengertian

Logam Paduan (Alloy) adalah campuran unsur yang mempunyai sifat-sifat


logam, terdiri dari dua atau lebih unsur, dan sekurang-kurangnya satu unsur
utamanya adalah logam. Sistem paduan adalah suatu sistem yang terdiri dari
semua paduan yang dapat terbentuk dari beberapa unsur dengan semua macam
komposisi yang mungkin dapat dibuat. Paduan dapat diklasifikasikan menurut
strukturnya, dan sistem paduan diklasifikasikan menurut diagram
kesetimbangannya (diagram fasenya). Suatu paduan dapat berupa susunan yang
homogen apabila terdiri dari fase tunggal, atau campuran (mixture) apabila terdiri
dari beberapa unsur logam.
Fase (phase) adalah bagian dari material, yang homogen komposisi kimia
dan strukturnya, dapat dibedakan secara fisik, dapat dipisahkan secara mekanik
dari bagian lain material itu. Suatu fase dapat dibedakan dari fase lain dengan
melihat keadaan fisiknya, ada fase gas, cair dan padat.
Bagian material dengan komposisi kimia yang berbeda dikatakan
dikatakan sebagai fase yang berbeda. Struktur kisi (lattice) juga membedakan satu
fase dengan fase lainnya. Logam. yang memiliki sifat allotropi misalnya, setiap
bentuk allotropinya merupakan fase tersendiri, walaupun komposisi kimia dan
keadaan fisiknya sama.
Logam dan paduannya adalah salah satu matrial teknik yang porsinya
paling banyak diperlukan dalam kegunaan Teknik. Jika diperhatikan komponen
mesin, maka sebagian besar sekitar 80% dan bahkan lebih terbuat dari logam.
Selebihnya digunakan material non logam seperti keramik, glass, polimer dan
bahkan material maju seperti komposit.
Material Logam dikelompokan menjadi dua yaitu
1. LOGAM BESI (FERROUS)

Logam adalah unsur kimia yang mempunyai sifat-sifat kuat, keras,


penghantar listrik dan panas, serta mempunyai titik cair tinggi. Bijih logam
ditemukan dengan cara penambangan yang terdapat dalam keadaan murni atau
bercampur.

Yang dimaksud besi dalam bidang keteknisan adalah besi teknis, bukan besi
murni, karena besi murni (Fe) tidak memenuhi pernyataan teknik, persyaratan
teknik adalah kekuatan bahan, keuletan, dan ketertahanan terhadap pengaruh luar
(korosi, aus, bahan kimia, suhu tinggi dan sebagainya).
Besi teknis selalu tercampur dengan unsure-unsur lain misalnya karbon (C),
silicon (Si), mangan (Mn), Fosfor (P), dan belerang (S). Unsur-unsur tersebut
harus dalam kadar tertentu, sesuai dengan sifat-sifat yang dikehendaki, secara
garis besar besi teknik terbagi menjadi :
a. Besi kasar : kadar karbon lebih besar dari 3,5%, tidak dapat ditempa.
b. Besi : kadar karbon lebih besar dari 2,5%, tidak dapat ditempa.
c. Baja : kadar karbon kurang dari 1,7%, dapat ditempa.
A. Table jenis dan klasifikasi logam

Pemakaian
No Klarifiskasi Jenis Bentuk contoh dalam
bangunan

1 Logam mulia Emas, perak dsb. Batangan Aksesoris,


interior.

2 Logam setengah Air raksa Cair Patri


mulia

3 Logam biasa berat Nikel, kobalt Butiran, Campuran baja,


>30 kg/dm3 batangan konstruksi luar
beton

4 Logam biasa Besi tuang Plat blok Pengunci,


ringan <30 kg/dm3 Plumbum(timah pengantung
hitam) landasan isolasi

5 Logam campuran Baja Plat, profil, Hubungan dak


batangan, standar dengan
tempa, atap, kuda-kuda
Kuningan gelombang bangunan,
plat, blok jembatan,
neraca, tulangan
beton, dinding,
lantai
Penggantung,
kunci, kran.
B. Table sifat-sifat baja dapat dipengaruhi oleh campuran
logam yang lain.

Pengaruh terhadap sifat-sifat baja


Campuran logam
Menambah Mengurangi

Karbon (C) Kekokohan, kekerasan, sifat Titik lebur, keuletan,


pengerasan regangan sifat
mengelas dan
menempa

Silisium (Si) Menambah elastisitas, kekokohan, Sifat mengelas


kekerasan dan daya tahan karat

Fosfor (P) Leburan encer Rengangan dan daya


kekuatan pukul

Sulfur (S) Lebaran kental, serpihan mudah Daya kekuatan pukul


patah

Mangan (Mn) Kekerasan, kekokohan, daya Sifat membuat serpih


kekuatan pukul dan daya keausan

Nikel (Ni) Keuletan regangan, kekokohan, daya Pegangan oleh suhu


tahan karat, tahan listrik dan suhu tinggi
tinggi

Khrom (Cr) Kekerasan, kekokohan, daya tahan Regangan


karat, suhu tinggi dan ketajaman

Varadium (V) Daya tahan lama, kekerasan dan Daya tahan suhu
keuletan tinggi
Molibdenium (Mo) Kekerasan daya tahan lama Regangan dan sifat
menempa

Kobalt (Co) Kekerasan, ketajaman Keuletan mengurangi


daya tahan suhu
tinggi

Wolfram (W) Kekerasan, kekokohan, daya tahan Regangan


karat, suhu tinggi dan ketajaman
C. Table perubahan struktur logam

Sistem pengubahan Cara Hasil

Pemanasan Logam dipanaskan, kemudian Struktur logam


dibiarkan dingin dengan sendirinya berbentuk baru dan
logam jadi lebih
lemah

Pendinginan kejut Logam di panaskan, kemudian Menambah


didinginkan cepat dalamn air atau kekokohan
oli

Pengerasan Logam dipanaskan, kemudian Menambah


didingikan sedenikian rupa kekerasan dan
sehingga pengerasan merata ketajaman

Tempering Logam yang telah diperkeras Menambah


dipanaskan pada suhu 180o-300oC elastisitas

Tempering kejut Logam yang telah diperkeras Mempertinggi batas


dipanaskan pada suhu450o-700oC regang

Pelapisan nitrogen Pengerasan dilakukan dalam oven Memperkeras


dengan semprotan nitrogen permukaan logam
dan daya tahan karat

Pelapisan karbon Pengerasan dilakukan dalam oven Memperkeras tepi


dengan pelapisan karbon sehingga dan inti logam tetap
mempengaruhi permukaan logam lunak
2. NON LOGAM (NON FERRO)
a. Pengertian
Logam Non-Ferro (Non-Ferrous Metal) ialah jenis logam yang secara
kimiawi tidak memiliki unsur besi atau Ferro (Fe), oleh karena itu logam jenis ini
disebut sebagai logam bukan Besi (non Ferro). Beberapa dari jenis logam ini telah
disebutkan dimana termasuk logam yang banyak dan umum digunakan baik
secara murni maupun sebagai unsur paduan. Dengan semakin berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dalam pengolahan bahan logam,
menjadikan semua jenis logam digunakan secara luas dengan berbagai alasan,
mutu produk yang semakin ditingkatkan, kebutuhan berbagai peralatan
pendukung teknologi serta keterbatasan dari ketersediaan bahan-bahan yang
secara umum digunakan dan lain-lain.
Logam non Ferro ini terdapat dalam berbagai jenis dan masing-masing
memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda secara spesifik antara logam yang
satu dengan logam yang lainnya. Keberagaman sifat dan karakteristik dari logam
Non Ferro ini memungkinkan pemakaian secara luas baik digunakan secara murni
atau pun dipadukan antara logam non ferro bahkan dengan logam Ferro untuk
mendapatkan suatu sifat yang baru yang berbeda dari sifat asalnya.

Pengertian dari bahan bukan logam atau non logam adalah unsure kimia yang
mempunyai sifat-sifat, yaitu :

Elastis (karet), cair (bahan pelumas, dan tidak dapat menghantarkan arus
listrik (bahan isolasi)).
Peka terhadap api (bahan baker, tidak dapat terbakar (Asbes) dan mudah
pecah (keramik)).
\
b. Macam-Macam Logam Ferro
Logam ferro adalah suatu bahan yang mengandung unsure kebesi-besian
seperti pada table dibawah ini :

Ikhtisar logam

Nama Komposisi Sifat Penggunaan

Besi tuang Campuran besi dan Rapuh, tidak dapat Alas mesin, badan
karbon (4%) di tempa baik untuk ragum, bagian-
dituand sukar diles bagian mesin bubut,
blok silinder, cincin
perak, meja datar

Besi tempa Campuran besi Dapat ditempa, liat, Kait keran, landasan
murni (99%) sedikit tidak dapat diruang kerja plat, rantai
besi rongsokan jangkar

Baja lunak Campuran besi dan Dapat ditempa, liat Mur, baut, pipa,
karbon (0,1%-0,3%) sekrup

Baja karbon sedang Campuran besi dan Lebih kenyal Poros, rel baja,
karbon (0,4%-0,6%) paron

Baja karbon tinggi Campuran besi dan Dapat ditempa, Perlengkapan mesin
karbon (0,7%-1,5%) dapat disepuh, bubut, perlengkapan
mudah ditempa mesin frais, kikir,
gergaji, pahat, tap,
stempel

Baja cepat tinggi Baja karbon tinggi Rapuh, dapat Mesin bubut, mesin
(HSS-High speed di tambah nikel/ disepuh, keras, dapat frals, mesin bor, dll
steel) kobalt, khrom / dimudakan, tahan
tungken suhu tinggi
Pengaruh karbon terhadap sifat logam
Dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Besi yang mengandung kadar C = 0%-0,5%, mempunyai sifat mudah


ditempa dan tidak dapat disepuh atau dikeraskan. Besi ini dinamakan besi
tempa.
2. Besi yang mengandung kadar C = 0,5%-1,7%, mempunyai sifat dapat
ditempa dan dapat disepuh. Besi ini dinamakan baja.
3. Besi yang mengandung kadar C = 2,5%-6,67%, mempunyai sifat mudah
dituang (dicor) dan besi ini dinamakan besi tuang.

Pengaruh kadar zat arang dalam besi

1. Zat asam
Terdapat pula dalam udara,yaitu campuran dari 21% zat asam dan 78% zat lemas,
selanjutnya 1% helium, argon dan beberapa unsur zat lain. Zat asam dalam udara
dapat menyebabkan logam besi rusak.

2. Oksid
Persenyawaan antara zat asam dengan unsur yang lain dinamakan oksid. Batu besi
magnet, magnesit(Fe2O3)kandungan Fe 60 % sampai dengan 70% (Rusia,
Swedia, Amerika). Batu besi merah, hemafite(Fe2O3), kandungan Fe 40% sampai
dengan 60 % (Kanada, Spanyol, Inggris, Rusia). Proses dapur tinggi adalah proses
reduksi, karena dalam dapur tinggi, zat asam dikeluarkan oksid besi dan tinggal
besinya.

3. Karbonat
Batu besi spoat (FeCo3)adalah karbonat besi, karena dalam persenyawaan ini
terdapat carbonium (zat orang). Batu besi spatik (Fe2(O3)), kandungan Fe 30 %
sampai 40% (jerman, Austria)

4. Zat arang
Unsur ini sangat penting untuk produksi baja. Zat arang murni terdapat dalam
intan yang grafit. Zat arang ini diperoleh dari arang tulang belulang, arang kulit,
arang kayu, arang batu (batu bara),dan lainnya. Dengan menambah zat arang
dalam besi, baik banyak atau sedikit. Maka akan terjadi persenyawaan-
persenyawaan besi zat arang yang mempunyai sifat-sifat keras. Unsur besi
terdapat di alam, bahan dalam bentuk logam murni, tetapi terdapat dalam bentuk
persenyawaan besi oksida, yang masih tercampur dengan unsur-unsur lain dan zat
pengotor.

c. Macam-Macam Logam Non Ferro

Unsur logam yang paling penting dan paling banyak digunakan dalam
industry adalah besi karena hampir 90 % dari logam-logam yang digunakan dalam
industry adalah besi. Selain besi,logam yang penting anatara lain: alumunium
(Al), timbal (Pb), nikel (Ni), perak(Ag), seng(Zn), dan lain sebagainya. Yang
digunakan dalam keadaan murni ataupun dalam bentuk paduannya. Logam
logam tersebut harus mempunyai sifat-sifat fisika atau mekanik yang sesuai
dengan persyaratan-persyaratan yang dikehedaki.
Logam non ferro adalah suatu bahan yang tidak mengandung besi, yang
dapat digolongkan menjadi :

logam berat : nikel, seng, tembaga, timah putih dan timah hitam
logam mulia/murni : emas, perak, platina
logam ringan : alumunium, barium, kalsium
logam refraktori/tahan api : Molibdenum , titanium, wolfram, zirkonium
logam radio aktif : radium dan uranium.
A. Baja
paduan besi dengan karbon serta sejumlah kecil campuan bahan lainnya.
Kandungan karbon biasanya kurang dari 1,0 wt %. berdasarkan kandungan
karbon, baja dibagi atas :
Baja karbon rendah

Baja karbon rendah mengandung karbon (0,25wt%) berdasarkan kandungan


karbon baja ini bersifat tidak respontif terhadap perlakuan panas yang bertujuan
untuk membentuk martensit. Penguatan dilakukan dengan :

- struktur mikro berupa : ferit +pearlite.

- sifat : - lunak dan lemah tetapi keuletan dan tangguhan sangat tinggi

- mudah di maching, di las

- diantara semua baja karbon, paling murah di produksi.

- aplikasi : komponen bodi mobil, baja, struktur (tiang I. C, dll), pipa,


gedung, jembatan , kaleng.

Contohnya :

High strength, low-alloy (HSLA) : adalah baja karbon rendah yang

ditambah unsur lain seperti : tembaga, vanadium, nikel, molibdenum yang

menaikkan kekuatan baja.

Baja karbon Sedang

-baja ini mengandung karbon kira-kira 0,2-0.60wt %.

- bisa diberikan perlakuan panas : austenitizing,

quenching ,dan tempering untuk menaikan sifat

mekanik.
-sering digunakan dalam bentuk struktur martensite.

-penambahan chrom, nikel dan molibdenum

meningkatkan kemampuan untuk perlakuan panas.

-baja yang telah mengalami perlakuan panas lebih kuat dari pada baja karbon
rendah namun keuletan dan ketangguhannya menurun.

- aplikasi : roda kereta api, rel, roda gigi, crank shaft, dan komponen mesin yang
membutuh kan kekuatan tinggi.

Baja karbon tinggi


- kandungan karbon antara 0,60-1,4 %wt.

- - mempunyai sifat : paling keras, paling kuat namun keuletan paling


rendah.

- - umumnya digunakan dalam kondisi sudah diperkeras dan ditemper.


Sehingga tahan aus dan mampu menahan alat potong yang tajam.

- - campuran bahan lain berupa chrom, vanadium, tungsten molibdenum dan


banyak digunakan untuk baja tool dan baja cetak.

- - pemakaian : pisau, pisau cukur, gergaji, pegas dan kawat.

Baja anti karat (stainless steel)

- element paduan utama : chrom (>11wt%).

- dibagi atas tiga jenis : -baja anti karat martensitie

-baja anti karat feritic.

-baja anti karat austenitic


- baja martensitic bisa diberikan pelakuan panas sementara baja feritic dan
austeritic tidak bisa.

- penguatan baja anti karat feritic dan austetic dilakukan dengan pengerjaan
dingin.

- martensitc dan feritic stailess bersifat magnet sedangkan baja anti karat
austenitic tidak.

Perlakuan Panas dapat menyebabkan :

Distorsi : Distorsi adalah perubahan dimensi dan dapat terdiri dari


distorsi ukuran atau bentuk distorsi.

Case Hardening : Perubahan struktur mikro dan perubahan properti di sebagian


besar bahan atau komponen dengan melalui pengerasan.

Dekarburisasi : Fenomena di mana paduan mengandung karbon kehilangan


karbon dari permukaan mereka sebagai hasil dari perlakuan
panas atau panas bekerja di media (biasanya oksigen) yang
bereaksi dengan karbon.

Tujuannya :

1. menghilangkan efek pengerjaan dingin

2. mengontrol penguatan dispersi dan

3. Meningkatkan kemampumesinan.
1. Annealing proses

- Menghilangkan efek pengerjaan dingin.

- Dilakukan pada suhu 800C hingga 1700C dibawah temperatur A1.

2. Annealing

- Penguatan Dispersi dengan mengatur kehalusan butir pearlit.

- Pemanasan (menghasilkan austenit yang homogen) pendinginan secara


perlahan (menghasilkan butiran perlit kasar).

3. Normalising

- Pendinginan baja secara cepat

- menghasilkan butiran pearlit halus.

4. Spheroidising

- Meningkatkan Kemampumesinan.

- Baja karbon tinggi yang mengandung sejumlah besar Fe3C mempunyai


karakteristik pemesinan rendah.

- dilakukan beberapa jam pada suhu kirakira 300 C


Diagram Fe-Fe3C

Diagram kesetimbangan fasa Fe-Fe3C adalah alat penting untuk memahami


struktur mikro dan sifat-sifat baja karbon, suatu jenis logam paduan besi (Fe) dan karbon
(C). Pada kadar karbon lebih dari 0,05% akan terbentuk endapan karbon dalam bentuk
hard intermetallic stoichiometric compound (Fe3C) yang dikenal sebagai cementite atau
carbide. Pada Fe murni, misalnya, alpha-ferrite akan berubah menjadi gamma-austenite
saat dipanaskan melewati temperature 910oC.

Komposisi fasa dari paduan besi-karbon pada temperatur ruang

Hypoeutectoid baja (karbon konten 0-0,83%) terdiri dari primer (proeutectoid)


ferit (menurut kurva A3) dan perlit.

Eutektoid baja (kandungan karbon 0,83%) seluruhnya terdiri dari perlit.

baja (konten karbon 0,83-2,06%) terdiri dari primer (proeutectoid) sementit


(menurut kurva A CM) dan perlit.
PROSES PEMBUATAN BAJA

Proses pembuatan baja dimulai dengan proses ekstraksi bijih besi. Proses
reduksi umumnya terjadi di dalam tanur tiup (blast furnace) di mana di dalamnya
bijih besi (iron ore) dan batu gamping (limestone) yang telah mengalami
pemanggangan (sintering) diproses bersama-sama dengan kokas (cokes) yang
berasal dari batubara. Serangkaian reaksi terjadi di dalam tanur pada waktu dan
lokasi yang berbeda-beda, tetapi reaksi penting yang mereduksi bijih besi menjadi
logam besi adalah sebagai berikut:

Fe2O3 + 3CO 2Fe + 3CO2

Proses pembuatan baja umumnya berlangsung di tungku oksigen-basa


(basic-oxygen furnace). Di dalam tungku ini besi mentah cair dicampur dengan
hingga 30% besi tua (scrap) yang terlebih dahulu dimasukkan ke dalam tanur.
Selanjutnya, oksigen murni ditiupkan dari bagian atas ke dalam leburan, bereaksi
dengan Fe membentuk oksida besi FeO. Beberapa saat sebelum reaksi dengan
oksigen mulai berlangsung, fluks pembentuk slag dimasukkan dalam jumlah
tertentu.

Oksida besi atau FeO selanjutnya akan bereaksi dengan karbon di dalam
besi mentah sehingga diperoleh Fe dengan kadar karbon lebih rendah dan gas
karbon monoksida. Reaksi penting yang terjadi di dalam tungku adalah sebagai
berikut:

FeO + C Fe + CO

Selama proses berlangsung (sekitar 22 menit), terjadi penurunan kadar


karbon dan unsur-unsur pengotor lain seperti P, S, Mn, dalam jumlah yang
signifikan.
B. Tembaga

Tembaga adalah logam lunak bewarna coklat kemerah-merahan, bersifat ductile ,


tahan korosi dan cuaca serta merupakan konduktor listrik yang baik. Secara
industri sebagian besar penggunaan tembaga dipakai sebagai kawat atau bahan
untuk penukar panas dalam memanfaatkan hantaran listrik dan panas yang baik.
Standar untuk daya hantar dinyatakan 100%, jika tahanan spesifik pada 20oC
adalah 1,7241 cm (massa jenis=8,89g/cm 3)

Sifat fisika

Logam berwarna kemerah-merahan dan berkilauan

Kuat, lunak, dan ulet

Dapat dirol, ditarik, ditekan, ditempa (meleable), dan dapat dibengkokan

Konduktivitas panas dan listriknya sangat tinggi.

Titik leleh : 1.083C

Titik didih : 2.567C pada tekanan normal

Berat jenis tembaga sekitar 8,92 gr/cm3

Titik Didih: 2840 K

Struktur Kristal: fcc

Konduktivitas Listrik: 60.7 x 106 ohm-1cm-1

Elektronegativitas: 1.9

Formasi Entalpi: 13.14 kJ/mol

Konduktivitas Panas: 401 Wm-1K-1

Potensial Ionisasi: 7.726 V

Titik lebur : 1070-1093C (tergantung kadar kemurniannya)

Kapasitas Panas: 0.385 Jg-1K-1


Entalpi Penguapan: 300.5 kJ/mol

Sifat kimia

1) Tembaga merupakan unsur yang relatif tidak reaktif sehingga tahan


terhadap korosi. Pada udara yang lembab permukaan tembaga ditutupi oleh
suatu lapisan yang berwarna hijau yang menarik dari tembaga karbonat basa,
Cu(OH)2CO3.

2) Pada kondisi yang istimewa yakni pada suhu sekitar 300 C tembaga dapat
bereaksi dengan oksigen membentuk CuO yang berwarna hitam. Sedangkan
pada suhu yang lebih tinggi, sekitar 1000 C, akan terbentuk tembaga(I)
oksida (Cu2O) yang berwarna merah.
3) Tembaga tidak diserang oleh air atau uap air dan asam-asam nooksidator
encer seperti HCl encer dan H2SO4 encer. Tetapi asam klorida pekat dan
mendidih menyerang logam tembaga dan membebaskan gas hidrogen. Hal ini
disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks CuCl2(aq) yang mendorong
reaksi kesetimbangan bergeser ke arah produk.
2Cu (s) + 2H+ (aq) a Cu+ (aq) + H2
2Cu+ (aq) + 4Cl- (aq) 2 CuCl2- (aq)

Asam sulfat pekatpun dapat menyerang tembaga, seperti reaksi berikut


Cu (s) + H2SO4 (l) CuSO4 (aq) + 2H2O (l) + SO2 (g)
4) Asam nitrat encer dan pekat dapat menyerang tembaga, sesuai reaksi
Cu (s) + HNO3 (encer) 3Cu(NO3)2 (aq) + 4H2O (l) + 2NO (g)
Cu (s) +4HNO3 (pekat) Cu(NO3)2 (aq) + 2H2O (l) + 2NO2 (g)
5) Tembaga tidak bereaksi dengan alkali, tetapi larut dalam amonia oleh
adanya udara membentuk larutan yang berwarna biru dari kompleks
Cu(NH3)4+.

6) Tembaga panas dapat bereaksi dengan uap belerang dan halogen. Bereaksi
dengan belerang membentuk tembaga(I) sulfida dan tembaga(II) sulfida dan
untuk reaksi dengan halogen membentuk tembaga(I) klorida, khusus klor yang
menghasilkan tembaga(II) klorida.
.

Sifat mekanik

Skala kekerasan Mohs : 3,0

Kekerasan Vickers : 369 MPa

Kekerasan Brinell : 874 MPa

Kekuatan tarik : 200 300 N/mm2

PEMAKAIAN TEMBAGA
a) Sebagai bahan untuk kabel listrik dan kumparan dinamo.
b) Paduan logam. Paduan tembaga 70% dengan seng 30% disebut kuningan,
sedangkan paduan tembaga 80% dengan timah putih 20% disebut perunggu.
Perunggu yang mengandung sejumlah fosfor digunakan dalam industri arloji
dan galvanometer. Kuningan memiliki warna seperti emas sehingga banyak
digunakan sebagai perhiasan atau ornamen-ornamen. Sedangkan perunggu
banyak dijadikan sebagai perhiasan dan digunakan pula pada seni patung.
Kuningan dan perunggu berturut-turut seperti yang tertera pada gambar
c) Mata uang dan perkakas-perkakas yang terbuat dari emas dan perak selalu
mengndung tembaga untuk menambah kekuatan dan kekerasannya. Gambar
mata uang yang terbuat dari emas:
d) Sebagai bahan penahan untuk bangunan dan beberapa bagian dari kapal.
e) Serbuk tembaga digunakan sebagai katalisator untuk mengoksidasi metanol
menjadi metanal.

SUMBER TEMBAGA

Tembaga yang ditemukan sebagai bijih tembaga,

Bijih-bijih tembaga dapat diklasifikasikan atas tiga golongan;

-Bijih Sulfida(chalcopite,bronit, chalcocite, ovelite)

-Bijih Oksida (cuprite, ferronite)


-Bijih murni (native)

Dari mereka, tembaga diambil dengan cara smelting, leaching, dan


elektrolisis.

PENGOLAHAN BIJI TEMBAGA

Bijih tembaga dapat berupa karbonat, oksida dan sulfida. Untuk memperoleh
tembaga dari bijih yang berupa oksida dan karbonat lebih mudah dibanding bijih
yang berupa sulfida. Hal ini disebabkan tembaga terletak dibagian bawah deret
volta sehingga mudah diasingkan dari bijihnya.
Bijih berupa oksida dan karbonat direduksi menggunakan kokas untuk
memperoleh tembaga, sedangkan bijih tembaga sulfida, biasanya kalkopirit
(CuFeS2), terdiri dari beberapa tahap untuk memperoleh tembaga, yakni:
Pengapungan (flotasi)
Proses pengapungan atau flotasi di awali dengan pengecilan ukuran bijih
kemudian digiling sampai terbentuk butiran halus. Bijih yang telah dihaluskan
dimasukkan ke dalam campuran air dan suatu minyak tertentu. Kemudian udara
ditiupkan ke dalam campuran untuk menghasilkan gelembung-gelembung udara.
Bagian bijih yang mengandung logam yang tidak berikatan dengan air akan
berikatan dengan minyak dan menempel pada gelembung-gelembung udara yang
kemudian mengapung ke permukaan. Selanjutnya gelembung-gelembung udara
yang membawa partikel-partikel logam dan mengapung ini dipisahkan kemudian
dipekatkan.
Pemanggangan
Bijih pekat hasil pengapungan selanjutnya dipanggang dalam udara terbatas
pada suhu dibawah titik lelehnya guna menghilangkan air yang mungkin masih
ada pada saat pemekatan dan belerang yang hilang sebagai belerang dioksida.
2Cu2FeS(s) + 4O2 2Cu2S(s) + 2FeO(s) + 3SO2(s)
Campuran yang diperoleh dari proses pemanggangan ini disebut calcine,
yang mengandung Cu2S, FeO dan mungkin masih mengandung sedikit FeS.
Setelah itu calcine disilika guna mengubah besi(II) oksida menjadi suatu sanga
atau slag besi(II) silikat yang kemudian dapat dipisahkan. Reaksinya sebagai
berikut
FeO(s) + SiO2 FeSiO3

Tembaga(I) sulfida yang diperoleh pada tahap ini disebut matte dan
kemungkinan masih mengandung sedikit besi(II) sulfida
Reduksi
Cu2S atau matte yang yang diperoleh kemudian direduksi dengan cara
dipanaskan dengan udara terkontrol, sesuai reaksi
2Cu2S(s) + 3O2(g) 2Cu2O(s) + 2SO2(g)
Cu2S(s) + 2Cu2O(s) 6Cu(s) + SO2(g)
Tembaga yang diperoleh pada tahap ini disebut blister atau tembaga lepuhan
sebab mengandung rongga-rongga yang berisi udara.

Elektrolisis
Blister atau tembaga lepuhan masih mengandung misalnya Ag, Au, dan Pt
kemudian dimurnikan dengan cara elektrolisis. Pada elektrolisis tembaga kotor
(tidak murni) dipasang sebagai anoda dan katoda digunakan tembaga murni,
dengan elektrolit larutan tembaga(II) sulfat (CuSO4). Selama proses elektrolisis
berlangsung tembaga di anoda teroksidasi menjadi Cu2+ kemudian direduksi di
katoda menjadi logam Cu.
Katoda : Cu2+(aq) + 2e Cu(s)
Anoda : Cu(s) Cu2+(aq) + 2e
Pada proses ini anoda semakin berkurang dan katoda (tembaga murni)
makin bertambah banyak, sedangkan pengotor-pengotor yang berupa Ag, Au, dan
Pt mengendap sebagai lumpur.
Tembaga Paduan (Copper Alloy) dapat dikelompokan menjadi :
1) Tembaga paduan rendah yang termasuk dalam kelompok ini ialah Silver-
Copper, Cadmium-Copper, Tellurium-Copper, Berylium- Copper dan Paduan
Copper-Nickel-Silicon.
2) Tembaga Paduan dengan kadar tinggi, yaitu Brass dan Bronze.

a. Tembaga paduan dengan kadar rendah

1) Silver-Copper
Temperatur pelunakan dari tembaga jenis ini dapat ditingkatkan dari 2000
hingga 3500 melalui penambahan unsur Nickel hingga 0,08 %. Tembaga ini akan
menjadi lebih keras dengan tegangan yang tidak dapat direduksi oleh temperature
penyolderan, penimahan (Tining) atau proses lain yang menggunakan temperature
rendah. Unsur Silver dengan kadar rendah ini hanya sedikit sekali terjadi efek
penyimpangan dan tergantung pada nilai konduktifitas dari tembaga itu sendiri,.
Silver-Copper digunakan sebagai bagian dari Comutatorkomponen Radiator serta
berbagai penerapan yang memerlukan kekerasan dan tegangan stabil tanpa
dipengaruhi oleh panas akibat pemanasan selama proses pnyambungan. Silver
juga memiliki sifat creep resistance pada tembaga karena softening Temperatur.

2) Cadmium-Copper
kadar Cadmium sebesar 1 % pada Tembaga akan meningkatkan softening
Temperatur, demikian pula ketahanan, tegangan dan keuletan serta kelelahannya
akan meningkat. Cadmium-Copper digunakan dalam konduktor untuk
memperpanjang garis rentang overhead kabel hantaran arus listrik serta untuk
ketahanan pada elektroda las (welding electrodes) Sifat lembut dari kabel yang
terbuat dari Cadmium-Copper banyak digunakan dalam electrical wiring dari
pesawat terbang karena sifatnya yang flexible serta tahan terhadap getaran. Kadar
Cadmium yang rendah hanya akan terjadi kerusakan memanajang namun
tergantung pada konduktifitas tembaga itu sendiri.
3) Chromium-Copper
unsur Chromium hingga 0,5 % pada Tembaga akan memperkecil pengaruh
konduktifitasnya, namun kekerasan serta tegangannya akan meningkat serta akan
menerima reaksi perlakuan panas.Analisis terhadap diagram keseimbangan
paduan antara Chromium dengan-Tembaga memberikan indikasi bahwa hanya
sedikit saja kuantitas chromium yang dapt bercampur dalam larutan pada (Solid
solution). Larutan padat dari Chroimum akan meningkat sesuai dengan
peningkatan temperaturnya dan semua unsur Chromium akan masuk didalam
larutan padat pada Temperatur 10000C. Jika paduan ini di-Quenching dari
temperatur ini maka akan terjadi Solution treated sehingga semua sisa
chromium akan tetap berada didalam larutan padat dan menghasilkan paduan
yang ulet dan liat. Proses pengendapan (precipitation treatment) dilakukan untuk
memperbaiki keseimbangan serta perbaikan sifat mekaniknya, yaitu dengan
memberikan pemanasan ulang dengan temperature hingga 5000C dengan waktu
(Holding time) selama 2 jam dan kemudian didinginkan.

4) Tellurium-Copper,
unsur Tellurium pada Tembaga hingga sebesar 0,5 % akan menghasilkan
paduan tembaga yang dapat dibentuk dengan baik melalui proses pemesinan.
Tellurium tidak dapat larut didalam Tembaga namunakan menyebar seluruhnya
ketika paduan itu dilebur dan tersisa didalam bentuk partikel-partikel halus
dimana paduan dalam keadaan padat, dengan demikian maka akan diperoleh
Paduan tembaga yang dapat dengan mudah dibentuk melalui pemesinan dan
menghasilkan chip yang mudah terlepas.

5) Copper-Nickel-Silicon Alloys,
Jika Nickel dan Silocon dalam perbandingan 4 : 1, yaitu 4 bagian Nickel
dan 1 bagian Silicon dipadukan di dalam Copper (Tembaga) pada Temperatur
tinggi maka akan terbentuk sebuah unsur yang disebut Nickel Silicide (Ni2Si) dan
pada Temperatur rendah paduan ini akan sesuai unutk pengendapan dalam
perlakuan panas, dimana proses pelarutan akan diperoleh dalam proses Quenching
dari Temperatur 7000C dan akan diperoleh sifat paduan Tembaga yang lunak dan
ulet, kemudian dilanjutkan dengan memberikan pemanasan maka akan
meningkatkan kekerasan serta tegangan dari paduan Tembaga tersebut.
Prosentase kadar Nickel dan Silicon ini disesuaikan dengan kebutuhan dari sifat
yang dihasilkannya, biasanya diberikan antara 1 % hingga 3 % . Paduan Tembaga
ini akan memiliki sifat Thermal dan electrical Conductivity yang baik dan tahan
terhadap pembentukan kulit dan oxidasi serta dapat mempertahankan sifat
mekaniknya pada Temperatur tinggi dalam jangka waktu yang lama.

b. Tembaga Paduan tinggi

1) Kuningan (Brasses)
Kuningan adalah paduan Tembaga dengan lebih dari 50 % Zincum (seng)
kadang-kadang ditambah dengan Timah putih (Tin) dan Timah Hitam (Lead) serta
Alumunium dan Silicon. Analisis terhadap diagram keseimbangan dari
paduan Copper-Zinc (Tembaga-Seng) memperlihatkan bahwa paduan Tembaga
Proses larutan Seng didalam Tembaga tidak berkembang oleh perubahan
Temperatur, dengan demikian Kuningan bukan paduan yang terbentuk oleh
pengendapan. Kuningan dengan kandungan seng diatas 37 % disebut Brasses
yang merupakan paduan mampu pengerjaan dingin karena terbentuk dari struktur
larutan padat. Paduan Tembaga Kuningan yang disebut Brasses ini berkembang
oleh pengembangan dalam dari unsur yang pada kahirnya akan menyebabkan
distorsi dari kisi tembaga (Tembaga lattice). Phase dimana terbentuknya
pecahan merah (hot short) oleh karena itu kuningan ini tidak cocok untuk
pengerjaan panas.
Kuningan dari jenis ini memiliki sifat mampu pengerjaan panas (Hot working
Brasses), hal ini disebabkan karena atom berserakan pada temperature tinggi dan
akan membentuk keuletan pada phase dan pada saat yang bersamaan kristal akan
menjadi rapuh pada Temperatur tinggi dan larut kedalam phase sehingga paduan
akan bersifat ulet pada Temperaatur yang lebih tinggi. Kuningan dengan kadar
Seng 45 % komposisinya terdiri atas kristal secara menyeluruh dengan sifat yang
sangat rapuh pada temperature ruangan (room temperature), hal ini terlihat pada
diagram keseimbangan Tembaga-Seng dimana titik cair dari dari Seng paduan
tinggi lebih rendah dari pada Kuningan dengan kadar Seng rendah, oleh karena itu
Seng dengan paduan tinggi ini digunakan sebagai Brazing spelter karena titik
cairnya yang rendah tersebut namun sambungan tidak menjadi rapuh karena
selama operasi penyambungan kadar Senga akan turun melalui proses penguapan
dan sebagian akan menyebar kedalam Kuningan pada sambungan tersebut.

2). Bronzes and Gunmetals


Bronzes and Gunmetals ialah paduan tembaga dengan timah putih (Tin)
serta unsur-unsur tambahan dengan sedikit kuatitas yang terdiri atas Timah hitam
(lead). Untuk semua paduan Tembaga dengan Timah hitam ini disebut Bronzes
dan paduan Tembaga dengan timah putih disebut Tin-Bronzes, sedangkan
Bronzes dengan penambahan unsur Seng disebut Gunmetals. Bronzes sangat
mudah dibentuk dengan pengecoran dan memiliki sifat tahan terhadap korosi
dengan sifat yang paling penting ialah memiliki sifat ketahanan aus.
2. Tin Bronzes and Gunmetals
Analisis terhadap diagram keseimbangan Copper-Tin mengindikasikan bahwa
Paduan Tembaga dengan kandungan Timah putih (Tin) hingga 14 %
dikelompokan kedalam paduan dengan larutan padat (solid solution), dan jika
paduan ini didinginkan dengan sangat lambat sifat larutan akan menurun, hal ini
terlihat yang diindikasikan dengan garis putus-putus (dashed) pada diagram
tersebut. Jadi partikel yang keras dan rapuh akan berada dalam larutan padat
(solid solution), hal ini hanya akan terjadi didalam praktiknya, dimana pada hasil
pengecoran paduan mengandung kadar Timah Putih diatas 10 %. Tetapi pahse
dapat terurai dengan kelebihan timah dan masuk kedalam larutan padat jika
paduan ini diberi perlakuan panas (Annealing) pada temperature 3000C dengan
holding time hingga 1000 jam. Paduan Tembaga dengan kandungan kadar Timah
antara 14 dan 32 % sifatnya akan menjadi lunak dengan sifat kombinasi antara
keras dan ulet. Bahan paduan ini merupakan bahan paduan yang baik karena
memiliki titik cair yang rendah.
Pada diagram tersebut juga memperlihatkan bahwa Bronze ini memiliki
derajat pemadatan yang besar (terindikasi pada jarak antara garis solidus dengan
garis liquidus) dimana paduan ini cenderung membentuk inti pada stuktur hasil
pengecoran, Inti paduan akan terbentuk jika setiap butiran tersususn pada titik cair
yang tinggi dan dibagian luarnya sangat kaya dengan susunan butiran yang
memiliki titik cair rendah, namun demikian komposisi dari masing-masing butiran
ini dapat diseragamkan melalui proses perlakukan panas (Annealing). Tin-Bronze
dibedakan menjadi 2 macam yaitu Wrough- Bronzes dan Cast Bronzes.
Wrough-Bronzes
Wrough-Bronzes ; atau disebut Perunggu tempa atau Bronzes yakni Bronze yang
mengandung kadar Timah putih diatas 8 %, pembentukannya dapt dilakukan
dengan proses rolling secara dingin atau direntang. Bronzes ini dapat memegas
selama proses pengerjan dingin (cold working process), oleh karena itu sebelum
proses pembentukan harus dilakukan proses Annealing dengan temperature
annealing 700 C . Bronzes ini memiliki sifat ketahanan korosi yang baik.
Bronzes dengan kadar Phosphor hingga 0,3 % digunakan sebagai bahan pembuat
Wrought Phosphor Bronzes yakni sebagai bahan pagas, seperti pegas-pegas
pada electrical contact serta berbagai instrument pemegang pada coil.
Casting-Bronzes
Casting-Bronzes Mengandung kadar Timah putih antara 10 hingga 18 % dengan
penambahan berbagai unsur akan diperoleh struktur yang kompleks. Casting
Phosphorus Bronzes merupakan bahan paling penting sebagai bahan baku
pengecoran, dimana mengandung 10 % kadar Timah Putih (tin) serta unsur
phosphor sebesar 0,05 %. Bronze ini sangat baik digunakan sebagai bahan
bantalan dengan beban berat (heavy duty) dan kadar Phosphornya dapat
ditingkatkan hingga 0,5 % walauypun dengan kehilangan sedikit sifat
keuletannya. Bell-metals ; yakni bahan yang terbentuk dari hasil pengecoran pada
Bronzes dengan kandungan Timah putih hingga 20 % dengan demikian akan
menghasilakn efek suara jika dipukul. Speculum metal ; ialah Bronze yang
mengandung 30 % sampai 40 % Timah Putih, Bronze ini sangat rapuh namun
dapat dipoles sehingga sering digunakan sebagai bahan cermin, kisi pantul cahaya
serta berbagai kebutuhan peralatan optic juga sebagai bahan pelapis. Leaded
Bronzes ialah Tin-Bronze yang mengandung unsur timah hitam sebagai unsur
yang dapat mengakibatkan bahan memiliki sifat mampu mesin (machinability).
Kandungan lead pada Leaded Bronze hingga 5 % dan Leaded Bronze yang
memiliki kandungan timah hitam hingga 10 % dapat meningkatkan sifat luncur
sehingga banyak digunakan sebagai bantalan.
Gunmetal ialah Bronzes tuangan dengan komposisi unsur seng untuk memberikan
sifat mampu cor yang lebih baik. Admiralty Gunmetels Komposisinya terdiri atas
88 % Copper dan 10 % Timah putih (tin) dan 2 % Sengan digunakan dalam
pembuatan komponen kapal laut, seperti Valve-valve dan berbagai paralatan
Mesin uap. Leaded Gunmetels ialah Bronzes dengan kandungan unsur lead diatas
5 % untuk meningkatkan sifat mampu Cor (Castingability) dan mampu mesin
(Machinability). Nickel Bronzes ialah Bronze dengan penambahan sedikit unsur
Nickel kedalam Tin-Bronzes dengan tujuan untuk memperbaikai sifat mekanik
dari bronze tersebut, disamping itu juga dapat memperbaiki sifat mampu cor.
Unsur Nickel pada Bronze ini akan bersenyawa dengan seng sehingga akan
menghasilkan paduan yang keras yang disebut Nickel Gunmetals.
Paduan dengan kadar Nickel yang tinggi dapat akan tergambarkan pada diagram
keseimbangan karena, proses pelarutan akan terjadi jika dapat dilakukan pelarutan
melalui proses pengecoran.
Pemanasan dengan Temperatur 760 C yang diikuti dengan Quenching dan
dilanjutkan dengan pemanasan pada temperature 300 C setiap jam tegangan dan
kekerasannya akan meningkat.
Nickel Bronzes memiliki sifat ketahanan aus dan korosi serta dapat
mempertahankan kekerasannya pada berbagai perubahan Temperatur.
Nickel Bronzes digunakan sebagai bahan dalam pembuatan Valve serta berbagai
komponen boiler feef water. Aluminium Bronzes kadar Tembaga yang lebih besar
diberikan pada saat akhir pencampuran Copper-Aluminium. Dari diagram
keseimbangan dapat terindikasi bahwa kadar Aluminium yang lebih tinggi dari
9,4 % akan masuk kedalam larutan padat (Solid Solution) tidak akan meningkat
dengan penambahan derajat pemanasan akan tetapi malah akan turun jika
Temperatur melebihi 565 derajat C.
3) Paduan Tembaga-Nickel
Paduan Tembaga-Nickel ialah logam yang merupakan paduan dari dua unsur
yakni unsur Tembaga (copper) dengan Nickel. Logam paduan ini dibedakan
menjadi dua macam yaitu :
1. Cupro-Nickel Yaitu logam dengan unsur yang terdiri atas Copper dan Nickel
2. Nickel Silver yakni paduan antara Tembaga (Copper), Nickel dan Zinc (seng).
Cupro-Nickel :
Diagram keseimbangan dari paduan Cooper-Nickel (Gambar 1.12),
mengindikasikan bahwa paduan ini akan membentuk larutan padat (Solid
Solution) dalam semua perbandingan untuk semua paduan dan menghasilkan
bahan yang sesuai untuk pengerjaan panas maupun dingin. Unsur Nickel yang
terdapat pada paduan ini biasanya antara 15 sampai 680 , kekuatan tarik, keuletan
dan kekerasanya berkembang sesuai dengan kadar unsur dari Nickel tersebut.
Paduan dengan kadar Nickel sampai 20 % adalah yang paling baik dalam
kelompok ini untuk pengerjaan dingin keras, dan paduan dengan kadar Nickel
sampai 25 % biasanya digunakan dalam pembuatan Coin pada British Silver.
Sebagai logam penting dari jenis paduan ini ialah yang disebut Monel yakni
paduan dengan unsur Nickel hingga 68 % sebuah paduan yang sangat tahan
terhadap korosi dan dapat mempertahankan sifatnya pada temperature tinggi,
sehingga Monel banyak digunakan pada Turbin Uap.

Nickel Silver
Nickel Silver sebenarnya tidak mengandung unsur Silver, penamaan ini
dikarenakan penampilan dari paduan ini menyerupai silver. Komposisinya terdiri
atas Copper, Nickel dan Seng (Zinc). Semua paduan dari jenis ini dapat
dikerjakan atau dibentuk dengan pengejaan dingin (cold working), akan tetapi
dengan meminimalkan tingkat kemurniannya paduan ini juga memungkinkan
untuk pengerjaan panas (hot working). Nickel Silver mengandung kadar Tembaga
antara 55 % sampai 68 % dan paduan dengan kadar Nickel antara 10 % hingga 30
% banyak digunakan dalam pembuatan sendok dan garpu. Paduan yang dibuat
dalam bentuk plat dengan type EPNS sebagai derajat kesatu dengan kadar Nickel
18 % digunakan sebagai bahan pegas pada kontaktor peralatan listrik.
4). Copper Alloy Containing Silicon
Copper Alloy Containing Silicon paduan tembaga dengan penambahan sedikit
unsur Silicon untuk meningkatkan tegangan serta ketahanannya terhadap serangan
korosi, dan hal ini pula yang menjadikan Tembaga mudah untuk dilakukan
penyambungan melalui pengelasan, dimana dioxidasi dalam pengelasan dalam
proses pencairan logam ini akan tercapai dengan adanya unsur Silikon tersebut.
Paduan Tembaga dengan kadar Silicon sampai maximum 3 % masih dapat
ditempa (Forging), namun jika lebih besar dari 5 % merupakan Bronze tuangan
(Casting Bronzes).
Copper Alloy Containing Manganese
Copper Alloy Containing Manganese; unsur Manganese digunakan dalam paduan
dengan unsur Aluminium atau Nickel pada Tembaga, dimana akan memberikan
sifat listrik yang sangat spesifik. Bahan ini sangat mudah untuk dibentuk hingga
bentuk-bentuk yang sangat rumit dibanding dengan pemakaian baja. Paduan ini
juga memiliki ketahanan korosi yang sangat baik .

Anda mungkin juga menyukai