A. Peengertian
Yang dimaksud besi dalam bidang keteknisan adalah besi teknis, bukan besi
murni, karena besi murni (Fe) tidak memenuhi pernyataan teknik, persyaratan
teknik adalah kekuatan bahan, keuletan, dan ketertahanan terhadap pengaruh luar
(korosi, aus, bahan kimia, suhu tinggi dan sebagainya).
Besi teknis selalu tercampur dengan unsure-unsur lain misalnya karbon (C),
silicon (Si), mangan (Mn), Fosfor (P), dan belerang (S). Unsur-unsur tersebut
harus dalam kadar tertentu, sesuai dengan sifat-sifat yang dikehendaki, secara
garis besar besi teknik terbagi menjadi :
a. Besi kasar : kadar karbon lebih besar dari 3,5%, tidak dapat ditempa.
b. Besi : kadar karbon lebih besar dari 2,5%, tidak dapat ditempa.
c. Baja : kadar karbon kurang dari 1,7%, dapat ditempa.
A. Table jenis dan klasifikasi logam
Pemakaian
No Klarifiskasi Jenis Bentuk contoh dalam
bangunan
Varadium (V) Daya tahan lama, kekerasan dan Daya tahan suhu
keuletan tinggi
Molibdenium (Mo) Kekerasan daya tahan lama Regangan dan sifat
menempa
Pengertian dari bahan bukan logam atau non logam adalah unsure kimia yang
mempunyai sifat-sifat, yaitu :
Elastis (karet), cair (bahan pelumas, dan tidak dapat menghantarkan arus
listrik (bahan isolasi)).
Peka terhadap api (bahan baker, tidak dapat terbakar (Asbes) dan mudah
pecah (keramik)).
\
b. Macam-Macam Logam Ferro
Logam ferro adalah suatu bahan yang mengandung unsure kebesi-besian
seperti pada table dibawah ini :
Ikhtisar logam
Besi tuang Campuran besi dan Rapuh, tidak dapat Alas mesin, badan
karbon (4%) di tempa baik untuk ragum, bagian-
dituand sukar diles bagian mesin bubut,
blok silinder, cincin
perak, meja datar
Besi tempa Campuran besi Dapat ditempa, liat, Kait keran, landasan
murni (99%) sedikit tidak dapat diruang kerja plat, rantai
besi rongsokan jangkar
Baja lunak Campuran besi dan Dapat ditempa, liat Mur, baut, pipa,
karbon (0,1%-0,3%) sekrup
Baja karbon sedang Campuran besi dan Lebih kenyal Poros, rel baja,
karbon (0,4%-0,6%) paron
Baja karbon tinggi Campuran besi dan Dapat ditempa, Perlengkapan mesin
karbon (0,7%-1,5%) dapat disepuh, bubut, perlengkapan
mudah ditempa mesin frais, kikir,
gergaji, pahat, tap,
stempel
Baja cepat tinggi Baja karbon tinggi Rapuh, dapat Mesin bubut, mesin
(HSS-High speed di tambah nikel/ disepuh, keras, dapat frals, mesin bor, dll
steel) kobalt, khrom / dimudakan, tahan
tungken suhu tinggi
Pengaruh karbon terhadap sifat logam
Dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Zat asam
Terdapat pula dalam udara,yaitu campuran dari 21% zat asam dan 78% zat lemas,
selanjutnya 1% helium, argon dan beberapa unsur zat lain. Zat asam dalam udara
dapat menyebabkan logam besi rusak.
2. Oksid
Persenyawaan antara zat asam dengan unsur yang lain dinamakan oksid. Batu besi
magnet, magnesit(Fe2O3)kandungan Fe 60 % sampai dengan 70% (Rusia,
Swedia, Amerika). Batu besi merah, hemafite(Fe2O3), kandungan Fe 40% sampai
dengan 60 % (Kanada, Spanyol, Inggris, Rusia). Proses dapur tinggi adalah proses
reduksi, karena dalam dapur tinggi, zat asam dikeluarkan oksid besi dan tinggal
besinya.
3. Karbonat
Batu besi spoat (FeCo3)adalah karbonat besi, karena dalam persenyawaan ini
terdapat carbonium (zat orang). Batu besi spatik (Fe2(O3)), kandungan Fe 30 %
sampai 40% (jerman, Austria)
4. Zat arang
Unsur ini sangat penting untuk produksi baja. Zat arang murni terdapat dalam
intan yang grafit. Zat arang ini diperoleh dari arang tulang belulang, arang kulit,
arang kayu, arang batu (batu bara),dan lainnya. Dengan menambah zat arang
dalam besi, baik banyak atau sedikit. Maka akan terjadi persenyawaan-
persenyawaan besi zat arang yang mempunyai sifat-sifat keras. Unsur besi
terdapat di alam, bahan dalam bentuk logam murni, tetapi terdapat dalam bentuk
persenyawaan besi oksida, yang masih tercampur dengan unsur-unsur lain dan zat
pengotor.
Unsur logam yang paling penting dan paling banyak digunakan dalam
industry adalah besi karena hampir 90 % dari logam-logam yang digunakan dalam
industry adalah besi. Selain besi,logam yang penting anatara lain: alumunium
(Al), timbal (Pb), nikel (Ni), perak(Ag), seng(Zn), dan lain sebagainya. Yang
digunakan dalam keadaan murni ataupun dalam bentuk paduannya. Logam
logam tersebut harus mempunyai sifat-sifat fisika atau mekanik yang sesuai
dengan persyaratan-persyaratan yang dikehedaki.
Logam non ferro adalah suatu bahan yang tidak mengandung besi, yang
dapat digolongkan menjadi :
logam berat : nikel, seng, tembaga, timah putih dan timah hitam
logam mulia/murni : emas, perak, platina
logam ringan : alumunium, barium, kalsium
logam refraktori/tahan api : Molibdenum , titanium, wolfram, zirkonium
logam radio aktif : radium dan uranium.
A. Baja
paduan besi dengan karbon serta sejumlah kecil campuan bahan lainnya.
Kandungan karbon biasanya kurang dari 1,0 wt %. berdasarkan kandungan
karbon, baja dibagi atas :
Baja karbon rendah
- sifat : - lunak dan lemah tetapi keuletan dan tangguhan sangat tinggi
Contohnya :
mekanik.
-sering digunakan dalam bentuk struktur martensite.
-baja yang telah mengalami perlakuan panas lebih kuat dari pada baja karbon
rendah namun keuletan dan ketangguhannya menurun.
- aplikasi : roda kereta api, rel, roda gigi, crank shaft, dan komponen mesin yang
membutuh kan kekuatan tinggi.
- penguatan baja anti karat feritic dan austetic dilakukan dengan pengerjaan
dingin.
- martensitc dan feritic stailess bersifat magnet sedangkan baja anti karat
austenitic tidak.
Tujuannya :
3. Meningkatkan kemampumesinan.
1. Annealing proses
2. Annealing
3. Normalising
4. Spheroidising
- Meningkatkan Kemampumesinan.
Proses pembuatan baja dimulai dengan proses ekstraksi bijih besi. Proses
reduksi umumnya terjadi di dalam tanur tiup (blast furnace) di mana di dalamnya
bijih besi (iron ore) dan batu gamping (limestone) yang telah mengalami
pemanggangan (sintering) diproses bersama-sama dengan kokas (cokes) yang
berasal dari batubara. Serangkaian reaksi terjadi di dalam tanur pada waktu dan
lokasi yang berbeda-beda, tetapi reaksi penting yang mereduksi bijih besi menjadi
logam besi adalah sebagai berikut:
Oksida besi atau FeO selanjutnya akan bereaksi dengan karbon di dalam
besi mentah sehingga diperoleh Fe dengan kadar karbon lebih rendah dan gas
karbon monoksida. Reaksi penting yang terjadi di dalam tungku adalah sebagai
berikut:
FeO + C Fe + CO
Sifat fisika
Elektronegativitas: 1.9
Sifat kimia
2) Pada kondisi yang istimewa yakni pada suhu sekitar 300 C tembaga dapat
bereaksi dengan oksigen membentuk CuO yang berwarna hitam. Sedangkan
pada suhu yang lebih tinggi, sekitar 1000 C, akan terbentuk tembaga(I)
oksida (Cu2O) yang berwarna merah.
3) Tembaga tidak diserang oleh air atau uap air dan asam-asam nooksidator
encer seperti HCl encer dan H2SO4 encer. Tetapi asam klorida pekat dan
mendidih menyerang logam tembaga dan membebaskan gas hidrogen. Hal ini
disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks CuCl2(aq) yang mendorong
reaksi kesetimbangan bergeser ke arah produk.
2Cu (s) + 2H+ (aq) a Cu+ (aq) + H2
2Cu+ (aq) + 4Cl- (aq) 2 CuCl2- (aq)
6) Tembaga panas dapat bereaksi dengan uap belerang dan halogen. Bereaksi
dengan belerang membentuk tembaga(I) sulfida dan tembaga(II) sulfida dan
untuk reaksi dengan halogen membentuk tembaga(I) klorida, khusus klor yang
menghasilkan tembaga(II) klorida.
.
Sifat mekanik
PEMAKAIAN TEMBAGA
a) Sebagai bahan untuk kabel listrik dan kumparan dinamo.
b) Paduan logam. Paduan tembaga 70% dengan seng 30% disebut kuningan,
sedangkan paduan tembaga 80% dengan timah putih 20% disebut perunggu.
Perunggu yang mengandung sejumlah fosfor digunakan dalam industri arloji
dan galvanometer. Kuningan memiliki warna seperti emas sehingga banyak
digunakan sebagai perhiasan atau ornamen-ornamen. Sedangkan perunggu
banyak dijadikan sebagai perhiasan dan digunakan pula pada seni patung.
Kuningan dan perunggu berturut-turut seperti yang tertera pada gambar
c) Mata uang dan perkakas-perkakas yang terbuat dari emas dan perak selalu
mengndung tembaga untuk menambah kekuatan dan kekerasannya. Gambar
mata uang yang terbuat dari emas:
d) Sebagai bahan penahan untuk bangunan dan beberapa bagian dari kapal.
e) Serbuk tembaga digunakan sebagai katalisator untuk mengoksidasi metanol
menjadi metanal.
SUMBER TEMBAGA
Bijih tembaga dapat berupa karbonat, oksida dan sulfida. Untuk memperoleh
tembaga dari bijih yang berupa oksida dan karbonat lebih mudah dibanding bijih
yang berupa sulfida. Hal ini disebabkan tembaga terletak dibagian bawah deret
volta sehingga mudah diasingkan dari bijihnya.
Bijih berupa oksida dan karbonat direduksi menggunakan kokas untuk
memperoleh tembaga, sedangkan bijih tembaga sulfida, biasanya kalkopirit
(CuFeS2), terdiri dari beberapa tahap untuk memperoleh tembaga, yakni:
Pengapungan (flotasi)
Proses pengapungan atau flotasi di awali dengan pengecilan ukuran bijih
kemudian digiling sampai terbentuk butiran halus. Bijih yang telah dihaluskan
dimasukkan ke dalam campuran air dan suatu minyak tertentu. Kemudian udara
ditiupkan ke dalam campuran untuk menghasilkan gelembung-gelembung udara.
Bagian bijih yang mengandung logam yang tidak berikatan dengan air akan
berikatan dengan minyak dan menempel pada gelembung-gelembung udara yang
kemudian mengapung ke permukaan. Selanjutnya gelembung-gelembung udara
yang membawa partikel-partikel logam dan mengapung ini dipisahkan kemudian
dipekatkan.
Pemanggangan
Bijih pekat hasil pengapungan selanjutnya dipanggang dalam udara terbatas
pada suhu dibawah titik lelehnya guna menghilangkan air yang mungkin masih
ada pada saat pemekatan dan belerang yang hilang sebagai belerang dioksida.
2Cu2FeS(s) + 4O2 2Cu2S(s) + 2FeO(s) + 3SO2(s)
Campuran yang diperoleh dari proses pemanggangan ini disebut calcine,
yang mengandung Cu2S, FeO dan mungkin masih mengandung sedikit FeS.
Setelah itu calcine disilika guna mengubah besi(II) oksida menjadi suatu sanga
atau slag besi(II) silikat yang kemudian dapat dipisahkan. Reaksinya sebagai
berikut
FeO(s) + SiO2 FeSiO3
Tembaga(I) sulfida yang diperoleh pada tahap ini disebut matte dan
kemungkinan masih mengandung sedikit besi(II) sulfida
Reduksi
Cu2S atau matte yang yang diperoleh kemudian direduksi dengan cara
dipanaskan dengan udara terkontrol, sesuai reaksi
2Cu2S(s) + 3O2(g) 2Cu2O(s) + 2SO2(g)
Cu2S(s) + 2Cu2O(s) 6Cu(s) + SO2(g)
Tembaga yang diperoleh pada tahap ini disebut blister atau tembaga lepuhan
sebab mengandung rongga-rongga yang berisi udara.
Elektrolisis
Blister atau tembaga lepuhan masih mengandung misalnya Ag, Au, dan Pt
kemudian dimurnikan dengan cara elektrolisis. Pada elektrolisis tembaga kotor
(tidak murni) dipasang sebagai anoda dan katoda digunakan tembaga murni,
dengan elektrolit larutan tembaga(II) sulfat (CuSO4). Selama proses elektrolisis
berlangsung tembaga di anoda teroksidasi menjadi Cu2+ kemudian direduksi di
katoda menjadi logam Cu.
Katoda : Cu2+(aq) + 2e Cu(s)
Anoda : Cu(s) Cu2+(aq) + 2e
Pada proses ini anoda semakin berkurang dan katoda (tembaga murni)
makin bertambah banyak, sedangkan pengotor-pengotor yang berupa Ag, Au, dan
Pt mengendap sebagai lumpur.
Tembaga Paduan (Copper Alloy) dapat dikelompokan menjadi :
1) Tembaga paduan rendah yang termasuk dalam kelompok ini ialah Silver-
Copper, Cadmium-Copper, Tellurium-Copper, Berylium- Copper dan Paduan
Copper-Nickel-Silicon.
2) Tembaga Paduan dengan kadar tinggi, yaitu Brass dan Bronze.
1) Silver-Copper
Temperatur pelunakan dari tembaga jenis ini dapat ditingkatkan dari 2000
hingga 3500 melalui penambahan unsur Nickel hingga 0,08 %. Tembaga ini akan
menjadi lebih keras dengan tegangan yang tidak dapat direduksi oleh temperature
penyolderan, penimahan (Tining) atau proses lain yang menggunakan temperature
rendah. Unsur Silver dengan kadar rendah ini hanya sedikit sekali terjadi efek
penyimpangan dan tergantung pada nilai konduktifitas dari tembaga itu sendiri,.
Silver-Copper digunakan sebagai bagian dari Comutatorkomponen Radiator serta
berbagai penerapan yang memerlukan kekerasan dan tegangan stabil tanpa
dipengaruhi oleh panas akibat pemanasan selama proses pnyambungan. Silver
juga memiliki sifat creep resistance pada tembaga karena softening Temperatur.
2) Cadmium-Copper
kadar Cadmium sebesar 1 % pada Tembaga akan meningkatkan softening
Temperatur, demikian pula ketahanan, tegangan dan keuletan serta kelelahannya
akan meningkat. Cadmium-Copper digunakan dalam konduktor untuk
memperpanjang garis rentang overhead kabel hantaran arus listrik serta untuk
ketahanan pada elektroda las (welding electrodes) Sifat lembut dari kabel yang
terbuat dari Cadmium-Copper banyak digunakan dalam electrical wiring dari
pesawat terbang karena sifatnya yang flexible serta tahan terhadap getaran. Kadar
Cadmium yang rendah hanya akan terjadi kerusakan memanajang namun
tergantung pada konduktifitas tembaga itu sendiri.
3) Chromium-Copper
unsur Chromium hingga 0,5 % pada Tembaga akan memperkecil pengaruh
konduktifitasnya, namun kekerasan serta tegangannya akan meningkat serta akan
menerima reaksi perlakuan panas.Analisis terhadap diagram keseimbangan
paduan antara Chromium dengan-Tembaga memberikan indikasi bahwa hanya
sedikit saja kuantitas chromium yang dapt bercampur dalam larutan pada (Solid
solution). Larutan padat dari Chroimum akan meningkat sesuai dengan
peningkatan temperaturnya dan semua unsur Chromium akan masuk didalam
larutan padat pada Temperatur 10000C. Jika paduan ini di-Quenching dari
temperatur ini maka akan terjadi Solution treated sehingga semua sisa
chromium akan tetap berada didalam larutan padat dan menghasilkan paduan
yang ulet dan liat. Proses pengendapan (precipitation treatment) dilakukan untuk
memperbaiki keseimbangan serta perbaikan sifat mekaniknya, yaitu dengan
memberikan pemanasan ulang dengan temperature hingga 5000C dengan waktu
(Holding time) selama 2 jam dan kemudian didinginkan.
4) Tellurium-Copper,
unsur Tellurium pada Tembaga hingga sebesar 0,5 % akan menghasilkan
paduan tembaga yang dapat dibentuk dengan baik melalui proses pemesinan.
Tellurium tidak dapat larut didalam Tembaga namunakan menyebar seluruhnya
ketika paduan itu dilebur dan tersisa didalam bentuk partikel-partikel halus
dimana paduan dalam keadaan padat, dengan demikian maka akan diperoleh
Paduan tembaga yang dapat dengan mudah dibentuk melalui pemesinan dan
menghasilkan chip yang mudah terlepas.
5) Copper-Nickel-Silicon Alloys,
Jika Nickel dan Silocon dalam perbandingan 4 : 1, yaitu 4 bagian Nickel
dan 1 bagian Silicon dipadukan di dalam Copper (Tembaga) pada Temperatur
tinggi maka akan terbentuk sebuah unsur yang disebut Nickel Silicide (Ni2Si) dan
pada Temperatur rendah paduan ini akan sesuai unutk pengendapan dalam
perlakuan panas, dimana proses pelarutan akan diperoleh dalam proses Quenching
dari Temperatur 7000C dan akan diperoleh sifat paduan Tembaga yang lunak dan
ulet, kemudian dilanjutkan dengan memberikan pemanasan maka akan
meningkatkan kekerasan serta tegangan dari paduan Tembaga tersebut.
Prosentase kadar Nickel dan Silicon ini disesuaikan dengan kebutuhan dari sifat
yang dihasilkannya, biasanya diberikan antara 1 % hingga 3 % . Paduan Tembaga
ini akan memiliki sifat Thermal dan electrical Conductivity yang baik dan tahan
terhadap pembentukan kulit dan oxidasi serta dapat mempertahankan sifat
mekaniknya pada Temperatur tinggi dalam jangka waktu yang lama.
1) Kuningan (Brasses)
Kuningan adalah paduan Tembaga dengan lebih dari 50 % Zincum (seng)
kadang-kadang ditambah dengan Timah putih (Tin) dan Timah Hitam (Lead) serta
Alumunium dan Silicon. Analisis terhadap diagram keseimbangan dari
paduan Copper-Zinc (Tembaga-Seng) memperlihatkan bahwa paduan Tembaga
Proses larutan Seng didalam Tembaga tidak berkembang oleh perubahan
Temperatur, dengan demikian Kuningan bukan paduan yang terbentuk oleh
pengendapan. Kuningan dengan kandungan seng diatas 37 % disebut Brasses
yang merupakan paduan mampu pengerjaan dingin karena terbentuk dari struktur
larutan padat. Paduan Tembaga Kuningan yang disebut Brasses ini berkembang
oleh pengembangan dalam dari unsur yang pada kahirnya akan menyebabkan
distorsi dari kisi tembaga (Tembaga lattice). Phase dimana terbentuknya
pecahan merah (hot short) oleh karena itu kuningan ini tidak cocok untuk
pengerjaan panas.
Kuningan dari jenis ini memiliki sifat mampu pengerjaan panas (Hot working
Brasses), hal ini disebabkan karena atom berserakan pada temperature tinggi dan
akan membentuk keuletan pada phase dan pada saat yang bersamaan kristal akan
menjadi rapuh pada Temperatur tinggi dan larut kedalam phase sehingga paduan
akan bersifat ulet pada Temperaatur yang lebih tinggi. Kuningan dengan kadar
Seng 45 % komposisinya terdiri atas kristal secara menyeluruh dengan sifat yang
sangat rapuh pada temperature ruangan (room temperature), hal ini terlihat pada
diagram keseimbangan Tembaga-Seng dimana titik cair dari dari Seng paduan
tinggi lebih rendah dari pada Kuningan dengan kadar Seng rendah, oleh karena itu
Seng dengan paduan tinggi ini digunakan sebagai Brazing spelter karena titik
cairnya yang rendah tersebut namun sambungan tidak menjadi rapuh karena
selama operasi penyambungan kadar Senga akan turun melalui proses penguapan
dan sebagian akan menyebar kedalam Kuningan pada sambungan tersebut.
Nickel Silver
Nickel Silver sebenarnya tidak mengandung unsur Silver, penamaan ini
dikarenakan penampilan dari paduan ini menyerupai silver. Komposisinya terdiri
atas Copper, Nickel dan Seng (Zinc). Semua paduan dari jenis ini dapat
dikerjakan atau dibentuk dengan pengejaan dingin (cold working), akan tetapi
dengan meminimalkan tingkat kemurniannya paduan ini juga memungkinkan
untuk pengerjaan panas (hot working). Nickel Silver mengandung kadar Tembaga
antara 55 % sampai 68 % dan paduan dengan kadar Nickel antara 10 % hingga 30
% banyak digunakan dalam pembuatan sendok dan garpu. Paduan yang dibuat
dalam bentuk plat dengan type EPNS sebagai derajat kesatu dengan kadar Nickel
18 % digunakan sebagai bahan pegas pada kontaktor peralatan listrik.
4). Copper Alloy Containing Silicon
Copper Alloy Containing Silicon paduan tembaga dengan penambahan sedikit
unsur Silicon untuk meningkatkan tegangan serta ketahanannya terhadap serangan
korosi, dan hal ini pula yang menjadikan Tembaga mudah untuk dilakukan
penyambungan melalui pengelasan, dimana dioxidasi dalam pengelasan dalam
proses pencairan logam ini akan tercapai dengan adanya unsur Silikon tersebut.
Paduan Tembaga dengan kadar Silicon sampai maximum 3 % masih dapat
ditempa (Forging), namun jika lebih besar dari 5 % merupakan Bronze tuangan
(Casting Bronzes).
Copper Alloy Containing Manganese
Copper Alloy Containing Manganese; unsur Manganese digunakan dalam paduan
dengan unsur Aluminium atau Nickel pada Tembaga, dimana akan memberikan
sifat listrik yang sangat spesifik. Bahan ini sangat mudah untuk dibentuk hingga
bentuk-bentuk yang sangat rumit dibanding dengan pemakaian baja. Paduan ini
juga memiliki ketahanan korosi yang sangat baik .