Anda di halaman 1dari 27

EE-462 Mesin-Mesin Elektrik II

Semester Genap 2012/2013

Dosen:
Wasimudin Surya S, ST, MT
Prof. Dr. H. Soemarto, MSIE
LOGO
EE-462 Mesin-Mesin Elektrik II

Deskripsi Mata Kuliah


Mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib pada perkuliahan Program S-1 Program
Studi Teknik Elektro. Mata kuliah ini memberikan pengetahuan dasar mengenai mesin
listrik arus bolak-balik (ac) yang biasa digunakan di industri. Pembahasan pada mata
kuliah ini meliputi jenis mesin listrik ac, prinsip kerja mesin listrik ac pada saat
berfungsi sebagai generator dan motor, operasi mesin listrik ac, analisis rangkaian
ekivalen, analisis aliran daya, dan pengujian untuk menentukan parameter model
rangkaian. Untuk jenis mesin listrik ac tertentu, dibahas juga mengenai pengasutan
(starting), pengaturan kelajuan dan kondisi peralihan (transient). Metode yang
digunakan pada mata kuliah ini meliputi ceramah, tanya-jawab, diskusi dan problem
solving. Evaluasi dilakukan dengan memberikan kuis, tugas rumah, Ujian Tengah
Semester dan Ujian Akhir Semester. Buku sumber utama: Stephen J. Chapman,
Electric Machinery Fundamentals, Second Edition, McGraw-Hill International
Edition, 1991; I J Nagrath, D P Kothari, Electric Machines, Tata McGraw-Hill
Publishing Company Limited, New Delhi, 1989; George McPherson, Robert D.
Laramore, An Introduction to Electrical Machines and Transformers, Second Edition,
John Wiley & Sons, 1990.
LOGO
EE-462 Mesin-Mesin Elektrik II

Identitas Mata Kuliah


Nama Mata Kuliah : Mesin-Mesin Elektrik II
Kode Mata Kuliah / SKS : EE 462 / 3
Semester : 6 (Enam)
Kelompok Mata Kuliah : MKKA
Program Studi/Program : Teknik Elektro/ S-1
Status Mata Kuliah : Wajib
Mata Kuliah Prasyarat : Mesin-Mesin Elektrik I
Dosen / Asisten : Wasimudin Surya S, S.T., M.T.
Prof. Dr. H. Soemarto, MSIE

Tujuan
Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan mampu
memahami prinsip dasar mesin listrik arus bolak-balik dan menganalisis
perencanaan mesin listrik arus bolak-balik di industri dan laboratorium.
LOGO
EE-462 Mesin-Mesin Elektrik II

Pendekatan Pembelajaran
- Metode : ceramah, tanya-jawab, diskusi, problem solving
- Tugas : pekerjaan rumah
- Media : white board, LCD Projector

Evaluasi
- Kehadiran
- Kuis
- Tugas Rumah
- UTS
- UAS
LOGO
EE-462 Mesin-Mesin Elektrik II

Rincian Materi Perkuliahan


Pertemuan 1: Gerak rotasi, Hukum Newton, hubungan daya, medan
magnetik, Hukum Faraday, gaya magnetik pada kawat,
tegangan induksi pada konduktor yang bergerak dalam
medan magnetik.
Pertemuan 2: Medan magnetik berputar, GGM dan distribusi fluksi pada
mesin AC, tegangan induksi pada mesin AC.
Pertemuan 3: Kisar kumparan dan belitan terdistribusi pada stator mesin
AC.
Pertemuan 4: Torsi induksi, isolasi belitan, dan aliran daya serta rugi-
rugi pada mesin AC.
Pertemuan 5: Konstruksi, laju perputaran dan tegangan internal yang
dibangkitkan pada generator sinkron.
LOGO
EE-462 Mesin-Mesin Elektrik II

Pertemuan 6: Rangkaian ekivalen, diagram fasor, daya dan torsi, dan


pengukuran parameter model generator sinkron.
Pertemuan 7: Operasi sendiri dan operasi parallel, kondisi peralihan,
dan nilai pengenal generator sinkron.
Pertemuan 8: Ujian Tengah Semester
Pertemuan 9: Prinsip dasar operasi motor sinkron, operasi motor
sinkron pada keadaan tunak.
Pertemuan 10: Starting motor sinkron, perbandingan generator sinkron
dan motor sinkron, dan nilai pengenal motor sinkron.
Pertemuan 11: Konstruksi, konsep dasar dan rangkaian ekivalen motor
induksi.
Pertemuan 12: Daya dan torsi, karakteristik torsi-kelajuan pada motor
induksi.
Pertemuan 13: Penentuan parameter model rangkaian, diagram
lingkaran.
LOGO
EE-462 Mesin-Mesin Elektrik II

Pertemuan 14: Starting dan pengaturan kelajuan motor induksi.


Pertemuan 15: Generator induksi, pengubah frekuensi induksi dan nilai
pengenal motor induksi.
Pertemuan 16: Ujian Akhir Semester
LOGO
EE-462 Mesin-Mesin Elektrik II

Daftar Buku
1. Stephen J. Chapman, Electric Machinery Fundamentals, Second
Edition, McGraw-Hill International Edition, 1991.
2. I J Nagrath, D P Kothari, Electric Machines, Tata McGraw-Hill
Publishing Company Limited, New Delhi, 1989.
3. George McPherson, Robert D. Laramore, An Introduction to Electrical
Machines and Transformers, Second Edition, John Wiley & Sons,
1990.
4. Syed A Nasar, Electric Machines and Electro-mechanics, Schaums
Outline Series, McGraw -Hill Book Company, 1981.
5. Zuhal, Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya, PT
Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 1992.
LOGO
EE-462 Mesin-Mesin Elektrik II

1. GERAK ROTASI, HK. NEWTON DAN HUBUNGAN DAYA


Posisi Anguler
Posisi anguler dari suatu objek adalah sudut yang terorientasi dan diukur dari
titik referensi tertentu. Posisi anguler biasanya diukur dalam radian atau derajat.
LOGO
EE-462 Mesin-Mesin Elektrik II
LOGO
EE-462 Mesin-Mesin Elektrik II

Hukum Newton untuk Gerak Rotasi


Untuk gerak lurus, berlaku Hk. Newton : F = ma
dimana F = resultan gaya yang diterapkan pada objek
m = massa objek
a = percepatan yang ditimbulkan
LOGO
EE-462 Mesin-Mesin Elektrik II

Dengan menggunakan prinsip analogi, maka untuk gerak rotasi berlaku


Hk. Newton : = J
dimana = resultan torsi yang diterapkan pada objek
J = momen inersia objek
= percepatan anguler yang ditimbulkan
LOGO
EE-462 Mesin-Mesin Elektrik II

2. MEDAN MAGNETIK
Empat prinsip dasar yang menggambarkan bagaimana medan
magnetik digunakan dalam transformator, motor dan generator listrik:
1. Kawat yang membawa arus listrik akan menimbulkan medan
magnetik di sekitarnya.
2. Medan magnetik yang berubah terhadap waktu akan
menginduksikan tegangan pada kumparan apabila medan magnetik
tersebut melalui kumparan. (Ini adalah dasar dari aksi
transformator.)
3. Dengan kehadiran medan magnetik, kawat berarus listrik akan
mengalami suatu gaya magnetik. (Ini adalah dasar dari aksi motor.)
4. Tegangan induksi dapat timbul pada suatu kawat bila kawat
tersebut bergerak relatif terhadap medan magnetik. (Ini adalah
dasar dari aksi generator.)
LOGO
EE-462 Mesin-Mesin Elektrik II

Gambar 1.1. Inti magnetik sederhana


LOGO
EE-462 Mesin-Mesin Elektrik II

Hubungan antara intensitas medan magnetik H dan kerapatan


fluks magnetik yang dihasilkan dalam material diberikan oleh
B=H
dimana H = intensitas medan magnetik (At/m)
= permeabilitas magnetik material (H/m)
B = kerapatan fluks magnetik yang dihasilkan (Tesla)
LOGO
EE-462 Mesin-Mesin Elektrik II

Kerapatan fluks magnetik aktual yang dihasilkan dalam


material diberikan oleh perkalian dua besaran :
H merepresentasikan segala upaya yang dilakukan arus untuk
mempertahankan medan magnetik.
merepresentasikan tingkat kemudahan relatif untuk
mempertahankan medan magnetik dalam material yang
diberikan.

Permeabilitas ruang hampa diberi lambang o dan besarnya


adalah 4 x 107 H/m. Permeabilitas material lain dibandingkan
dengan permeabilitas ruang hampa disebut permeabilitas relatif.
r = / o
Permeabilitas relatif merupakan cara yang tepat untuk
membandingkan kemampuan magnetisasi dari material.
LOGO
EE-462 Mesin-Mesin Elektrik II
LOGO
EE-462 Mesin-Mesin Elektrik II

Rangkaian Magnetik

Gambar 1.6. Analogi rangkaian listrik (a) dan rangkaian magnetik (b)
LOGO
EE-462 Mesin-Mesin Elektrik II

Reluktansi pada rangkaian magnetik memiliki sifat yang sama dengan


resistansi pada rangkaian listrik. Reluktansi ekivalen untuk sejumlah
reluk-tansi yang tersusun seri adalah penjumlahan masing-masing
reluktansi : Rek = R1 + R2 + R3 + ...
Untuk reluktansi tersusun paralel : 1/Rek = 1/R1 +1/R2 +1/R3 + ...
Perhitungan fluksi dalam inti dengan menggunakan konsep rangkaian
magnetik selalu merupakan pendekatanhasil paling baik yang bisa
diperoleh adalah dengan akurasi 5% terhadap nilai sebenarnya. Ada
sejumlah alasan untuk ketidakakuratan ini :
LOGO
EE-462 Mesin-Mesin Elektrik II

1. Konsep rangkaian magnetik mengasumsikan bahwa seluruh fluksi


berada dalam inti magnetik. Hal ini tidaklah benar. Selalu ada sebagian
kecil fluksi yang keluar dari inti dan melingkupi udara luar di sekitarnya.
Fluksi yang keluar dari inti ini disebut fluksi bocor (leakage flux), dan
memainkan peranan yang sangat penting dalam desain mesin listrik.
2. Perhitungan reluktansi mengasumsikan panjang lintasan rata-rata dan
luas penampang tertentu untuk inti. Asumsi ini tidak begitu baik,
terutama pada sudut.
3. Dalam material ferromagnetik, permeabilitas bergantung pada jumlah
fluks yang berada dalam material. Hal ini akan menambah galat (error)
dalam analisis rangkaian magnetik, karena reluktansi rangkaian
tergantung pada permeabilitas material.
4. Jika ada celah udara pada lintasan fluksi dalam inti, luas penam-pang
efektif celah udara akan lebih besar daripada luas penam-pang inti besi
pada sisi lainnya. Luas penampang efektif tamba-han ini disebabkan
oleh fringing effect dari medan magnetik pada celah udara.
LOGO
EE-462 Mesin-Mesin Elektrik II

Sifat Magnetik Bahan Ferromagnetik


Untuk mengilustrasikan sifat permeabilitas magnetik dalam bahan
ferromagnetik, terapkan sumber arus searah pada rangkaian gambar 1.5,
dimulai dari 0 A dan nilainya dinaikkan sedikit demi sedikit. Hasilnya
adalah kurva saturasi atau kurva magnetisasi seperti pada gambar 1.7(a)
berikut.

Gambar 1.7.
LOGO
EE-462 Mesin-Mesin Elektrik II

Pertama-tama, kenaikan yang kecil dari ggm menghasilkan kenaikan yang


besar dalam fluksi resultan. Setelah titik tertentu, kenaikan yang lebih
lanjut dari ggm menghasilkan kenaikan fluksi yang relatif kecil. Akhirnya,
kenaikan ggm tidak lagi menghasilkan perubahan apa-apa pada fluksi.
Daerah pada gambar di atas, dimana kurva hampir mendatar disebut
daerah saturasi dan inti besi dikatakan mengalami saturasi (kejenuhan).
Sebaliknya, daerah dimana terjadi perubahan fluksi sangat cepat disebut
daerah tak-jenuh dan inti dikatakan belum jenuh. Transisi antara daerah
jenuh dan tak-jenuh disebut lutut dari kurva tersebut.
Kurva pada gambar 1.7(b) menunjukkan hubungan kerapatan fluksi
magnetik B dengan intensitas megnetik H. Dari persamaan H = Ni/lc dan B
= /A dapat dilihat dengan mudah bahwa intensitas magnetisasi
berbanding lurus dengan ggm dan kerapatan fluksi magnetik berbanding
lurus dengan fluksi untuk sembarang inti yang diberikan. Jadi, hubungan
antara B dan H sama dengan hubungan antara fluksi dan ggm.
LOGO
EE-462 Mesin-Mesin Elektrik II

Rugi energi dalam Inti Ferromagnetik


Rugi inti dalam bahan ferromagnetik terdiri dari rugi histeresis & rugi arus
Eddy.

Luas loop hysteresis = rugi hysteresis


Gambar 1.8 Loop hysteresis yang dilalui fluksi inti ketika arus i(t)
diterapkan pada inti tersebut
LOGO
EE-462 Mesin-Mesin Elektrik II

4. HUKUM FARADAYTEGANGAN INDUKSI


OLEH MEDAN MAGNETIK BERUBAH WAKTU
LOGO
EE-462 Mesin-Mesin Elektrik II

5. PRODUKSI GAYA INDUKSI PADA KAWAT


Konduktor dengan panjang l meter dan mengalirkan aris i Ampere serta
berada dalam medan magnetik dengan kerapatan fluks magnetik B, akan
mendapat gaya : F = i (l x B). Magnitude gaya tersebut diberikan oleh:
F = ilB sin , dengan sudut antara kawat dengan vektor kerapatan fluks
magnetik.
LOGO
EE-462 Mesin-Mesin Elektrik II

6. TEGANGAN INDUKSI PADA KONDUKTOR YANG


BERGERAK DALAM MEDAN MAGNETIK

Tegangan induksi pada konduktor :


eind = (v x B).l
v = kecepatan kawat konduktor
B = kerapatan fluksi magnetik
l = panjang konduktor dalam medan
magnetik

Gambar 1.9 Konduktor


bergerak dalam daerah
bermedan magnetik
www.themegallery.com

www.themegallery.com

Anda mungkin juga menyukai