Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis
(Richo,2009). Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sehat adalah suatu
keadaan kondsi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang meruapakan satu
kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan (Gobel,2009).
Perilaku kesehatan merupakan suatu respon seseorang terhadap objek
yang berhubungan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan, minuman, serta lingkungan. Perilaku seseorang dapat dipengaruhi
oleh faktor-faktor seperti pengetahuan, sikap, motivasi, dan lingkungan
(Notoatmodjo,2010).
Perilaku diawali dengan adanya pengalaman-pengalaman serta faktor-
faktor diluar orang tersebut (lingkungan) baik fisik maupun nonfisik, kemudian
pengalaman dan lingkungan tersebut diketahui, dipersepsikan, diyakini dan
sebagainya sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak, dan akhirnya
terjadilah perwujudan niat berupa perilaku (Notoatmodjo,2010). Salah satu
bentuk perilaku hidup sehat adalah dengan menjaga kebersihan diri yakni degan
mencuci tangan menggunakan sabun.
Menjaga kebersihan tangan merupakan pertahanan awal menjaga
kebersihan diri. Data WHO menunjukkan, tangan mengandung bakteri
sebanyak 39.000-460.000 CFU per sentimeter kubik, yang berpotensi tinggi
menyebabkan penyakit infeksi menular. Tangan ternyata menajdi rumah bagi
sekitar 39.000 bakteri. Tangan juga menjadi salah satu pintu masuk segala
penyakit (Robert,2013).

1
Menjaga kebersihan tangan bertujuan untuk menghilangkan semua
debris serta menghambat atau membunuh mikroorganisme pada kulit. Upaya
untuk menjaga kebersihan tangan salah satunya yaitu dengan mencuci tangan
(Kementrian Kesehatan RI,2011). Mencuci tangan dengan sabun telah terbukti
secara ilmiah untuk mencegah penyebaran penyakit-penyakit seperti diare dan
infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) yang dapat menyebabkan kematian
jutaan anak setiap tahunnya khususnya di negara-negara berkembang
(Depkes,2010 dalam Zulaicha,2013).
Organisasi PBB, United Nations Childrens Fund (UNICEF)
menemukan cuci tangan pakai sabun (CPTS) juga dapat menurunkan 50%
insiden avian influenza (Depkes RI,2010 dalam Putri Intan 2012). Departemen
infeksi dan penyakit tropis di London, Inggris, menyatakan mencuci tangan
dengan sabun dapat menekan angka kematian akibat penyakit diare dan infeksi
saluran pernapasan akut hingga 42-47%. Studi tersebut juga memperkirakan
bahwa dengan mencuci tangan dapat mencegah 1 juta kematian anak di seluruh
dunia (BIMKES,2013).
Cuci tangan pakai sabun lebih efektif menghilangkan kotoran dan debu
secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme
penyebab penyakit seperti bakteri, virus, dan lainnya (Maryunani,2013).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di latar belakang maka
rumusan masalah adalah : gambaran perilaku mencuci tangan 7 langkah
dengan menggunakan sabun pada mahasiswa di Asrma Putri STIKes Santo
Borromeus.

2
C. Tujuan Umum
Tujuan umum dari proposal ini adalah untuk mengetahui perilaku
mencuci tangan 7 langkah dengan menggunakan sabun pada mahasiswa di
Asrama Putri STIKes Santo Borromeus.

D. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari proposal ini adalah
1. Teridentifikasinya perilaku mencuci tangan langkah pertama dengan
menggunakan sabun pada mahasiswa di Asrama Putri STIKes Santo
Borromeus.
2. Teridentifikasinya perilaku mencuci tangan langkah kedua dengan
menggunakan sabun pada mahasiswa di Asrama Putri STIKes Santo
Borromeus.
3. Teridentifikasinya perilaku mencuci tangan langkah ketiga dengan
menggunakan sabun pada mahasiswa di Asrama Putri STIKes Santo
Borromeus.
4. Teridentifikasinya perilaku mencuci tangan langkah keempat dengan
menggunakan sabun pada mahasiswa di Asrama Putri STIKes Santo
Borromeus.
5. Teridentifikasinya perilaku mencuci tangan langkah kelima dengan
menggunakan sabun pada mahasiswa di Asrama Putri STIKes Santo
Borromeus.
6. Teridentifikasinya perilaku mencuci tangan langkah keenam dengan
menggunakan sabun pada mahasiswa di Asrama Putri STIKes Santo
Borromeus.
7. Teridentifikasinya perilaku mencuci tangan langkah ketujuh dengan
menggunakan sabun pada mahasiswa di Asrama Putri STIKes Santo
Borromeus.

3
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang akan diperoleh dari proposal ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Proposal ini dapat memperkuat teori yang sudah ada mengenai perilaku
mencuci tangan dengan menggunakan sabun.
b. Proposal ini dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa yang
tinggal di Asrama Putri STIKes Santo Borromeus dan dapat
meningkatkan kebiasaan mereka untuk mencuci tangan menggunkan
sabun.
2. Manfaat Praktis
a. Penulis
Penulis mendapatkan pengalaman dari pembuatan proposal ini. Penulis
dapat lebih memahami cara mencuci tangan yang benar dengan
menggunakan tehnik 7 langkah dan dengan menggunakan sabun serta
dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Institusi STIKes Santo Borromeus
Proposal ini diharapkan dapat memberikan wawasan, dan menambah
bacaan mengenai perilaku cuci tangan 7 langkah menggunakan sabun.
c. Mahasiswa di Asrama Putri STIKes Santo Borromeus
Proposal ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai perilaku
cuci tangan 7 langkah dengan menggunakan sabun dan dapat
diaplikasikan di kehidupan sehari-hari.

4
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengenai : gambaran perilaku mencuci tangan 7 langkah
dengan meggunakan sabun pada mahasiswa di Asrama Putri STIKes Santo
Borromeus. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober-November 2016 di
Asrama STIKes Santo Borromeus. Berdasarkan hasil wawancara pada 10 orang
mahasiswi, didapatkan 8 orang dari mereka mengungkapkan tidak mencuci
tangan dengan sabun, mereka hanya mencuci tangan dengan air biasa saja.
Populasi yang diambil dalam penelitian ini yaitu mahasiswi yang berada di
Asrma STIKes Santo Borromeus. Penelitian ini menggunakan tehnik simple
random sampling, peneliti melakukan wawancara langsung lalu membagikan
angket kepada sampel tersebut.

5
BAB II
TINJAUAN TEORETIS

A. Teori Mengenai Perilaku

1. Pengertian Perilaku
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2007) perilaku adalah tanggapan
atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Secara biologis,
perilaku adalah sesuatu kegiatan/aktivitas organisme yang bersangkutan,
aktivitas manusia tesebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain, seperti tertawa, berjalan.
Dan sebagainya.
b. Aktivitas yang tidak dapat diamati oleh orang lain (dari luar), misalnya
berfikir, berfantasi, bersikap, dll.
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya
(Purwoastuti,Endang;2015).
Perilaku merupakan suatu tindakan dan dapat diamati dan mempunyai
frekuensi, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku adalah
kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi (Wawan,2011).
Dapat disimpulkan bahwa perilaku merupakan semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati
oleh pihak luar sebagai reaksi terhadap rangsangan atau lingkungan.

6
2. Jenis Perilaku
Menurut Notoatmodjo, jika dilihat dari bentuk respon terhadap
stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respons seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi
terhadap stimulasi ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh
orang lain.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respons seseorang terhadap stimulis dalam bentuk tindakan nyata
atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam
bentuk tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau
dilihat oleh orang lain.

3. Respon Perilaku
Skinner seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku
merupakan hasil hubungan antara perangsang dan tanggapan dan respon. Ia
membedakan adanya dua respon (Wawan,2011), yaitu :
a. Respondent Respons
Adalah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu.
Perangsang-perangsang semacam ini disebut eliciting stimuli karena
menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.

b. Operant Respons
Adalah respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang
tertentu. Perangsang semacam ini disebut reinforcing stimuli dan

7
reinforce karena perangsang tersebut memperkuat respon yang telah
dilakukan oleh organisme.

4. Domain Perilaku
Menurut Bloom, dalam Notoatmodjo (2010), membagi perilaku itu
didalam 3 domain, meskipun domain-domain tersebut tidak memiliki
batasan yang jelas dan tegas. Pembagian domain ini dilakukan untuk
kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan
ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif (kognitif
domain), ranah afektif (affectife domain), dan ranah psikomotor (psicomotor
domain).
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan
untuk kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1) Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
nelakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa
pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil
keputusan dan menuntukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :
a. Faktor internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia,
minat, dan kondisi fisik.
b. Faktor eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga,
masyarakat, dan sarana.
c. Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi
dalam metode dalam pembelajaran.
Ada enam tingkatan domain pengetahuan yatu :
a) Tahu (Know)

8
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali terhadap suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya.
b) Memahami (Comprehension)
Suatu kemapuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.
c) Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
d) Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam satu
struktur organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain.
e) Sintesa
Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan
baru.
f) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemapuan untuk melaksanakan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi/objek.

2) Sikap (Attitude)
Sikap merupakan suatu reaksi atau respons yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Beberapa tingkatan dari
sikap yaitu :

9
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespons (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, megerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawaba atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

3) Praktik atau tindakan (practice)


Suatu sikap belum terwujud otomatis dalam suatu tindakan (overt
behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang
nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan
(support). Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan
yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
b. Respon terpimpin (guide respons)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan
sesuai dengan contoh merupakan indikator praktik tingkat kedua.

10
c. Mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia
sudah mencapai praktik tingkat tiga.
d. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
Menurut penelitian Rogers yang dikutip dalam Notoatmodjo (2010),
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru di
dalam diri orang tersebut terjadi berurutan yakni :
a) Kesadaran (awareness)
Dimana ornag tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus (objek).
b) Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik terhadap stimulus.
c) Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d) Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
e) Menerima (adoption)
Dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

11
5. Ciri-ciri Perilaku
Menurut Sarlito Wirawan dalam bukunya Pengantar Umum Psikologi,
ciri-ciri perilaku manusia yaitu (Sunaryo,2004):
a. Kepekaan sosial
Kepekaan sosial artinya kemampuan artinya kemampuan manusia untuk
dapat menyesuaikan perilakunya sesuai pandangan dan harapan orang
lain. Manusia adalah mahluk sosial yang dalam hidupnya perlu kawan
dan bekerjasama dengan orang lain. Perilaku manusia adalah situasional
artinya perilaku manusia akan berbeda pada situasi yang berbeda.
Contohnya perilaku manusia pada saat menghadapi orang sedang marah,
sedang bersenang-senang, belajar, dan mengikuti seminar.
b. Kelangsungan perilaku
Kelangsungan perilaku adalah perilaku yang satu ada kaitannya dengan
perilaku yang lain, perilaku sekarang adalah kelanjutan perilaku yang
baru lalu dan seterusnya. Perilaku manusia terjadi secara
berkesinambungan bukan serta merta. Jadi sebenarnya perilaku manusia
tidak pernah berhenti pada suatu saat. Perilaku pada masa lalu
merupakan persiapan bagi perilaku kemudian dan perilaku kemudian
merupakan kelanjutan perilaku sebelumnya. Fase-fase perkembangan
manusia bukanlah suatu fase perkembangan yang berdiri sendiri,
terlepas dari perkembangan lain dalam kehidupan manusia.
c. Orientasi pada tugas
Orientasi pada tugas artinya bahwa setiap perilaku manusia selalu
memiliki oreintasi pada suatu tugas tertentu. Seorang mahasiswa yang
rajin belajar menuntut ilmu, orientasinya adalah untuk dapat menguasai
ilmu pengetahuan tertentu. Demikian juga individu yang bekerja,
berorientasi untuk menghasilkan sesuatu.

12
d. Usaha dan perjuangan
Usaha dan perjuangan pada manusia telah dipilih dan ditentukan sendiri,
serta tidak akan memperjuangkan sesuatu yang memang tidak ingin
diperjuangkan. Jadi, sebenarnya manusia memiliki cita-cita yang ingin
diperjuangkan.

6. Bentuk Perilaku
Perilaku dapat diberi batasan sebgai suatu tanggapan inividu terhadap
rangsangan yang berasal dari dalam maupun dari luar diri individu tersebut.
Secara garis besar bentuk perilaku ada dua macam, (Sunaryo,2004) yaitu :
a. Perilaku pasif (response internal)
Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu dan
tidak dapat diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum
ada tidakan yang nyata. Contohnya: berfikir berfantasi, dan berangan-
angan.
b. Perilaku aktif (response eksternal)
Perilaku yang sifatnya terbuka. Perilaku aktif adalah perilaku yang dapat
diamati langsung, berupa tindakan nyata.

B. Teori Mengenai Cuci Tangan

1. Konsep Cuci Tangan


Cuci tangan merupakan tindakan pencegahan dan penanggulangan
penyakit yang menjadi program perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di
masyarakat . (Kemenkes RI, 2011). PHBS merupakan perilaku yang
dipraktikan oleh mahasiswa maupun masyarakat dilingkungan sekitar atas
dasar kesadaran hasil pembelajaran. Sehhingga secara mandiri mampu
mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam

13
mewujudkan lingkungan sehat. Munculnya berbagai penyakit yang sering
menyerang mahasiswa, ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. Oleh
karena itu, nilai-nilai PHBS di lingkungan kampus merupakan kebutuhan
mutlak dan dapat dilakukan melalui pendekatan UKS (Kemenkes RI,2011).

2. Pengertian Cuci Tangan


Cuci tangan adalah salah satu bentuk kebersihan diri yang penting.
Selain itu mencuci tangan juga dapat diartikan menggosok dengan sabun
secara bersama seluruh permukaan kulit tangan dengan kuat dan ringkas
yang kemudian dibilas di bawah air yang mengalir (Potter,2005). Menurut
Garner dan Fayero (1986) dalam Potter dan Perry (2005), mencuci tangan
paling sedikit 10-15 detik akan memusnahkan mikroorganisme transient
paling banyak dari kulit, jika tangan tampak kotor, dibutuhkan waktu yang
lebih lama.
Menurut Depkes (2009), cuci tangan pakai sabun adalah salah satu
tindakan sanitasi dengan memersihkan tangan dan jari jemari menggunakan
air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata
rantai kuman. Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu
upaya pencegahan penyakit. Mencuci tangan dengan air dan saja tidak
cukup. Penggunaan sabun selain membantu singkatnya waktu cuci tangan,
dengan menggosok jemari denan sabun menghilangkan kuman yang tidak
tampak; seperti minyak, lemak, kotoran di permukaan kulit, serta
meninggalkan bau wangi.
Cuci tangan pakai sabun (CPTS) merupakan kebiasaan yang bermanfaat
untuk membersihkan tangan dari kotoran dan membunuh kuman penyebab
penyakit yang merugikan kesehatan. Mencuci tangan yang bai
membutuhkan beberapa perlatan berikut : sabun antiseptic, air bersih (air
yang mengalir), dan handuk atau lap tangan bersih. Untuk hasil maksimal

14
disarankan untuk mencuci tangan selama 20-30 detik (PHBS,2010).
Menurut WHO (2005) dalam Depkes RI (2006), terdapat 2 tehnik mencuci
tangan, yaitu mencuci tangan dengan sabun dan mencuci tangan dengan
larutan berbahan dasar alkohol.

3. Waktu yang Tepat untuk Cuci Tangan


Menurut Depkes RI (2011), waktu yang tepat untuk mencuci tangan
pakai sabun adalah
a. Sebelum dan setelah makan
b. Sebelum memegang makanan
c. Sebelum melakukan kegiajan jari-jari ke dalam mulut atau mata
d. Setelah bermain/berolahraga
e. Setelah BAK dan BAB
f. Setelah buang ingus
g. Setlah buang sampah
h. Setelah menyentuh hewan atau unggas termasuk hewan peliharaan
i. Sebelum mengobati luka.

4. Cara Mencuci Tangan yang Benar dengan menggunakan Sabun


Mencuci tangan yang benar harus menggunakan sabun dan di bawah air
yang mengalir. Sedangkan menurut Depkes RI (2009), langkah-langkah
mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut.
a. Basahi tangan dengan air di bawah kran atau air mengalir.
b. Ambil sabun cair secukupnya untuk seluruh tangan.
c. Gosokkan kedua telapak tangan. Gosokkan sampai ke ujung jari.
d. Telapak tangan kanan menggosok punggung tangan kiri (atau
sebaliknya) dengan jari-jari saling mengunci (berselang-seling) antara

15
tangan kanan dan kiri. Gosok sela-sela jari tersebut. Lakukan
sebaliknya.
e. Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan saling
mengunci.
f. Usapkan ibu jari tangan kanan dengan telapak kiri dengan dengan
gerkan berputar. Lakukan hal yang sama dengan ibu jari tangan kiri.
g. Gosok telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan
gerakan ke depan, ke belakang dan berputar. Lakukan sebaliknya.
h. Pegang pergelangan tangan kanan dengan tangan kiri dan lakukan
gerakan memutar. Lakukan pula untuk tangan kiri.
i. Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air mengalir.
j. Keringkan tangan dengan menggunakan tissue dan bila menggunakan
kran, tutup kran dengan tissue.

Diambil dari detik Health


Gambar 2.1
Mengambil sabun cair

16
Diambil dari dunia higienis
Gambar 2.2
Cara mencuci tangan yang benar

17
5. Prinsip Mencuci Tangan
a. Jangan memakai perhiasan : cincin meningkatkan jumlah
mikroorganisme yang ada di tangan, perhiasan juga menimbulkan
kesulitan dalam mencuci tangan secara seksama.
b. Gunakan air yang mengalir, alirannya diatur sedemikian rupa demi
kenyamanan, air yang terlalu panas akan membuka pori-pori dan
menyebabkan iritasi kulit, cegah terjadinya percikan air terutama ke baju
karena mikroorganisme akan berpindah dan berkembang biak di tempat
yang lembab.
c. Gunakan sabun yang tepat dan gunakan sampai muncul busa : sabun
akan mengemulsi lemak dan minyak serta mengurangi tegangan
permukaan sehingga memudahkan pembersihan.
d. Gunakan gerakan memutar, menggosok, dan bergeser : gerakan ini
mengangkat dan menghilangkan kotoran serta mikroorganisme.
e. Gunakan handuk kertas sekali pakai untuk mengeringkan tangan :
handuk ini lebih sedikit menyebarkan mikroorganisme dibanding
pengering udara panas atau handuk.

6. Manfaat Mencuci Tangan


Manfaat mencuci tangan menurut Maryunani Anik (2013) yaitu
a. Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan
b. Mencegah penyakit seperti diare, Infeksi Penyakit Saluran Pernapasan
Atas (ISPA), dan Flu Burung.
c. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.

18
C. Kerangka Konsep

Mencuci tangan dengan tehnik 7 langkah


Perilaku mencuci tangan
menggunakan sabun :
7 langkah pada
mahasiswa di Asrma Putri 1. Langkah I :
STIKes Santo Borromeus. Basahi tangan dengan menggunakan air mengalir,
Berikut merupakan ambil sabun secukupnya dan ratakan.
tingkat dari perilaku
2. Langkah II :
manusia :
Telapak tangan kanan menggosok punggung
1. Pengetahuan tangan kiri (atau sebaliknya) dengan jari-jari
2. Sikap saling mengunci (berselang-seling) antara tangan
3. Praktik atau tindakan kanan dan kiri. Gosok sela-sela jari tersebut.
Lakukan sebaliknya.
3. Langkah III :
Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan
mengatupkan.
4. Langkah IV :
Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan
mengatupkan.
5. Langkah V :
Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.
6. Langkah VI :
Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian
gosok perlahan.
7. Langkah VII :
Bersihkan kedua pergelangan tangan secara
bergantian dengan cara memutar, kemudian
diakhiri dengan membilas seluruh bagian tangan
dengan air bersih yang mengalir lalu keringkan
memakai handuk atau tisu. Tutup kran dengan
mengalasi tangan dengan handuk atau tisu.

Skema 2.1
Kerangka Konsep

19
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian


Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu
didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.
Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk
akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang
dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat
mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya proses
yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang
bersifat logis (Sugiyono,2013).
Desain penelitian adalah rancangan penelitian yang terdiri atas beberapa
komponen yang menyatu satu sama lain untuk memperoleh data dan atau fakta
dalam rangka menjawab pertanyaan atau masalah penelitian (Buchari,2013).
Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode penelitian
deskriptif kuantitatif. Desain penelitian ini menggunakan penelitian cross
sectional.

B. Variabel Penelitian
Variabel merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang didefinisikan
sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan manipulasi pengukuran dan atau
manipulasi suatu penelitian. Konsep yang dituju dalam suatu penelitian bersifat
konkret dan secara langsung bisa diukur (Nursalam,2009).
Variabel independen merupakan variabel bebas yang mempengaruhi atau
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (variabel terikat).
Sedangkan variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

20
menjadi akibat karena adanyanya variabel bebas (Setiawan,2015). Variabel dalam
peneliti yaitu variabel independen.

C. Hipotesis
Hipotesa merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2013). Hipotesis merupakan pernyataan dugaan
tentang hubungan antara dua variabel atau lebih (Kerlinger, 2006). Sementara itu
ada pendapat yang menyatakan bahwa penelitian deskriptif tidak ada uji hipotesis
(Sugiyono, 2013). Oleh karena itu penelitian ini menggunakan desain deskriptif
kuantitatif dan tidak menilai hubungan antara variabel maka penelitian ini tidak
menggunakan hipotesis.

D. Kerangka Kerja Penelitian


Kerangka kerja disebut juga dengan kerangka operasional, yaitu langkah-
langkah dalam aktivitas ilmiah, mulai dari penetapan populasi, sampel, dan
lainnya, yaitu kegiatan sejak awal dilaksanakannya penelitian. Kerangka kerja
dapat dilihat pada skema 3.1

21
Mahasiswa di Asrama Putri STIKes Santo
Borromeus

Kriteria Inklusi : Kriteria Ekslusi :

Mahasiswi STIKes Santo 1. Mahasiswa yang tidak


Borromeus yang tinggal di tinggal di Asrama Putri
Asrama Putri. STIKes Santo Borromeus.
2. Karyawan dan staf yang
bekerja di STIKes Santo
Borromeus.

Pengumpulan Pengolahan Analisa Membuat Penyajian

Data Data Data Laporan Laporan

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Skema 3.1
Kerangka kerja

22
E. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan jembatan yang menghubungkan conceptual-
theoretical level dengan empirical-observational level. Definisi operasinal ini
dimaksudkan untuk memberikan rujukan empiris yang ditemukan di lapangan
untuk menggambarkan kosep yang tepat sehingga konsep tersebut dapat diamati
dan diukur (Purwanto,2007). Definisi operasional dapat dilihat di tabel 3.1

23
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Sub Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Variabel Ukur
1. Perilaku Suatu tindakan atau Observasi yang berupa Baik : 76-100 Ordinal
mencuci kegiatan yang data tilik yang berjumlah Cukup : 56-75
tangan dilakukan mahasiswa 2 item dengan penilaian Kurang : <56
mahasiswa di di Asrama Putri Ya: melaksanakan Tidak (Arikunto,2006)
Asrama Putri STIKes Santo : tidak melaksanakan
STIKes Santo Borromeus untuk Ya : 1
Borromeus mencuci tangan Tidak : 0

2. Tingkatan Pengetahuan Segala sesuatu yang Observasi yang berupa Baik : 76-100 Ordinal
perilaku diketahui, dipahami, data tilik dengan Cukup : 56-75
dan diaplikasikan menggunakan skala Kurang : <56
oleh mahasiswa di Guttman yang berjumlah (Arikunto,2006)
Asrama Putri STIKes 7 pernyataan dengan
Santo Borromeus penilaian : Untuk
tentang mencuci pernyataan positif

24
tangan Ya : 1
Tidak : 0
Untuk pernyataan negatif
kategori nilai berlaku
terbalik.

Sikap Respon tertutup Observasi yang berupa Ordinal


mahasiswa di Asrama data tilik dengan
Putri STIKes Santo menggunakan skala
Borromeus baik Guttman yang berjumlah
positif maupun 4 pernyataan dengan
negative terhadap penilaian : Untuk
suatu stimulus untuk pernyataan positif
mencuci tangan Ya : 1
Tidak : 0
Untuk pernyataan negatif
kategori nilai berlaku
terbalik.

25
F. Populasi, Sampel, dan Tehnik Sampling
1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalkan manusia atau klien)
yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam,2009). Populasi juga
berarti wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi, populasi bukan
hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain
(Sugiyono,2013). Dalam penelitian ini populasi yang diambil yaitu semua
mahasiswa yang tinggal di Asrama Putri STIKes Santo Borromeus sebanyak
93 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimilki
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populsai itu (Sugiyono,2013). Sampel
yang diambil untuk penelitian ini sebanyak 93 orang atau semua dari jumlah
populasi.
3. Tehnik sampling
Tehnik sampling merupakan tehnik pengambilan sampel. Untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai
tehnik sampling yang digunakan (Sugiyono,2013). Tehnik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik non random sampling, karena
peneliti mengambil sampel dari semua jumlah populasi.

26
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono,2013). Instrumen yang
digunakan peneliti yakni menggunakan pedoman observasi yang menggunakan
data tilik. Pedoman observasi merupakan panduan berupa ceklis yang digunakan
oleh peneliti untuk menilai secara langsung perilaku yang ditunjukkan oleh
responden. Pedoman observasi digunakan dan diisi oleh peneliti atau observer
yang telah diteliti (Dharma, 2013)

H. Metode dan Teknik Pengumpulan Data


Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data
penelitiannya. Pengumpulan data adalah suatu proses pengumpulan karakteristik
subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian.metode pengumpulan data dapat
mencakup wawancara, observasi, angket, dan dokumentasi (Notoatmodjo, 2010).
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
observasi. Observasi yaitu cara mengumpulkan data dengan mengadakan atau
pengamatan secara langsung kepada responden untuk mencari perubahanatau hal-
hal yang akan diteliti (Hidayat, 2007).

I. Uji Validitas dan Reliabilitas


Validitas (kesahihan) adalah pengamatan dan pengukuran yang berarti prinsip
keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur (Nursalam,2009).
Reliabilitas (keandalan) adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan
bila fakta atau kenyataan hidup diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu
yang berlainan (Nursalam,2009).

27
J. Etika Penelitian
Menurut Kelana Kusuma Dharma, etika dalam sebuah penelitian terbagi
atas 3 macam, yaitu :
1. Menghormati Martabat Subjek Penelitian
Penelitian yang dilakukan menjunjug tinggi martabat seseorang
(subjek penelitian). Peneliti mempertimbangkan hak-hak subjek untuk
mendapat informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta
memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk
beradaptasi dalam kegiatan penelitian (autonomy).
Sebelum melakukan observasi pada responden peneliti melakukan
wawancara terlebih dahulu untuk meminta responden menjadi subjek
penelitian.
2. Asas Kemanfaatan
Penelitian yang dilakukan harus mempertimbangkan manfaat dan
resiko yang mungkin terjadi. Penelitian boleh dilakukan apabila manfaat yang
diperoleh lebih besar daripada resiko atau dampak negative yang akan terjadi.
Selain itu, penelitian yang dilakukan tidak boleh membahayakan dan harus
menjaga kesejahteraan manusia. Peneliti telah melaksanakan penelitian sesuai
dengan prosedur penelitian dan telah mendapatkan hasil yang bermanfaat bagi
subjek penelitian. Peneliti mejelaskan tujuan, manfaat, dan resiko dari
penelitian mengenai perilaku mencuci tangan 7 langkah dengan menggunakan
sabun pada mahasiswa yang tinggal di Asrama STIKes Santo Borromeus yang
dilakukan pada responden.
3. Berkeadilan
Setiap orang diberlakukan sama berdasarkan moral, martabat, dan hak
asasi manusia. Hak dan kewajiban peneliti maupun subjek juga harus
seimbang. Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil.
Lingkungan penelitian dikondisikan agar memenuhi prinsip keterbukaan yaitu

28
kejelasan prosedur penelitian. Prinsip keadilan menekankan sejauh mana
kebijakan penelitian membagi keuntungan dan bebas secara merata. Prinsip
keadilan dalam penelitian ini yaitu dimana semua responden dengan
karakteristik berbeda dengan memiliki peluang yang sama untuk menjadi
sampel dalam penelitian. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
mengunakan teknik non random sampling.

K. Jadwal dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan mulai bulan Oktober-November 2016. Penelitian
dilakukan pada mahasiswa uang tinggal di Asrama Putri STIKes Santo
Borromeus.

L. Pembiayaan Penelitian
Rincian perkiraan pembiayaan dalam penelitian ini akan dicantumkan dalam
lampiran.

29

Anda mungkin juga menyukai