Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN

A. DEFINISI
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologi dan
lingkungan.( Tarwoto dan Wartonah, 2006 ). Untuk mempertahankan kesehatan di
butuhkan keseimbangan cairan, elektrolit di dalam tubuh.
1. Cairan
Lebih kurang 60 % berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan.
Cairan tubuh terdapat dalam dua kompartemen cairan : ruang intraseluler (cairan
dalam sel) dan ruang ekstraseluler (cairan di luar sel). Kurang lebih dua pertiga dari
cairan tubuh berada dalam kompartemen cairan intraseluler dan kebanyakan berada
pada masa otot skeletal. Pada pria dengan berat badan 70 Kg (154 pound), cairan
intraseluler berjumlah sekitar 25 L. Kurang lebih sepertiga cairan tubuh merupakan
cairan ekstraseluler dan berjumlah sampai 15 L pada pria dengan berat badan 70 Kg.
Kompartemen cairan ekstraseluler lebih jauh di bagi menjadi 3 ruang cairan
intravascular, interstisiel dan transeluler.
2. Elektrolit
Elektrolit dalam cairan tubuh merupakan kimia aktif (kation, yang mengandung
muatan positif, dan anion yang mengandung muatan negatif). Kation-kation utama
dalam cairan tubuh adalah natrium, kalium, kalsium, dan magnesium. Anion-anion
utama adalah klorida, bikarbonat, fosfat, sulfat, dan proteinat.

B. FUNGSI CAIRAN

a. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperature tubuh


b.Transpor nutrien ke sel
c.Transpor hasil sisa metabolisme
d. Transpor hormon
e. Pelumas antar organ

1
f. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam system kardiovaskuler. ( Tarwoto dan
Wartonah, 2006 )

C. DISTRIBUSI CAIRAN TUBUH


Cairan tubuh di distribusikan dalam dua kompartemen yang berbeda, yakni :
cairan ektrasel (CES) dan cairan Intrasel (CIS).
Cairan ekstrasel terdiri dari cairan cairan interstisial (CIS) dan cairan
Intravaskular. Cairan interstisial mengisis ruangan yang berada di antara sebagian besar
sel tubuh dan menyusun sejmlah besar lingkungan cairan tubuh. Sekitar 15 % berat tubuh
merupakan cairan interstisial. Cairan intravascular terdiri dari pasma, bagian cairan limfe
yang mengandung air dan tidak berwarna, dan darah yang mengandung suspense
leukosit, eritrosit, dan trombosit. Plasma menyusun 5 % berat tubuh.
Cairan Intrasel adalah cairan di dalam membrane sel yang berisi substasi terlarut
atau solute yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit serta untuk
mematabolisme. Cairan intrasel membentuk 40 % berat tubuh. Kompartemen cairan
intrasel memiliki banyak solute (zt terlarut) yang sama dengan cairan yang berada di
ruang ekstrasel. Namun, proporsi substansi substansi tersebut berbeda. Misalnya,
proporsi kalium lebih besar di dalam cairan intrasel dari pada dalam cairan ekstrasel
(Potter & Perry, 2005)

D. PERGERAKAN CAIRAN TUBUH


Cairan ubuh tidak statis. Cairan dan elektrolit berpindah dari satu kompartemen
ke kompartemen lain untuk memfasilitasi proses-proses yang terjadi di dalam tubuh.
Cairan tubuh dan elektrolit berpindah melalui difusi, osmosis, transporasi aktif atau
filtrasi. Perpindahan ersebut tergantung pada permeabilitas membrane sel atau
kemampuan membrane untuk di tembus caira dan elektrolit.
Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen
diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel

2
Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke
dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran
semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan
tubuh ikut berpindah. Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :

Diffusi.
Filtrasi.
Osmosis.
Transport Aktif.

Diffusi dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Hampir semua zat
berpindah dengan mekanisme transportasi pasif. Diffusi sederhana adalah perpindahan
partikel-partikel dalam segala arah melalui larutan atau gas. Beberapa faktor yang
mempengaruhi mudah tidaknya difusi zat terlarut menembus membran kapiler dan sel
yaitu :

Permebelitas membran kapiler dan sel.


Konsenterasi.
Potensial listrik.
Perbedaan tekanan.

1. Difusi
Adalah proses ketika materi padat, partikel, seperti gula di dalam cairan, berpindah
dari daerah berkonsentrasi tinggi ke daerah berkonsentrasi rendah., sehingga distriusi
partikel di dalam larutan menjadi merata.
2. Osmosis
Adalah perpindahan pelarut murni, seperti air, melalui membrane semipermeabel
yang berpindah dari larutan yang memiliki konsentrasi solute rendah ke larutan yang
memiliki konsentrasi solute tinggi.
3. Filtrasi

3
Adalah suatu proses perpindahan air dan substansi yang dapat larut secara bersamaan
sebagai respon terhadap adanya tekanan cairan. Proses ini bersifat aktif di dalam
bantalan kapiler.
4. Transpor Aktif
Transpor aktif memerlukan aktivitas metabolic dan pengeluaran energy untuk
menggerakkan berbagai materi guna menembus membrane sel. (Potter & Perry,
2005).

Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan
tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal intake
cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi.Kondisi sakit dapat
menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Dalam rangka
mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan kehilanagn caiaran antara lain melalui
proses penguapan ekspirasi, penguapan kulit, ginjal (urine), ekresi pada proses
metabolisme.

a. Intake Cairan :

Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-lira
1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari sehingga
kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses
metabolisme. Berikut adalah kebutuhan intake cairan yang diperlukan berdasarkan umur
dan berat badan, perhatikan tabel di bawahini :

No. Umur Berat Badan (kg) Kebutuhan Cairan (ml/24 Jam).

1. 3 hari 3,0 250-300.


2. 1 tahun 9,5 1150-1300.
3. 2 tahun 11,8 1350-1500.
4. 6 tahun 20,0 1800-2000.
5. 10 tahun 28,7 2000-2500.
6. 14 tahun 45,0 2200-2700.
7. 18 tahun(adult) 54,0 2200-2700.

4
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi
intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah,
perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah.

Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun
kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum
proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.

b. Output Cairan :
Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
1) Urine. :
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius
merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output
urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang
dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam
setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine
akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
2) IWL (Insesible Water Loss).
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi.
Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini
adalahberkisar 300-400 ml per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh
meningkat maka IWL dapat meningkat.
3) Keringat.
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini
berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui
sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
4) Feces.
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 ml per hari, yang diatur
melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

5
E. ANATOMI FISIOLOGI PERGERAKAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT DI DALAM
TUBUH
Anatomi fisiologi pergerakan cairan dan elektrolit dalam tubuh menurut Brunner
& Suddart (2001).
1. Ginjal
Penting untuk pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit. Ginjal berfungsi baik
secara otonom maupun dalam berespons terhadap pembawa pesan yang di bawa oleh
darah, seperti aldosterone dan hormone anti diuretic (ADH). Fungsi-fungsi utama
ginjal dalam mempertahankan keseimbangan cairan yang normal termasuk berikut
ini :
a. Pengatur volume dan osmolalitas CES melalui retensi dan ekskresi selktif
cairan tubuh.
b. Pengaturan kadar elektrolit dalam CES dengan retensi selekttif substansi yang
di butuhkan dan ekskresi selektif substansi yang tidak di butuhkan.
c. Pengaturan PH CES melalui retensi ion-ion hydrogen
d. Ekskresi sampah metabolic dan substansi toksik
2. Jantung dan Pembuluh Darah
Kerja pompa jantung mensirkulasi darah melalui ginjal di bawah tekanan yang sesuai
untuk menghasilkan urine. Kegagalan kerja pompa ini mengganggu perfusi ginjal
dank arena itu mengganggu pengaturan air dan elektrolit.
3. Paru - Paru
Paru-paru juga vital dalam mempertahankan homeostasis. Melalui ekshalasi, paru-
paru membuang kira-kira 300 ml air setiap hari pada orang dewasa normal.
Paru paru juga mempunyai peran penting dalam mempertahankan keseimbangan
asam basa.
4. Kelenjar Pituitari
Hipotalamus menghasilkan suatu substansi yang di kenal dengan nama hormone anti
diuretick (ADH), Yang di simpan dalam kelenjar pituitary posterior dan di lepaskan
jika di perlukan. ADH kadang di sebut sebagai hormone penyimpan air, karena ia
menyebabkan tubuh untuk menahan air. Fungsi ADH termasuk mempertahankan

6
tekanan osmotic sel dengan mengendalikan retensi atau ekskresi air oleh ginjal dan
dengan mengatur volume darah.
5. Kelenjar Adrenal
Aldosteron, mineralokortikoid yang di sekresikan oleh zonaglomerulosa (daerah
terluar) dari korteks adrenal, mempunyai efek yang mendalam dalam keseimbangan
cairan.
6. Kelenjar Paratiroid
Kelenjar ini terdapat di sudut kelenjar tiroid, mengatur keseimbangan kalsiumdan
fosfat melalui hormone paratiroid (PTH). PTH mempengaruhi resorpsi tulang,
absorpsi kalsium dari usus halus dan reabsorpsi kalsium dari tubulus ginjal.
7. Renin
Enzim yang mengubah angiotensinogen, suatu substansi tidak aktif yang di bentuk
oleh hepar, menjadi angiotensin I dan angiotensin II. Dengan kemmpuan
vasokonstriktornya , meningkatkan tekanan perfusi arteri dan menstimulasi rasa
haus.
8. Hormon Anti Diuretik (ADH) dan Mekanisme Rasa Haus
Mempunyai peran penting dalam mempertahankan konsentrasi natrium dan masukan
cairan oral. Masukan cairan oral di kendalikan oleh pusat rasa haus yang berada di
dalam Hipotalamus.

F. FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA KESEIMBANGAN CAIRAN DAN


ELEKTROLIT
1) Umur.
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant
dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding
usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan
dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
2) Iklim.
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui

7
keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat
kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
3) Diet.
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga
akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya
sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan
menyebabkan edema.
4) Stress.
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glykogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5) Kondisi Sakit.
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya :
o Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
o Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
o Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya
secara mandiri.
6) Tindakan Medis.
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
7) Kandungan Lemak
Orang yang gemuk mempunyai jumlah cairan yang lebih sedikit di bandingkan
dengan orang yang kurus , karena sel lemak mengandung sedikit air.
8) Pengobatan.
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative, parasetamol dapat berpengaruh
pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.

8
9) Pembedahan.
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan
darah selama pembedahan.

Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tubuh. Tiga kategori umum yang
menjelaskan abnormalitas cairan tibuh adalah :

Volume.
Osmolalitas.
Komposisi.

Ketidakseimbangan volume terutama mempengaruhi cairan ekstraseluler


(ECF)dan menyangkut kehilangan atau bertambahnya natrium dan air dalam jumlahyang
relatif sama, sehingga berakibat pada kekurangan atau kelebihan volumeekstraseluler
(ECF).

Ketidakseimbangan osmotik terutama mempengaruhi cairan intraseluler (ICF)


dan menyangkut bertambahnya atau kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang
relatif tidak seimbang. Gangguan osmotik umumnya berkaitan dengan hiponatremia dan
hipernatremia sehingga nilai natrium serum penting untuk mengenali keadaan ini.

Kadar dari kebanyakan ion di dalam ruang ekstraseluler dapat berubah


tanpadisertai perubahan yang jelas dari jumlah total dari partikel-partikel yang aktifsecara
osmotik sehingga mengakibatkan perubahan komposisional.

a. Ketidakseimbangan Volume.

Kekurangan Volume Cairan Ekstraseluler (ECF).

Kekurangan volume ECF atau hipovolemia didefinisikan sebagai kehilangan


cairan tubuh isotonik, yang disertai kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang
relatif sama. Kekurangan volume isotonik sering kali diistilahkan dehidrasi yang

9
seharusnya dipakai untuk kondisi kehilangan air murni yang relative mengakibatkan
hipernatremia.

Cairan Isotonis adalah cairan yang konsentrasi/kepekatannya sama dengan


cairan tubuh, contohnya : larutan NaCl 0,9 %, Larutan Ringer Lactate (RL).
Cairan hipertonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekatannya
melebihi cairan tubuh, contohnya Larutan dextrose 5 % dalam NaCl normal,
Dextrose 5% dalam RL, Dextrose 5 % dalam NaCl 0,45%..
Cairan Hipotonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekataannya
kurang dari cairan tubuh, contohnya : larutan Glukosa 2,5 %., NaCl.0,45 %,
NaCl 0,33 %.

Kelebihan Volume ECF.


Kelebihan cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan air kedua-duanya
tertahan dengan proporsi yang kira- kira sama.Dengan terkumpulnya cairan isotonik
yang berlebihan pada ECF (hipervolumia) maka cairan akan berpindah ke
kompartement cairan interstitial sehingga mnyebabkan edema. Edema adalah
penunpukan cairan interstisial yang berlebihan. Edema dapat terlokalisir atau
generalisata.

b. Ketidakseimbangan Osmolalitas dan perubahan komposisional.


Ketidakseimbangan osmolalitas melibatkan kadar zat terlarut dalam cairan-cairan
tubuh. Karena natrium merupakan zat terlarut utama yang aktif secara osmotik dalam
ECF maka kebanyakan kasus hipoosmolalitas (overhidrasi) adalah hiponatremia yaitu
rendahnya kadar natrium di dalam plasma dan hipernatremia yaitu tingginya kadar
natrium di dalam plasma. Pahami juga perubahan komposisional di bawah ini :
o Hipokalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum kurang dari 3,5
mEq/L.
o Hiperkalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum lebih dari atau sama
dengan 5,5 mEq/L.
o Hiperkalemia akut adalah keadaan gawat medik yang perlu segera dikenali,
danditangani untuk menghindari disritmia dan gagal jantung yang fatal.

10
G. FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PENGATURAN CAIRAN

1. Tekanan Cairan

Proses difusi dan osmoosis melibatkan adanya tekanan cairan. Dalam proses osmosis,
tekanan osmosis merupakan kemampuan partikel pelarut untuk menarik larutan
melalui membran. Bila terdapat dua larutan dengan perbedaan konsentrasi maka
larutan yang konsentrasi molekulnya lebih pekat dan tidak dapat bergabung disebut
koloid. Sedangkan larutan dengan kepekatan yang sama dan dapat bergabung, maka
larutan tersebut disebut kristaloid. Sebagai contoh ; koloid adalah apabila protein
bercampur dengan plasma, sedangkan larutan kristaloid adalah larutan garam. Secara
normal, perpindaha cairan menembus membran sel permeabel tidak terjadi. Prinsip
tekanan osmotik ini sangat penting dalam proses pemberian cairan intravena. Biasanya
larutan yang sering digunakan dalam pemberian infus intravena bersifat isotonik
karena mempunyai konsentrasi yang sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk
mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke intrasel. Larutan intravena yang
hipotonik, yaitu latutan yang mempunyai konsentrasi kurang pekat dibandingkan
dengan konsentrasi plasa darah. Hal ini menyebabkan tekanan osmotik plasma akan
lebih besar dibandingkan dengan tekanan osmotik cairan interstisial karena konsentrasi
protein dalam plasma lebih besar dibanding cairan interstisinal dan molekul protein
lebih besar, sehingga membentuk larutan koloid dan sulit untuk menembus membran
semipermeabel.

2. Membran Semipermeabel

Merupakan penyaringan agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung. Membran
ini terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat diseluruh tubuh

11
sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan ( Hidayat, AAA dan
Uliyah. 2011).

H. GANGGUAN ATAU MASALAH DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN


DAN ELEKTROLIT

1. Gangguan Cairan

a. Hipovolemi, terjadi karena kekurangan pemasukan air atau pengeluaran berlebihan.

Penyebab:

Muntah, diare berlebihan


Perdarahan
Demam

b. Hipervolemi, terjadi saat air dan natrium dipertahankan dalam proporsi isotonik
sindrom ruang ke tiga berefek kekurangan vulume cairan ekstrasel. Disebabkan karena
infeksi trauma.

c. Dehidrasi, terjadi jika ada kehilangan cairan tanpa di sertai kehilangan elektrolit
yang proporsional faktor resiko terjadinya dehidrasi.

Penyebab:

Macam dehidrasi (kurang volume cairan) berdasarkan derajatnya:


Penurunan sekresi ADH.
Penurunan fungsi neurologis.

d. Dehidrasi berat, terjadi karena pengeluaran/kehilangan cairan 4-6 L. Serum natrium


159-166 mEq/ML. Turgor kulit buruk. Nadi dan pernafasan meningkat. Kehilangan
cairan mencapai >10% berat badan.

e. Dehidrasi sedang, terjadi karena kehilangan cairan 2-4 atau antara 5-10% berat
badan. Serum natrium 152-158 mEq/L. Mata cekung.

12
f. Dehidrasi ringan , dengan terjadinya kehilangan cairan mencapai 5% berat badan
atau 1,5-2L.

g. Edema, terjadi karena akumulasi cairan abnormal di jaringan infertital atau rongga
tubuh.

Penyebab:

Peningkatan tekanan hidostatik.


Penurunan tekanan asmotik plasma.
Sumbatan imfalik.
Refensi urine.
Kerusakan pembuluh darah kapiler.

2. Gangguan Elektrolit

a. Hiponatremia

Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang di
tandai dengan mual,muntah dan diare.

b. Hipernatremia

Merupakan suatu keadaan di mana kadar natrium dalam plasma tinggi yang di tandai
dengan mukosa kering. Oliguria/anuria, turgor kulir buruk dan permukaan kulit
membengkak, kulit kemerahan,lidah kering dan kemerahan ,suhu badan naik.

c. Hipokalemia

Suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Di tandai dengan lemahnya
denyut nadi, turunnya tekanan darah, tidak nafsu makan, muntah-muntah,perutnya
kembung, denyut jantungnya tidak beraturan.

d. Hiperkalemia

Merupakan suatu keadaan di mana kadar kalium dalam darah tinggi . di tandai dengan
adanya mual,hiperaktivitas sistem pencernaan, aritmia kelemahan, jumlah urine sedikit
sekali, diare, adanya kecemasan dan iritabilitas.

13
e. Hipokalsemia

Merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah ditandai dengan adanya
kram otot, kram perut, kejang, bingung, kesemutan pada jaridan sekitar mulut.

f. Hiperkalsemia

Merupakan suatu keadaan kelebihab kadar kalsium dalam darah di tandai dengan
adanya nyeri pada tulang,relaksasi otot, batu ginjal,mual-mual, koma, dan kadar
kalsium dalam plasma lebih dari 4,3mEq/L.

g. Hipomagnesia

Merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah ditandai dengan adanya


iritabilitas,tremor,kram pada kaki dan tangan, lakikardi, hipertensi,kadar magnesium
dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L.

h. Hipermagnesia

Merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam darah ditandai dengan adanya
koma,gangguan pernafasan,dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L. ( Hidayat,
AAA dan Uliyah. 2011).

I. PENGATURAN KESEIMBANGAN CAIRAN

a. Rasa dahaga
Mekanisme rasa dahaga:
1) Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan rennin, yang pada akhirnya
menimbulkan produksi angiotesin II yang dapat merangsang hipotalamus untuk
melepaskan substrat neural yang bertanggung jawab terhadap sensasi haus.
2) Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan osmotik dan
mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensasi rasa dahaga.
b. Anti diuretik hormon (ADH)
ADH dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis dari hipoofisis
posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolaritas dan
penurunan cairan ekstrasel. Hormone ini meningkatkan reabsorbsi air pada duktus
koligentes, dengan demikian dapat menghemat air.
c. Aldosteron

14
Hormon ini di sekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal untuk
meningkatkan reabsorbsi natrium. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan
konsentrasi kalium, natrium serum, dan system angiotensin renin.

d. Prostaglandin
Prostaglandin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak jaringan dan
berfungsi dalam merespon radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan
mobilitas gastrointestinal. Dalam ginjal, prostaglandin berperan mengatur sirkulasi
ginjal, respon natrium, dan efek ginjal pada ADH.
e. Glikokortikoid
Meningkatkan reabsorbsi natrium dan air, sehingga volume darah naik dan terjadi
retensi natrium. Perubahan kadar glukokortikoid menyebabkan perubahan pada
keseimbangan volume darah. ( Tarwoto dan Wartonah, 2006 )

15
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian.
Pengkajian keperawatan secara umum pada pasien dengan gangguan atau resiko
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi :
Kaji riwayat kesehatan dan kepearawatan untuk identifikasi penyebab
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Kaji manifestasi klinik melalui :
Timbang berat badan klien setiap hari.
Monitor vital sign.
Kaji intake output.
Lakukan pemeriksaan fisik meliputi :
Kaji turgor kulit, hydration, temperatur tubuh dan neuromuskuler irritability.
Auskultasi bunyi /suara nafas.
Kaji prilaku, tingkat energi, dan tingkat kesadaran.
Review nilai pemeriksaan laboratorium : Berat jenis urine, PH serum, Analisa Gas
Darah, Elektrolit serum, Hematokrit, BUN, Kreatinin Urine.
2. Diagnosis Keperawatan.

Diagnosis keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan resiko atau
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ansietas, gangguan mekanisme


pernafasan, abnormalitas nilai darah arteri.
Penurunan kardiak output berhubungan dengan dysritmia kardio,
ketidakseimbangan elektrolit.
Gangguan keseimbangan volume cairan : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan diare, kehilangan cairan lambung, diaphoresis, polyuria.
Gangguan keseimbangan cairan tubuh : berlebih berhubungan dengan anuria,penurunan
kardiak output, gangguan proses keseimbangan, Penumpukan cairan di ekstraseluler..
Kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan kekurangan volume
cairan.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan dehidrasi dan atau edema.
16
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan edema.
Kelebihan volume cairan b.d. kelebihan intake cairan, kompensasi mekanisme
pengaturan.
Risiko kekurangan volume cairan b/d kegagalan mekanisme pengaturan.
Resiko kelebihan cairan b/d kelebihan intake cairan.

3. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


keperawatan Hasil
1 kekurangan volume NOC : keseimbangan NIC : Manajemen cairan
cairan b.d. gangguan cairan, - Ukur intake dan output cairan
mekanisme Setelah dilakukan tindakan serta timbang berat badan setiap
pengaturan. keperawatan selama 3 x 24 hari.
jam, di harapkan volume - Pasang kateter urin, jika ada.
cairan kembali - Monitor status hidrasi (misalnya
normal dengan kriteria kelembaban membran mukosa, nadi,
hasil: dan tekanan darah ortostatik).
-Tekanan darah, nadi, suhu - Monitor hasil laboratorium yang
dalam batas normal berhubungan dengan retensi cairan
- Nadi perifer dapat teraba - Monitor TTV
-Keseimbangan intake dan - Pasang IV line, sesuai dengan
output selama 24 jam yang diresepkan.
-Tidak terdapat rasa haus - Berikan cairan
yang abnormal - Atur kemungkinan tranfusi
-Elektrolit serum dan - Persiapan untuk tranfusi
hematokrit dbn
2 Kelebihan volume NOC : Keseimbangan NIC : Manajemen cairan
cairan b.d. kelebihan cairan, - Ukur intake dan output cairan serta
intake cairan, Setelah di lakukan tindakan timbang berat badan setiap hari.
kompensasi selama 3x24 jam di - Monitor hasil laboratorium yang
mekanisme harapkan volume cairan berhubungan dengan kelebihan
pengaturan. kembali normal dengan cairan
kriteria hasil: - Kaji lokasi dan luas edema
-Tekanan darah dalam - Lakukan pemberian diuretik sesuai
batas normal resep
-Berat badan stabil - Monitor TTV
-Tidak terdapat asites - Pasang IV line, sesuai dengan yang
-Tidak terdapat distensi diresepkan.
vena jugularis - Batasi masukan cairan pada
-Tidak terdapat edema keadaan hiponatrermi dilusi dengan
perifer serum Na < 130 mEq/l

17
-Elektrolit serum dalam
batas normal
3 Risiko kekurangan NOC: Keseimbangan NIC : Manajemen cairan
volume cairan b/d cairan, - Ukur intake dan output cairan serta
kegagalan mekanisme Setelah di lakukan tindakan timbang berat badan setiap hari.
pengaturan keperawatan selama 3x24 - Pasang kateter urin, jika ada.
jam di harapkan volume - Monitor status hidrasi (misalnya
cairan dalam batas normal kelembaban membran mukosa, nadi,
dengan dengan kriteria dan tekanan darah ortostatik).
hasil: - Pasang IV line, sesuai dengan yang
-Tekanan darah dalam diresepkan.
batas normal - Monitor indikasi terjadinya retensi
-Nadi perifer dapat teraba cairan (bunyi nafas crackles,
-Keseimbangan intake dan peningkatan CVP, dan peningkatan
output selama 24 jam osmolalitas urin)
-Tidak terdapat suara nafas
tambahan
-Tidak terdapat rasa haus
yang abnormal
-Hidrasi kulit adekuat
-Membran mukosa lembab
-Elektrolit serum dan
hematokrit dalam batas
normal
Resiko kelebihan NOC : Keseimbangan NIC : Manajement cairan
3 cairan b/d kelebihan cairan
intake cairan Setelah di lakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam, di harapkan intake dan
output cairan dalam batas
normal dengan criteria
hasil :

18
DAFTAR PUSTAKA

North American Nursing Diagnosis Association. (2005-2006). Panduan Diagnosa Keperawatan.


Jakarta : Prima Medika.

Potter, P.A dan Perry, A, G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan
Praktik. Edisi 4 Volume 2. Jakarta:EGC

Smeltzer, S. C & Bare, B.G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8 Volume 1. Jakarta : EGC.

Hidayat, AAA dan Uliyah. 2005. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta: Salemba
Medika

19

Anda mungkin juga menyukai