Anda di halaman 1dari 16

Asuhan Keperawatan Pasien Carsinoma buli-

buli
Pada Tn S Ruang IP RS M. Djamil Padang

Nama: Cicilia Anita


BP : 0910321001

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2010

A. LANDASAN TEORITIS PENYAKIT


1. Defenisi
Carcinoma buli adalah tumor yang didapatkan pada buli-buli atau kandung kemih
yang akan terjadi gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air kencing warna
merah terus.

2. Etiologi
Penyebab yang pasti dari kanker kandung kemih tidak diketahui. Tetapi penelitian
telah menunjukkan bahwa kanker ini memiliki beberapa faktor resiko, yaitu:
a. Usia
Resiko terjadinya kanker kandung kemih meningkat sejalan dengan pertambahan
usia.
b. Merokok
Merupakan faktor resiko yang utama. Rokok mengandung amin aromatic dan
nitrosamine yang merupakan jenis hidrokarbon didalam TAR. Zat ini akan
meningkatkan resiko terkena kanker buli.

c. Lingkungan pekerjaan
Beberapa pekerja memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker ini
karena di tempatnya bekerja ditemukan bahan-bahan karsinogenik (penyebab
kanker). Misalnya pekerja industri karet, kimia, kulit, dan dilaboratorium yang
rentan terhadap senyawa amin aromatic.

d. Infeksi saluran kemih


Karena bakteri Escheria coli dan Proteus yang menghasilkan karsinogen.

e. Kopi, pemanis buatan, dan obat-obatan


Jika dikonsumsi terlalu sering dalam waktu jangka panjang. Misalnya pemakaian
siklofosfamid atau arsenik untuk mengobati kanker dan penyakit lainnya.

f. Ras
Orang kulit putih memiliki resiko 2 kali lebih besar, resiko terkecil terdapat pada
orang Asia.

g. Jenis kelamin
Pria memiliki resiko 2-3 kali lebih besar.

h. Riwayat keluarga
Orang-orang yang keluarganya ada yang menderita kanker kandung kemih
memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker ini. Peneliti sedang
mempelajari adanya perubahan gen tertentu yang mungkin meningkatkan resiko
terjadinya kanker ini.

3. KLASIFIKASI
a. Staging dan klasifikasi
Klasifikasi DUKE-MASINA, JEWTT dengan modifikasi STRONG-MARSHAL
untuk menentukan operasi atau observasi :
1) T = pembesaran lokal tumor primer
Ditentukan melalui : Pemeriksaan klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah
anestesi umum dan biopsy atau transurethral reseksi.

No KODE KET
1 Tis Carcinoma insitu (pre invasive Ca)
2 Tx Cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran
tumor, tak dapat dilakukan
3 To Tanda-tanda tumor primer tidak ada
4 T1 Pada pemeriksaan bimanual didapatkan masa yang
bergerak
5 T2 Pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada
dinding buli-buli.
6 T3 Pada pemeriksaan bimanual indurasi atau masa
nodular yang bergerak bebeas dapat diraba di buli-
buli.
7 T3a Invasi otot yang lebih dalam
8 T3b Perluasan lewat dinding buli-buli
9 T4 Tumor sudah melewati struktur sebelahnya
10 T4a Tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus
vagina
11 T4b Tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau
infiltrasi ke dalam abdomen

2) N = Pembesaran secara klinis untuk pembesaran kelenjar limfepemeriksaan kinis, lympgraphy,


urography, operative

No KODE KET
1 Nx Minimal yang ditetapkan kel. Lymfe regional tidak
dapat ditemukan
2 No Tanpa tanda-tanda pemebsaran kelenjar lymfe
regional
3 N1 Pembesaran tunggal kelenjar lymfe regional yang
homolateral
4 N2 Pembesaran kontralateral atau bilateral atau
kelenjar lymfe regional yang multiple
5 N3 Masa yang melekat pada dinding pelvis dengan
rongga yang bebeas antaranya dan tumor
6 N4 Pemebesaran kelenjar lymfe juxta regional

3) M = metastase jauh termasuk pemebesaran kelenjar limfe yang jauh.


Pemeriksaan klinis , thorax foto, dan test biokimia

No KODE KET
1 Mx Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk
menetapkan adanya metastase jauh, tak dapat
dilaksanakan
2 M1 Adanya metastase jauh
3 M1a Adanya metastase yang tersembunyi pada test-test
biokimia
4 M1b Metastase tunggal dalam satu organ yang tunggal
5 M1c Metastase multiple dalam satu terdapat organ yang
multiple
6 M1d Metastase dalam organ yang multiple

b. Type dan lokasi


Type tumor didasarkan pada type selnya, tingkat anaplasia dan invasi.

1 Efidermoid Ca Kira-kira 5% neoplasma buli-buli squamosa


cell, anaplastik, invasi yang dalam dan cepat
metastasenya
2 Adeno Ca Sangat jarang dan sering muncul pada bekas
urachus
3 Rhabdomyo Sering terjadi pada anak-anak laki-laki
sarcoma (adolescent), infiltasi, metastase cepat dan
biasanya fatal
4 Primary MalignantNeurofibroma dan pheochromacytoma, dapat
lymphoma menimbulkan serangan hipertensi selama
kencing
5 Ca dari pada kulit,Mungkin mengadakan metastase ke buli-buli,
melanoma, invasi ke buli-buli oleh endometriosis dapat
lambung, paru danterjadi
mammae

4. MANIFESTASI KLINIS
a. Kencing campur dara yang intermitten
b. Merasa panas waktu kencing
c. Merasa ingin kencing
d. Sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing
e. Nyeri suprapubik yang konstan
f. Panas badan dan merasa lemah
g. Nyeri pinggang karena tekanan saraf
h. Nyeri pda satu sisi karena hydronephrosis

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium
Kelainan yang ditemukan biasanya hanya ditemukannya darah dalam air kemih.
Tanda adanya anemia dapat dijumpai bila terjadi perdarahan yang umumnya
terjadi pada tumor yang sudah lanjut atau dapat pula ditemukan tanda adanya
gangguan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin dalam
darah yang terjadi bila tumor tersebut menyumbat kedua muara ureter (saluran
kemih).

b. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Foto Polos Perut dan Pielografi Intra Vena (PIV) digunakan sebagai
pemeriksaan baku pada penderita yang memiliki persangkaan keganasan saluran
kemih termasuk juga keganasan buli-buli. Pada pemeriksaan ini selain melihat
adanya filling defect (kelainan) pada buli-buli juga dapat mengevaluasi ada
tidaknya gangguan pada ginjal dan saluran kemih yang disebabkan oleh tumor
buli-buli tersebut. Jika penderita alegi terhadap zat yang digunakan pada
pemeriksaan PIV, maka dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG). Foto
toraks (rongga dada) juga perlu dilakukan untuk melihat ada tidaknya metastasis
ke paru-paru.

c. Sistoskopi dan biopsy


Pemeriksaan sistoskopi (teropong buli-buli) dan biopsi mutlak dilakukan pada
penderita dengan persangkaan tumor buli-buli, terutama jika penderita berumur
40-45 tahun. Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat ada atau tidaknya tumor di
buli-buli sekaligus dapat dilakukan biopsi (pengambilan jaringan tumor) untuk
menentukan derajat infiltrasi tumor yang menentukan terapi selanjutnya. Selain
itu pemeriksaan ini dapat juga digunakan sebagai tindakan pengobatan pada
tumor superfisial (permukaan ).

6. PENATALAKSANAAN
a. Operasi
Operasi kanker yang terbatas pada permukaan dalam kandung kemih atau hanya
menyusup ke lapisan otot paling atas, bisa diangkat seluruhnya melalui sistoskopi.
Tetapi sering terbentuk kanker yang baru, kadang di tempat yang sama, tetapi lebih
sering terbentuk di tempat yang baru.

Angka kekambuhan bisa dikurangi dengan memberikan obat anti-kanker atau BCG
ke dalam kandung kemih setelah seluruh kanker diangkat melalui sistoskopi.
Pemberian obat ini bisa digunakan sebagai pengobatan pada penderita yang
tumornya tidak dapat diangkat melalui sistoskopi.

Kanker yang tumbuh lebih dalam atau telah menembus dinding kandung kemih,
tidak dapat diangkat seluruhnya dengan sistoskopi. Biasanya dilakukan
pengangkatan sebagaian atau seluruh kandung kemih (sistektomi).

Kelenjar getah bening biasanya juga diangkat untuk mengetahui apakah kanker
telah menyebar atau belum.Terapi penyinaran saja atau dikombinasikan dengan
kemoterapi kadang bisa mengobati kanker. Jika kandung kemih diangkat
seluruhnya, maka harus dipasang alat untuk membuang air kemih.Biasanya air
kemih dialirkan ke suatu lubang di dinding perut (stoma) melalui suatu saluran
yang terbuat dari usus, yang disebut ileal loop. Selanjutnya air kemih dikumpulkan
dalam suatu kantong.

Cara untuk mengalihkan air kemih pada penderita yang kandung kemihnya telah
diangkat, digolongkan ke dalam 2 kategori:
o Orthotopic neobladder
o Continent cutaneous diversion.
Pada kedua cara tersebut, suatu penampung internal dibuat dari usus.
Pada orthotopic neobladder, penampung ini dihubungkan dengan uretra. Penderita
diajarkan untuk mengosongkan penampung ini dengan cara mengendurkan otot
dasar panggul dan meningkatkan tekanan dalam perut, sehingga air kemih
mengalir melalui uretra.
Pada continent cutaneous urinary diversion, penampung ini dihubungkan dengan
sebuah lubang di dinding perut. Diperlukan kantong luar, karena air kemih tetap
berada dalam penampung sebelum dikosongkan oleh penderita dengan cara
memasang selang melalui lubang di dinding perut ke dalam penampung. Penderita
melakukan pengosongan ini secara teratur. Kanker yang sudah menyebar diobati
dengan kemoterapi.

b. Radioterapy
Diberikan pada tumor yang radiosensitive seperti undifferentiated pada grade III-
IV dan stage B2-C.
Radiasi diberikan sebelum operasi selama 3-4 minggu, dosis 3000-4000 Rads.
Penderita dievaluasi selam 2-4 minggu dengan iinterval cystoscopy, foto thoraks
dan IVP, kemudian 6 minggu setelah radiasi direncanakan operasi. Post operasi
radiasi tambahan 2000-3000 Rads selam 2-3 minggu.

c. Chemoterapi
Obat-obat anti kanker :
Citral, 5 fluoro urasil
Topical chemotherapy yaitu Thic-TEPA, Chemotherapy merupakan paliatif. 5-
Fluorouracil (5-FU) dan doxorubicin (adriamycin) merupakan bahan yang paling
sering dipakai. Thiotepa dapat diamsukkan ke dalam Buli-buli sebagai pengobatan
topikal. Klien dibiarkan menderita dehidrasi 8 sampai 12 jam sebelum pengobatan
dengan theotipa dan obat diabiarkan dalam Buli-buli selama dua jam.

7. KOMPLIKASI
a. Infeksi sekunder bil atumor mengalami ulserasi
b. Retensi urine bil atumor mengadakan invasi ke bladder neck
c. Hydronephrosis oleh karena ureter menglami oklusi

B. LAPORAN KASUS
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Pasien (diisi lengkap)
Nama :Ny A
Umur :52 tahun
Jenis Kelamin :perempuan
Agama :islam
Pekerjaan :PNS
Alamat :sicincin
Tgl Masuk RS :2 Desember 2010 (23.43 WIB)
Tanggal pengkajian:9 Desember 2010 (10.25 WIB)

a. Riwayat kesehatan
Keluhan utama
(keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian)
Pasien nyeri saat BAK dan agak mengedan, ada benjolan pada abdomen sebelah
bawah, sulit BAB, dan nyeri diseluruh tubuh terutama dipinggang.

Riwayat kesehatan sekarang


(riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit)
Darah keluar sedikit-sedikit saat BAK dan terasa nyeri sera sulit BAB.

Riwayat kesehatan yang lalu


(riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien)
Tidak ada riwayat penyakit jantung, paru, ahti, limfe dan hipertensi. Tapi
sebelumnya pasien ada riwayat penyakit tumor di rahim dan telah menjalani
pengobatan.

Riwayat kesehatan keluarga


(adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga yang lain atau
riwayat penyakit lain baik bersifat genetis maupun tidak)
Keluarga pasien tidak ada riwayat penyakit kanker ini maupun kanker lainnya.

b. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
a. Keadaan umum : sedang
b. Kesadaran : compos mentis
Tingkat kesadaran dibedakan menjadi :
1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor
yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah
dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
5. Stupor (setengah koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga
tidak ada respon pupil terhadap cahaya).

2. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital


a. Tekanan darah : 110/70 mmHg
b. Nadi : 84x/menit
c. Suhu : 36,50 C
d. Pernapasan : 20x/menit
3. Pemeriksaan kulit dan rambut
Kulit keriput, pucat, dan berkeringat. Tidak ada lesi dan sianosis. Rambut kasar
dan sedikit beruban.

4. Pemeriksaan kepala dan leher


a. Kepala
Simetris, tidak ada oedema, tidak ada lesi
b. Mata
Simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, fungsi penglihatan normal
c. Hidung
Simetris, tidak ada sumbatan atau secret, fungsi pemciuman normal
d. Telinga
Simetris, tidak ada sumbatan, tidak ada lesi, fungsi normal
e. Mulut
Mukosa bibir kering dan pucat.
f. Leher
Simetris, palpasi vena jugularis (-), tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

5. Pemeriksaan dada
a. Paru-paru
Inspeksi : dada simetris, tidak ada benjolan, tidak ada lesi
Palpasi : taktil fremitus kanan=kiri, tidak teraba benjolan/massa
Perkusi : suara paru sonor (normal)
Auskultasi: vesikuler (normal), tidak ada ronkhi dan wheezing
Suara napas:
1. Suara napas dasar/normal
Vesikuler
Suara napas vesikuler bernada rendah, terdengar lebih panjang pada fase inspirasi
daripada ekspirasi dan kedua fase bersambung/ tidak ada silent gaps.

Bronkovesikuler
Kombinasi suara nada tinggi dengan inspirasi dan ekspirasi yang jelas dan tidak
ada silent gaps

Bronkial
Suara napas bronkial bernada tinggi dengan fase ekspirasi lebih lama daripada
inspirasi dan terputus/ silent gaps.

Trakeal
Tracheal adalah suara yang dihasilkan saat udara melewati glottis, lokasi di atas
trachea. Inspirasi = ekspirasi.

2. Suara napas tambahan/abnormal


Rales (crekles)
Adalah suara yang dihasilkan saat udara melewati jalan nafas yang penuh eksudat,
biasanya terdengar saat inspirasi, tidak hilang saat dibatukkan, terjadi pada
pneumonia, TBC.

Ronchi
Adalah suara yang dihasilkan saat udara melewati jalan nafas yang penuh cairan /
mukus, terdengar saat inspirasi maupun ekspirasi.
Ronki dibagi menjadi 2 macam yaitu ronki basah dengan suara terputus- putus dan
ronki kering dengan suara tidak terputus.

Wheezing
Adalah bunyi ngiik. . . terdengar saat inspirasi maupun ekspirasi karena
penyempitan bronkus eksudat yang lengket pada pasien asma dan bronkitis.

Pleara Friction Rub


Adalah suara kering yang terdengar saat inspirasi maupun ekspirasi pada
peradangan pleura.

b. Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
Palpalsi : iktus cordis teraba2 jari di medial 2 MCS SIC V
Perkusi : batas-batas jantung normal
Batas normal jantung yaitu:
Kanan atas: SIC II RSB, kiri atas: SIC II LSB, kanan
bawah: SIC IV RSB, kiri bawah: SIC V medial 2 MCS
Auskultasi :tidak ada murmur
6. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : perut sedikit membuncit, ada benjolan di perut sebelah bawah
Palpasi : teraba massa 2 jari, sulit digerakkan, berbenjol-benjol
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus normal

7. Pemeriksaan ekstremitas
Ekstremitas atas : tangan pasien bergetar jika digerakkan. Tidak ada oedema dan
lesi
Ekstremitas bawah : terdapat oedema pada kedua kaki dari paha sampai
kaki bagian bawah

Pemeriksaan Penunjang
- Hemoglobin : 5,5 g/dl
- Leukosit : 16.200 / mm3
- Trombosit : 421.000 / mm3
- Hematokrit : 17%

c. Pola fungsional Gordon


1. Pola penatalaksanaan kesehatan / persepsi sehat
Pasien mengatakan tidak terlalu paham pola hidup sehat. Bahkan pasien mengaku
tidak terlalu memperhatikan pola makannya. Walaupu demikian, pasien akan selalu
berusaha menjalani pengobatan apapun jika sakit. Pasien sebelumnya sudah
mencoba pengobatan alternative, ke tukang urut bahkan sampai ke klinik dan
rumah sakit besar sekalipun. Namun, setiap melakukan pengobatan, pasien tidak
terlalu ingin tahu apa penyakitnya. Yang terpenting adalah cepat sembuh.

2. Pola nutrisi metabolik


Pasien mengatakan tidak nafsu makan. Pasien juga tidak menyentuh makanan dari
rumah sakit. Selain karena tidak nafsu makan, pasien mengaku takut makan karena
sekarang dia sulit BAB. Jika tetap di isi, pasien takut tidak bisa dikeluarkan lagi.
Minum pasien normal, pasien tidak ada mengalami gangguan untuk minum.

3. Pola eliminasi
Pasien masih bisa BAK tapi agak mengedan dan nyeri. Sulit BAB, jika bisa hanya
sedikit, kecil dan padat.

4. Pola aktivitas latihan


Pasien tidak mampu melakukan aktivitas karena setiap bergerak terasa nyeri
diseluruh tubuh dan hanya bisa terbaring ditempat tidur saja. Pasien juga merasa
sangat kelelahan.

5. Pola tidur dan istirahat


Pasien sulit tidur karena menahan rasa nyeri. Pasien akan tertidur jika nyeri mulai
berkurang dan akan terbangun lagi jika terasa nyeri.

6. Pola kognitif perseptual keadekuatan alat sensori


Penglihatan dan pendengaran pasien normal. Pasien juga masih bisa mengenali
keadaan disekitar.

7. Pola persepsi-konsep diri


Pasien pasrah dengan penyakitnya dan mencoba untuk tetap bersemangat. Namun
kadang timbul perasaan sedih karena tidak bisa melakukan apa-apa lagi untuk
anak-anak dan suaminya. Bahkan untuk melakukan buang air saja harus dibantu
oleh orang air. Pasien cemas jika dia tidak bisa sembuh.

8. Pola peran dan hubungan


Semenjak sakit pasien kurang bergaul dengan orang disekitar karena sering bolak-
balik kerumah sakit saja apalagi semenjak dirawat di rumah sakit. Pasien cemas
dengan pandangan orang-orang nantinya.

9. Pola seksual reproduksi


Pasien tidak terlalu peduli dengan seksualitasnya semenjak sakit.

10. Pola koping dan toleransi stress


Agar tidak stres memikirkan penyakitnya, pasien tidak terlalu ingin lebih tahu
tentang sakit yang dideritanya. Anak-anaknya juga selalu ada disana untuk
mrnghiburnya.
11. Pola nilai dan keyakinan
Pasien beragama islam. Selama sakit pasien sulit untuk beribadah karena terasa
nyeri setiap bergerak. Menurut pasien, penyakitnya adalah cobaan karena Allah
sayang padanya.

2. Rencana Asuhan Keperawatan (NANDA, NOC, NOC)


NANDA 1
Diagnosa: impaired comfort / gangguan rasa nyaman (nyeri) p. 352
Defenisi: merasakan kurang, bantuan, dan kelebihan fisik, psikospiritual, lingkungan
dan dimensi social.

Batasan karakteristik:
Gejala penyakit yang berhubungan
Gangguan pola tidur
Melaporkan ketidaknyamanan
Melaporkan gelisah

Data objektif:
Pasien berkeringat dingin
Gelisah
Meringis
Pasien mengerang sakit buang air kecil

Data subjektif:
Pasien mengatakan nyeri saat buang air kecil
Pasien mengatakan nyeri diseluruh tubuh terutama dipinggang
Pasien mengatakan sulit tidur

NOC 1
Comfort level (tingkat kenyamanan) p. 173
Indicator:
Melaporkan kecewa dengan control gejala
Melaporkan kecewa dengan control nyeri
Menyatakan kecewa dengan tingkat kenyamanan
NIC 1
Pain management (Manajemen nyeri) p. 412
Aktivitas:
o Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, dan factor presipitasi
o Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
o Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
o Kaji budaya yang mempengaruhi respion nyeri
o Determinasi akibat nyeri terhadap kualitas hidup
o Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
o Control ruangan yang dapat mempengaruhi nyeri
o Kurangi factor presipitasi nyeri
o Pilih dan lakukan penanganan nyeri
o Ajarkan pasien untuk memonitor nyeri
o Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
o Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
o Evaluasi keefektifan control nyeri
o Tingkatkan istirahat
o Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
o Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

NANDA 2
Diagnosa : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh p.73
Defenisi :asupan gizi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik

Batasan karakteristik:
Berat badan 20 % atau lebih dibawah ideal
Melaporkan intake makanan yang kurang dari RDA
Tidak nafsu makan

Data objektif:
Adanya kelemahan umum
Tidak menghabiskan makanan yang diberikan

Mukosa bibir kering dan pucat


Berat badan menurun

Data subjektif:
Pasien mengatakan tidak nafsu makan

NOC 1
Status nutrisi: intake makanan
Indikator:
Intake kalori
Intake protein

http://bangeud.blogspot.co.id/2011/01/asuhan-keperawatan-ca-buli-buli.html

Anda mungkin juga menyukai