Anda di halaman 1dari 4

PRINSIP - PRINSIP DASAR KEGIATAN REHABILITASI

Ada beberapa prinsip dasar kegiatan rehabilitasi anak berkebutuhan khusus,


diantaranya:
1. Ditinjau dari tujuan rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi bagi anak berkebutuhan khusus adalah agar mereka mampu
mengikuti pendidikan dengan baik, atau agar mereka mampu melaksanakan fungsi
sosial secara wajarn dalam kehidu-pan masyarakat. Untuk mewujudkan tujuan
rehabilitasitersebut, prinsip dasar kegiatan rehabilitasi adalah:

a. Prinsip menyeluruh
Kegiatan rehabilitasi dilakukan secara menyeluruh atau lengkap, baik pada
aspek fisik, psikhis, sosial maupun ketrampilan (total care concept
rehabilitation). Seorang anak yang mengalami amputasi, sedini mungkin
ditangani bidang rehabilitasi medic tidakterbatas ke-pada mempercepat
penyembuhan luka-penguatan ptot, tetapi juga pembuatan kaki palsu,
mempersiapkan mental agar yang bersangkutan menerima alat tersebut,
melatih ketrampilan sesuai dengan kemampuan yang ada, dsb.

b. Prinsip pelayanan segera atau pelayanan dini


Pelayanan rehabilitasi dilakukan mulai sejak usia dini atau segera setelah
diketahui kebutuhan rehabilitasi yang diperlukan masing-masing anak.

c. Prinsip prioritas
Kondisi kesehatan atau kecacatan yang menimbulkan rasa sakit dapat
mengganggu setiap aktivitas anak, maka kegiatan rehabilitasi medik bagi
anak yang memerlukan, perlu didahulukan/mendahului kegiatan rehabilitasi
yang lain. pada kasus-kasus tertentu yang memerlukan pelayanan segera,
perlu memperoleh prioritas dalam rehabilitasi.

d. Kegiatan berpusat pada anak


Kegiatan rehabilitasi yang dilakukan, lebih banyak memberikan
kesempatan kepada anak/peserta didik untuk mencoba sendiri, memecahkan
masalahnya sendiri serta melakukan latihan sendiri, sudah tentu setelah
mereka memperoleh penjelasan secukupnya dari provider.

e. Prinsip konsisten
Setiap kegiatan rehabilitasi didasarkan pada program yang telah disiapkan
sebelumnya, dan dievaluasisetiap kemajuan yang dicapai anak/peserta didik
secara konsisten.

f. Prinsip efektivitas dan penghargaan


Memberikan pujian dan penghargaan atas keberhasilan dan kemajuan
kemampuan anak/peserta didik.

g. Prinsip pentahapan.
Artinya bahwa kegiatan rehabilitasi dimulai dari kegiatan yang minimal
(kecil, sederhana, mudah) sampai pada yang maksimal (luas, besar, sukar),
baik yang berhubungan dengan bentuk, sifat maupun hasil yang diharapkan.

h. Prinsip kesinambungan, berulang dan terus menerus.


Artinya kegiatan terapi agar mencapai hasil maksimal perlu dilakukan
berkesinambungan, berulang-ulang, terus menerus. Jadi tidak berhenti
sebelum terlihat hasilnya yang lebih baik, menjadi bertambah meningkat
kemampuannya, menjadi berkurang kesulitan dan hambatannya, dsb.

i. Prinsip terintegrasi
Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi tidak selalu terpisah dengan kegiatan
proses belajar mengajar dalam suatu bidang studi tertentu, misalnya
ketrampilan, olahraga, PMP, agama, kesenian, dsb.

2. Ditinjau dari jenis dan macam kelainan


a. Orientasi pada pengembalian fungsi
Kegiatan rehabilitasi dilakukan dengan berorientasi pada pengembalian
fungsi. Setiap anak berkelainan memiliki dampak primer tertentu sesuai
dengan jenis kecacatannya. Dampak primer tersebut sedapat mungkin
dikembalikan fungsinya, dan jika tidak mungkin dialihkan pada fungsi
organ tubuh yang lain/ketrampilan tertentu yang dapat menggantikan fungsi
organ yang berkelainan. Misalnya: tunanetra, dampak primer tidak dapat
melihat, kegiatan rehabilitasi di bidang pendidikan dengan tulisan braille,
peragaan dengan bendy yang dapat diraba, dsb. Anak tunadaksa jenis folio,
dampak primer ambulasi terbatas, kegiatan rehabilitasi melatih penggunaan
kursi roda, kruk, brace, dsb.

b. Pinsip individualisasi
Kegiatan rehabilitasi berorientasi pada ketidakmampuan dan kemampuan
setiap anak/peserta didik. Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi diperlukan
pendekatan individual.

c. Orientasi pada jenis kecacatan dan kasus


Ada kegiatan rehabilitasi yang dapat dilakukan secara kelompok
berdasarkan atas jenis kecacatan, macam kasus, tingkat kelas, kelompok
usia, dsb. MisaInya: semua anak tunanetra memerlukan latihan orientasi dan
mobilitas, semua anak tunarungu memerlukan latihan komunikasi, semua
anak tuna grahita dan tunadaksa memerlukan latihan ADL, dsb

3. Ditinjau dari kemampuan pelaksana ( provider )


a. Prinsip kerja tim
Pekerjaan rehabilitasi dilakukan oleh suatu tim yang masing-masing bekerja
sesuai dengan profesi dan kemampuannya. Kerjasama yang baik entar
anggota tim rehabilitasi akan sangat menentukan keberhasilan program
rehabilitasi.

b.Prinsip kerja atas dasar profesi.


Tidak semua anggota tim rehabilitasi memiliki profesi yang sama, itulah
sebabnya bekerja atas dasar profesi akan lebih mampu mengurangi resiko
kesalahan, di samping itu juga akan memperbesar efektivitas kerja.
Sebelum kegiatan rehabilitasi dimulai, terlebih dahulu difahami batas-batas
kewenangan masing-masing dan disusun pembagian togas secara tertulis
atas dasar kesepakatan pihak-pihak yang tergabung dalam tim rehabiliasi
yang ada di sekolah masing-masing.
Tindakan konsultatif dan penyelenggaraan pertemuan tim rehabilitasi
secara periodik perlu ditempuh di setup sekolah, demi kelancaran kegiatan
rehabilitasi dan menghindari kesalahan dalam memberikan pelayanan
rehabilitasi yang dapat menimbulkan parahnya permasalahan atau
kecacatan yang disandang oleh anak/peserta didik yang memperoleh
pelayanan.
Seluruh program rehabilitasi berada di bawah tanggung jawab ketua tim
yang dibantu oleh tiga ahli di bidang medik, social psikologis dan
ketrampilan. Dalam pelaksanaannya dapat dilakukan oleh beberapa
pelaksana rehabilitasi sesuai dengan kemamputan dan kewenangannya.
Tindakan rujukan ke ahlinya perlu dilakukan oleh para guru dan petugas
rehabilitasi lainnya, agar anak segera terpecahkan permasalahannya. Dalam
hal ini perlu disertai administrasi seperlunya (buku rujukan).

4. Ditinjau dari tempat, waktu dan sarana rehabilitasi

a. Prinsip integritas
Kegiatan rehabilitasi pada dasarnya dapat dilakukan secara ber-saina-sama,
kecuali rehabilitasi ketrampilan sebaiknya dilakukan setelah anak/peserta
didik selesai mengikuti rehabilitasi medik dan sosial. Misalnya anak
tunanetra untuk mengikuti latihan ketrampilan massage, sebaiknya setelah
menguasai orientasi mobilitas, tidak sakit, dan setelah memiliki motivasi
untuk bekerja bidang keahlian massage.
Pinsip ini juga menggariskan bahwa pelaksanaan rehabilitasi juga dapat
dilakukan bersama-sama saat penyafnpaian materi bidang studi tertentu di
sekolah.

b. Prinsip keluwesan tempat dan waktu


Tempat pelaksanaan rehabilitasi dapat dilakukan dimana saja dan kapan
raja, terkecuali pada kasus-kasus tertentu. Misalnya operasi ortopedi harus
dilakukan di rumah sakit.

c. Prinsip kesederhanaan
Sarana rehabilitasi diutamakan yang sederhana, mudah didapat, murah
harganya dan disesuaikan dengan kemampuan lembaga/sekolah, kecuali
pada kasuss-kasus tertentu, seperti alat bantu untuk mendengar, alat bantu
untuk melihat, prothese, dsb.

d. Prinsip keterlibatan orangtua dan masyarakat Artinya kegiatan rehabilitasi


perlu menyertaka orangtua atau pembina asrama atau masyarakat, baik
dalam melakukan pelatihan, pengawasan dan pembinaan anak, mengingat
jumlah waktu anak kesehariannya lebih banyak di rumah atau diasrama.

Anda mungkin juga menyukai