Anda di halaman 1dari 17

BIODIVERSITAS (Makalah Mega SiRnawati)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah semua kehidupan diatas bumi
ini baik tumbuhan, hewan, jamur dan mikrioorganisme, serta berbagai materi genetik
yang dikandungnya dan keanekaragaman sistem ekologi di mana mereka hidup.
Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari
organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari makhluk
bersel satu hingga makhluk bersel banyak. Keanekaragaman hayati banyak memberikan
manfaat bagi kehidupan, yaitu sebagai sumber pangan, perumahan, dan kesehatan
makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan sangat tergantung pada ketersediaan tanaman
dan hewan, sebagai sumber plasma nutfah. Keanekaragaman yang tinggi di Indonesia
dapat dijumpai di dalam lingkungan hutan hujan tropis. Di dalam hutan hujan tropis
terdapat berbagai jenis tumbuhan (flora) dan hewan (fauna) yang belum dimanfaatkan
atau masih liar. Di dalam tubuh hewan atau tumbuhan itu tersimpan sifat-sifat unggul,
yang mungkin dapat dimanfaatkan di masa mendatang. Keanekaragaman yang tinggi ini
dapat dilihat dari berbagai jenis spesies yang dipunyai Indonesia.

Oleh karena itu keanekaragaman perlu dilindungi, konservasi keanekaragaman hayati


atau biodiversitas sudah menjadi kesepakatan internasional. Objek keanekaragaman
hayati yang dilindungi terutama kekayaan jenis tumbuhan (flora) dan kekayaan jenis
hewan (fauna) serta mikroorganisme misalnya bakteri dan jamur. Fauna, tidak saja
mencakup binatang mamalia tetapi juga ikan, burung, dan serangga. Tempat
perlindungan keanekaragaman hayati di Indonesia telah diresmikan oleh pemerintah.
Lokasi perlindungan tersebut misalnya berupa Suaka Margasatwa, Taman Nasional,
Cagar Alam, Taman Hutan Raya, Taman Laut. Tempat-tempat tersebut memiliki makna
yang berbeda-beda meskipun fungsinya sama yaitu untuk tujuan konservasi. Dalam
usaha menjaga kelestarian sumber daya hayati agar tidak punah adalah dengan cara
menjaga keutuhan lingkungan tempat hidup makhluk hidup. Jika sebagian besar
manusia melakukan aktivitas eksploitasi sumber daya hayati secara terus-menerus tanpa
diimbangi dengan usaha pelestarian maka dalam waktu yang relatif singkat sumber daya
hayati akan punah.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apakah pengertian dan karakteristik utama hewan ?
2. Bagaimanakah pengaruh lingkungan terhadap hewan ?
3. Bagaimanakah pengaruh pola hidup dan ukuran tubuh hewan dalam
mempertahankan kehidupan mereka ?
4. Bagaimanakah distribusi geografi hewan ?
5. Bagaimanakah konservasi hewan invertebrata dan vertebrata ?

1.3 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dalam penulisan ini adalah tentang :
1. Pengertian dan karakteristik utama hewan.
2. Pengaruh lingkungan terhadap hewan.
3. Pengaruh pola hidup dan ukuran tubuh hewan dalam mempertahankan
kehidupan mereka.
4. Distribusi geografi hewan.
5. Konservasi hewan invertebrata dan vertebrata.

1.4 Tujuan Penulisan


Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui tentang :
1. Pengertian dan karakteristik utama hewan.
2. Pengaruh lingkungan terhadap hewan.
3. Pengaruh pola hidup dan ukuran tubuh hewan dalam mempertahankan
kehidupan mereka.
4. Distribusi geografi hewan.
5. Konservasi hewan invertebrata dan vertebrata.

1.5 Tujuan Penulisan


Dalam penulisan makalah ini digunakana metode kepustakaan atau studi pustaka,
yaitu dengan mengumpulkan data-data yang relevan dengan permasalahan yang akan
dibahas melalui buku-buku referensi dan dari internet yang terkait dengan biodiversitas
hewan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Karakteristik utama Hewan


Jenis makhluk hidup yang terdapat di lingkungan sangat beranekaragam. Terdapat
berbagai jenis tumbuhan dan hewan. Hewan memiliki karakteristik atau ciri khas yang
membedakannya dari tumbuhan yaitu : 1) tidak melakukan fotosintesis sehingga
termasuk makhluk hidup heterotrof, 3) eukariot, 4) tidak memiliki dinding sel, 5)
mampu merespon dengan cepat terhadap rangsangan dari luar, 5) merupakan makhluk
hidup yang motil (aktif bergerak) selama tahap tertentu dalam siklus hidupnya, hewan
yang diam (stasioner) sekalipun memiliki tahap motil berupa larva yang berenang.

2.2 Pengaruh Lingkungan terhadap Hewan


Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup yang
mempengaruhi kehidupan makhluk hidup didalamnya, termasuk hewan. Lingkungan
hewan adalah semua faktor biotik dan abiotik yang ada di sekitarnya dan dapat
mempengaruhinya. Hewan hanya dapat hidup, tumbuh dan berkembang biak dalam
suatu lingkungan yang menyediakan kondisi dan sumberdaya yang sesuai. Apabila
lingkungan berubah, maka hewan harus mempertahankan diri atau beradaptasi sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya agar dapat bertahan. Lingkungan yang ditempati
makhluk hidup untuk melakukan kegiatan disebut habitat. Untuk dapat melangsungkan
hidupnya, setiap makhluk hidup memerlukan habitat yang sesuai. Perubahan lingkungan
dapat menyebabkan perubahan habitat sehingga tidak cocok/sesuai lagi dengan makhluk
hidupnya. Perubahan lingkungan dapat terjadi secara alamiah. Misalnya gunung
meletus, musim, pergantian siang dan malam, perubahan lingkungan, dan akibat
perbuatan manusia, misalnya perburuan hewan, penebangan hutan, pembangunan jalan,
dan bendungan. Karena perubahan lingkungan ini maka terjadi perubahan jumlah
individu yang menempati suatu daerah tertentu.
Faktor lingkungan bagi hewan ada dua yaitu kondisi dan sumberdaya. Kondisi
adalah faktor-faktor lingkungan abiotik yang keadaannya berbeda dan berubah sesuai
dengan perbedaan tempat dan waktu misalnya tanah, air suhu, iklim. Sumberdaya
adalah faktor lingkungan yang dapat habis ketersediaannya bila sudah digunakan,
misalnya makanan dan ruang (tempat tinggal). Setiap hewan senantiasa berusaha untuk
selalu dapat beradaptasi terhadap setiap perubahan lingkungan tersebut. Dalam
penyesuaian diri tersebut hanya hewan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan
yang dapat bertahan hidup, sementara yang tidak mampu beradaptasi akan mati atau
bermigrasi bahkan akan punah. Adanya migrasi hewan akan meningkatkan jumlah
populasi ditempat tertentu tetapi juga akan mengurangi jumlah populasi di tempat yang
lain. Jika dalam proses relokasi ini tidak ditemukan tempat yang sesuai maka akan
terjadi penurunan jumlah populasi. Penurunan dapat disebabkan kematian ataupun
hewan-hewan tersebut tidak dapat berkembang biak. Jika ini terjadi secara terus
menerus, maka akan terjadi kepunahan populasi.
Tanah bagi hewan adalah substrat sebagai tempat berpijak dan tempat tinggal,
kecuali hewan yang hidup di dalam tanah. Kondisi tanah yang berpengaruh terhadap
hewan tersebut adalah kekerasannya. Faktor dalam tanah yang mempengaruhi
kehidupan hewan tanah antara lain kandungan air (drainase), kandungan udara (aerase),
suhu, kelembaban serta sisa-sisa tubuh tumbuhan yang telah lapuk. Jika tanah banyak
mengandung air maka oksigen di dalam tanah akan berkurang dan karbondioksidanya
akan meningkat. Air juga menyebabkan tanah menjadi cepat asam, karena air
mempercepat pembusukan. Kurangnya oksigen menyebabkan gangguan pernapasan,
dan zat-zat yang bersifat asam dapat meracuni hewan. Kandungan karbondioksida
dalam tanah lebih banyak daripada di atmosfir. Jika tanah banyak mengandung rongga
pertukaran udara maka karbondioksida dapat keluar sementara oksigen masuk ke dalam
tanah.
Air sangat menentukan kondisi lingkungan fisik dan biologis hewan. Perwujudan
air dapat berpengaruh terhadap hewan. Misalnya jika air dalam tubuh hewan akan
berubah menjadi dingin atau membeku karena penurunan suhu lingkungan,
menyebabkan sel dan jaringan tubuh akan rusak dan metabolisme tidak akan berjalan
normal, sebaliknya penguapan air yang berlebihan dari dalam tubuh hewan
menyebabkan tubuh kekurangan air. Penyebaran dan kepadatan hewan air di lingkungan
air ditentukan oleh kemampuannya mempertahankan osmotik dalam tubuhnya dan
berhubungan dengan kemampuannya untuk bertoleransi dengan salinitas air.
Suhu berpengaruh terhadap hewan dalam proses metabolisme serta aktivitas hidup
lainnya. Suhu optimum adalah batas suhu yang dapat ditolerir oleh hewan, lewat atau
kurang dari suhu tersebut menyebabkan hewan terganggu bahkan menuju kematian
karena tidak tahan terhadap suhu.

2.3 Pengaruh Pola Hidup dan Ukuran Tubuh Hewan dalam Mempertahankan
Kehidupan Mereka.
Pola hidup dan ukuran tubuh hewan di alam tujuannya adalah untuk dapat tetap
bertahan hidup di lingkungannya. Hibernasi adalah teknik bertahan hidup pada
lingkungan dengan cara tidur menonaktifkan dirinya (dorman). Hibernasi bisa
berlangsung lama secara berbulan-bulan seperti beruang pada musim dingin. Hibernasi
biasanya membutuhkan energi yang sedikit, karena selama masa itu binatang yang
berhibernasi akan memiliki suhu tubuh yang rendah, detak jantung yang lambat,
pernapasan yang lambat, dan lain-lain. Binatang tersebut akan kembali aktif atau
bangun setelah masa sulit terlewati. Contoh hewan yang berhibernasi yaitu seperti ular,
ikan, beruang, kura-kura, bengkarung, dan lain-lain. Ada juga hewan yang
menonaktifkan diri (dorman) pada saat kondisi lingkungan tidak bersahabat biasanya
dilakukan pada musim panas dengan suhu udara yang panas dan kering, yaitu dengan
cara estivasi. Hewan-hewan seperti kelelawar, tupai, lemur kerdil, akan mengestivasi
diri di tempat yang aman dan terlindung.
Hewan yang memiliki aktivitasnya tinggi cenderung memiliki ukuran tubuh lebih kecil
dibandingkan hewan yang aktivitasnya sedikit.

2.4 Distribusi Geografi Hewan


Tidak seluruh wilayah di muka bumi dapat dihuni oleh makhluk hidup.
Faktor-faktor lingkungan seperti suhu, curah hujan, jenis tanah dan topografi sangat
mempengaruhi pola distribusi dari suatu makhluk hidup. Iklim merupakan faktor utama
yang menentukan tipe tanah maupun species tumbuhan yang tumbuh di daerah tersebut.
Sebaliknya, jenis tumbuhan yang ada menentukan jenis hewan dan mikroorganisme
yang akan menghuni daerah tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran
hewan adalah sawar / barrier / penghalang adalah keadaan ekologis atau fisis yang
mencegah atau menghalangi terjadinya penyebaran dan perkawinan suatu organisme
atau makhluk hidup di dunia. Sawar / barrier tersebut dapat berupa fisik maupun
lingkungan.
a. Sawar / penghalang fisik
Meliputi : Lautan, padang pasir, pegunungan, dan lembah.
Contoh : - Lautan merupakan penghalang bagi hewan darat yang tidak dapat
terbang.
- Pegunungan yang tinggi merupakan penghalang bagi hewan
yang biasa hidup di lembah.
b. Sawar / penghalang lingkungan
Meliputi : Iklim yang tidak sesuai atau keadaan ekologi yang tidak menguntungkan,
misalnya keberadaan organisme lain yang menjadi pesaing dalam mencari makanan dan
tempat tinggal.
Contoh : - Penyusutan jumlah populasi harimau Jawa, Sumatra, dan Bali karena
perluasan lahan untuk kepentingan kehidupan manusia, bencana alam, iklim yang tidak
sesuai dan kurangnya makanan
Selain itu, penyebaran organisme dari satu daerah ke daerah lain sering juga terhalang
oleh isolasi geografi. Isolasi geografi menyebabkan perbedaan susunan flora dan fauna
di dua tempat. Sebagai contoh yaitu terjadinya 14 spesies burung Finch di Kepulauan
Galapagos. Isolasi geografi dalam jangka waktu yang lama menyebabkan terjadinya
isolasi reproduksi yaitu sawar yang menghambat terjadinya reproduksi pada populasi
yang simpatrik. Organisme-organisme yang memiliki ciri-ciri morfologi, fisiologi, dan
perilaku yang hampir sama dan berada dalam satu lingkungan yang sama tetapi tidak
melakukan perkawinan disebut organisme simpatrik.
Ilmuwan kenamaan Inggris yang bernama Alfred Russel Wallace, pada tahun
1867 melakukan peyelidikan tentang persebaran hewan di muka bumi. Wallace
mengemukakan bahwa permukaan bumi dapat dibagi menjadi enam kawasan
persebaran hewan yang masing-masing ditandai dengan spesies-spesies yang unik.
Enam kawasan tersebut adalah kawasan Australia, Oriental, Ethiopia, Neartik,
Neotropik, dan Paleartik. Masing-masing daerah mempunyai ciri khas, yang disebabkan
oleh faktor geografis, cuaca, iklim.
Australian
Meliputi Australia, Selandia Baru, Irian dan pulau-pulau di sekitar daerah Samudera
Pasifik. Wilayah Indonesia bagian timur seperti Irian dan Maluku, termasuk juga
wilayah Australia. Sebagian besar wilayahnya beriklim tropis dan sebagian kecilnya
beriklim sedang. Cntoh hewan di wilayah ini kanguru, trenggiling koala, cendrawasih,
kiwi, kura-kura, buaya.
Oriental
Meliputi benua Asia dengan pulau dan kepulauan yang dekat seperti Sumatra,
Sulawesi, Ceylon, Kepulauan Formosa dan Filipina. Kondisi fisiknya bervariasi dengan
pulau-pulau, sebagian beriklim tropis. Di wilayah ini banyak terdapat hutan hujan tropis
yang kaya akan jenis tumbuhan dan aneka hewan sehingga merupakan gudang sumber
alam hayati dan sumber plasma nutfah. Wilayah ini kaya akan jenis ikan tawar, sedang
amphibi dan reptilia tidak mempunyai kekhususan. Salamandernya sedikti serta burung-
burung dan mamalianya mempunyai hubungan spesies dengan fauna yang sama di
wilayah Ethiopia. Hewan yang spesifik adalah harimau, gajah, gibon, orang utan, badak
bercula satu atau dua, mejangan, antilop dan tapir.
Wilayah Ethiopia
Wilayah ethiopia meliputi Afrika sebelah selatan, madagaskar dan Arabia bagian
selatan. Keadaan lingkungan hidupnya seragam, bagian utara berupa gurun Sahara yang
merupakan padang pasir terluas di dunia dan merupakan pembatas efektif wilayah
Ethiopia dengan Paleartik. Hewan di wilayah Ethiopia bervariasi, kurang lebbih ada 161
vertebrata darat. Hewan yang khusus adalah jerapah, zebra, antilop dan badak afrika.
Hewan-hewannya hampir sama dengan hewan-hewan oriental. Kompisinya sama,
misalnya kucing dan anjing serta golongan primata seperti lemur, babon, gorila dan
simpanse. Jenis ikannya ada yang termasuk primitif seperti ikan paru-paru.
Wilayah Neartik
Wilayah Neartik meliputi seluruh wilayah Amerika Utara dan seluruh
Greenland. Secara fisik keadaan lingkungan sangat menarik. Greenland hampir
seluruhnya tertutup oleh salju, sedang bagian timur Amerika Utara merupakan hutan
gugur dan bagian tengah merupakan padang rumput. Hewan penghuni wilayah Neartik
antara lain kalkun, mocking bird, salamander, bison, caribou dan muscox.
Wilayah Neotropik
Wilayah Neotropik meliputi Meksiko bagian selatan sampai Amerika bagian
tengah dan Amerika Selatan. Keadaan lingkungannya umumnya beriklim tropis, tetapi
sebagian arah selatan termasuk beriklim sedang. Di wilayah Neotropik banyak terdapat
gunung dan pegunungan. Di wilayah ini tidak ditemukan orang utan dan siamang,
kelelawar, trenggiling, babi, antilop, kuda, dan tapir.
Wilayah Paleartik
Wilayah paleartik meliputi daerah Eurasia, Himalaya, Persia, Afganistan, Afrika,
Inggris dan Jepang. Keadaan lingkungannya bervariasi, memiliki perbedaan suhu yang
tinggi, memiliki perbedaan curah hujan dan dilihat dari permukann tanahnya
mempunyai diversitas yang tinggi. Tikus air dari famili Desmaniaceae merupakan
hewan khas wilayah Paleartik. Hewan lain wilayah Paleartik adalah bison dan kucing
kutub, landak, babi hutan, sapi, domba, rusa kecil, keledai,burung rabin, dan sejenis
burung magpie.
Untuk itu daerah persebaran hewan di Indonesia menurut garis Wallace dibagi
menjadi 2 daerah, yaitu :
Daerah Bagian Timur
Meliputi Irian, Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara, termasuk Papua Nugini, dan
Kepulauan Aru. Hewan khas : kasuari, burung nuri, cendrawasih, parkit, kanguru,
wallabi, komodo, anoa, babi rusa.
Daerah Bagian Barat
Meliputi Sumatra, Dataran Sunda, Kalimantan, Jawa, dan Bali.
Hewan khas : badak bercula satu, monyet, sapi, gajah, kera, macan tutul, burung pita
bergaris.
Selain garis Wallace, di Kepulauan Indonesia terdapat garis pembagi lain yang
membujur dari arah utara ke selatan yaitu garis Webber, yang meliputi Teluk Aru
sampai Kepulauan Maluku. Menurut Webber, Sulawesi merupakan daerah peralihan
yang dihuni oleh hewan-hewan yang memiliki sifat peralihan, misalnya babi rusa, anoa,
maleo, dan tarsius spectrum.

2.5 Konservasi Hewan Invertebrata dan Vertebrata


Konservasi adalah suatu usaha pelestarian dan penyelamatan lingkungan agar
kelestarian dan keseimbangan alam tetap seimbang. Dalam usaha menjaga kelestarian
sumber daya hayati agar tidak punah adalah dengan cara menjaga keutuhan lingkungan
tempat hidup makhluk hidup. Jika sebagian besar masyarakat melakukan aktivitas
eksploitasi sumber daya hayati secara terus-menerus tanpa diimbangi dengan usaha
pelestarian maka dalam waktu yang relatif singkat sumber daya hayati akan punah.
Agar tidak terjadi kepunahan maka pemerintah beserta instansi terkait, sesuai dengan
kesepakatan internasional untuk melindungi hewan dan tumbuhan dengan melakukan
usaha untuk mencegah terjadinya kepunahan dengan beberapa cara, antara lain:
1. Menetapkan suaka margasatwa sebagai tempat untuk melindungi hewan tertentu
terutama yang sudah langka. Suaka Margasatwa adalah kawasan suaka alam yang
memiliki ciri khas berupa keanekaragaman dan keunikan jenis satwa, dan untuk
kelangsungan hidup satwa dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.
Di Indonesia suaka margasatwadarat antara lain : Suaka Margasatwa Rawa Singkil di
NAD (Aceh), Suaka Margasatwa Padang Sugihan di Sumatera Selatan, Suaka
Margasatwa Muara Angke di DKI Jakarta, Suaka Margasatwa Tambora Selatan di Nusa
Tenggara Barat, Suaka Margasatwa Lamandau di Kalimantan Tengah, dan Suaka
Margasatwa Buton di Sulawesi Tenggara. Sedangkan Suaka Margasatwa laut antara lain
: Suaka Margasatwa Kepulauan Panjang di Papua, Suaka Margasatwa Pulau Kassa di
Maluku, dan Suaka Margasatwa Foja di Papua.
2. Membuat cagar alam sebagai tempat perlindungan dan pelestarian hewan, tumbuhan,
tanah dan air. Cagar alam adalah kawasan perlindungan alam yang memiliki tumbuhan,
hewan, dan ekosistem yang khas sehingga perlu dilindungi.
Perkembangan dan pertumbuhan hewan dan tumbuhan, berlangsung secara alami.
Sesuai dengan fungsinya cagar alam dapat dimanfaatkan untuk penelitian,
pengembangan ilmu pengetahuan, dan wisata.
Terdapat dua jenis cagar alam yaitu cagar alam darat dan cagar alam laut. Di Indonesia
cagar alam darat antara lain : Cagar Alam Morowali di Sulawesi tengah, Cagar Alam
Nusa Kambangandi Jawa Tengah, Cagar Alam Gunung Papandayan di Jawa Barat,
Cagar Alam Dolok Sipirok di Sumatera Utara, Cagar Alam Hutan Pinus Janthoi di
NAD (Aceh). Sedangkan cagar alam laut antara lain : Cagar Alam Kepulauan Aru
Tenggara di Maluku, Cagar Alam Pulau Anak Krakatau di Lampung, dan Cagar Alam
Kepulauan Karimata di Kalimantan Barat.
3. Taman Nasional
Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang memiliki ekosistem asli yang
dikelola dengan sistem zonasi. Taman nasional dapat dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, dan wisata.
Terdapat dua jenis taman nasional, yaitu taman nasional darat dan taman nasional laut.
Taman nasional darat antara lain ; Taman Nasional Leuser di Sumatera Utara, Taman
Nasional Ujung Kulon di Banten, Taman Nasional Meru Betiri di Jawa Timur, dan
Taman Nasional Bukit Tiga Puluh di Riau. Sedangkan taman nasional laut antara lain ;
Taman Nasional Kepulauan Seribu di DKI Jakarta, Taman Nasional Komodo di Nusa
Tenggara Timur, dan Taman Nasional Bunaken di Sulawesi Utara.
4. Taman Hutan Raya (Tahura)
Taman hutan raya adalah kawasan konservasi alam yang terutama dimanfaatkan untuk
koleksi tumbuhan dan hewan, alami atau non-alami, jenis asli atau pendatang, yang
berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, kebudayaan, dan rekreasi.
Tahura ini dapat disebut sebagai taman propinsi. Misalnya Pulau Sempu di Jawa Timur.
5. Taman Laut
Taman laut adalah wilayah lautan yang mempunyai ciri khas berupa keindahan alam
atau keunikan alam yang ditunjuk sebagai kawasan konservasi alam, yang
diperuntukkan guna meilindungi plasma nutfah lautan. Misalnya Taman Laut Bunaken
di Sulawesi Utara.
6. Inseminasi Buatan adalah perkembangbiakan pada hewan dengan cara menyuntikkan
sperma dari hewan jantan pada hewan betina. Inseminasi buatan ini biasa dilakukan
pada hewan mamalia terutama yang hampir punah karena jumlahnya di alam bebas
yang semakin sedikit. Tidak semua orang dapat melakukan inseminasi buatan, biasanya
dilakukan oleh dokter hewan di suatu lembaga pelestarian, misalnya kebun binatang.
7. Berpartisipasi dalam pelestarian makhluk hidup Pelestarian makhluk hidup bukan
tanggung jawab pemerintah saja namun kita sebagai manusia dan makhluk Tuhan harus
ikut menjaga kelestarian makhluk hidup dan lingkungannya, dimulai dari lingkungan
terkecil, misalnya rumah dan tempat tinggal kita dengan cara tidak membuang sampah
sembarangan. Pemeliharaan hewan tertentu oleh pribadi misalnya memelihara orang
utan, burung yang termasuk langka sebaiknya tidak dilakukan melainkan kita serahkan
kepada lembaga yang bertugas menjaga kelestarian lingkungan misalnya kebun
binatang. Memperbanyak jenis hewan tertentu yang biasa kita gunakan sebagai sumber
makanan misalnya dengan berternak ayam, sapi. Kesadaran manusia akan pentingnya
keseimbangan alam diharapkan sekali dalam usaha pelestarian makhluk hidup.
Pemburuan liar yang dilakukan untuk menangkap hewan harus dihindari dan didukung
dengan cara tidak membeli hewan langka dan bagian bagian hewan tersebut. Dengan
demikian usaha penjualan hewan langka menjadi terhenti.
Usaha melindungi hewan dan tumbuhan dari kepunahan, berdasarkan pada tempat
pemeliharaan untuk mengembangbiakan yang disebut penangkaran, dikenal istilah in
situ yaitu pembiakan di dalam habitat aslinya. Misalnya mendirikan Cagar Alam Ujung
Kulon, Taman Nasional Komodo, dan pembiakan secara ex situ yaitu pembiakan di luar
habitat aslinya, namun suasana lingkungan dibuat mirip dengan aslinya. Misal
penangkaran hewan di kebun binatang (harimau, gajah, burung jalak bali).
Perubahan lingkungan menyebabkan terjadinya perubahan jumlah individu yang
menempati suatu daerah tertentu, sehingga dikenal adanya istilah hewan langka atau
mendekati kepunahan, biasanya dilindungi oleh pemerintah dalam suatu tempat
perlindungan karena jumlahnya di alam bebas sedikit.
Hewan yang Mendekati Kepunahan
a. Badak Bercula
Badak merupakan hewan paling langka dan paling terancam punah. Badak termasuk
hewan mamalia yang mengalami perkembangbiakan yang lama, dalam satu tahun hanya
dapat melahirkan anak 1-2 individu. Perkembangbiakannya pun dapat berlangsung jika
kondisi lingkungannya stabil. Badak bercula satu ditemukan di daerah Ujung Kulon,
Bantensedangkan Badak bercula dua habitat aslinya di Taman Nasional Kerinci Seblat,
Sumatera. Populasi Badak kian hari semakin menurun karena banyaknya pemburuan
liar untuk mengambil culanya.

b. Cendrawasih
Burung Cendrawasih terkenal karena keindahan bulunya yang berwarna-warni. Burung
ini hidup menyendiri di lembah-lembah pegunungan hutan tropis dan biasa bersarang di
atas kanopi pohon yang tinggi besar. Cendrawasih betina biasanya bertelur dua butir,
mengerami dan membesarkan anaknya sendiri. Bulu burung betina dan anak-anaknya
berwarna pucat dan mereka berkumpul dalam suatu kawanan agar tidak diganggu
musuh. Burung cendrawasih merupakan ciri khas dari Papua. Dengan maraknya
penangkapan, penebangan hutan, perkebunan sawit, dan pencarian kayu gaharu hutan di
pegunungan dan pedalaman Papua menyebabkan perubahan lingkungan tempat hidup
cendrawasih sehingga jumlahnya kian menurun dari tahun ketahun, selain itu penurunan
populasi Cendrawasih dikarenakan sifat reproduksi hewan tersebut sangat lamban.

c. Komodo
Komodo termasuk reptil yang bentuknya menyerupai biawak. Penyebaran hewan ini
tidak luas hanya terdapat di Pulau Komodo, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jumlah
komodo di alam bebas semakin sedikit karena jumlah makanannya yang sedikit yaitu
daging dan bangkai hewan ternak, oleh karena itu oleh Pemerintah menetapkan komodo
sebagai hewan yang dilindungi.

d. Jalak Bali
Jalak bali termasuk burung yang memiliki bulu yang indah, karena keindahannya
burung ini banyak ditangkap oleh pemburu liar untuk dijual atau dipelihara sendiri.
Sehingga sekarang jumlah burung ini di alam bebas semakin berkurang. Penurunan
jumlah jalak bali disebabkan karena habitat tempat burung ini berlindung dan
berkembang biak mulai menyempit seiring dengan semakin meningkatnya penebangan
hutan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Hewan memiliki karakteristik yang berbeda dari tumbuhan.
2. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap keanekaragaman hewan yang ada
didalamnya, bila lingkungan tidak baik dapat mengancam kepunahan keanekaragaman
makhluk hidup (termasuk hewan).
3. Pola hidup dan ukuran tubuh hewan sangat berpengaruh dalam usaha hewan
mempertahankan kehidupannya, hewan yang hidup di daerah yang bersuhu dingin
melakukan hibernasi dan cenderung memiliki ukuran tubuh yang besar. Hewan yang
hidup di iklim yang bersuhu panas melakukan estivasi. Hewan yang memiliki
aktivitasnya tinggi cenderung memiliki ukuran tubuh lebih kecil dibandingkan hewan
yang aktivitasnya sedikit.
4. Distribusi geografi hewan yaitu daerah penyebaran hewan yang meliputi daratan dan
sistem perairan.
5. Dalam usaha menjaga kelestarian sumber daya hayati khususnya hewan agar tidak
punah adalah dengan melakukan konservasi terhadap hewan agar kelestariannya tetap
terjaga.
DAFTAR PUSTAKA

http://downloads.ziddu.com/downloadfile/4078741/makalahringkasanbiologibiogeograf
i.doc.html
http://fajarichwannoor.wordpress.com/biogeografi-dan-persebaran-hewan-di-muka-
bumi/
http://www.greenradio.fm/index.php?option=com_content&view=article&id=661:perub
ahan-iklim-sebabkan-pola-hidup-hewan-dan-tumbuhan-berubah&catid=1:latest-
news&Itemid=336
http://www.mersi.wapka.mobi/site_67.html
http://www.sentra-edukasi.com/2010/04/biodiversitas-di-indonesia.html
Syamsuri,Istamar,Dkk.2002. Biologi SMA 1B.Pt.Eralangga:Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai