ABSTRACT
Cassava crackers are foods favored by many people in Indonesia. The manufacturing
process is highly dependent on the drying process especially in rain season. The purpose
of this research is to design and determine the performance the rack type of dryer for
drying cassava crackers. Drying machine designed with size of 150 cm (height) x 40 cm
(wide) x 75 cm (length). The results shows that this dryer could reduce the moisture
from 65% to 6%. The rime required for drying at temperature of 50, 60, 70C are 12. 10
and 7 hours, respectively. The quality from this dryer is relatively same with the product
dform the conventionally method of drying.
PENDAHULUAN
Singkong (Manihot utilissimaPohl ) atau yang lebih dikenal dengan ketela
pohon adalah tanaman perdu tahunan yang hidup di daerah tropis dan subtropis dari
keluarga Euphorbiaceae, bagi masyarakat di Indonesia singkong sudah tidak asing lagi.
Singkong yang telah dikupas berwarna putih susu, ada pula yang berwarna sedikit
kekuningan. Parutan singkong yang telah dikukus dan dikeringkan ini dikenal dengan
nama sermier (daerah Pacitan).
Sermier merupakan cemilan khas Pacitan yang berbahan dasar singkong, di
berbagai daerah terdapat beberapa cemilan yang hampir mirip dengan sermier, akan
tetapi rasa dan bentuknya berbeda. Pada beberapa daerah sermier lebih populer dengan
sebutan opak dan memiliki bentuk dan rasa yang beragam. Di Bali sermier memiliki
bentuk persegi panjang dengan ukuran 3 x 8 cm2 dengan warna putih keruh dan rasa
yang tidak begitu gurih, bentuk sermier di Wonosobo tidak beraturan dengan rasa yang
sedikit manis dan gurih, di Yogjakarta sermier memiliki bentuk bulat dengan diameter
15 cm, berwarna kuning dan memiliki rasa yang kurang begitu gurih. Sermier Pacitan
memiliki kekhasan tersendiri, sermier mentah memiliki warna putih bening dengan
bentuk oval, setelah digoreng sermier rasa yang gurih dan renyah.
Metode pengeringan yang paling umum digunakan adalah metode penjemuran
bahan secara langsung dibawah terik matahari. Akan tetapi, dengan memakai metode ini
1250
Seminar Nasional Sains & Teknologi V
Lembaga Penelitian Universitas Lampung
19-20 November 2013
banyak kendala yang sering dihadapi diantaranya lamanya waktu yang digunakan untuk
proses pengeringan, kondisi cuaca yang kurang mendukung dan terkontaminasinya
bahan yang dikeringkan dengan debu atau bahan lain yang berasal dari lingkungan
sekitar tempat penjemuran serta terbatasnya lahan penjemuran sehingga jalan pun juga
dimanfaatkan sebahai lahan jemur. Selain itu sermier yang diproduksi pada musim
penghujan yang belum benar-benar kering akan rusak oleh jamur, sehingga pada musim
tersebut pengrajin sermier benhenti memproduksi sermier, padahal pada musim tersebut
permintaan sermier tinggi.
Diperlukan suatu metode pengeringan yang sesuai dengan kondisi pengrajin dan
ekonomis agar produksi sermier juga dapat dilaksanakan pada musim penghujan dan
sermier yang dihasilkan lebih higienis. Salah satu solusinya adalah penggunaan
pengering mekanis tipe kabinet dengan bahan bakar LPG.
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk merancang pengering tipe kabinet
untuk pengeringan sermier dengan bahan bakar LPG.
METODE
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah singkong yang telah diparut
terlebih dahulu dengan mesin parut. Singkong parut memiliki kadar air 60-65 %. Bahan
atau singkong parut diperoleh dari pedagang singkong di Pasar Telo, Yogyakarta. Jenis
singkong yang digunakan dalam penelitian sebagian besar dipasok dari Gunung Kidul,
Yogyakarta. Untuk sekali pengambilan data dibutuhkan 2,5 kg parutan singkong, total
pengambilan data yang dilakukan sebanyak 18 kali, sehingga total singkong parut yang
digunakan sebanyak 45 kg.
Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin pengering tipe rak.
Dalam penelitian ini, mesin pengering tipe rak merupakan alat utama yang digunakan
sebagai alat pengering sermier. Mesin pengering tersebut tersusun dari beberapa bagian-
bagian penting, antara lain blower, almari pengering, rak pengering, tungku dan pipa
aliran udara. Mesin pengering tipe rak ini memakai bahan bakar gas LPG sebagai
sumber panas.
1251
Seminar Nasional Sains & Teknologi V
Lembaga Penelitian Universitas Lampung
19-20 November 2013
Rancangan penelitian
Pengeringan sermier dilakukan dengan mesin pengering tipe kabinet berbahan
bakar gas LPG. Variasi data yang dilakukan meliputi ; 1) suhu yang digunakan untuk
pengeringan, yaitu suhu 50oC, 60oC, dan 70oC, 2) variasi susunan jarak antar rak, yaitu
susunan rak tanpa jarak (TL1), susunan rak berjarak 1 rak (TL2), dan susunan rak
berjarak 2 rak (TL2).
1252
Seminar Nasional Sains & Teknologi V
Lembaga Penelitian Universitas Lampung
19-20 November 2013
Gambar 2. Variasi susunan jarak antar rak pada TL1, TL2 dan TL3
1253
Seminar Nasional Sains & Teknologi V
Lembaga Penelitian Universitas Lampung
19-20 November 2013
antar tiap rak. Hal tersebut dimungkinkan agar uap air sermier yang berasal dari rak
dibawahnya tidak langsung mengenai bahan dirak atasnya.
70
60
Kawb (%) 50
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
t (jam)
suhu 50oC suhu 60oC suhu 70oC
(a)
70
60
50
Kawb (%)
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
t (jam)
suhu 50oC suhu 60oC suhu 70oC
(b)
70
60
50
Kawb (%)
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
t (jam)
suhu 50oC suhu 60oC suhu 70oC
(c)
Gambar 3. Penurunan kadar air sermier; (a) TL1, (b) TL2, (c) TL3
1254
Seminar Nasional Sains & Teknologi V
Lembaga Penelitian Universitas Lampung
19-20 November 2013
Dari ketiga data grafik diatas penurunan kadar air sermier terjadi secara cepat
pada pengeringan dengan suhu 70oC, pada TL1 dengan pengeringan suhu 70 oC
penurunan kadar air terjadi lebih lambat, yaitu pada jam ke-2, sedangkan pada TL2 dan
TL3 penurunan kadar air pada suhu 70 oC terjadi pada jam ke-0 diaat dimulainya proses
pengeringan. Hal tersebut disebabkan oleh jarak antar rak yang terlalu dekat pada
variasi perlakuan TL1, dengan jarak yang terlalu dekat tersebut kadar air bahan yang
menguap pada bahan dibawah akan langsung mengenai bahan yang terletak di rak
diatasnya dan menyebabkan kadar air bahan dirak tersebut naik. Secara keseluruhan
data penurunan kadar air terdapat pada lampiran 3 bagian ketiga, yaitu perubahan kadar
air sermier selama proses pengeringan.
1255
Seminar Nasional Sains & Teknologi V
Lembaga Penelitian Universitas Lampung
19-20 November 2013
70
60
50
KAwb(%)
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
t (jam)
TL1 TL2 TL3
(a)
70
60
50
KA wb(%)
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
t (jam)
TL1 TL2 TL3
(b)
70
60
50
KAwb (%)
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
t (jam)
TL1 TL2 TL3
(c)
Gambar 4. Penurunan kadar air sermier; (a) 50oC, (b) 60oC, (c) 70oC
Uap air yang keluar dari sermier pada rak tengah cenderung sulit menembus
bahan yang terdapat pada rak diatasnya, suhu aliran udara dan kelembaban sangat
1256
Seminar Nasional Sains & Teknologi V
Lembaga Penelitian Universitas Lampung
19-20 November 2013
1257
Seminar Nasional Sains & Teknologi V
Lembaga Penelitian Universitas Lampung
19-20 November 2013
350
300
250
200
150
100
50
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
t (jam)
KA observasi KA prediksi
Gambar 5. Kadar air prediksi dan kadar air observasi tiap waktu pada TL1, suhu 50oC
pada rak tengah
KESIMPULAN
Secara umum, pengering tipe kabinet mampu mengeringkan sermier dengan
hasil yang baik. Pengering tipe kabinet dengan bahan bakar LPG mampu mengeringkan
sermier dengan kapasitas 15 kg. Pengering tipe kabinet dapat mengeringkan bahan dari
KAwb 65,2; 65,5; 65,6% menjadi KAwb 8,2; 6,8; 6,4 % selama 7, 10 dan 12 jam. Laju
pengeringan rerata pada suhu 50, 60, 70oC merupakan laju pengeringan periode
menurun dengan nilai k sebesar 0,43; 0,624; 0,52. Hasil analisis statistik untuk nilai
pengeringan menunjukkan bahwa tata letak bahan tidak berpengaruh, akan tetapi suhu
pengeringan sangat berpengaruh terhadap nilai pengeringan.
1258
Seminar Nasional Sains & Teknologi V
Lembaga Penelitian Universitas Lampung
19-20 November 2013
DAFTAR PUSTAKA
FAO. 2012. Food And Agriculture Organization Of The United Nations. Dalam
http://faostat.fao.org/site/567/DesktopDefault.aspx?PageID=567#ancor.Diakses
pada Kamis, 22 MAret 2012 pukul 14.05 WIB.
Hall, C, W,. 1971. Drying Farm Crops. The AVI Publishing Company Inc. Westport
Connecticus. USA.
Okos, M.R. G. Narsimhan, R.K. Singh and A. C. Weitnauer. 1992. Food Dehydration.
In : Handbook of Food Engineering. D.R. Heldman and D.B. Lund (ed).
Marcel Dekker. Inc. New York. .
Rukmana, Rahmat. 1997. Ubi Jalar: Budi Daya dan Pascapanen. Yogyakarta:
Kanisius.
Strumillo, Czeslaw and Tadeusz Kudra. 1986. Drying : Principles, Application and
Design.Vol. 3.Gordon and Breach Science Publishers. Switzerland.
1259