Laporan SementaraTempe
Laporan SementaraTempe
Laporan SementaraTempe
IDENTITAS PRAKTIKAN
Nama : Ricka Ayu Sugiarti
NIM : 03121003060
Kelompok/Shift : IV (Empat)/Kamis Pagi
1
2
Tabel 2. Perbandingan Antara Kadar Protein Kedelai Dengan Beberapa Bahan Makanan
Lain
BAHAN MAKANAN PROTEIN (% BERAT)
Susu skim kering 36,00
Kedelai 35,00
Kacang hijau 22,00
Daging 19,00
Ikan segar 17,00
Telur ayam 13,00
Jagung 9,20
Beras 6,80
Tepung singkong 1,10
Sumber : (Asrifa, 2011)
Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi
pasar kedelai terbesar di Asia. Konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di
Indonesia saat ini diduga sekitar 6,45 kg. Tempe merupakan makanan tradisional
Indonesia hasil fermentasi oleh kapang Rhizopus oryzae sp, terutama di pulau jawa.
Teknik pembuatan tempe ini telah diketahui sejak sebelum tahun 1900, tetapi
prosedur pembuatannya masih sederhana.
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai
atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus,
seperti Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer atau Rhizopus
arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai ragi tempe. Ragi
yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi
senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia.
Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia ragi yang
merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi
komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan
aroma khas. Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah
mendunia. Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan
tempe sebagai pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak
3
c) Mineral
Tempe mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang cukup.
Jumlah mineral besi, tembaga, dan zink berturut-turut adalah 9,39 ; 2,87 ; dan 8,05
mg setiap 100 g tempe. Kapang tempe dapat menghasilkan enzim fitase yang akan
menguraikan asam fitat (yang mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor dan
inositol. Dengan terurainya asam fitat, mineral-mineral tertentu (seperti besi,
kalsium , magnesium , dan zink ) menjadi lebih tersedia untuk dimanfaatkan tubuh.
Antioksidan di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk
isoflavon.
Penuaan (aging) dapat dihambat bila dalam makanan yang dikonsumsi sehari-
hari mengandung antioksidan yang cukup. Karena tempe merupakan sumber
antioksidan yang baik, konsumsinya dalam jumlah cukup secara teratur dapat
mencegah terjadinya proses penuaan dini. Tempe kedelai mengandung senyawa
antioksidan yang salah satunya adalah genistein. Perbedaan perlakukan pada proses
pembuatan akan menghasilkan tempe yang berbeda pula. Proses pembuatan tempe
bersifat khas di setiap kota. Masyarakat tidak hanya mengkonsumsi tempe ketika
masih segar, tetapi juga tempe ketika sudah busuk, sebagai lauk pauk dan campuran
sayur. Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa dari 200 gram tempe segar
dihasilkan tempe busuk sekitar 250 gram setiap 200 gram sampel tempe,
menghasilkan ekstrak metanol sekitar 0,883 gram untuk tempe segar dan 1,676
gram untuk tempe busuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap 200 gram
sampel tempe dalam ekstrak metanol mengandung senyawa genistein sekitar 47,9
g pada tempe segar dan 4635,7 g pada tempe busuk. Kontribusi daya antioksidan
senyawa genistein dalam ekstrak metanol sekitar 17,5% pada tempe segar dan
sekitar 25% pada tempe busuk.
d) Antioksidan
Di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk isoflavon.
Seperti halnya vitamin C, E, dan karotenoid, isoflavon juga merupakan antioksidan
yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi pembentukan radikal
bebas. Dalam kedelai terdapat tiga jenis isoflavon, yaitu daidzein, glisitein, dan
genistein. Pada tempe, di samping ketiga jenis isoflavon tersebut juga terdapat
6
konsumsi masih kurang. Protein yang terdapat dalam tempe sangat tinggi, muda
dicerna sehingga baik untuk mengatasi diare.
e) Kanker
Senyawa tempe yang diduga memiliki aktivitas antipenyakit degeneratif seperti
kanker antara lain vitamin E, karotenoid, superoksida desmutase, dan isoflavon.
Vitamin E dan korotenoid tempe adalah antioksidan onenzimatik dan lipotik, yang
mampu memberikan satu ion hodrogen kepada radikal bebas. Sehingga radikal
bebas tersebut stabil dan tidak ganas lagi. Penelitian yang dilakukan di Universitas
North Carolina, Amerika Serikat, menemukan bahwa genestein dan phytoestrogen
yang terdapat pada tempe ternyata dapat mencegah kanker prostat, payudara dan
penuaan (aging).
f) Anemia
Penyakit anemia ini dapat menyerang wanita yang malas makan, karena takut
gemuk, sehingga persediaan dan produksi sel-sel darah merah dalam tubuh yang
menurun., tempe juga dapat berperan sebagai pemasok mineral, vitamin B12 (yang
terdapat pada pangan hewani), dan zat besi yang sangat dibutuhkan dalam
pembentukan sel darah merah.
singkat, glukosa (C6 H12O6 ) yang merupakan gula yang paling sederhana, melalui
fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan
oleh ragi dan digunakan pada produksi makanan. Persamaan Reaksi Kimia yaitu:
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 + 2ATP (1)
(Glukosa) (Etanol) (Karbondioksida)
(Energi yang dilepaskan: 118 kj per mol)
Jalur biokimia yang terjadi, sebenarnya bervariasi tergantung jenis gula
yang telibat, tetapi umumnya melibatkan jalur glikolisis, yang merupakan bagian
dari tahap awal respirasi aerobikpada sebagian besar organisme. Jalur terakhir akan
bervariasi tergantung produk akhir yang dihasilkan. Di dalam proses fermentasi,
kapasitas mikroba untuk mengoksidasi tergantung dari jumlah acceptor electron
terakhir yang dapat dipakai. Sel-sel melakukan fermentasi menggunakan enzim-
enzim yang akan mengubah hasil dari reaksi oksidasi, dalam hal ini yaitu asam
menjadi senyawa yang memiliki muatan positif, sehingga dapat menangkap
electron terakhir dan menghasilkan energi.
Fermentasi pada tempe dapat menghilangkan bau langu dari kedelei yang
disebabkan oleh aktivitas dari enzim lipoksigenase. Beberapa sifat penting dari
Rhizopus oligosporus antara lain: aktivitas enzimatiknya, kemampuan
menghasilkan antibiotika, biosintesa vitamin-vitamin B, kebutuhannya akan
senyawa sumber karbon dan nitrogen, perkecambahan spora, dan penertisi miselia
jamur tempe ke dalam jaringan biji kedelai. Inkubasi dilakukan pada suhu 25-37
C selama 36-48 jam. Persyaratan tempat yang dipergunakan untuk inkubasi kedelai
adalah kelembaban, kebutuhan oksigen dan suhu yang sesuai dengan pertumbuhan
jamur.
Selama proses fermentasi pada pembutan tempe, kedelai akan mengalami
perubahan fisik terutama tekstur yang akan semakin lunak karena terjadi penurunan
selulosa menjadi bentuk yang lebih sederhana. Hifa kapang juga mampu menembus
permukaan kedelai sehingga dapat menggunakan nutrisi yang ada pada biji kedelei
sehingga nilai gizi tempe lebih baik dari kacang kedelai. Perubahan fisik lainnya
adalah peningkatan jumlah hifa kapang yang menyelubungi kedelei yang satu
dengan yang lainnya menjadi satu kesatuan.
IV. ALAT DAN BAHAN
1. Kacang kedelai dan kacang tanah masing-masing 1 kg yang baik dan bersih.
2. Ragi tempe (Rhizopus Oligosporus).
3. Kantung plastik.
4. Daun Pisang.
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Bersihkan dan cuci kacang kedelai, lalu rendam 1 x 24 jam.
2. Cuci kembali sambil kulitnya dan keping bijinya dipisahkan.
3. Kukus sampai agak empuk. Sebelum diangkat, tambahkan dahulu sedikit tepung
kanji, dicampur merata. Angkat dan letakkan di atas tampah yang bersih, biarkan
sampai hangat, di tempat yang terlindung atau ditutup dengan kain kasa.
4. Inokulasi dengan ragi tempe, diaduk supaya merata. Kemudian dimasukkan ke
dalam kantung plastik yang telah diberi lubang kecil dengan jarum bertangkai,
ujung kantung plastik diratakan sehingga terbentuk lempengan yang cukup tebal.
Hindarkan terlalu banyaknya sentuhan tangan pada kantung plastik yang telah
diberi isi bahan. Inokulasikan pada suhu 28-30oC selama lebih kurang 24 jam
sampai terlihat adanya bintik air yang merata di seluruh permukaan, lalu simpan
pada suhu selama 1 hari.
11