Laporan SementaraTempe

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM TEKNOLOGI BIOPROSES

IDENTITAS PRAKTIKAN
Nama : Ricka Ayu Sugiarti
NIM : 03121003060
Kelompok/Shift : IV (Empat)/Kamis Pagi

I. JUDUL PERCOBAAN : Pembuatan Tempe

II. TUJUAN PERCOBAAN


1. Untuk mengetahui cara pembuatan tempe dengan proses fermentasi.
2. Untuk mengetahui peranan ragi dalam proses pembuatan tempe.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses pembentukan
tempe beserta manfaat yang didapat bagi tubuh.

III. DASAR TEORI


Di Indonesia, kedelai menjadi sumber gizi protein nabati utama. Kedelai
merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia, dan dilihat dari
segi pangan dan gizi kedelai merupakan sumber protein yang paling murah di dunia.
Kedelai mengandung protein 35% bahkan pada varitas unggul kadar proteinnya
dapat mencapai 40-43%. Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung singkong,
kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam, kedelai mempunyai kandungan
protein yang lebih tinggi hampir menyamai kadar protein susu skim kering. Bila
seseorang tidak boleh atau tidak dapat makan daging atau sumber protein hewani
lainnya, kebutuhan protein sebesar 55 gram per hari dapat dipenuhi dengan
makanan yang berasal dari 157,14 gram kedelai.
Tabel 1. Komposisi Kedelai per 100 gram Bahan
KOMPONEN KADAR (%)
Protein 35-45
Lemak 18-32
Karbohidrat 12-30
Air 7
Sumber : (Daftar komposisi bahan makanan Depkes RI, 1997)

1
2

Tabel 2. Perbandingan Antara Kadar Protein Kedelai Dengan Beberapa Bahan Makanan
Lain
BAHAN MAKANAN PROTEIN (% BERAT)
Susu skim kering 36,00
Kedelai 35,00
Kacang hijau 22,00
Daging 19,00
Ikan segar 17,00
Telur ayam 13,00
Jagung 9,20
Beras 6,80
Tepung singkong 1,10
Sumber : (Asrifa, 2011)
Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi
pasar kedelai terbesar di Asia. Konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di
Indonesia saat ini diduga sekitar 6,45 kg. Tempe merupakan makanan tradisional
Indonesia hasil fermentasi oleh kapang Rhizopus oryzae sp, terutama di pulau jawa.
Teknik pembuatan tempe ini telah diketahui sejak sebelum tahun 1900, tetapi
prosedur pembuatannya masih sederhana.
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai
atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus,
seperti Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer atau Rhizopus
arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai ragi tempe. Ragi
yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi
senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia.
Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia ragi yang
merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi
komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan
aroma khas. Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah
mendunia. Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan
tempe sebagai pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak
3

tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia. Berbagai penelitian di sejumlah negara,


seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Indonesia juga sekarang berusaha
mengembangkan galur (strain) unggul Rhizopus untuk menghasilkan tempe yang
lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki kandungan gizi tempe.
Tempe berpotensi digunakan untuk melawan radikal bebas, sehingga dapat
menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif
(aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain). Selain itu
tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah,
pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain.
Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak
banyak berubah dibandingkan dengan kedelai. Namun, karena adanya enzim
pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan
karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan
yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan
kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia), sehingga bisa disebut
sebagai makanan semua umur.
Dibandingkan dengan kedelai, terjadi beberapa hal yang menguntungkan
pada tempe. Secara kimiawi hal ini bisa dilihat dari meningkatnya kadar padatan
terlarut, nitrogen terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai
efisiensi protein, serta skor proteinnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan
dengan yang ada dalam kedelai. Ini telah dibuktikan pada bayi dan anak balita
penderita gizi buruk dan diare kronis.
Dengan pemberian tempe, pertumbuhan berat badan pada penderita gizi
buruk akan meningkat dan diare menjadi sembuh dalam waktu singkat. Pengolahan
kedelai menjadi tempe akan menurunkan kadar raffinosa dan stakiosa, yaitu suatu
senyawa penyebab timbulnya gejala flatulensi (kembung perut). Mutu gizi tempe
yang tinggi memungkinkan penambahan tempe untuk meningkatkan mutu serealia
dan umbi-umbian. Hidangan makanan sehari-hari yang terdiri dari nasi, jagung,
atau tiwul akan meningkat mutu gizinya bila ditambah tempe. Sepotong tempe
goreng (50 gram) sudah cukup untuk meningkatkan mutu gizi 200 g nasi. Bahan
4

makanan campuran beras-tempe, jagungtempe, gaplek-tempe, perbandingan 7 : 3


sudah cukup baik untuk diberikan kepada anak balita.

3.1. Kandungan Tempe


a) Asam Lemak
Selama proses fermentasi tempe, terdapat tendensi adanya peningkatan derajat
ketidak jenuhan terhadap lemak. Dengan demikian, asam lemak tidak jenuh
majemuk (polyunsaturated fatty acids, PUFA) meningkat jumlahnya. Dalam proses
itu asam palmitat dan asam linoleat sedikit mengalami penurunan, sedangkan
kenaikan terjadi pada asam oleat dan linolenat (asam linolenat tidak terdapat pada
kedelai). Asam lemak tidak jenuh mempunyai efek penurunan terhadap kandungan
kolesterol serum, sehingga dapat menetralkan efek negatif sterol di dalam tubuh.
b) Vitamin
Dua kelompok vitamin terdapat pada tempe, yaitu larut air (vitamin B
kompleks) dan larut lemak (vitamin A, D, E, dan K). Tempe merupakan sumber
vitamin B yang sangat potensial. Jenis vitamin yang terkandung dalam tempe antara
lain vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), asam pantotenat, asam nikotinat (niasin),
vitamin B6 (piridoksin), dan B12 (sianokobalamin).
Vitamin B12 umumnya terdapat pada produk-produk hewani dan tidak
dijumpai pada makanan nabati (sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian), namun
tempe mengandung vitamin B12 sehingga tempe menjadi satu-satunya sumber
vitamin yang potensial dari bahan pangan nabati. Kenaikan kadar vitamin B12
paling mencolok pada pembuatan tempe yaitu vitamin B12 aktivitasnya meningkat
sampai 33 kali selama fermentasi dari kedelai, riboflavin naik sekitar 8-47 kali,
piridoksin 4-14 kali, niasin 2-5 kali, biotin 2-3 kali, asam folat 4-5 kali, dan asam
pantotenat 2 kali lipat.
Vitamin ini tidak diproduksi oleh kapang tempe, tetapi oleh bakteri kontaminan
seperti Klebsiella pneumoniae dan Citrobacter freundii. Kadar vitamin B12 dalam
tempe berkisar antara 1,5 sampai 6,3 mikrogram per 100 gram tempe kering.
Jumlah ini telah dapat mencukupi kebutuhan vitamin B12 seseorang per hari.
Dengan adanya vitamin B12 pada tempe, para vegetarian tidak perlu merasa
khawatir akan kekurangan vitamin B12.
5

c) Mineral
Tempe mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang cukup.
Jumlah mineral besi, tembaga, dan zink berturut-turut adalah 9,39 ; 2,87 ; dan 8,05
mg setiap 100 g tempe. Kapang tempe dapat menghasilkan enzim fitase yang akan
menguraikan asam fitat (yang mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor dan
inositol. Dengan terurainya asam fitat, mineral-mineral tertentu (seperti besi,
kalsium , magnesium , dan zink ) menjadi lebih tersedia untuk dimanfaatkan tubuh.
Antioksidan di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk
isoflavon.
Penuaan (aging) dapat dihambat bila dalam makanan yang dikonsumsi sehari-
hari mengandung antioksidan yang cukup. Karena tempe merupakan sumber
antioksidan yang baik, konsumsinya dalam jumlah cukup secara teratur dapat
mencegah terjadinya proses penuaan dini. Tempe kedelai mengandung senyawa
antioksidan yang salah satunya adalah genistein. Perbedaan perlakukan pada proses
pembuatan akan menghasilkan tempe yang berbeda pula. Proses pembuatan tempe
bersifat khas di setiap kota. Masyarakat tidak hanya mengkonsumsi tempe ketika
masih segar, tetapi juga tempe ketika sudah busuk, sebagai lauk pauk dan campuran
sayur. Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa dari 200 gram tempe segar
dihasilkan tempe busuk sekitar 250 gram setiap 200 gram sampel tempe,
menghasilkan ekstrak metanol sekitar 0,883 gram untuk tempe segar dan 1,676
gram untuk tempe busuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap 200 gram
sampel tempe dalam ekstrak metanol mengandung senyawa genistein sekitar 47,9
g pada tempe segar dan 4635,7 g pada tempe busuk. Kontribusi daya antioksidan
senyawa genistein dalam ekstrak metanol sekitar 17,5% pada tempe segar dan
sekitar 25% pada tempe busuk.
d) Antioksidan
Di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk isoflavon.
Seperti halnya vitamin C, E, dan karotenoid, isoflavon juga merupakan antioksidan
yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi pembentukan radikal
bebas. Dalam kedelai terdapat tiga jenis isoflavon, yaitu daidzein, glisitein, dan
genistein. Pada tempe, di samping ketiga jenis isoflavon tersebut juga terdapat
6

antioksidan faktor II (6,7,4-trihidroksi isoflavon) yang mempunyai sifat antioksidan


paling kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai. Antioksidan ini
disintesis pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai menjadi tempe oleh bakteri
Micrococcus luteus dan Coreyne bacterium.

3.2. Manfaat Tempe bagi Tubuh


Mengonsumsi tempe secara rutin akan memberikan manfaat yang positif
bagi tubuh. Kandungan gizi tempe disejajarkan dengan kandungan gizi yang ada
pada yogurt. Tempe merupakan sumber protein nabati. Mengandung serat pangan,
kalsium, vitamin B, dan zat besi. Kandungan antibiotika dan antioksidan
didalamnya dapat menyembuhkan infeksi serta mencegah penyakit degeneratif.
Dalam 100 gram tempe mengandung protein 20,8 gram, lemak 8,8 gram, serat 1,4
gram, kalsium 155 miligram, fosfor 326 miligram, zat besi 4 miligram, vitamin B1
0,19 miligram, karoten 34 mikrogram. Ada beberapa alas an mengapa tempe
dikatakan sebagai makanan yang menyehatkan bagi tubuh, diantaranya adalah:
a) Diabetes
Hidangan yang sesuai bagi penderita diabetes karena gula yang rendah.
b) Serangan Jantung dan Stroke
Berbagai hasil penelitian terakhir menunjukkan, konsumsi tempe yang teratur
setiap hari dapat menurunkan kolesterol darah. Senyawa protein, asam lemak
PUFA, serat, niasin dan kalsium, terutama aktif menurunkan kolesterol jahat dalam
darah. Sehingga penyumbatan pembuluh darah oleh plaque kolesterol dan
pengerasan pembuluhnya dapat dicegah. Penyumbatan dan pengerasan ini sering
disebut aterosklerosis yang menyebabkan penyakit jantung, hipertensi, dan stroke.
c) Osteoporosis
Tempe juga dapat membantu kecukupan kalsium tubuh dan mengurangi risiko
osteoporosis yang banyak dialami oleh orang lanjut usia.
d) Diare
Merangsang antibodi e-coli diare. Tempe, menurut Mohamad Harli, sarjana Gizi
Masyarakat dan Sumber Daya IPB, juga merangsang fungsi kekebalan tubuh
terhadap E-coli, yakni bakteri penyebab diare yang banyak diderita balita dan anak-
anak. Penyebabnya adalah sanitasi lingkungan dan higiene makanan yang mereka
7

konsumsi masih kurang. Protein yang terdapat dalam tempe sangat tinggi, muda
dicerna sehingga baik untuk mengatasi diare.
e) Kanker
Senyawa tempe yang diduga memiliki aktivitas antipenyakit degeneratif seperti
kanker antara lain vitamin E, karotenoid, superoksida desmutase, dan isoflavon.
Vitamin E dan korotenoid tempe adalah antioksidan onenzimatik dan lipotik, yang
mampu memberikan satu ion hodrogen kepada radikal bebas. Sehingga radikal
bebas tersebut stabil dan tidak ganas lagi. Penelitian yang dilakukan di Universitas
North Carolina, Amerika Serikat, menemukan bahwa genestein dan phytoestrogen
yang terdapat pada tempe ternyata dapat mencegah kanker prostat, payudara dan
penuaan (aging).
f) Anemia
Penyakit anemia ini dapat menyerang wanita yang malas makan, karena takut
gemuk, sehingga persediaan dan produksi sel-sel darah merah dalam tubuh yang
menurun., tempe juga dapat berperan sebagai pemasok mineral, vitamin B12 (yang
terdapat pada pangan hewani), dan zat besi yang sangat dibutuhkan dalam
pembentukan sel darah merah.

3.3. Fermentasi pada Tempe


Fermentasi dapat terjadi karena adanya aktivitas mikroba penyebab
fermentasi pada substrat organik yang sesuai. Terjadinya fermentasi ini dapat
menyebabkan perubahan sifat bahan pangan, sebagai akibat dari pemecahan
kandungan-kandungan bahan pangan tersebut. Jika cara-cara pengawetan pangan
yang lain misalnya pemanasan, pendinginan, pengeringan, radiasi, dan lain-lainnya
ditujukan untuk mengurangi jumlah mikroba, maka proses fermentasi adalah
sebaliknya, yaitu memperbanyak jumlah mikroba dan menggiatkan
metabolismenya didalam makanan. Tetapi jenis mikroba yang digunakan sangat
terbatas yaitu disesuaikan dengan hasil akhir yang dikehendaki. Beberapa contoh
makanan hasil fermentasi adalah tempe, tauco, dan kecap yang dibuat dari kedelai,
oncom dari bungkil kacang tanah, ikan peda, terasi, sayur asin, keju dan yogurt dari
susu, anggur minum, brem, dan lain-lainya. Pada proses pembuatan tempe,
fermentasi berlangsung secara aerobic dan nonalkololik.
8

Dalam proses fermentasi Rhizopus oligosporus mensintesis enzim pemecah


protein (protease) lebih banyak, sedangkan Rhizopus oryzae lebih banyak
mensintesis enzim pemecah pati (alfaamilase). Fermentasi kedelai menjadi tempe
akan meningkatkan kandungan fosfor karena hasil kerja enzim fitase yang
dihasilkan kapang Rhizopus oligosporus mampu menghidrolisis asam fitat menjadi
inositol dan fosfat yang bebas. Jenis kapang yang terlibat dalam fermentasi tempe
tidak memproduksi racun, bahkan kapang itu mampu melindungi tempe terhadap
kapang penghasil aflatoksin. Selain itu, tempe juga mengandung senyawa anti
bakteri yang diproduksi kapang selama fermentasi berlangsung.
Perkecambahan Rhizopus oligosporus berlangsung melalui dua tahapan
yang amat jelas, yaitu pembengkakan dan penonjolan keluar tabung kecambah.
Kondisi optimal perkecambahan adalah suhu 420C dan pH 4,0. Beberapa senyawa
karbohidrat tertentu diperlukan agar awal pembengkakan spora ini dapat terjadi.
Pembengkakan tersebut akan diikuti dengan penonjolan keluar tabung
kecambahnya, bila tersedia sumber-sumber karbon dan nitrogen dari luar.
Senyawa-senyawa yang dapat menjadi pendorong terbaik agar terjadi proses
perkecambahan adalah asam amino prolin dan alanin, dan senyawa gula glukosa
annosa dan xilosa.
Proses fermentasi hifa jamur tempe dengan menembus biji kedelai yang
keras itu dan tumbuh dengan mengambil makanan dari biji kedelai. Karena
penetrasi dinding sel biji tidak rusak meskipun sisi selnya dirombak dan diambil.
Rentang kedalaman penetrasi misellia ke dalam biji melalui sisi luar keping biji
yang cembung, dan hanya pada permukaannya saja dengan sedikit penetrasi miselia,
menerobos ke dalam lapisan sel melalui sela-sela dibawahnya.
Fermentasi berasal dari kata Latin fervere yang berarti mendidih, yang
menunjukkan adanya aktivitas dari yeast pada ekstrak buah-buahan atau larutan
malt biji-bijian. Kelihatan seperti mendidih disebabkan karena terbentuknya
gelembung-gelembung gas CO2 yang diakibatkan proses katabolisme atau
biodegradasi secara anaerobik dari gula yang ada dalam ekstrak. Fermentasi adalah
proses pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebuh sederhana
dengan bantuan enzim mikro organisme. Proses ini dapat berlangsung dalam
9

lingkungan aerob maupun anaerob tergantung mikroorganisme. Fermentasi ditinjau


secara biokimia mempunyai perbedaan arti dengan mikrobiologi industri. Secara
biokimia, fermentasi diartikan sebagai terbentuknya energi oleh proses katabolisme
bahan organik, sedang dalam mikrobiologi industri, fermentasi diartikan lebih luas
yaitu sebagai suatu proses untuk mengubah bahan baku menjadi suatu produk oleh
massa sel mikroba. Dalam hal ini, fermentasi berarti pula pembentukan komponen
sel secara aerob yang dikenal dengan proses anabolisme atau biosintesis.
Mikrobiologi industri adalah fermentasi dalam pengertian yang lebih luas
yang menguraikan macam-macam proses guna memperoleh hasil dalam skala
industri dengan mass culture atau mikroba. Secara komersial, fermentasi dibagi
menjadi 4 tipe, yaitu :
1. Fermentasi yang menghasilkan sel mikroba atau biomassa.
2. Fermentasi yang menghasilkan enzim mikroba.
3. Fermentasi yang menghasilkan metabolit mikroba baik primer maupun sekunder.
4. Fermentasi yang memodifikasi bahan yang disebut pula dengan proses
transformasi.
Fermentasi memanfaatkan kemampuan mikroba untuk menghasilkan
metabolit primer dan metabolit skunder dalam suatu lingkungan yang dikendalikan.
Proses pertumbuhan mikroba merupakan tahap awal proses fermentasi yang
dikendalikan terutama dalam pengembangan inokulum agar dapat diperoleh sel
yang hidup. Pengendalian dilakukan dengan pengaturan kondisi medium,
komposisi medium, suplai O2, dan agitasi. Bahkan jumlah mikroba dalam farmetor
juga harus dikendalikan sehingga tidak terjadi kompetisi dalam penggunaan nutrisi.
Nutrisi dan produk fermentasi juge perlu dikendalikan, sebab jika berlebih nutrisi
dan produk metabolit hasil fermentasi tersebut dapat menyebabkan inhibisi dan
represi.
Fermentasi dapat diartikan sebagai perubahan gradual oleh enzim beberapa
bakteri, khamir dan jamur. Contoh perubahan kimia dari fermentasi meliputi
pengasaman susu, dekomposisi pati dan gula menjad alkohol dan karbondioksida,
serta oksidasi senyawa nitrogen organik. Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda
tergantung pada jenis gula yang digunakan dan produk yang dihasilkan. Secara
10

singkat, glukosa (C6 H12O6 ) yang merupakan gula yang paling sederhana, melalui
fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan
oleh ragi dan digunakan pada produksi makanan. Persamaan Reaksi Kimia yaitu:
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 + 2ATP (1)
(Glukosa) (Etanol) (Karbondioksida)
(Energi yang dilepaskan: 118 kj per mol)
Jalur biokimia yang terjadi, sebenarnya bervariasi tergantung jenis gula
yang telibat, tetapi umumnya melibatkan jalur glikolisis, yang merupakan bagian
dari tahap awal respirasi aerobikpada sebagian besar organisme. Jalur terakhir akan
bervariasi tergantung produk akhir yang dihasilkan. Di dalam proses fermentasi,
kapasitas mikroba untuk mengoksidasi tergantung dari jumlah acceptor electron
terakhir yang dapat dipakai. Sel-sel melakukan fermentasi menggunakan enzim-
enzim yang akan mengubah hasil dari reaksi oksidasi, dalam hal ini yaitu asam
menjadi senyawa yang memiliki muatan positif, sehingga dapat menangkap
electron terakhir dan menghasilkan energi.
Fermentasi pada tempe dapat menghilangkan bau langu dari kedelei yang
disebabkan oleh aktivitas dari enzim lipoksigenase. Beberapa sifat penting dari
Rhizopus oligosporus antara lain: aktivitas enzimatiknya, kemampuan
menghasilkan antibiotika, biosintesa vitamin-vitamin B, kebutuhannya akan
senyawa sumber karbon dan nitrogen, perkecambahan spora, dan penertisi miselia
jamur tempe ke dalam jaringan biji kedelai. Inkubasi dilakukan pada suhu 25-37
C selama 36-48 jam. Persyaratan tempat yang dipergunakan untuk inkubasi kedelai
adalah kelembaban, kebutuhan oksigen dan suhu yang sesuai dengan pertumbuhan
jamur.
Selama proses fermentasi pada pembutan tempe, kedelai akan mengalami
perubahan fisik terutama tekstur yang akan semakin lunak karena terjadi penurunan
selulosa menjadi bentuk yang lebih sederhana. Hifa kapang juga mampu menembus
permukaan kedelai sehingga dapat menggunakan nutrisi yang ada pada biji kedelei
sehingga nilai gizi tempe lebih baik dari kacang kedelai. Perubahan fisik lainnya
adalah peningkatan jumlah hifa kapang yang menyelubungi kedelei yang satu
dengan yang lainnya menjadi satu kesatuan.
IV. ALAT DAN BAHAN
1. Kacang kedelai dan kacang tanah masing-masing 1 kg yang baik dan bersih.
2. Ragi tempe (Rhizopus Oligosporus).
3. Kantung plastik.
4. Daun Pisang.

V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Bersihkan dan cuci kacang kedelai, lalu rendam 1 x 24 jam.
2. Cuci kembali sambil kulitnya dan keping bijinya dipisahkan.
3. Kukus sampai agak empuk. Sebelum diangkat, tambahkan dahulu sedikit tepung
kanji, dicampur merata. Angkat dan letakkan di atas tampah yang bersih, biarkan
sampai hangat, di tempat yang terlindung atau ditutup dengan kain kasa.
4. Inokulasi dengan ragi tempe, diaduk supaya merata. Kemudian dimasukkan ke
dalam kantung plastik yang telah diberi lubang kecil dengan jarum bertangkai,
ujung kantung plastik diratakan sehingga terbentuk lempengan yang cukup tebal.
Hindarkan terlalu banyaknya sentuhan tangan pada kantung plastik yang telah
diberi isi bahan. Inokulasikan pada suhu 28-30oC selama lebih kurang 24 jam
sampai terlihat adanya bintik air yang merata di seluruh permukaan, lalu simpan
pada suhu selama 1 hari.

11

Anda mungkin juga menyukai