Cuka anggur juga mempunyai berbagai khasiat dan vitamin yang sangat baik untuk badan. Kandungan gizi yang terdapat di dalam cuka anggur tidak hanya baik untuk mencegah gangguan kesehatan malah ia juga baik untuk mengobati penyakit. Banyak ahli kesehatan berpendapat kandungan vitamin dan antioksidaan yang terdapat pada buah anggur dapat membantu dalam mencegah berbagai penyakit yang berkaitan dengan faktor usia. Cuka anggur digunakan selama berabad-abad sebagai bahan pengobatan. Saat ini manfaatnya bagi kesehatan telah diketahui secara ilmiah. Menurut ahli sejarah, cuka anggur merah yang dicampur dengan air merupakan minuman yang dapat membantu prajurit bertahan di medan perang pada kondisi cuaca buruk. Cuka anggur merah kaya akan flavonoid. Flavonoid merupakan senyawa fitokimia yang memberikan warna ungu pada buah anggur. Flavonoid dapat mencegah oksidasi kolesterol LDL, 20 kali lebih kuat daripada vitamin E. Senyawa tersebut terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat sebagai antioksidan, menghambat penggumpalan keping-keping sel darah, serta merangsang produksi oksidasi nitrit yang dapat melebarkan pembuluh darah. Cuka anggur juga efektif melawan sel kanker. Selain flavonoid, menurut penelitian Agricultural Research Service, US Department of Agriculture, kandungan pterostilbene pada buah anggur juga menunjukkan daya hambat yang kuat terhadap kanker payudara. Ilmuwan Perancis juga menemukan bahwa pada anggur merah terdapat acutimissin A yang dapat menghambat enzim yang membantu terbentuknya sel kanker. Pada sebuah uji diketahui, bahwa aktivitas acutimissin A ternyata 250 kali lebih dibandingkan obat-obatan antikanker VP-16. Seperti halnya anggur, cuka anggur juga mengandung resveratrol. Sebuah publikasi yang dikeluarkan oleh the Northeastern Ohio Universities College of Medicine menunjukkan resveratrol pada anggur juga sangat bermanfaat untuk menghambat angiotensin II. Angiotensin II, dapat mengakibatkan efek negatif pada jantung karena mensekresi kolagen yang dapat mengurangi kemampuan jantung memompa darah. Resveratrol pada anggur dapat meningkatkan aliran darah ke otak hingga 30 persen sehingga dapat mengurangi risiko penyakit stroke. Resveratrol juga bermanfaat untuk mencegah penyakit kanker. Resveratrol dapat menghambat benzopirena, yaitu senyawa yang bisa menyebabkan kanker. Resveratrol bekerja dengan menghambat reseptor the Aryl hydrocarbon Receptor (AhR) yang terdapat pada sel. Resveratrol dapat menghambat partumbuhan sel tumor. Resveratrol juga bersifat antiradang karena dapat menghambat produksi COX-2, faktor pendukung terjadinya radang. Cuka anggur merah juga sangat baik bagi penderita kolesterol tinggi. Kandungan saponin pada anggur sangat bermanfaat untuk menghambat dan mencegah penyerapan kolestrol di dalam darah.
2. Cuka Organik dari Nanas
Buah nanas (Ananas comosus L)merupakan buah yang tersebar di dunia, khususnya di Indonesia. Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan dan Hindia Barat. Sistematika nanas dengan taksonominya dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Divisio Spermatofita, Subdivisio Angiospermae, Kelas Monoctyldonae, Ordo Farinosae, Familia Bromeliaceae, Genus Ananas, Species Ananas comusus L. Fermentasi sari buah nanas menjadi vinegardilakukan dalam 2 tahap. Fermentasi pertama dengan yeast Saccharomyces cerevisiae secara anaerob, kemudian dilanjutkan dengan fermentsi kedua dengan bakteri Acetobacter aceti. Mula-mula buah nanas diblender dan diambil sarinya dengan cara disaring. Sari buah nanas diencerkan dengan aquadest sampai volume 1 L, kemudian ditambahkan gula pasir 150 gram, amonium sulfat 0,33 gram dan amonium posphat 0,05 gram untuk sumber nutrisi yeast dan bakteri. pH larutan dipertahankan 3 4,5. Larutan direbus pada suhu 75 C selama 15 menit kemudian didinginkan hingga suhu 30 C. Larutan dimasukkan ke dalam botol yang telah disterilkan dengan menambahkan starter yang telah berisi yeast Saccharomyces cerevisiae. Botol ditutup rapat dengan tutup botol yang berisi selang yang dihubungkan ke botol lain yang berisi aqudest untuk jalan keluarnya CO2. Fermentasi pembentukan alkohol ini dilakukan selama 12 hari. Fermentasi dilanjutkan dengan memindahkan hasil fermentasi pertama ke dalam gelas beker yang ditutupi dengan kertas saring. Fermentasi kedua ini berlangsung secara aerob, mengubah alkohol menjadi asam asetat. Bakteri Acetobacter aceti ditambahkan. Setiap 5 hari sekali kadar asam asetat dianalisa secara kualitatif dan kuantitatif sampai diperoleh kadar asam asetat yang optimum yaitu lebih besar dari 4 gr/100 mL. Ada 2 cara umum konversi cairan alkoholik menjadi cuka, yaitu proses lambat atau spontan dan proses generator atau cepat. Proses spontan dilakukan dengan cara membiarkan sari buah terfermentasi secara spontan di dalam tong. Perlu dilakukan perbaikan-perbaikan sebagai berikut: menggunakan ragi roti atau biakan murni S. cerevisiae, sebelum inokulasi sari buah ditambah SO2 125 ppm atau 7.5 oz per 200 gal dan dibiarkan 2 jam, ditambah cuka organik sampai kadar asam total 2%, fermentasi asam cuka menggunakan wadah yang dangkal, pembuatan starter dilakukan 4-5 hari, fermentasi alkohol dilakukan sampai selesai, sedangkan fermentasi asam cuka dilakukan 3-6 bulan.
Diagram 1. Diagram Proses Pembuatan Cuka Nanas
(Sumber: Syifa, 2012) 3. Asam Cuka dari Air Kelapa Prinsip pembuatan cuka pada dasarnya adalah bahan baku mengandung karbon, nitrogen, dan mineral dalam jumlah yang cukup. Selain itu terjadi proses fermentasi oleh kelompok bakteri asam asetat seperti: Acetobacter dan Saccharimyces cerevisiae. Kandunngan air kelapa tua mengandung untuk setiap 100 gram kelapa terdapat 98,69% air, 0,05 gram protein, 0,01 gram lemak, 0,82 glukosa fruktosa, 0,95 gram sukrosa, 1,77 gram gula total, 0,46 gram abu. Pembuatan asam cuka air kelapa dapat dilakukan dengan tahap: a) Satu Tahap Air kelapa ditambahkan larutan induk yang telah dibiarkan selama 24 jam. Campuran yang diperoleh diaduk sampai homogen dan dituangkan dalam wadah yang tertutup rapat. Diamkan untuk beberapa hari, hasil pembentukan asam-asam selama pemeraman ditentukan dengan cara titrasi memakai NaOH 0,1 N. Dari cara titrasi inni maka akan di daptkan berbagai kandungan asam yang terkandng di dalam produk pemeraman. b) Dua Tahap Tahap pertama yaitu fermentasi gula menjadi alkohol. Pada tahap ini gula diubah menjadi alkohol oleh khamir yang berlangsung secraa anaerob menggunakan biakan murni Saccharomyces cerevisiae. Setelah alkohol dihasilkan maka dilakukan fermentasi alkohol menjadi asam asetat secara aerob menggunakan biakan murni Acetobacter aceti. Air kelapa dimasukkan panci sebanyak 1 liter + gula 80 gr. Setelah larut disaring dari kotoran, dipanaskan dipertahankan selama 5 menit. Setelah mendidih larutan diberi ragi roti 1 sendok teh lalu dipindahkan ke dalam wadah tertutup dengan kain saring. Setelah fermentasi berjalan seminggu tambahkan 1,5 liter bibit cuka untuk setiap liter larutan, kemudian difermentasikan dimana hasil dari fermentasi akan terbentuk selama 1 minggu.
4. Cuka dari Buah Pepaya
Tanaman pepaya tergolong tanaman yang banyak diusahakan oleh petani Indonesia. Indonesia termasuk penghasil pepaya (carica papaya) kedua terbesar di Asia. Perlakuan yang teliti akan diproduksi hasil berkisar antara 6-12 ton/hektar. Kehilangan hasil buah pepaya selama penyimpanan dan transportasi setelah panen tergolong masih tinggi mencapai 45,6-100 %. Kondisi ini disebabkan oleh daya kesegaran buah yang rendah (3-4 hari setelah panen). Buah makin cepat rusak dan tidak layak dikonsumsi jika indeks panennya makin rendah. Disamping itu varietas-varietas yang pupoler di masyarakat menunjukkan ciri tidak terus menerus berbuah, sehingga ditemukan panen raya yang menyebabkan pasokan buah melebihi permintaan sehingga banyak buah pepaya terlalu matang dan rusak. Salah satu alternatif teknologi pengolahan buah pepaya yang terlalu matang atau rusak yang potensial untuk dikembangkan adalah pembuatan cuka dari buah pepaya yang diperoleh dengan cara fermentasi. Produksi cuka dari buah pepaya dapat dilakukan melalui proses fermentasi alkohol dari sari buah pepaya. Proses fermentasi ini dapat berjalan dengan bantuan mikroba yang mengubah karbohidrat atau gula menjadi alkohol. Mikroba yang digunakan dalam penelitian ini adalah mikroba Saccharomyces Cerevisiae. Fermentasi alkohol ini dilakukan secara anaerobik yaitu mula-mula dengan inokulasi ragi roti dengan nutrien (NH4)2SO4, (NH4)3PO4, dan bahan baku sari buah pepaya dalam proses pembuatan starter. Setelah diperoleh starter maka dilakukan proses fermentasi terhadap sari buah pepaya steril yang telah mengandung (NH4)2SO4 dan (NH4)3PO4. Untuk mempertahankan pH 4,0 sampai 4,5 digunakan HCl 2 N yang diteteskan ke dalam sari buah pepaya. Buah pepaya biasanya hanya dikonsumsi sebagai buah segar dan manisan, tetapi pepaya Solo termasuk buah yang tidak disukai lidah orang Indonesia, karena daging buahnya lembek, tidak kencang, sehingga hanya dijadikan makanan burung saja. Karena pepaya Solo mengandung karbohidrat, maka memungkinkan pepaya Solo digunakan sebagai bahan baku pembuatan asam cuka, yaitu dengan cara fermentasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui adanya kemungkinan pembuatan asam cuka dari pepaya Solo menggunakan metode fermentasi, dengan pengaruh waktu fermentasi, dan pengaruh pH terhadap kadar asam cuka yang dihasilkan. Penelitian pembuatan asam cuka dari Pepaya Solo dilakukan melalui dua tahapan fermentasi, fermentasi pertama dengan mengatur variasi pH: 4, 5 dan 6 dimana dikondisikan dalam susasana asam pada proses. Fermentasi kedua berlangsung dengan variasi waktu: 8 hari, 10 hari, 12 hari, 14 hari. Penetapan kadar asam cuka dalam larutan hasil dilakukan secara volumetri dengan larutan baku NaOH 0,1 N. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa Pepaya Solo dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan asam cuka dengan cara fermentasi. Proses fermentasi yang optimum dicapai saat waktu fermentasi 12 hari dengan pH 4 yang menghasilkan asam cuka dengan kadar 0,721 g/100ml. 5. Cuka dari Salak Buah salak merupakan buah yang mudah mengalami kerusakan, maka perlu penanganan khusus untuk mempertahankan kualitas buah salak. Kendala dalam pemasaran buah salak adalah adanya rasa sepat (astringent) yang relatif cukup tinggi, kecuali salak varietas gula pasir. Rasa sepat inilah yang menjadi kendala pengembangan untuk bisa masuk pasar internasional. Selain untuk dikonsumsi sebagai buah segar, buah salak dapat diolah menjadi berbagai variasi diantaranya yaitu, manisan salak, keripik salak, dan selai salak. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pisau, baskom, blender, timbangan, panci, kompor, kain saring, sendok, corong, gelas ukur, plastik, karet, penjepit, autoklaf, LAF, spektrofoto meter labu ukur, termometer, kertas ukur pH, kertas label, waterbath, oven dan botol asam cuka. Bahan yang digunakan buah salak, Akuades, Gula pasir, Saccharomyces cerevisiae, Acetobacter aceti, NaOH, Indikator PP, Methanol, Kalium Dikromat (K2CrO7), AgNO3, HCL, CH3COOH, KI, Na2S2O3 (Natrium Tiosulfat). Diawali dengan pengupasan buah salak, pencucian, penghalusan, penyaringan, perebusan, fermentasi dengan Saccharomyces Cerevisiae dan fermentasi Acetobacter aceti. Cuka buah yang diperoleh diamati parameter fisiknya yaitu aroma, warna, dan pH. Pengujian Parameter kimia yaitu kadar asam asetat, total gula, dan total padatan terlarut. DAFTAR PUSTAKA
Adams. 1985. Pembuatan Vinegar dari Air Kelapa dan Limbah Cair Pembuatan Nata de Coco dengan Metode Quick Process. Jurusan Biologi FMIPA. UNS. Surakarta.
Bagus, S. 2011. Khasiat Cuka Anggur.(online): http://cukabuah.Doc-
slide.com/2011/04/ khasiat-cuka-anggur.html (Diakses pada tanggal 07 Februari 2017).
Christie, A. 2012. Pembuatan Asam Cuka dari Pepaya Solo. (online):
http://id.scribd.com /2012/12/pembuatan-asam-cuka-dari-pepaya-solo.html (Diakses pada tanggal 07 Februari 2017).
Sunarlie, F. 2014. Pembuatan Cuka dari berbagai buah. (online): http://