Anda di halaman 1dari 32

FAKULTAS KEDOKTERAN Makassar, 28 Maret 2016

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN TUTORIAL
SKENARIO 3
SESAK NAFAS

Oleh Kelompok 6

Muhammad Ridwan Musa 110 214 0010


Rismayanti 110 214 0025
Muhammad Yastrib Semme 110 214 0036
Khansa Luthfiyyah jasruddin 110 214 0042
Nuari Aqriana Darwis 110 214 0047
Eka Zuriaty Rahma PM 110 214 0060
Muhammad Reza Raka Putra 110 214 0064
Niswatun Hasanah Sukardi 110 214 0074
Khusnul Yaqien 110 214 0081

Dosen Pembimbing :
Dr. Ghina Asni

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2016
I. SKENARIO
Seorang laki-laki 50 tahun dating ke Unit Gawat Darurat RS dengan keluhan sesak
napas saat bergiat dan tidak bisa berbaring datar. Pasien hanya bisa berjalan 200 meter dan
tidak dapat naik tangga karena akan bertambah sesak. Selama 2 bulan terakhir pasien hanya
bisa tidur dengan 2 bantal dan sering terbangun tengah malam karena sesak, tetapi 1 minggu
terakhir pasien sesak mulai memberat disertai batuk dan tidak nafsu makan. Pasien tidak pernah
merokok sebelumnya dan rutin berolahraga sebelum muncul keluhan. Tidak ada riwayat
diabetes maupun tekanan darah tinggi sebelumnya. Selama ini pasien kontrol teratur dengan
Aspilet 80 mg o.d; simvastatin 40 mg o.d
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 170/115 mmHg, nadi 105 kali/menit,
akral hangat, dan terdapat rhonki halus di kedua lapangan paru disertai S3 gallop.

II. KATA SULIT


1. Aspilet
2. Simvastatin
3. Akral Hangat
4. S3 Gallop

III. KATA / KALIMAT KUNCI


1. Laki-laki 50 tahun sesak napas saat bergiat dan tidak bisa berbaring datar
2. Hanya bisa berjalan 200 meter dan tidak dapat naik tangga karena sesak
3. Hanya bisa tidur dengan 2 bantal dan sering terbangun tengah malam
4. 1 minggu terakhir sesak mulai memberat; batuk, tidak ada nafsu makan, tidak merokok,
dan rutin berolahraga sebelum muncul keluhan.
5. Tidak ada riwayat hipertensi dan diabetes
6. Tekanan darah 170/115 mmHg, nadi 105 kali/menit, akral hangat, ronkhi halus , kedua
lapang paru, S3 gallop.

IV. PERTANYAAN
1. Bagaimana mekanisme sesak nafas?
2. Apa perbedaan sesak nafas pada penyakit jantung dengan penyakit yang lain?
3. Mengapa pasien dengan pola hidup sehat dapat terkena gejala?
4. Apa maksud dari kontrol teratur dengan Aspilet dan Simvastatin?
5. Pada keadaan apa bunyi jantung S3 dan S4 dapat terdengar?
6. Jelaskan derajat-derajat hipertensi?
7. Apa langkah-langkah diagnosis?
8. Apa saja Differensial Diagnosisnya?
V. JAWABAN PERTANYAAN
1. Mekanisme sesak nafas
Jika tekanan hidrostatik anyaman kapiler paru-paru meningkat melebihi tekanan onkotik
pembuluh darah maka akan terjadi transudasi cairan ke dalam interstisial. Apabila
kecepatannya melebihi kecepatan drainase limfatik maka akan timbul edema interstisial. Bila
terjadi peningkatan tekanan lebih lanjut, cairan akan merembes ke alveoli sehingga
menimbulkan edema paru. Cairan yang terakumulasi di dalam alveolus akan menyebabkan
traktus respiratorius mengalami obstruksi. Akibatnya pasien mengalami perasaan sulit
bernapas, napas menjadi pendek, dan merasa tercekik.
Etiologi sesak nafas :
a. Reseptor-reseptor mekanik pada otot-otot pernapasan paru, dan dinding dada; dalam teori
tegangan-panjang, elemen-elemen sensoris, gelendong otot pada khususnya, berperan penting
dalam membandingkan tegangan dalam otot dengan derajat elastisitasnya; dispnea terjadi bila
tegangan yang ada tidak cukup besar untuk satu panjang otot (volume napas tercapai).
b. Kemoreseptor untuk tegangan CO2 dan O2 (teori utang-oksigen).
c. Peningkatan kerja pernapasan yang mengakibatkan sangat meningkatnya rasa sesak napas.
d. Ketidakseimbangan antara kerja pernapasan dengan kapasitas ventilasi.

2. Perbedaan sesak nafas pada penyakit jantung dengan penyakit yang lain

Sesak napas atau dispnea adalah kesulitan atau ketidaknyamanan dalam bernapas atau dengan
kata lain pernapasan sadar yang abnormal, maka dispnea merupakan gejala umum dari
penyakit jantung dan penyakit pernapasan. Sesak napas akibat cardiovaskuler paling menonjol
pada aktivitas fisik (dyspnea on effort), gejala ini berbeda dengan sesak napas pada respirasi
yang tidak menonjol setelah melakukan aktivitas dan dipengaruhi oleh cuaca dan alergen.
Semakin parah kelainan jantung yang mendasari, dispnea akan muncul pada aktivitas yang
lebih ringan dan akhirnya pada waktu istirahat. Keluhan lainnya yaitu pembengkakan pada
bagian tungkai.
Diyspnea karena penyakit jantung terjadi karena kongesti vena pulmonalis. Adanya
tekanan pada atrium kiri akan menimbulkan tekanan vena pulmonalis, yang normalnya berkisar
5 mmHg. Jika meningkat, seperti pada penyakit katup mitral dan aorta atau disfungsi ventrikel
kiri, vena pulmonalis akan teregang dan dinding brounkus terjepit dan mengalami edema,
menyebakan batuk iritaif non produktif dan mengi. Jika tekanan vulmonalis naik lebih lanjut
dan melebihi tekanan onkotik plasma ( sekitar 25 mmHg), jaringan paru menjadi lebih kaku
karena edema interstisial (peningkatan kerja otot pernapasan untuk mengembangkan paru dan
timbul dispnea), transudat akan terkumpul dalam alveoli yang mengakibatkan edema paru. Jika
keadaan berlanjut, akan terjadi produksi sputum yang berbuih, yang dapat berwarna kemerahan
akibat pecahnya pembuluh darah halus bronkus yang mebawa darah kedalam cairan edema.
Sedangkan dispneu karena respirasi terjadi karena pneumotoraks, emboli pulmonal,pneumonia
dan obstruksi jalan napas.
Dispnea jantung akan memburuk dalam posisi berbaring terlentang (ortopnea).
Ortopnea adalah sesak yang terjadi pada posisi tidur datar dan membaik dengan posisi duduk.
Jumlah bantal yang digunakan saat tidur dapat menjadi indikator adanya orthopnea. Pasien
sering memerlukan 2 bantal atau lebih untuk dapat mengurangi gejala sesak. Gejala seperti ini
dapat ditemukan pada pasien gagal jantung kiri atau penyakit katup mitral. Pada saat berbaring
terlentang aliran balik vena sistemik ke jantung kanan meningkat, menyebabkan aliran darah
keparu meningkat yang menyebabkan sesak. Namun, pasien dengan penyakit paru obstruktif
juga tidak dapat tidur dengan posisi datar. Sesak ini akan berkurang jika duduk tegak atau
berdiri. Sebab aliran balik vena sistemik ke jantung kanan meningkat pada posisi setengah
duduk (recumbent), terutama pada dini hari ketika volume darah paling tinggi. Menyebabkan
aliran darah paru meningkat dan disertai pula peningkatan lebih lanjut tekanan vena
pulmonalis. Tetapi jika kontraksi ventrikel kanan sangat terganggu seperti pada kardiomiopati
dilatasi atau infark ventrikel kanan, ortopnea dapat berkurang karena jantung kanan tidak dapat
meningkatkan aliran darah paru sebagai respon terhadap peningkatan aliran balik vena.
Sesak yang dapat membangunkan pasien pada dini hari (disertai keringat dan ansietas,
dispnea nokturnal paroksismal (paroximal nocturnal dispnea)), adalah sesak yang terjadi secara
tiba-tiba selama tidur. Umunya terjadi 2 hingga 4 jam setelah tidur dan disertai dengan
diaforesis, batuk, kadang-kadang wheezing. Secara gradual akan berkurang (dalam 10-20
menit) setelah posisi duduk. PND merupakan tanda klasik dari edema paru interstisiel dan
seringkali disebabkan oleh gagal jantung. Meskipun dispneu jantung dapat terjadi akut,
umpanya akibat gagal ventrikel kiri pasca infark miokard akut, dispnea lebih sering memiliki
onset gradual dan bersifat kronis, memburuk dengan lambat selama beberapa minggu atau
bulan. Pada dispnea yang timbul mendadak harus dipertimbangkan sebab-sebab lain seperti
pneumotoraks atau emboli paru. Untuk klasifikasi New York Heart Association (NYHA):
merupakan klasifikasi yang banyak digunakan untuk menentukan derajat disabilitas akibat
dispneu karena penyakit jantung:
a. NYHA kelas I : keluhan tidak timbul dengan aktivitas sehari-hari, melainkan saat aktivitas
berat
b. NYHA kelas II : keluhan timbul saat aktivitas sehari-hari, terdapat sedikit pembatasan
aktivitas
c. NYHA kelas III: keluhan timbul saat aktivitas yang lebih ringan dari aktivitas sehari-hari
d. NYHA kelas IV: keluhan timbul saat istirahat dan aktivitas apapun.

Kadang-kadang sulit untuk membedakan sesak napas yang disebabkan karena penyakit
paru paru atau jantung. Untuk itu diperlukan pemeriksaan fisis, pada jantung terkadang
didapatkan bunyi murmur, sedagkan pada respirasi vesikuler dapat meningkat atau menurun
dan pemeriksaan penunjang seperti EKG dan ekokardiografi. Namun, Paroxysmal nocturnal
dyspnea atau orthopnea merupakan gejala penyakit jantung, sedangkan wheezing merupakan
gejala penyakit paru-paru.

3. Mengapa pasien tidak bisa berbaring datar dan sering bangun tengah malam?
Ketika gagal jantung berlanjut, pasien akan mengalami sesak napas (dyspnea) waktu berbaring
(ortopneu); kondisi ini terjadi karena posisi terlentang meningkatkan aliran balik vena dari
ekstremitas bawah dan juga mengangkat disfragma. Ortopneu biasanya hilang saat saat duduk
atau berdiri, sehingga pasien biasanya tidur dengan posisi setengah duduk. Paroxymal
nocturnal dyspnea (sesak napas malam yang paroksimal) merupakan bentuk dramatis dari
kesulian bernapas, yang membangunkan pasien dari tidur disertai sesak napas parah yang
hamper mirip dengan perasaan tercekik.

4. Aspilet dan Simvastatin


Aspilet adalah obat untuk mengatasi trombosis atau antitrombotik. Obat ini dapat digunakan
untuk pencegahan terhadap terjadinya serangan jantung, pengobatan gejala pada saat
serangan jantung, dan sebagai pengobatan tambahan pada saat pasca stroke. Thrombo aspilets
mempunyai kandungan Asam Asetilsalisilat sebagai komponen aktif di dalam obatnya. Asam
asetilsalisilat akan bekerja pada tubuh dengan cara menghambat aktivitas enzim siklo-
oksigenase melalui proses asetilasi yang bersifat ireversibel (tidak dapat kembali seperti
semula). Dengan kerja penghambatan tersebut asam asetilsalisilat dapat mencegah proses
pembentukan tromboksan A2 sehingga terjadi pecegahan terhadap penimbunan platelet dan
pencegahan terhadap proses pembekuan darah.

Simvastatin merupakan salah satu obat penurun kolesterol dalam darah atau yang lebih
dikenal dengan statin. Kolesterol jahat (LDL) mudah menggumpal dan menempel pada
dinding pembuluh darah. Suatu kondisi yang dapat membentuk plak dan menyebabkan
aterosklerosis atau penyumbatan pembuluh darah. Kinerja obat ini adalah menghambat enzim
pembentuk kolesterol sehingga kadar kolesterol dalam darah berkurang. Keefektifan obat ini
akan semakin terlihat jika disertai dengan penerapan gaya hidup yang sehat seperti
berolahraga secara teratur dan menjauhi makan berminyak. Dengan menurunkan kadar LDL
dalam darah, simvastatin juga mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke. Kadar LDL
yang normal dalam darah adalah di bawah 100 mg/dL.

5. Bunyi Jantung S3 dan S4


Tanda fisik yang berkaitan dengan kegagalan ventrikel kiri yang dapat dikenal dengan
mudah adalah bunyi jantung ketiga dan keempat (S3 & S4) dan ckrackles pada paru-paru. S4
atau gallop atrium, dihubungkan dengan mengikuti kontraksi atrium dan terdengar paling baik
dengan bell stetoskop yang ditempelkan dengan tepat pada apeks jantung. Bunyi S4 ini
terdengar sebelum bunyi jantung pertama (S1) dan tidak selalu merupakan tanda pasti
kegagalan kongestif, tetapi dapat menunjukkan adanya penurunan komplians (peningkatan
kekakuan) miokardium. Bunyi S4 umumnya ditemukan pada klien dengan infark miokardium
akut dan mungkin tidak mempunyai prognosis bermakna, tetapi mungkin menunjukkan
kegagalan yang baru terjadi.
S3 atau gallop ventrikel adalah tanda penting dari gagal ventrikel kiri dan pada orang
dewasa hampir tidak pernah ditemukan kecuali jika ada penyakit jantung signifikan. S3
terdengan pada awal diastolik setelah bunyi jantung kedua (S2) dan berkaitan dengan periode
pengisian ventrikel pasif yang cepat.
6. Derajat Hipertensi
Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7
Klasifikasi TDS TDD (mmHg)
Tekanan Darah (mmHg)
Normal <120 dan <80
Prahipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi derajat 1 40-159 atau 90-99
Hipertensi derajat 2 100 atau 100
TDS = Tekanan Darah Sistolik, TDD = Tekanan Darah Diastolik

7. Langkah-langkah Diagnosis

ANAMNESIS
1. Mengucapkan salam, lalu pemeriksa berdiri dan melakukan jabat tangan
2. Mempersilahkan duduk berseberangan / berhadapan
3. Berikan respon yang baik dalam rangka membina sambung rasa
4. Menjaga suasana santai dan rileks. Berbicara dengan lafal yang jelas dengan
menggunakan bahasa yang dipahami, dan menyebutkan nama pasien
5. Menanyakan identitas: nama, umur, alamat dan pekerjaan
6. Menanyakan keluhan utama (nyeri dada) dan menggali riwayat penyakit sekarang.
Tanyakan:
Menanyakan keluhan utama sesak nafas
Menanyakan onset
Menanyakan factor pencetus, psikogenik, fisik
Menanyakan factor yang memperberat (berjalan, naik tangga, mengangkat barang,
mengedan) dan yang meringankan keluhan (istirahat, duduk, obat-obatan)
Menanyakan posisi tubuh yang menyebabkan keluhan memberat dan berkurang
(Ortopnea)
Apakah ada keluhan terbangun tengah malam karena sesak dan seberapa sering
Tanyakan gejala lain yang berhubungan:
- Nyeri dada, jantung berdebar-debar, batuk, berkeringat, rasa tertindih beban
berat, rasa tercekik
- Mual, muntah, nyeri perut / ulu hati
- Kejang, pusing, otot lemah / lumpuh, nyeri pada ekstremitas, edema (bengkak)
- Pingsan, badan lemah / lelah
7. Menggali riwayat penyakit dahulu yang sama dan yang berkaitan, untuk menilai
apakah penyakit sekarang ada hubungannya dengan yang lalu
8. Menggali riwayat penyakit keluarga dan lingkungan dengan:
Tanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita / pernah menderita
penyakit yang sama
Mengenai penyakit menular, tanyakan seberapa dekat / sering bertemu dengan
anggota keluarga yang sakit
9. Melakukan cek silang
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik menggunakan Sphygomanometer
1. Pengukuran tekanan darah pada 2 3 kali kunjungan berhubung variabilitas tekanan
darah. Posisi terlentang, duduk atau berdiri
2. Perabaan denyut nadi diarteri karotis dan femoralis
3. Adanya pembesaran jantung, irama gallop
4. Pulsasi aorta abdominalis, tumor ginjal, bising abdominal
5. Denyut nadi diekstremitas, adanya paresis atau paralisis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektrokardiografi (EKG)
2. Foto Rontgen Thoraks
3. Echocardiografi
4. Hematologi urin
5. Urin rutin
6. Glukosa puasa dan 2 jam PP
7. Kolesterol total
8. Kadar HDL
9. Asam Urat
10. Albumin

8. Differensial Diagnosis

PENYAKIT JANTUNG KORONER

A. Jantung Koroner
1. Pengertian Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner dalam suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan
atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyakit jantung koroner diakibatkan oleh penyempitan
atau penyumbatan pembuluh darah koroner. Penyempitan atau penyumbutan ini dapat
menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri (Yenrina,
Krisnatuti, 1999).
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung akibat adanya kelainan pada pembuluh
koroner yakni pembuluh nadi yang mengantarkan darahke aorta ke jaringan yang melindungi
rongga-rongga jantung
2. Etiologi Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau
penyumbatan arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung.
Penyakit jantung koroner adalah ketidak seimbangan antara demand dan supplay atau
kebutuhan dan penyediaan oksigen otot jantung dimana terjadi kebutuhan yang meningkat atau
penyediaan yang menurun, atau bahkan gabungan diantara keduanya itu, penyebabnya adalah
berbagai faktor.
Denyut jantung yang meningkat, kekuatan berkontraksi yang meninggi, tegangan ventrikel
yang meningkat, merupakan beberapa faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan dari otot-
otot jantung. Sedangkan faktor yang mengganggu penyediaan oksigen antara lain, tekanan
darah koroner meningkat, yang salah satunya disebabkan oleh artheroskerosis yang
mempersempit saluran sehingga meningkatkan tekanan, kemudian gangguan pada otot regulasi
jantung dan lain sebagainya.
Manifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard
akut, gagal jantung disritmia atau gangguan irama jantung dan mati mendadak

3. Patofisiologi
Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan (PLAK) yang mengandung lipoprotein,
kolesterol, sisa-sisa jaringan dan terbentuknya kalsium pada intima, atau permukana bagian
dalam pembuluh darah. Plak ini membuat intima menjadi kasar, jaringan akan berkurang
oksigen dan zat gizi sehingga menimbulkan infark, penyakit jantung koroner menunjukkan
gejala gizi terjadi infark miokard atau bila terjadi iskemia miokard seperti angina pectori.
Kolesterol serum dibawa oleh beberapa lipoprotein yang diklasifikasikan menurut densitasnya.
Lipoprotein dalam urutan densitas yang meningkat adalah kilomikron. VLDL (Very Low
Density Lopoprotein). LDL (low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density Lipoprotein)
membawa hampir seluruh kolesterol dan merupakan yang paling aterojenik. HDL menurunkan
resiko penyakit jantung ke hati, tempat kolesterol di metabolisme dan di ekskresikan. Orang
dewasa dapat diklasifikasikan sebagai beresiko penyakit jantung koroner berdasarkan jumlah
total dan kadar kolesterol LDL-nya
4. Penyebab Jantung Koroner
Penyakit jantung yang diakibatkan oleh penyempitan pembuluh nadi koroner ini disebut
penyakit jantung koroner. Penyempitan dan penyumbatan ini dapat menghentikan aliran darah
ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri. Dalam kondisi lebih parah kemampuan
jantung memompanya darah dapat hilang. Hal ini akan merusak system golongan irama
jantung dan berakibat dengan kematian
Salah satu penyakit jantung koroner adalah kebiasaan makanmakanan berlemak tinggi
terutama lemak jenuh. Agar lemak mudah masuk dalam peredarah darah dan diserap tubuh
maka lemak harus diubah oleh enzim lipase menjadi gliserol. Sebagian sisa lemak akan
disimpan di hati dan metabolisme menjadi kolesterol pembentuk asam empedu yang berfungsi
sebagai pencerna lemak, berarti semakin meningkat pula kadar kolesterol dalam darah.
Penumpukan tersebut dapat menyebabkan (artherosklerosis) atau penebalan pada pembuluh
nadi koroner (arteri koronoria).
Kondisi ini menyebabkan kelenturan pembuluh nadi menjadi berkurang, serangan jantung
koroner akan lebih mudah terjadi ketika pembuluh nadi mengalami penyumbatan ketika itu
pula darah yang membawa oksigen ke jaringan dinding jantung pun terhenti
5. Gejala Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner sering ditandai dengan rasa tidak nyaman atau sesak di dada, gejala
seperti ini hanya dirasakan oleh sepertiga penderita. Rasa nyeri terasa pada dada bagian tengah,
lalu menyebar keleher, dagu dan tangan. Rasa tersebut akan beberapa menit kemudian.
Rasa nyeri muncul karena jantung kekurangan darah dan supplay oksigen. Gejala ini lain
menyertai jantung koroner akibat penyempitan pembuluh nadi jantung adalah rasa tercekik
(angina pectoris). Kondisi ini timbul secara tidak terduga dan hanya timbul jika jantung dipaksa
bekerja keras. Misal fisik dipaksa bekerja keras atau mengalami tekanan emosional.
Pada usia lanjut gejala serangan jantung sering tidak disrtai keluhan apapun, sebagian hanya
merasa tidak enak badan. Gejala penyakit jantung koroner pada umumnya tidak spesifik untuk
didiagnosa angina pectoris (masa tercekik). Biasanya diperoleh riwayat penyakit orang
bersangkutan, sedangkan pemeriksaan fisik kurang menunjukkan data yang akurat. Pada
keadaan tenang eletro diagram pada orang yang menghidap angina pectoris akan terlihat
normal pada keadaan istirahat. Sebaliknya menjadi normal saat melakukan kerja fisik. Riwayat
angina pectoris tidak stabil lebih sulit dikendalikan karena terjadi secara tidak terduga kasus
ini menjadi mudah terdeteksi jika disertai dengan nyeri sangat hebat di dada, disertai dengan
gejala mual, takut dan merasa sangat tidak sehat.
Berbeda dengan kasus infak miokardia pada kelainan jantung yang satu ini dapat diketahui
melalui penyimpanan irama jantung saat pemeriksaan melalui elektro kardiografi dan dikatikan
dengan peningkatan kadar enzim jantung dalam darah, juga dalam perkembangan penyakit
jantung koroner biasanya disertai kelainan kadar lemak dan trombosit darah penderita yang
diikuti oleh kerusakan endoterium dinding pembuluh nadi

B. Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner


Faktor risiko diartikan sebagai karakteristik yang berkaitan dengan kejadian suatu penyakit di
atas rata-rata. Faktor risiko mempunyai risiko penyakit jantung koroner dalam dua kelompok,
yaitu faktor risiko primer dan sekunder.
1. Faktor risiko primer
a. Merokok (1 pak atau lebih dalam sehari)
b. Hipertensi (diastolik > 90 mmHg ; siastolik > 150 mmHg)
c. Peningkatan kolesterol plasma (> 240 250 mg/dl)
2. Faktor risiko sekunder
a. Peningkatan trigliserida plasma
b. Obesitas
c. Diabetes melitus
d. Stres kronik
e. Pil KB
f. Vasektomi
g. Kurang aktifitas fisik
h. Keturunan

3. Hubungan kejadian dengan konsumsi makanan tertentu


a. Korelasi positif yaitu : Protein hewani, Kolesterol tinggi, Daging, Lemak total,
Telur,Gula, Kalori total,Lemak hewani
b. Korelasi negatif yaitu : Serat, Protein nabati
Risiko-risiko tersebut saling menguatkan, orang yang memiliki tiga faktor risiko memiliki
peluang terserang penyakit jantung enam kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang
hanya memiliki satu faktor risiko. Sedangkan risiko seperti genetik, umur dan jenis kalamin
susah dikendalikan.
Faktor risiko penyakit jantung berkaitan dengan diit, bagaimana pengaturan gizi sangat
berperan dalam menekan beberapa faktor primer maupun sekunder penyakit jantung koroner.
Penyakit jantung bersifat multifactorial

C. Asupan Zat Gizi 1. Karbohidrat


Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan sumber energi utama
bagi manusia dan hewan yang harganya relatif murah. Semua karbohidrat berasal dari tumbuh-
tumbuhan. Produk yang dihasilkan terutama dalam bentuk gula sederhana yang mudah larut
dalam air dan mudah diangkut ke seluruh sel-sel guna penyedia energi. Sebagian dari gula
sederhana ini kemudian mengalami polimerisasi dan membentuk polisakarida. Ada 2 jenis
polisakarida tumbuh-tumbuhan, yaitu pati dan non pati. Pati adalah bentuk simpanan
karbohidrat berupa polimer glukosa yang dihubungkan dengan ikatan glikosidik, seperti beras,
gandum, dan jagung serta umbi-umbian merupakan sumber pati utama di dunia. Polisakarida
non pati merupakan komponen utama serat makanan.
Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi bagi tubuh. Karbohidrat merupakan
sumber utama energi bagi penduduk di seluruh dunia, karena banyak didapat di alam dan
harganya relatif murah. Satu gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori, sebagian karbohidrat di
dalam tubuh berada dalam siulasi darah sehingga glukosa untuk keperluan energi. Sebagian
diubah menjadi lemak hati dan jaringan otot, dan sebagian diubah menjadi lemak untuk
kemudian disimpan sebagai cadangan energi di dalam jaringan lemak.
Makanan yang terlalu tinggi karbohidrat sederhana berasosiasi dengan hiperlipidemia, tetapi
karbohidrat komplek seperti zat tepung kruang aterogenik dibandingkan dengan bantuk
karbohidrat lainnya (mono dan disakarida).
Kuo dan Baised melaporkan bahwa penggantian tepung dengan gula pada pasien hiperlipidemi
dapat meningkatkan trigliserida darah, kolesterol dan fosfolipid yang dapat menyebabkan
terjadinya Penyakit Jantung Koroner.

2. Protein
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dalam merupakan bagian terbesar tubuh sesudah
air
Protein sangat dibutuhkan tubuh sebagai zat pembangun, sumber protein berasal dari sumber
hewani maupun nabati. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa protein nabati dapat
mencegah hiperlipidemia.
Banyak penyakit dipermaslahankan karena daging daging atau kaerna diit yang terlalu kaya
akan protein, diataranya penyakit ini adalah nepritis, atherosklerosis dan tekanan darah tinggi
Soesirah Sutardjo dalam bukunya pengaturan gizi untuk kesehatan jantung mengemukakan
bahwa pada penderita kolesterol tinggi dimana protein diberikan campuran antara protein
hewani dan nabati, kemudian diganti dengan protein kedelai sebagai sumber utama protein,
menunjukkan bahwa terjadi penurunan kolesterol darah sebanyak 20%. Dengan demikian
konsumsi protein dapat menurunkan absorbsi kolesterol 3. Lemak
Lemak makanan terdiri dari beberapa asam lemak yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak
tidak jenuh. Lemak jenuh cenderung menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida darah. bahan
makanan yang banyak mengandung lemak jenuh adalah : lemak hewan, lemak susu, mentega,
keju, santan, minyak-minyak ikan.
Asam lemak omega 3 dapat membersihkan plasma dari lipoprotein kilomikron dan
kemungkinan juga dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein). Asam lemak omega-3 diduga
menurunkan produksi trigliserida di dalam hati, bagian utama lipida dan protein dalam VLDL.
Asam lemak omega-3 dihubungkan dengan pencegahan penyakit jantung koroner dengan
artritis
Kolesterol
Kolesterol merupakan komponen esensial membran struktural semua sel dan merupakan
komponen utama sel otak dan saraf. Kolesterol dapat membayakan tubuh, kolesterol yang
terdapat dalam jumlah terlalu banyak di dalam darah dapat membentuk endapan pada dinding
pembuluh darah sehingga menyebabkan penyempitan yang dinamakan atherosklerosis. Bila
penyempitan terjadi pada pembuluh darah jantung dapat menyebabkan penyakit jantung
koroner dan bila pada pembuluh darah otak penyakit serebrovaskuler.(Almatsir ,2004)
Trigliserida
Jenis lemak dalam darah dapat mempengaruhi kadar kolesterol dalam darah. Di dalam
makanan terdapat dua macam lemak yaitu lemak jenuh dan lemak tidak jenuh. Pada lemak
jenih dapat menaikkan kadar kolesteol dan trigliseida darah. Hal ini akan mempengaruhi
terbentuknya atherosclerosis yang merupakan perjalanan awal dari penyakit jantung koroner.
Sedangkan lemak tidak jenuh cenderung menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah (
Purwati, Samilar Rahayu, 1998)
Keterkaitan trigliserida dengan penyakit jantung koroner adalah peningkatan terhadap
hipertrigliserida. Trigliserida bersikulasi dalam darah bersama-sama dengan VDDL yang
bersifat aterogenik, disamping itu trigliseida membantu trombosit arteri koroner, mendorong
jantung koroner, juga hiperglidemia mempengaruhi peningkatan insulin dalam darah,
menambah factor resiko pembentukan atherosclerosis
Didalam tubuh sebagian lemak berupa trigliserida yang terbagi3 asam lemak yang tergabung
menjadi molekul glycerol. Dimana sangan berbeda dengan kolesterol seperti kolesterol
trigliserida yang merupakan komponen dari darah baik dating dari diit atau dihasilkan oleh
tubuh.
Sebagian besar lemak dimakan berbentuk trigliserida . makanan yang mengandung akan
meningkatkan trigliserida dalam darah dan cenderung meningkatkan kadar kolesterol. Lemak
yang berasal dari buah-buahan sepert kelapa, urian, dan alpukat, alpukat tidak mengandung
kolesterol tetapi kadar trigliserida tinggi. Penelitian para ahli menegaskan bahwa peningkatan
kadar trigliserida dalam darah merupakan salah satu factor resiko penyakit jantung koroner
Di dalam makanan terdapat dua macam lemak yaitu lemak jenuh dan lemak tidak jenuh. Lemak
jenuh menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida darah. Hal ini akan mempengaruhi
terbentuknya atherosklerosis yang merupakan perjalanan awal dari penyakit jantung koroner.
Sedangkan lemak tidak jenuh cenderung menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah

4. Vitamin
a. Vitamin A
Vitamin A berfungsi dalam perlihatan normal pada cahaya remang. Vitamin A terdapat
di dalam pangan hewani, sedangkan karotein terutama di dalam pangan nabati. Sumber vitamin
A adalah hati, kuning telur, susu dan mentega, sedangkan sumber karoten adalah sayuran
berwarna hijau tua serta sayuran dan buah-buahan yang berwarna kuning jingga. Seperti daun
singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, wortel, tomat, jagung
kuning, pepaya, mangga, dll.
Peran vitamin A dalam menurunkan faktor risiko dijumpai pada gugus hidroksinya,
yang berfungsi dalam mencegah teroksidasinya lemak tak jenuh ganda. Dengan demikian
lemak tak jenuh ganda tetap dipertahanan, berpengaruh dalam menurunkan kadar kolesterol
darah. Kinley dan Krause, dalam percobaan menemukan pengurangan kadar kolesterol dalam
darah pada pasien atherosklerosis bila diberikan vitamin A.
b. Vitamin C
Sumber vitamin C banyak terdapat pada buah-buahan dan sayuran. Fungsi vitamin C
sebagai koenzim atau kofaktor. Definisi vitamin A merangsang gladula adenalin penghasil
adrenalin dan hormone kartikosteroid, mengakibatkan penurunan kadar vitamin C di dalam
kelenjar tersebut.
Demikian pula kadar kolesterol di dalam darah akan mengalami peningaktan. Diduga
vitamin C mempunyai keterkatian dengan hormone kartikosteroid yang mendorong kenaikan
kadar kolesterol, sehingga bila ada gangguan kekurangan vitamin C dalam tubuh akan
mengakibatkan peningkatan kadar kolesterol di dalam darah. Faktor di atas memegang
perananan penting dalam penurunan faktor risiko dalam pembentukan atherosklerosis oleh
vitamin C (Waspadji, 2003).
5. Calsium
Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil susu, seperti keju, ikan dimakan dengan
tulang, termasuk ikan kering merupakan sumber kalsium yang baik, serealia, kacang-kacangan
dan hasil kacang-kacangan, tahu dan tempe, dan sayuran hijau merupakan sumber kalsium
yang baik juga.
Menurut Yacowite dalam bukunya pengkajian status gizi studi epidemiologi mengemukakan
pada penelitiannya mengatakan bahwa pemberian kalsium 2,66 mg/hari dapat menurunkan
kolesterol serum

ARITMIA
A. Pengertian Aritmia
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama
jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999).
Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan
elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman
grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada
iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi
(Hanafi, 1996).

Aritmia jantung (heart arrhythmia)menyebabkan detak jantung menjadi terlalu cepat,


terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia jantung umumnya tidak berbahaya. Kebanyakan
orang sesekali mengalami detak jantung yang tidak beraturan kadang menjadi cepat,
kadang melambat. Namun beberapa jenis aritmia jantung dapat menyebabkan gangguan
kesehatan atau bahkan sampai mengancam nyawa. . Aritmia dan HR abnormal tidak harus
terjadi bersamaan. Aritmia dpt terjadi dg HR yang normal, atau dengan HR yang lambat
(disebut bradiaritmia - kurang dari 60 per menit). Aritmia bisa juga terjadi dengan HR
yang cepat (disebut tachiaritmia - lebih dari 100 per menit).

Pengobatan aritmia jantung seringkali dapat mengendalikan atau menghilangkan


denyut jantung tidak teratur. Selain itu, aritmia juga dapat diatasi dengan menjalankan
gaya hidup sehat. Tanda dan gejala aritmia jantung tidak selalu mudah dikenali.
Pemeriksaan kesehatan rutin bisa membantu untuk mendeteksi aritmia lebih dini. Irama
jantung yang tidak teratur dapat juga terjadi pada jantung yang normal dan sehat.

Gangguan irama jantung dapat di bagi dua:


1. Gangguan irama fibrilasi(tidak kuncup)pada serambi beresiko stroke
2. Gangguan irama fibrilasi (tidak kuncup) pada bilik jantung berakibat langsung fatal.
Gangguan irama jantung yang paling sering terjadi adalah "serambi jantung tidak
menguncup" atau fibrilasi-bergetar kecil saja dan hanya sekali-sekali saja kuncup secara
normal dimana yang seharusnya pacu jantung SA di serambi kiri memberikan pacu untuk
serambi jantung agar menguncup secara teratur tetapi tidak berhasil dan seluruh dinding
serambi hanya bergetar saja tanpa memompa jantung alias ngadat, hal akan sangat
berbahaya dan beresiko untuk terjadinya stroke. Walaupun serambi tidak menguncup
sempurna karena adanya gangguan irama tetapi darah masih dapat mengalir lambat ke bilik
jantung dan selanjutnya dipompakan keseluruh tubuh.

Kasus-kasus fibrilasi serambi tidak kuncup banyak terjadi Uni Eropah dan Amerika
Serikat, terutama pada mereka yang telah berusia di atas 60 tahun, apalagi bagi yang
memiliki usia di atas 80 tahun resiko terjadinya fibrilasi serambi jantung semakin tinggi
dapat terjadi.

Kejadian fibrilasi tidak kuncup yang terjadi pada bilik jantung maka akan mengakibatkan
kefatalan karena tidak adanya darah yang dipompakan keluar jantung, dan dengan sekejap
saja orang dapat meninggal. Akibatnya Gangguan Irama pada serambi jantung ini
membahayakan karena sebagai akibat aliran darah yang tidak lancar dalam serambi jantung
dapat terbentuk bekuan darah yang semakin besar dimana kemudian bekuan ini dapat lepas
dan menyangkut di otak serta menimbulkan stroke. Bekuan darah ini dapat juga lepas dan
meyangkut di ginjal serta menimbulkan gagal ginjal.

Pengalaman kami seorang pasien diabetes dengan hipertensi melakukan olahraga berat
tiba-tiba saat olah raga ia merasakan se-akan-akan jantungnya ngadat kebetulan rumah
sakit dekat dan ia langsung masuk ruang emergensi dan ditolong. Pemeriksaan segera
dilakukan dengan memasang 10 detektor ECG(6 di dada an 4 masing-masing di
pergelangan tangan dan kaki) dan ditemukan adanya gangguan serambi jantung yang tidak
menguncup(fibrilasi) jelas dengan adanya resiko terbentuknya bekuan dalam serambi
jantung yang kelak dapat lepas dan menimbulkan stroke.
Kepada pasien diberikan obat-obatan untuk mencegah timbulnya bekuan dan juga obat
untuk menormalkan irama jantung. Keadaan pasien membaik beberapa hari kemudian.
Pemeriksaan ECG sangat membantu untuk menentukan penyebab gangguan jantung dan
pengobatannya.

Bradiaritmia dan Takiaritmia

Berbagai keadaan dapat menimbulkan kelainan pada sistem listrik jantung. Pada
umumnya gangguan sistem listrik jantung akan menimbulkan perubahan irama jantung
menjadi terlalu lambat (Bradiaritmia, jantung berdenyut kurang dari 60 kali permenit)
atau terlalu cepat (Takiaritmia, jantung berdenyut lebih dari 100 kali permenit)
Kedua keadaan tersebut akan berpengaruh terhadap kerja jantung memompa darah ke
seluruh tubuh.

Bila jantung berdenyut terlalu lambat, maka jumlah darah yang mengalir di dalam sirkulasi
menjadi berkurang, sehingga kebutuhan tubuh tidak terpenuhi. Hal ini akan menimbulkan
gejala seperti mudah capek, kelelahan yang kronis, sesak, keleyengan bahkan sampai
pingsan. Yang berbahaya, bila jumlah darah yang menuju otak menjadi berkurang bahkan
minimal sehingga terjadi pingsan atau perasaan melayang. Pada keadaan yang lebih parah
dapat menyebabkan stroke.

Sebaliknya, bila jantung berdenyut terlalu cepat maka jantung akan mengalami kelelahan
dan akan menimbulkan gejala-gejala berdebar yang biasanya disertai perasaan takut
karena debaran jantung yang begitu cepat (sampai lebih dari 200 kali permenit). Pada
keadaan yang ekstrim dimana bilik jantung berdenyut sangat cepat dan tidak terkendali,
maka terjadi kegagalan sirkulasi darah yang bila dilakukan pertolongan cepat dengan kejut
listrik (DC shock) dapat mengakibatkan kematian.

Syukurlah, kebanyakan takiaritmia tidak menimbulkan kematian mendadak. Akan tetapi


tentu harus dipastikan jenis aritmia apa yang terdapat pada seorang pasien.

Bradiaritmia yang terjadi akibat hambatan transmisi listrik jantung, umumnya menetap
sehingga diperlukan alat bantu yang dapat menjamin kecukupan frekuensi denyut jantung.
Alat tersebut adalah alat pacu jantung tetap (Permanent Pace Maker, PPM). PPM ditanam
dibawah kulit dada lalu dihubungkan ke jantung melalui sejenis kabel. Hanya diperlukan
operasi kecil dengan bius lokal saja untuk pemasangan PPM.

Takiaritmia, pada umumnya dapat disembuhkan total melalui tindakan ablasi. Setelah
dilakukan tindakan ablasi, pasien terbebas dari penyakit takiaritmia dan tidak memerlukan
obat-obatan lagi. Ablasi adalah tindakan invasif yang merupakan kelanjutan dari EPS.
Pada ablasi dilakukan pemutusan/eliminasi sumber takiaritmia dengan menggunakan
panas yang dihasilkan oleh gelombang frekuensi radio. Tingkat keberhasilan ablasi pada
takiartmia yang umum terjadi, sangat tinggi yaitu sekitar 95%. Dengan resiko yang sangat
kecil.

Deteksi Aritmia

Pada dasarnya deteksi aritmia cukup sederhana, yaitu dengan menggunakan alat
perekam irama jantung yang disebut elektrokardiografi (EKG). Bila pasien datang pada
saat ada keluhan-keluhan diatas lalu dilakukan perekaman EKG, maka dapat diketahui ada
tidaknya gangguan gangguan irama/aritmia jantung. Kadangkala, gejala timbul di rumah
dan ketika sampai di RS gejalanya sudah hilang sehingga pada perekaman EKG-pun tidak
tertangkap aritmia-nya. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan lain yang lebih
komprehensif seperti Holter Monitoring atau pemeriksaan yang canggih yang disebut
Electrophysiology Study (EPS). Holter monitoring adalah perekaman EKG secara
kontinue selama 24-48 jam sehingga memperbesar peluang deteksi aritmia. Bila
aritmianya hanya terjadi sangat jarang maka diperlukan rekaman yang lebih lama. Kadang
dilakukan pemasangan alat kecil dibawah kulit yang disebut Insertable Loop Recorder
(ILR). EPS adalah suatu pemeriksaan invasive dimana dilakukan perekaman listrik
jantung secara langsung pada sistem listrik jantungnya

Ada beberapa tipe-tipe aritmia

o Premature atrial contractions. Ada denyut tambahan di awal yg berasal dari atrium
(ruang jantung bagian atas). Ini tidak berbahaya dan tidak memerlukan terapi.
o Premature venticular contractions (PVCs). Ini merupakan aritmia yang paling
umum dan terjadi pd orang dengan atau tanpa penyakit jantung. Ini merupakan denyut
jantung lompatan yang kita semua kadang2 mengalami. Pada beberapa orang, ini bisa
berkaitan dengan stres, terlalu banyak kafein atau nikotin, atau terlalu banyak latihan.
Tetapi kadang-kadang, PVCs dpt disebabkan oleh penyakit jantung atau
ketidakseimbangan elektrolit. Orang yang sering mengalami PVCs dan/atau gejala2
yg berkaitan dgnya sebaiknya dievaluasi oleh seorang dokter jantung. Namun, pada
kebanyakan orang, PVC biasanya tidak berbahaya dan jarang memerlukan terapi.
o Atrial fibrilasi (AF). Ini merupakan irama jantung tidak teratur yang sering
menyebabkan atrium, ruang atas jantung, berkontraksi secara abnormal.
o Atrial flutter. Ini merupakan aritmia yang disebabkan oleh satu atau lebih sirkuit
yang cepat di atrium. Atrial flutter biasanya lebih terorganisir dan teratur
dibandingkan dengan atrial fibrilasi. Aritmia ini terjadi paling sering pada orang
dengan penyakit jantung, dan selama minggu pertama setelah bedah jantung. Aritmia
ini sering berubah menjadi atrial fibrilasi.
o Paroxysmal supraventricular tachycardia (PSVT). Suatu HR yang cepat, biasanya
dengan irama yang teratur, berasal dari atas ventrikel. PSVT mulai dan berakhir dg
tiba2. Terdapat dua tipe utama : accessory path tachycardia dan AV nodal reentrant
tachycardia (lihat bawah).
o Accessory pathway tachicardia. HR yang cepat disebabkan oleh jalur atau hubungan
extra yang abnormal antara atrium dan ventrikel. Impuls berjalan melewati jalur ekstra
selain juga melewati rute biasa. Ini membuat impuls berjalan di jantung dg sangat
cepat menyebabkan jantung berdenyut dg cepat.
o AV nodal reentrant tachycardia. HR yang cepat disebabkan lebih dari satu jalur
melewati AV node. Ini dapat menyebabkan palpitasi (jantung berdebar), pingsan atau
gagal jantung. Pada banyak kasus, ini dapat disembuhkan dg menggunakan suatu
manuver sederhana yang dilakukan oleh seorang profesional medis yang terlatih, dg
obat2an atau dengan suatu pacemaker.
o Ventricular tachycardia (V-tach). HR yang cepat yang berasal dari ruang bawah
jantung (ventrikel). Denyut yang cepat mencegah jantung terisi cukup darah, oleh
karena itu, hanya sedikit darah yang terpompa ke seluruh tubuh. Ini dapat mrp aritmia
yang serius, khususnya pd orang dengan penyakit jantung dan mkn berhubungan dg
lebih banyak gejala. Seorang dokter jantung sebaiknya mengevaluasi aritmia ini.
o Ventricular fibrilasi. Letupan impuls yang tidak teratur dan tidak terorganisir yang
berasal dari ventrikel. Ventrikel gemetar dan tidak mampu berkontraksi atau
memompa darah ke tubuh. Ini merupakan kondisi emergensi yang harus diterapi dg
CPR dan defibrilasi sesegera mungkin.
o Long QT syndrome. Interval QT adalah area pd ECG yang merepresentasikan waktu
yang diperlukan otot jantung untuk berkontraksi dan kemudian relaksasi, atau yang
diperlukan impuls listrik utk meletupkan impuls dan kmd recharge. Jika interval QT
memanjang, ini meningkatkan resiko terjadinya torsade de pointes, suatu bentuk
ventricular tachicardia yang mengancam hidup. Long QT syndrome merupakan suatu
kondisi yang diturunkan yang dapat menyebabkan kematian mendadak pada orang
muda. Ini dapat diterapi dengan obat2 antiaritmia, pacemaker, electrical
cardioversion, defibrilasi, defibrilator/cardioverter implant atau terapi ablasi.
o Bradiaritmia. Ini merupakan irama jantung yang pelan yang dapat muncul dari
kelainan pada sistem konduksi listrik jantung. Contohnya adalah sinus node
dysfunction dan blok jantung.
o Sinus node dysfunction. HR yang lambat yang disebabkan oleh SA node yang
abnormal. Diterapi dengan pacemaker.
o Blok jantung. Suatu penundaan (delay) atau blok total impuls listrik ketika berjalan
dari sinus node ke ventrikel. Blok atau delay dapat terjadi pada AV node atau sistem
HIS purkinje. Jantung berdenyut ireguler dan sering lebih lambat. Jika serius blok
jantung perlu diterapi dengan pacemaker.

B. Macam-Macam Aritmia
a. Sinus Takikardi
Meningkatnya aktifitas nodus sinus, gambaran yang penting pada ECG adalah : laju
gelombang lebih dari 100 X per menit, irama teratur dan ada gelombang P tegak
disandapan I,II dan aVF.
b. Sinus bradikardi
Penurunan laju depolarisasi atrim. Gambaran yang terpenting pada ECG adalah laju
kurang dari 60 permenit, irama teratur, gelombang p tgak disandapan I,II dan aVF.
c. Komplek atrium prematur
Impul listrik yang berasal di atrium tetapi di luar nodus sinus menyebabkan kompleks
atrium prematur, timbulnya sebelu denyut sinus berikutnya. Gambaran ECG
menunjukan irama tidak teratur, terlihat gelombang P yang berbeda bentuknya dengan
gelombang P berikutnya.
d. Takikardi Atrium
Suatu episode takikardi atrium biasanya diawali oleh suatu kompleks atrium prematur
sehingga terjadi reentri pada tingkat nodus AV.
e. Fluter atrium.
Kelainan ini karena reentri pada tingkat atrium. Depolarisasi atrium cept dan teratur,
dan gambarannya terlihat terbalik disandapan II,III dan atau aVF seperti gambaran gigi
gergaji
f. Fibrilasi atrium
Fibrilasi atrium bisa tibul dari fokus ektopik ganda dan atau daerah reentri multipel.
Aktifitas atrium sangat cepat.sindrom sinus sakit
g. Komplek jungsional prematur
h. Irama jungsional
i. Takikardi ventrikuler

C. Penyebab dan factor resiko gangguan irama jantung

Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :


1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis
karena infeksi)
2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner),
misalnya iskemia miokard, infark miokard.
3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti aritmia
lainnya
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan
irama jantung
6. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
7. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
9. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
10. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi jantung)

Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung atau kelainan
irama jantung. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah:

1. Penyakit Arteri Koroner


Penyempitan arteri jantung, serangan jantung, katup jantung abnormal, kardiomiopati,
dan kerusakan jantung lainnya adalah faktor resiko untuk hampir semua jenis aritmia
jantung.
2. Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan resiko terkena penyakit arteri koroner. Hal
ini juga menyebabkan dinding ventrikel kiri menjadi kaku dan tebal, yang dapat
mengubah jalur impuls elektrik di jantung.
3. Penyakit Jantung Bawaan
Terlahir dengan kelainan jantung dapat memengaruhi irama jantung.
4. Masalah pada Tiroid
Metabolisme tubuh dipercepat ketika kelenjar tiroid melepaskan hormon tiroid terlalu
banyak. Hal ini dapat menyebabkan denyut jantung menjadi cepat dan tidak
teratur sehingga menyebabkan fibrilasi atrium (atrial fibrillation).
Sebaliknya, metabolisme melambat ketika kelenjar tiroid tidak cukup melepaskan
hormon tiroid, yang dapat menyebabkan bradikardi (bradycardia).
5. Obat dan Suplemen
Obat batuk dan flu serta obat lain yang mengandung pseudoephedrine dapat
berkontribusi pada terjadinya aritmia.
6. Obesitas
Selain menjadi faktor resiko untuk penyakit jantung koroner, obesitas dapat
meningkatkan resiko terkena aritmia jantung.
7. Diabetes
Resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi akan meningkat
akibat diabetes yang tidak terkontrol. Selain itu, gula darah rendah (hypoglycemia) juga
dapat memicu terjadinya aritmia.
8. Obstructive Sleep Apnea
Obstructive sleep apnea disebut juga gangguan pernapasan saat tidur. Napas yang
terganggu, misalnya mengalami henti napas saat tidur dapat memicu aritmia jantung
dan fibrilasi atrium.
9. Ketidakseimbangan Elektrolit
Zat dalam darah seperti kalium, natrium, dan magnesium (disebut elektrolit),
membantu memicu dan mengatur impuls elektrik pada jantung.
Tingkat elektrolit yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat memengaruhi impuls
elektrik pada jantung dan memberikan kontribusi terhadap terjadinya aritmia jantung.
10. Terlalu Banyak Minum Alkohol
Terlalu banyak minum alkohol dapat memengaruhi impuls elektrik di dalam jantung
serta dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya fibrilasi atrium (atrial fibrillation).
Penyalahgunaan alkohol kronis dapat menyebabkan jantung berdetak kurang efektif
dan dapat menyebabkan cardiomyopathy (kematian otot jantung).
11. Konsumsi Kafein atau Nikotin
Kafein, nikotin, dan stimulan lain dapat menyebabkan jantung berdetak lebih cepat dan
dapat berkontribusi terhadap resiko aritmia jantung yang lebih serius.
Obat-obatan ilegal, seperti amfetamin dan kokain dapat memengaruhi jantung dan
mengakibatkan beberapa jenis aritmia atau kematian mendadak akibat fibrilasi
ventrikel (ventricular fibrillation).
D. Tanda Dan Gejala Aritmia
Ada beberapa tanda dan gejala Aritmia, yaitu
a. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi;
bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis,
berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat.
b. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.
c. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
d. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas
tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan
seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal;
hemoptisis.
e. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis
siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
f. Palpitasi
g. Pingsan
h. Rasa tidak nyaman di dada
i. Lemah atau keletihan (perasaan
j. Detak jantung cepat (tachycardia)
k. Detak jantung lambat (bradycardia)
E. Pemeriksaan Gangguan Irama Jantung
EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat
jantung.
Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di
rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek
obat antidisritmia.
Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikel atau katup
Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan
miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan
dinding dan kemampuan pompa.
Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
mnenyebabkan disritmia.
Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan
atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh
endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi
disritmia.
F. Penatalaksanaan Medis
Terapi medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
a. Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
Kelas 1 A
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk mencegah
berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang menyertai
anestesi.
Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
Kelas 1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi

b. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)


Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan
hipertensi
c. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang
d. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia
Terapi mekanis
o Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang
memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.
o Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.
o Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan
mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien yang
resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
o Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang
ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.
G. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pengkajian

a. Pengkajian primer :

1. Airway
Apakah ada peningkatan sekret ?
Adakah suara nafas : krekels ?
2. Breathing
Adakah distress pernafasan ?
Adakah hipoksemia berat ?
Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas ?
Apakah ada bunyi whezing ?
3. Circulation
Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ?
Apakah ada takikardi ?
Apakah ada takipnoe ?
Apakah haluaran urin menurun ?
Apakah terjadi penurunan TD ?
Bagaimana kapilery refill ?
Apakah ada sianosis ?
b. Pengkajian sekunder
Riwayat penyakit
o Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi
o Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup
jantung, hipertensi
o Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya kemungkinan
untuk terjadinya intoksikasi
o Kondisi psikososial
Pengkajian fisik
o Aktivitas : kelelahan umum
o Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur;
defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit
warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema;
haluaran urin menruun bila curah jantung menurun berat.
o Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut,
menolak,marah, gelisah, menangis.
o Makanan/cairan: hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan,
mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit
o Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
o Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak
dengan obat antiangina, gelisah
o Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan
kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi)
mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri
(edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
o Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema,
edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan

Diagnosa keperawatan dan Intervensi


a. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi
elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
Kriteria hasil :
o Mempertahankan/meningkatkan curah jantung adekuat yang dibuktikan oleh
TD/nadi dalam rentang normal, haluaran urin adekuat, nadi teraba sama, status
mental biasa
o Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia
o Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokardia.
Intervensi :
o Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitudo
dan simetris.
o Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut jantung
ekstra, penurunan nadi.
o Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan.
o Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi; disritmia atrial;
disritmia ventrikel; blok jantung
o Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama fase
akut.
o Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres misal relaksasi
nafas dalam, bimbingan imajinasi
o Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan faktor
penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh wajah mengkerut,
menangis, perubahan TD
o Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi
o Kolaborasi :
o Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit
o Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
o Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmi
o Siapkan untuk bantu kardioversi elektif
o Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung
o Masukkan/pertahankan masukan IV
o Siapkan untuk prosedur diagnostik invasif
o Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau defibrilator

Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan


dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.
Kriteria hasil :
o menyatakan pemahaman tentang kondisi, program pengobatan
o Menyatakan tindakan yang diperlukan dan kemungkinan efek samping obat
Intervensi :
o Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal
o Jelakan/tekankan masalah aritmia khusus dan tindakan terapeutik pada
pasien/keluarga
o Identifikasi efek merugikan/komplikasiaritmia khusus contoh kelemahan,
perubahan mental, vertigo.
o Anjurkan/catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat diperlukan;
bagaimana dan kapan minum obat; apa yang dilakukan bila dosis terlupakan
o Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan berlebihan
o Kaji ulang kebutuhan diet contoh kalium dan kafein
o Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien untuk dibawa pulang
o Anjurkan psien melakukan pengukuran nadi dengan tepat
o Kaji ulang kewaspadaan keamanan, teknik mengevaluasi pacu jantung dan gejala
yang memerlukan intervensi medis
o Kaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh pijatan karotis/sinus,
manuver Valsava bila perlu

H. Contoh Aritmia EKG dengan Kriterianya


D. Ventrikel Region

(Idioventrikular Rhytm)
Ciri-cirinya :
Irama regular
Frekwensi 20 - 40 x/menit
Tidak ada gelombang P
Komplek QRS lebar or lebih dari normal

(Accelerated Idioventrikular)
Ciri-cirinya :
Irama regular
Frekwensi antara 40 - 100 x/menit
Tidak ada gel P
Komplek QRS lebar atau lebih dari normal, RR interval regular
(Ventrikel Takikardia/ VT)
Ciri-cirinya :
Irama regular
Frekwensi 100-250x/menit
Tidak ada gelombang P
Komplek QRS lebar atau lebih dari normal

(VT Polymorphic)
Ciri-cirinya :
Irama regular irregular
Lainya sama dengan VT.

(ventrikel Fibrilasi/VF)
Ciri-cirinya :
Irama chaotic atau kacau balau
No denyut jantung.

SA Node

( Sinus Bradikardia)
Ciri-cirinya :
Irama teratur
RR interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
PP interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
Komplek QRS harus sama dalam 1 lead panjang
Impuls dari SA node yang ditandai dengan adanya gel P yang mempunyai bentuk
sama dalam 1 lead panjang.
Frekwensi (HR) dibawah 60x/menit
Adanya gel P yang selalu diikuti komplek QRS
Gel P dan komplek QRS normal dan sama bentuknya dalam satu lead.

(Sinus Takikardia)
Ciri-cirinya):
Sama dengan sinus bradikardia, yang membedakanya adalah frekwensi jantung (HR)
lebih dari 100x/menit.

(Sinus Aritmia)
Ciri-cirinya :
Sama dengan kriteria sinus rhytme, yang membedakannya adalah pada sinus aritmia
iramanya tidak teratur karena efek inspirasi & ekspirasi.

(Sinus Arrest)
Ciri-cirinya:
Gel P dan komplek QRS normal
Adanya gap yang panjang tanpa adanya gelombang yang muncul.
Gap ini jaraknya melebihi 2 kali RR interval.
(Sinus Blok)
Ciri-cirinya :
Sama dengan sinus arrest yaitu adanya gap tanpa adanya gelombang yang muncul,
dimana jarak gapnya 2 kali dari RR interval.

Junctional Region

(Junctional Rhytm)
Ciri-cirinya :
Irama teratur
Frekwensinya 40-60 x/menit
Gelombang P bisa tidak ada, bisa terbalik (tidak bakal positip)
Kompleks QRS normal
Kalau frekwensinya lebih dari 40x/menit dinamakan slow junctional rhytm.

(Junctional Takikardia)

Ciri-cirinya:
Sama dengan junctinal rhytm, bedanya frekfensi atau HR pada junctional takikardia lebih
dari 100 x/menit
.
(Accelerated Junctional)
Ciri-cirinya :
Sama dengan junctional rhytm, bedanya frekwensi atau HR pada accelerated junctional
antara 60-100 x/menit.

(Junctional Ekstra Sistole or PJC)


Ciri-cirinya :
Irama tidak teratur
Ada premature beat sebelum waktunya, dengan adanya gel P yang terbalik atau tidak
adanya gel P.

(Junctional Escape Beat)

Ciri-cirinya :
Irama irregular
Komplek QRS normal
Pada EKG normal yang seharusnya muncul normal beat pada beat berikutnya, tapi
impuls normal diambil alih oleh juction region sehingga tampak pada EKG tidak adanya
gel P, misalkan ada gel P tapi bentuknya akan terbalik.

(Supra Ventrikuler Takikardia/SVT)


Ciri-cirinya :
Irama teratur
Frekwensinya lebih dari 150x/menit
Gel P tertutup oleh gel T
Komplek QRS normal dan tingginya harus sama ( ingat duri ikan)
(Paroksimal Supraventrikuler Takikardia/PSVT)

Ciri-cirinya :
Dari gambaran EKG normal tiba-tiba berubah menjadi gambaran EKG SVT.
Frekwensinya lebih dari 150 x/menit

AV Blok first Degree


Ciri-cirinya :
Irama teratur
Gel P normal, PP interval regular
Komplek QRS normal, RR interval regular
PR interval > 0,20 detik atau > 5 kotak kecil
Panjang PR interval harus sama di setiap beat !! Misalkan panjang PR intervalnya
0,24detik, maka di tiap beat PR intervalnya harus sama yaitu 0,24detik.

(AV Blok 2nd Degree Type I atau Wenckebach)


Ciri-cirinya :
Irama irregular
Gel P normal, PP interval regular
Komplek QRS bisa normal juga bisa tidak normal, RR interval irregular
PR interval mengalami perpanjangan, mulai dari normal PR interval dan memajang pada
beat berikutnya, sampai ada gel P yang tidak diikuti komplek QRS, kemudian kembali
lagi ke normal PR interval dan seterusnya.
Misalkan awalnya PR interval 0,16 detik, kemudian memanjang dibeat berikutnya 0,22
detik, terus memanjang lagi menjadi 0,28 detik, lalu ada gel P yang tidak diikuti oleh
QRS, setelah itu kembali lagi ke normal PR interval yaitu 0,16 detik, dan seterusnya.
(AV Blok 2nd Degree Type II)
Ciri-cirinya :
Irama irregular
Gel P normal, PP interval regular.
Komplek QRS bisa normal atau bisa juga tidak normal, RR interval irregular. PR interval
harus sama di tiap beat!! Panjangnya bisa normal dan lebih dari normal. Ada 2 atau lebih,
gelombang P tidak diikuti oleh komplek QRS.

(AV Blok Total/Komplit)


Ciri-cirinya :
Irama regular. Tidak ada hubungan antara atrium dengan ventrikel. Makanya kadang
gelombang P muncul bareng dengan komplek QRS. Komplek QRS biasanya lebar dan
bentuknya berbeda dengan komplek QRS lainya karena gel P juga ikut tertanam di komplek
QRS, RR interval regular. Gel P normal, kadang bentuknya beda karena tertanam di komplek
QRS.
Otot Atrium

(PAC or AES)
Ciri-cirinya :
Anda perhatikan normal gel P yang berasal dari SA node, gel P yang berasal dari otot atrium
tidak sama dengan gel P yang berasal dari SA node. PAC (premature atrial contraction)or AES
( atrial ekstra sistole) yaitu gel P yang muncul sebelum waktunya dan bentuk gelombangpun
beda dengan normal gel P yang berasal dari SA node. Kalau anda temukan gel P yang berbeda
dan muncul persis sama dengan waktu yang seharusnya, ini dinamakan Atrial escape beat.
(Atrial Flutter)
Ciri-cirinya :
Irama teratur. Ciri utama yaitu gelombang P yang mirip gigi gergaji (saw tooth).
Komplek QRS normal, interval RR normal

(Atrial Takikardia)
Ciri-cirinya :
Irama teratur. Komplek QRS normal PR interval <0,12detik dan Frekwensi jantungnya >
150x/menit. Apabila gambaran EKG dari normal tiba tiba berubah menjadi Atrial takikardia
maka gambaran ini dinamakan paroksimal atrial takikardia (PAT).

(Multifocal Atrial Takikardia)


Ciri-cirinya :
Irama irregular. Kadang mirip dengan atrial fibrilasi, tapi pada MAT gel P masih terlihat dan
tiap beat bentuk gelombang P nya berbeda (minimal 3 macam). Frekwensi > 100x/menit, PR
intervalpun bervariasi, normal komplek QRS.

(Wandering Atrial Pacemaker)


Ciri-cirinya :
Sama dengan multifokal atrial takikardia, hanya pada wandering pacemaker HR nya normal.

Anda mungkin juga menyukai