Anda di halaman 1dari 9

EFEK LIDOKAIN INTRASERVIKAL BLOK UNTUK PENANGANAN NYERI

PADA TINDAKAN KURETASE ABORTUS INKOMPLIT

EFFECTS OF LIDOCAINE INTRASERVIKAL BLOCK FOR PAIN


MANAGEMENT IN ACTION CURETTAGE ABORTION INCOMPLETE

Oktovianus Saranga, Eddy Hartono, Isharyah Sunarno


Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar

Alamat Korespondensi:
Oktovianus Saranga
Bagian OBGIN FK-Unhas

Makassar, 90245
HP: 081342462969
ot2o_obginjuli08@yahoo.co.id
Abstrak

Anestesi lokal telah terbukti lebih aman dari pada anestesi umum untuk penanganan nyeri pada tindakan kuret isap.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkani efek intraservikal dan paraservikal blok dengan lidokain 1% untuk
penanganan nyeri pada tindakan kuretase abortus inkomplit. Penelitian ini merupakan suatu penelitian prospektif
dengan pendekatan Randomized Control Trial. Sampel penelitian adalah 52 wanita hamil dengan usia kehamilan
kurang dari 20 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT) yang di diagnosis sebagai abortus inkomplit
pada setiap teknik anestesi lokal. Digunakan uji t untuk menghitung nilai rerata skor VAS dan standar deviasi pada
tiap kelompok. Untuk menilai hubungan karakteristik dengan teknik anestesi lokal digunakan uji statistic Fisher
Exact. Penggunaan anestesi lokal untuk penanganan nyeri pada tindakan kuretase abortus inkomplit dengan teknik
intraservikal blok terbukti lebih efektif daripada teknik paraservikal blok yang dibuktikan dengan derajat nyeri yang
lebih rendah
Kata kunci: nyeri, anestesi intraservikal, anestesi paraservikal, Visual Analogue Scale (VAS)

Abstract

Local anesthetics have been shown to be safer than general anesthesia for pain management in action suction
curettage. This study aimed to compare the effects intraservikal and paracervical block with 1% lidocaine for pain
management in action curettage abortion incomplete. This study is a prospective study Randomized Control Trial
approach. The samples were 52 pregnant women with gestational age less than 20 weeks counted from the first day
of last menstrual period (LMP), which in diagnosis as incomplete abortion at any local anesthetic technique. T test
was used to calculate the mean VAS score and standard deviation for each group. To assess the characteristics of
the relationship with the local anesthetic technique used Fisher Exact test statistic. The use of local anesthesia for
pain management in incomplete abortion with curettage action intraservikal block technique proved to be more
effective than paracervical block techniques as evidenced by a lower degree of pain
Keywords: pain, intraservikal anesthesia, paracervical anesthesia, Visual Analogue Scale (VAS)
PENDAHULUAN
Berdasarkan survey pada tahun 1995 terhadap 57 negara diberbagai belahan dunia, secara
global insiden abortus adalah sekitar 45,5 juta. Survey yang dilakukan oleh Utomo dkk pada
tahun 2000 memperkirakan terjadi dua juta abortus di Indonesia. Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan sendiri, angka kejadian abortus pada tahun 2010 adalah
3476 kasus (Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan).
Dilatasi dan kuretase merupakan salah satu prosedur yang paling sering dilakukan dalam
bidang obstetri dan ginekologi (Mankowski J.L, 2009).
Tindakan kuretase erat kaitannya dengan nyeri yang disebabkan oleh peregangan vagina,
serviks dan uterus. Penanganan nyeri pada tindakan kuretase dapat menggunakan anestesi
umum, nitrit oksida yang dikombinasi anestesi lokal, sedasi intravena yang dikombinasi dengan
anestesi lokal, dan anestesi lokal dengan atau tanpa penambahan medikasi oral (Lichtenberg,
2007).
Anestesi lokal telah terbukti lebih aman dari pada anestesi umum untuk penanganan nyeri
pada tindakan kuret isap (WHO, 2003)
Anestesi lokal yang telah lama dikenal dalam penanganan nyeri pada tindakan kuretase
adalah dengan injeksi anestesi lokal paraservikal (paraservikal blok). Teknik anestesi lokal yang
lebih sederhana dalam penanganan nyeri pada tindakan kuretase adalah dengan teknik injeksi
anestesi lokal intraservikal (intraservikal blok). Berbeda dengan paraservikal blok, yang
merupakan suatu blok saraf perifer, teknik intraservikal blok merupakan suatu anestesi infiltrasi
melalui peregangan jaringan, sehingga menyebabkan disrupsi mekanik impuls saraf (Mankowski
J.L, 2009).
Di Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNHAS belum ada data mengenai efek
intraservikal blok pada tindakan kuretase abortus inkomplit. Berdasarkan hal tersebut maka
peneliti merasa perlu untuk dilakukan suatu penelitian untuk menilai efek intraservikal blok
dengan lidokain 1% untuk penanganan nyeri pada tindakan kuretase abortus inkomplit.
BAHAN DAN METODE
Lokasi Dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di beberapa rumah sakit pendidikan OBGIN FK UNHAS yang
ada di kota Makassar. Penelitian ini merupakan suatu penelitian prospektif dengan menggunakan
pendekatan Randomized Control Trial
Popolasi Dan Sampel
Populasi penelitian adalah semua wanita hamil yang datang ke rumah sakit dan di
diagnosa sebagai abortus inkomplit setelah dilakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
penunjang dan direncanakan untuk dilakukan kuretase.
Sampel yang diambil dalam penelitian adalah wanita hamil dengan usia kehamilan
kurang dari 20 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT) yang di diagnosis
sebagai abortus inkomplit dan telah menandatangani informed consent untuk dilakukan kuretase
dan persetujuan tindakan anestesi lokal dengan lidokain intraservikal atau lidokain paraservikal.
Besar sampel penelitian untuk masing-masing kelompok adalah 52 orang.
Metode Pengumpulan Data
Cara pengambilan yaitu sampel penelitian yang telah memenuhi kriteria inklusi yaitu: Ibu
hamil yang memenuhi kriteria abortus inkomplit tanpa komplikasi dengan berat badan 50 Kg
dan tidak sedang menggunakan analgesik dan obat penenang, dipilih secara acak sampai tercapai
besar sampel yang dibutuhkan.
Dilakukan anamnesis umum dan khusus obstetri dengan menggunakan kuesioner yang telah
disediakan. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik umum dan obstetri khusus. Penderita dibagi
menjadi 2 kelompok. Kelompok A diberikan lidokain intraservikal blok dan kelompok B
diberikan lidokain paraservikal blok. Pasien diberikan Ibuprofen tablet 800 mg oral sebelum
dilakukan tindakan kuretase. Masing-masing kelompok penderita diberi tahu bahwa
penyuntikan yang dilakukan obat ini mempunyai hubungan dengan nyeri pada tindakan kuretase
Analisis Data
Data dikelompokkan sesuai dengan tujuan penelitian dan dilakukan analisa dengan
bantuan komputer yang mempergunakan program statistik. Digunakan uji t untuk menghitung
nilai rerata skor VAS dan standar deviasi pada tiap kelompok. Untuk menilai hubungan
karakteristik dengan teknik anestesi lokal digunakan uji statistic Fisher Exact.
HASIL
Karakteristik Sampel
Tabel 1 menunjukkan bahwa kedua kelompok penelitian dapat dianggap homogen
berdasarkan umur, tingkat pendidikan, riwayat abortus, gravid dan partus, karena uji X2 untuk
perbedaan distribusi berdasarkan variabel-variabel tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna
(p>0,05). Homogenitas kedua kelompok berdasarkan umur, tingkat pendidikan, riwayat abortus,
garvida dan partus dapat dilihat pada tabel 1.
Perbandingan nilai VAS
Adapun hasil analisis independent t test antara kedua kelompok dapat dilihat pada tabel 2.
Nilai VAS selama tindakan kuretase berkisar 3,0 3,8 dengan nilai VAS pada kelompok teknik
blok intraservikal berkisar antara 3,0 3,5, sedangkan pada kelompok teknik blok paraservikal
berkisar antara 3,5 38.
Tabel 2 dan grafik 1 menujukkan bahwa dari hasil analisis independent t test pada semua
waktu pengamatan nilai VAS pada kelompok teknik blok intraservikal (3,270,14) lebih rendah
secara bermakna (p<0,05) dari pada nilai VAS pada kelompok teknik blok paraservikal
(3,650,10), baik pada pengamatan intrakuretase pada menit ke-5, menit ke-10 dan menit ke-15.
Perbandingan distribusi kategori nilai VAS
Bila nilai VAS pada kedua kelompok dikategorisasi ke dalam kelompok VAS=3,0 3,4
dan kelompok VAS=3,5 3,8; dan kemudian dilakukan perbandingan distribusi pada kedua
kelompok dengan uji Fishers Exact pada beberapa waktu pengamatan, maka hasilnya dapat
dilihat pada tabel 3.
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa ada perbedaan distribusi kategori nilai VAS antara kedua
kelompok pada semua waktu pengamatan. Pengamatan nyeri intrakuretase pada menit ke-5
didapatkan 47 orang (90,4%) diantara 52 orang kelompok teknik blok intraservikal berkategori
VAS paling besar 3,4; hanya 5 orang (9,6%) berkategori paling rendah 3,5. Sementara pada
kelompok teknik blok paraservikal, semuanya (100,0%) berkategori VAS paling rendah 3,5.
Hasil uji Fishers Exact menujukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05). Perbedaan distribusi
nilai VAS tersebut bertahan (tetap) selama pengamatan 15 menit intrakuretase.
Tabel 1. Distribusi umur, tingkat pendidikan, riwayat abortus, gravid dan partus pada
kedua kelompok

Kelompok
Variabel Kategori X2 test
Intraservikal Paraservikal
(n=52) (n=52)
20 29 29 26
Umur (tahun) 30 39 20 24 P=0,695
40 49 3 2

Abortus Pernah 11 7
P=0,300
Tidak 41 45
1 14 14
Gravida 2 15 13 P=0,377
3 23 25
0 16 15
Partus 1 17 12 P=0,650
2 19 25

Tabel 2. Perbandingan nilai VAS antara teknik blok intraservikal dan teknik blok
paraservikal pada beberapa waktu pengamatan

MeanSD nilai VAS


Intraservikal Paraservikal
Waktu Pengamatan (n=52) (n=52) Independen Sample t test

5 menit 3,270,14 3,650,10 P=0,000


10 menit 3,270,14 3,650,10 P=0,000
15 menit 3,270,14 3,650,10 P=0,000

Tabel 3. Perbandingan distribusi kategori nilai VAS antara intraservikal dan paraservikal
pada beberapa waktu pengamatan

Waktu VAS Fishers


Kelompok
Pengamatan Exact test
3,0 3,4 3,5 3,8

Intraservikal (n=52) 47 5
5 Menit
0 52 P=0,000
Paraservikal (n=52)

10 Menit Intraservikal (n=52) 47 5 P=0,000


0 52
Paraservikal (n=52)

Intraservikal (n=52) 47 5
15 Menit P=0,000
0 52
Paraservikal (n=52)

Grafik 1. Perbandingan nilai VAS antara teknik blok intraservikal dan teknik blok
paraservikal pada beberapa waktu pengamatan

PEMBAHASAN
Penggunaan anestesi lokal pada tindakan kuretase sudah dikenal dan sering digunakan
pada Bagian Obgin FK UNHAS adalah teknik paraservikal blok. Dalam penelitian ini, kami
mencoba memperkenalkan teknik anestesi lokal yang relatif baru dan aplikasinya lebih
sederhana serta resiko yang lebih rendah bila dibandingkan dengan teknik paraservikal blok yang
telah lama di kenal sebelumnya. Melalui penelitian ini kami mencoba mengetahui bagaimana
efek terhadap derajat nyeri pada tindakan kuretase abortus inkomplit antara teknik blok
intraservikal dibandingkan dengan teknik blok paraservikal.
Pada penelitian ini yang terbanyak didapatkan pada umur 20-29 tahun dengan riwayat
gravid 3, riwayat partus 2 dan tidak pernah mengalami abortus sebelumnya (tabel 1). Hal
yang serupa ditemukan oleh Delvi dkk yang menemukan bahwa kejadian abortus paling banyak
terjadi di Indonesia adalah pada usia 20-29 tahun (Delvie, 2008).
Derajat nyeri ke dua teknik anestesi lokal pada penelitian ini tergolong dalam nyeri
ringan dengan nilai VAS kurang dari 4. Walaupun berdasarkan pengamatan nilai VAS pada
beberapa waktu pengamatan (tabel 2) dan distibusi kategori nilai VAS pada beberapa waktu
pengamatan (tabel 3), didapatkan lebih rendah secara bermakna pada kelompok teknik
intraservikal blok dari pada kelompok teknik paraservikal blok. Hal ini disebabkan karena teknik
paraservikal blok merupakan suatu teknik blok saraf perifer dimana ketepatan tempat
penyuntikan sangat menentukan efektif tidaknya derajat nyeri yang dihasilkan sedangkan teknik
intraservikal blok sendiri merupakan teknik anestesi infiltrasi yang tidak memerlukan ketepatan
tempat penyuntikan (Mankowski J.L, 2009, Morgentaler, 1973).
Tujuan teknik paraservikal blok adalah memblok ganglion dan pleksus Frankenhauser
atau pleksus uterovaginal yang mempersarafi uterus, dan vagina (Shoja MM, 2013, Cunningham
FG, 2005). Teknik paraservikal blok bervariasi dalam hal tempat penyuntikan serta jenis dan
jumlah zat anestetik yang digunakan (Renner, 2009). Oleh karena posisi anatomis pleksus
Frankenhauser atau pleksus uterovaginal yang sebagian besar serabutnya terletak pada
ligamentum cardinal di medial arteri uterina dan sebagian kecil berjalan bersama arteri uterina
maka ada resiko masuknya zat anestetik ke dalam pembuluh darah melalui arteri uterina pada
saat melakukan paraservikal blok (Shoja MM, 2013). Selain itu zat anestetik yang langsung
disuntikkan ke dalam saraf akan menimbulkan nyeri yang hebat dan dan mengakibatkan
kerusakan saraf. Kekurangan teknik intraservikal blok yang merupakan teknik anestesi infiltrasi
adalah diperlukan jumlah obat yang relatif banyak untuk menganestesi area yang relatif kecil
(Brunton LL, 2008).

KESIMPULAN DAN SARAN


Penggunaan anestesi lokal untuk penanganan nyeri pada tindakan kuretase abortus
inkomplit dengan teknik intraservikal blok terbukti lebih efektif daripada teknik paraservikal
blok yang dibuktikan dengan derajat nyeri yang lebih rendah
Teknik blok intraservikal sebagai teknik anestesi lokal yang lebih sederhana dan relatif
lebih aman dapat digunakan secara luas di Bagian Obgin FK UNHAS untuk penanganan nyeri
pada tindakan kuretase dan dapat dilakukan pengembangan penelitian selanjutnya untuk menilai
efeknya pada tindakan-tindakan lain di bidang Obstetri dan Ginekologi pada Bagian Obgin FK
UNHAS.
DAFTAR PUSTAKA

Brunton Ll, P. K., Blumenthal Dk, Buxton Lo 2008. Local anesthetics. In : Manual of
Pharmacology and Therapeutics. New York : Mc Graw Hill; 2008.p. 241-52.
Cunningham Fg, L. K., Bloom Sl, Hauth Jc, Wenstrom 2005. Obstetrical Anaesthesia. In :
Wlliams Obstetrics. 22nd Ed. New York : Mc Graw Hill; 2005.p. 473-90.
Delvie, B., Widyantoro And Silviane 2008. A Study of Knowledge, Attitudes and Understanding
of Legal Professionals about Safe Abortion as a Womens Right. Available from :
www.asap-asia.org.
Lichtenberg, C. A. 2007. Pregnancy Loss Termination. In : General Gynecology. Mosby Elsevier
;2007.p. 225-56.
Mankowski J.L, K. J., Thomas T, Nager Cw And Lukacz Es 2009. Paracervival Compared With
Intracervical Lidocaine for Suction Curettage. In : American College of Obstetricians and
Gynecologists. New York : Lippincott Williams & Wilkins; 2009.p.1052-57.
Morgentaler 1973. Report on 5641 Outpatient Abortions by Vacuum Suction Curettage. CMA
Journal. December.1973. Vol 109. p.1202-15. .
Renner, J., Nichols And Edelman 2009. Pain control in first trimester surgical abortion (Review).
The Cochrane Library 2009, issue 2. Available from : www.thecochranelibrary.com
Shoja Mm, S. A., Mirzayan N, Groat C, Watanabe K, Loukas M, And Tubbs R 2013.
Neuroanatomy of the Female Abdominopelvic Region : A Review With Application to
Pelvic Pain Syndromes. Clinical Anatomy 26. Wiley Periodicals Inc. 2013.p. 66-76.
Available from : www.wileyonlinelibrary.com
WHO 2003. Safe Abortion : Technical and Policy Guidance for Health Systems. Switzerland;
2003.

Anda mungkin juga menyukai