Dibuat Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Diagnosis Alat Berat
Dikerjakan Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
2017
Lakukan diskusi kelompok melalui pengkajian berbagai referensi yang relevan,
buku, maupun jurnal ilmiah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
Nilai Ambang
No Kategori Parameter Metode Uji
Batas Gram/km
1 L3 < 150 cm3 CO 2.0 ECE R 40 UDC
HC 0.8 mode (cold start)
Nox 0.15
2 L3 150 cm3 CO 2.0 ECE R 40 UDC +
HC 0.3 EUDC mode (cold
Nox 0.15 start)
UDC : Urban Driving Cycle
EUDC : Extra Urban Driving Cycle
Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dengan Metoda Uji WMTC
Nilai Ambang
No Kategori Parameter Metode Uji
Batas Gram/km
1 130 km/jam CO 2.62 WMTC
HC 0.33
Nox 0.22
2 < 130 km/jam CO 2.62 WMTC
HC 0.75
Nox 0.17
Hubungan antara konsentrasi CO, lama terpapar, dan efek yang ditimbulkan
Konsentrasi CO Lama
No Efek
(ppm) Terpapar
1 100 Sebentar Tidak ada
2 30 8 jam Pusing dan mual
3 1000 1 jam Pusing, kulit berubah kemerah-merahan
Sumber: Wardhana (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan.
Karakteristik biologik yang paling berbahaya dari CO adalah kemampuannya
untuk berikatan dengan hemoglobin, pigmen sel darah merah yang mengangkut
oksigen ke seluruh tubuh. Kondisi ini bisa berakibat serius, bahkan fatal karena
dapat menyebabkan kematian.
Sumber:
Diakses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/21275/
Chapter%20II.pdf?sequence=3 pada tanggal 31 Mei 2017 pada pukul 21.30 WIB.
4. Berdasarkan soal nomor 1 pula, sebutkan kerusakan yang mengakibatkan
adanya gas tersebut masing-masing minimal 4 contoh untuk motor bensin
konvensional maupun motor bensin EFI!
1) PENYEBAB HIDRO CARBON (HC) TERLALU TINGGI
a. Engine konvensional menggunakan karburator
a) Bensin terlalu tinggi diruang pelampung
b) Main jet dan Idle jet terlalu besar
c) Jet udara untuk main dan idle jet tersumbat
d) Filter udara tersumbat
e) Terdapat silinder yang tidak bekerja (tidak terjadi pembakaran)
f) Penyetelan katup-katup terlalu rapat
g) Penyetelan saat pengapian tidak tepat
h) Tekanan kompresi rendah atau tidak merata pada masing-masing
silinder
i) Choke tidak kembali pada posisi semula
j) Ventilasi karter rusak atau terganggu
k) Pompa akselerasi bocor
5) NO 2
Gas NO yang mencemari udara secara visual sulit diamati karena gas
tersebut tidak bewarna dan tidak berbau. Sedangkan gas NO2 bila mencemari
udara mudah diamati dari baunya yang sangat menyengat dan warnanya merah
kecoklatan. Sifat Racun (toksisitas) gas NO2 empat kali lebih kuat dari pada
toksisitas gas NO. Organ tubuh yang paling peka terhadap pencemaran gas
NO2 adalah paru-paru. Paru-paru yang terkontaminasi oleh gas NO2 akan
membengkak sehingga penderita sulit bernafas yang dapat mengakibatkan
kematiannya (Fardiaz, 1992).
Kadar NOx di udara daerah perkotaan yang berpenduduk padat akan lebih
tinggi dibandingkan di pedesaan karena berbagai macam kegiatan manusia
akan menunjang pembentukan NOx, misalnya transportasi, generator
pembangkit listrik, pembuangan sampah, dan lain-lain. Namun, pencemar
utama NOx berasal dari gas buangan hasil pembakaran bahan bakar gas alam
(Wardhana, 2004).
Udara yang mengandung gas NO dalam batas normal relatif aman dan
tidak berbahaya, kecuali bila gas NO yang tinggi dapat menyebabkan
gangguan pada sisitem saraf yang menyebabkan kejang-kejang. Bila keracunan
ini terus berlanjut akan dapat menyebabkan kelumpuhan. Gas NO akan
menjadi lebih berbahaya apabila gas itu teroksidasi oleh oksigen sehingga
menjadi gas NO2. Di udara nitrogen monoksida (NO) teroksidasi sangat cepat
membentuk nitrogen dioksida (NO2) yang pada akhirnya nitrogen dioksida
(NO2) teroksidasi secara fotokimia menjadi nitrat (Sastrawijaya, Tresna.
1991).
7. Jelaskan ambang batas emisi untuk motor diesel baik yang berlaku di
Indonesia maupun pada standar lainnya!
1) KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU KATEGORI M DAN KATEGORI
N BERPENGGERAK MOTOR BAKAR PENYALAAN KOMPRESI
(DIESEL) DENGAN MODE TEST
2) KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU KATEGORI M, ATEGORI N
DAN KATEGORI O BERPENGGERAK MOTOR BAKAR PENYALAAN
KOMPRESI (DIESEL) DENGAN MODE ESC TEST
8. Berdasarkan soal nomor 6, jelaskan akibat dan dampaknya jika gas atau zat
tersebut melebihi ambang batas mutunya!
a. Gas CO
Jika terhirup kedalam paru-paru maka gas ini akan beredar bersamaan
dengan darah dan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh.
Hal ini karena gas CO bersifat racun, ikut bereaksi secara metabolis dengan
darah (Hb). Ikatan karbon monoksida dengan darah (karboksihaemoglobin)
lebih stabil daripada ikatan oksigen dengan darah (oksihaemoglobin), sehingga
darah menjadi lebih mudah menangkap gas CO dan fungsi vital darah sebagai
pengangkut terganggu.
Apabila peredaran darah terganggu maka efek yang dirasakan oleh tubuh
manusia adalah pusing, rasa tidak enak dimata, sakit kepala dan mual (jika
konsentrasi gas CO rendah). Ini bisa menjadi sangat berbahaya ketika
konsentrasi gas CO tinggi, efeknya yaitu detak jantung meningkat, rasa
tertekan di dada, sulit untuk bernafas, kelemahan otot, serangan jantung dan
berujung pada kematian.
b. Gas Nox
Gas nitrogen oksida (NOx) ada dua macam , yakni gas nitrogen
monoksida (NO) dan gas nitrogen dioksida (NO2). Kedua macam gas tersebut
mempunyai sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.
Gas NO yang mencemari udara secara visual sulit diamati karena gas tersebut
tidak berwarna dan tidak berbau. Sedangkan gas NO2 bila mencemari udara
mudah diamati dari baunya yang sangat menyengat dan warnanya coklat
kemerahan. Udara yang mengandung gas NO dalam batas normal relatif aman
dan tidak berbahaya, kecuali jika gas NO berada dalam konsentrasi tinggi.
Konsentrasi gas NO yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada system
saraf yang mengakibatkan kejang-kejang. Bila keracunan ini terus berlanjut
akan dapat menyebabkan kelumpuhan. Gas NO akan menjadi lebih berbahaya
apabila gas itu teroksidasi oleh oksigen sehinggga menjadi gas NO2.
Udara yang telah tercemar oleh gas nitrogen oksida tidak hanya berbahaya
bagi manusia dan hewan saja, tetapi juga berbahaya bagi kehidupan tanaman.
Pengaruh gas NOx pada tanaman antara lain timbulnya bintik-bintik pada
permukaan daun. Pada konsentrasi yang lebih tinggi gas tersebut dapat
menyebabkan nekrosis atau kerusakan pada jaringan daun. Dalam keadaan
seperti ini daun tidak dapat berfungsi sempurna sebagai temapat terbentuknya
karbohidrat melalui proses fotosintesis. Akibatnya tanaman tidak dapat
berproduksi seperti yang diharapkan. Konsentrasi NO sebanyak 10 ppm sudah
dapat menurunkan kemampuan fotosintesis daun sampai sekitar 60% hingga
70%.
Pencemaran udara oleh gas NOx dapat menyebabkan timbulnya Peroxy
Acetil Nitrates yang disingkat dengan PAN. Peroxi Acetil Nitrates ini
menyebabkan iritasi pada mata yang menyebabkan mata terasa pedih dan
berair. Campuran PAN bersama senyawa kimia lainnya yang ada di udara
dapat menyebabkan terjadinya kabut foto kimia atau Photo Chemistry Smog
yang sangat menggangu lingkungan.
c. Gas Sox
Udara yang tercemar Sulfur Oksida (SOx) menyebabkan manusia akan
mengalami gangguan pada sistem pernafasannya. Hal ini karena gas SOx yang
mudah menjadi asam tersebut menyerang selaput lendir pada hidung,
tenggorokan, dan saluran nafas yang lain sampai ke paru-paru. Serangan gas
SOx tersebut menyebabkan iritasi pada bagian tubuh yang terkena.
Pengaruh utama polutan SOx terhadap manusia adalah iritasi sistem
pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan
terjadi pada konsentrasi SO2 sebesar 5 ppm atau lebih, bahkan pada beberapa
individu yang sensitive iritasi terjadai pada konsentrasi 1-2 ppm. SO2 dianggap
polutan yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan
penderita yang mengalami penyakit kronis pada sistem pernafasan dan
kardiovaskular.
Sulfur dioksida (SO2) bersifat iritan kuat pada kulit dan lendir, pada
konsentrasi 6-12 ppm mudah diserap oleh selaput lendir saluran pernafasan
bagian atas, dan pada kadar rendah dapat menimbulkan spesme tergores otot-
otot polos pada bronchioli, speme ini dapat menjadi hebat pada keadaan dingin
dan pada konsentrasi yang lebih besar terjadi produksi lendir di saluran
pernafasan bagian atas, dan apabila kadarnya bertambah besar maka akan
terjadi reaksi peradangan yang hebat pada selaput lendir disertai dengan
paralycis cilia, dan apabila pemaparan ini terjadi berulang kali, maka iritasi
yang berulang-ulang dapat menyebabkan terjadi hyper plasia dan meta plasia
sel-sel epitel dan dicurigai dapat menjadi kanker.
9. Berdasarkan soal nomor 6 tersebut, sebutkan dan jelaskan kerusakan pada
engine yang mengakibatkan terjadinya gas atau zat tersebut baik motor diesel
kontrol mekanik maupun motor diesel kontrol elektronik commonrail.
Klasifikasi EGR
1. Berdasarkan temperature
a. EGR panas = udara buang diresirkulasi tanpa didinginkan,
menyebabkan peningkatan suhu intake
b. EGR sangat dingin = udara buang didinginkan menggunakan heat
exchanger, kondensasi air akan menyebabkan tetesan air yang akan
berefek buruk dalam ruang silinder
c. EGR dingin sebagian = untuk menghindari kondensasi, temperature
dijaga sesuai dengan yang diinginkan.
2. Berdasarkan konfigurasi
a. Sistem Long Route (LR) = dalam system LR, tekanan akan turun
sepanjang udara masuk dan tekanan akan tetap pada sisi exhaust.
b. Sistem Short Route (SR) = system ini berbeda dengan system lain yang
bermetode perbedaan tekanan postif sepanjang rangkaian EGR. Cara lain
mengendalikan nilai EGR adalah dengan menggunakan Variable Nozzle
Turbine (VNT) . kebanyakan system VNT menggunakan masukan
tunggal, dimana mengurangi efisiensi system oleh pemisahan denyut
exhaust. EGR yang telah didinginkan haruslah dimasukkan secara
efektif.
3. Berdasarkan tekanan
a. Sistem tekanan rendah = lintasan EGR berlanjut dari hili turbin menuju
bagian hulu kompresor. Hal ini ditemukan dalam menggunakan metode
rute tekanan rendah dimana EGR akan naik dengan pengurangan nilai
NOx. Akan tetapi berefek mempengaruhi ketahanan mesin, pembatasan
peningkatan suhu outlet kompresor dan penyumbatan intercooler.
b. Sistem tekanan tinggi = lintasan EGR berlanjut dari hulu ke hilir
kompresor, walaupun EGR akan bekerja di beban berat, perbandingan
udara akan meningkat dan konsumsi bbm menjadi boros.
Konverter katalisis atau catalytic converter (CC) tidak terlalu banyak diketahui
kalangan awam. Perangkat ini mulai digunakan di setiap mobil baru di
Indonesia pada 2007. Saat itu, standar Euro2 diberlakukan untuk gas buang.
Untuk memenuhi standar tersebut, setiap kendaraan bermesin diesel dan bensin
harus menggunakannya.
Catalytic converter pada knalpot kendaraan bermotor ditempatkan dibelakang
exhaust manifold atau antara muffler dengan header, dengan pertimbangan
agar catalytic converter cepat panas ketika mesin dinyalakan. Kendaraan yang
menggunakan katalitik konverter harus menggunakan bensin tanpa timbal,
karena timbal pada bensin akan menempel pada katalis yang mengakibatkan
katalisator tersebut tidak efektif. Agar katalitik konverter tersebut lebih efektif,
campuran udara-bahan bakar harus dalam perbandingan stokiometri. Perubahan
yang paling kecil pada perbandingan udara-bahan bakar mengakibatkan
kenaikan yang besar pada emisi gas buangnya. Untuk menjadikan lebih akurat
jumlah perbandingan udara-bahan bakarnya, sistem bahan bakar pada motor
tersebut dikontrol secara elektronik. Pada saat motor dilakukan pemanasan,
udara sekunder dari pompa didorong menuju ruang udara pembatas. Udara
tersebut membantu untuk mengoksidasi katalis mengubah HC dan CO menjadi
karbon dioksida dan air. Berikut penjelasan tahapan kerja dari Catalytic
Converter
1. Tahap awal dari proses yang dilakukan pada katalitik konverter adalah
reduction catalyst. Tahap ini menggunakan platinum dan rhodium untuk
membantu mengurangi emisi NOx. Ketika molekul NO atau NO2
bersinggungan dengan katalis, sirip katalis mengeluarkan atom nitrogen
dari molekul dan menahannya. Sementara oksigen yang ada diubah ke
bentuk O2. Atom nitrogen yang terperangkap dalam katalis tersebut diikat
dengan atom nitrogen lainnya sehingga terbentuk format N2. Rumus
kimianya sebagai berikut: 2NO => N2 + O2 atau 2NO2 => N2 + 2O2.
2. Tahap kedua dari proses di dalam katalitik konverter adalah oxidization
catalyst. Proses ini mengurangi hidrokarbon yang tidak terbakar di ruang
bakar dan CO dengan membakarnya (oxidizing) melalui katalis platinum
dan palladium. Katalis ini membantu reaksi CO dan HC dengan oksigen
yang ada di dalam gas buang. Reaksinya sebagai berikut; 2CO + O2 =>
2CO2.
3. Tahap ketiga adalah pengendalian sistem yang memonitor arus gas buang.
Informasi yang diperoleh dipakai lagi sebagai kendali sistem injeksi bahan
bakar. Ada sensor oksigen yang diletakkan sebelum katalitik konverter dan
cenderung lebih dekat ke mesin ketimbang konverter itu sendiri. Sensor ini
memberi informasi ke Electronic Control System (ECS) seberapa banyak
oksigen yang ada di saluran gas buang. ECS akan mengurangi atau
menambah jumlah oksigen sesuai rasio udara-bahan bakar. Skema
pengendalian membuat ECS memastikan kondisi mesin mendekati rasio
stoikiometri dan memastikan ketersediaan oksigen di dalam saluran buang
untuk proses oxidization HC dan CO yang belum terbakar.
Setiap kendaraan memiliki jumlah sensor yang berbeda, tergantung dengan
kebutuhan dan teknologi mesinnya. Umumnya kendaraan yang
menggunakan sistem injeksi menggunakan dua sensor oksigen yang
berbeda tempat. Sensor tersebut berfungsi memberikan informasi ke ECS
agar mengatur kembali pasokan udara kedalam ruang bakar.