Anda di halaman 1dari 28

TUGAS DIAGNOSIS ALAT BERAT

PENGGANTI KULIAH PERTEMUAN KE 14-15

Dibuat Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Diagnosis Alat Berat

Dosen Pengampu: Tafakur, M.Pd.

Dikerjakan Oleh :

1. Tanindra Wijananto NIM. 14504241048


2. Kuswandi NIM. 14504241055
3. Mifta Saputra NIM. 14504244009

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF S-1

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2017
Lakukan diskusi kelompok melalui pengkajian berbagai referensi yang relevan,
buku, maupun jurnal ilmiah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Motor bensin dalam kerjanya sulit mencapai pembakaran yang sempurna.


Bahkan cenderung menghasilkan gas-gas yang berbahaya bagi kesehatan
maupun lingkungan. Sebutkan gas-gas yang dihasilkan tersebut, beserta
deskripsikan bagaimana gas tersebut bisa timbul!
Jawaban:
Emisi gas buang merupakan polutan yang mengotori udara yang dihasilkan
oleh gas buang kendaraan (Wardan Suyanto,1989:345). Gas buang kendaraan yang
dimaksudkan di sini adalah gas sisa proses pembakaran yang dibuang ke udara
bebas melalui saluran buang kendaraan. Terdapat empat emisi pokok yang
dihasilkan oleh kendaraan. Adapun keempat emisi tersebut adalah senyawa
Hidrokarbon (HC), Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Oksida (NOx), dan partikel-
partikel yang keluar dari gas buang.
1) Senyawa Hidrokarbon (HC), terjadi karena bahan bakar belum terbakar tetapi
sudah terbuang bersama gas buang akibat pembakaran kurang sempurna dan
penguapan bahan bakar. Senyawa Hidrokarbon (HC) dibedakan menjadi dua
yaitu bahan bakar yang tidak terbakar sehingga keluar menjadi gas mentah,
serta bahan bakar yang terpecah karena reaksi panas berubah menjadi gugusan
HC lain yang keluar bersama gas buang.
C8H18 H + C + HC ................................. (1)
Timbulnya HC secara umum disebabkan oleh :
a. Api yang dihasilkan busi pada ruang pembakaran bergerak sangat cepat
tetapi temperatur di sekitar dinding ruang bakar rendah. Hal ini
mengakibatkan campuran bahan bakar dan udara di daerah yang
bertemperatur rendah tersebut gagal terbakar (quenching zone). Campuran
bahan bakar yang tidak terbakar tersebut kemudian terdorong keluar oleh
torak menuju ke saluran buang.
b. Pada saat deselerasi, katup gas (throttle valve/skep) menutup sehingga
serta terjadi engine brake padahal putaran mesin masih tinggi. Hal ini akan
menyebabkan adanya hisapan bahan bakar secara besar-besaran, campuran
menjadi sangat kaya dan banyak bahan bakar yang tidak terbakar terbuang.
(pada sistem bahan bakar karburator).
c. Langkah overlapping (katup masuk dan buang bersama-sama terbuka)
terlalu panjang sehingga HC berfungsi sebagai gas pembilas/pembersih
(terjadi khususnya pada putaran rendah, sistem bahan bakar karburator).

Gambar. Hubungan Campuran Bahan Bakar Udara dan HC

2) Karbonmonoksida (CO), tercipta dari bahan bakar yang terbakar sebagian


akibat pembakaran yang tidak sempurna ataupun karena campuran bahan bakar
dan udara yang terlalu kaya (kurangnya udara). Unsur Carbon di dalam bahan
bakar akan terbakar dalam suatu proses sebagai berikut :
2C + O2 2CO ............................(2)
CO yang dikeluarkan dari sisa hasil pembakaran banyak dipengaruhi oleh
perbandingan campuran bahan bakar dan udara yang dihisap oleh mesin. Untuk
mengurangi CO perbandingan campuran ini harus dibuat kurus, tetapi cara ini
mempunyai efek samping yang lain, yaitu NOx akan lebih mudah timbul dan
tenaga yang dihasilkan mesin akan berkurang.

Gambar. Hubungan Campuran Bahan Bakar Udara, Co dan Co2


3) Nitrogen Oksida (NOx), merupakan emisi gas buang yang dihasilkan akibat
suhu kerja yang tinggi. Udara yang digunakan untuk pembakaran sebenarnya
mengandung unsur Nitrogen 80%. Pada temperatur tinggi (>13700C), Nitrogen
bersatu dengan campuran bahan bakar dan membentuk senyawa NOx. NOx
disebabkan oleh reaksi unsur-unsur N2 dan O2 pada temperatur 1800 - 2000
oC seperti dibawah ini :
N2 + O2 2 NO ..........................(3)
Gas NO yang terkandung di dalam udara mudah berubah menjadi NO2. NOx
terbentuk dalam proses pembakaran pada mesin karena temperatur saat proses
pembakaran melebihi 2000 oC. Dalam motor bensin, pada umumnya produksi
NOx meningkat secara cepat mengikuti grafik kurva melengkung bersamaan
dengan meningkatnya suhu seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar. Hubungan Antara Temperatur Ruang Bakar dan NOx


Sumber:
Beni Setya Nugraha (2007) Aplikasi Teknologi Injeksi Bahan Bakar Elektronik
(EFI) Untuk Mengurangi Emisi Gas Buang Sepeda Motor: Jurnal Ilmiah
Populer dan Teknologi Terapan, volume 5:692-706. Diakses dari
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132310888/penelitian/Jurnal+EFI+Sepeda+
Motor+2007.pdf pada tanggal 29 Mei 2017 pada pukul 06.10 WIB.
2. Jelaskan ambang batas gas buang yang diijinkan berdasarkan standar di
Indonesia maupun standar lainnya!
1) Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Lama
Ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor lama adalah batass
maksimum zat atau bahan pencemar yang boleh dikeluarkan langsung dari pipa
gas buang kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor lama adalah kendaraan
yang sudah diproduksi, dirakit, diimpor dan sudah beroperasi di wilayah
republik indonesia. Dimana ambang batas emisis gas buang kendaraan
bermotor lama dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Kendaraan Bermotor Kategori L
Tahun Parameter Metode
Kategori
Pembuatan CO (%) HC (ppm) Uji
Sepeda motor
< 2010 4,5 12000 Idle
2 langkah
Sepeda motor
< 2010 5,5 2400 Idle
4 langkah
Sepeda motor
(2langkah dan 2010 4,5 2000 Idle
4 langkah)

Kendaraan Bermotor Kategori M, N, dan O


Parameter
Tahun
Kategori CO HC Opasitas Metode Uji
Pembuatan
(%) (ppm) (% HSU)
Berpenggerak Idle
motor bakar < 2007 4,5 1200
cetus api 2007 1,5 200
(bensin)
Berpenggerak Percepatan
motor bakar Bebas
penyalaan
kompresi
(diesel)
a. GVW 3,5 < 2010 70
ton 2010 40
b. GVW > 3,5 < 2010 70
ton 2010 50

Kategori M : kendaraan bermotor beroda empat atau lebih dan digunakan


untuk angkutan orang.
Kategori N : kendaraan bermotor beroda empat atau lebih dan digunakan
untuk angkutan barang.
Kategori O : kendaraan bermotor penarik untuk gandengan atau tempel.
Sumber:
PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05
TAHUN 2006 TENTANG AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG
KENDARAAN BERMOTOR LAMA.

2) Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Lama


Baku Mutu emisi gas buang kendaraan bermotor tipe baru adalah batas
maksimum zat atau bahan pencemar yang boleh dikeluarkan langsung dari pipa
gas buang kendaraan bermotor tipe baru.
Kendaraan Bermotor Tipe Baru adalah kendaraan bermotor yang
menggunakan mesin dan/atau transmisi tipe baru yang siap diproduksi dan
akan dipasarkan atau kendaraan bermotor yang sudah beroperasi di jalan tetapi
akan diproduksi dengan perubahan desain mesin dan/atau sistem transmisinya,
atau kendaraan bermotor yang diimpor dalam keadaan utuh tetapi belum
beroperasi di jalan Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori L3 adalah kendaraan bermotor
tipe baru beroda 2 (dua) dengan kapasitas silinder lebih dari 50 (lima puluh)
cm3 atau dengan desain kecepatan maksimum lebih dari 50 (lima puluh)
km/jam apapun jenis tenaga penggeraknya. Dimana ambang batas emisis gas
buang kendaraan bermotor lama dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dengan Metoda Uji NEDC
KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU KATEGORI L DENGAN
PENGUJIAN TIPE I (MODE TEST)

Nilai Ambang
No Kategori Parameter Metode Uji
Batas Gram/km
1 L3 < 150 cm3 CO 2.0 ECE R 40 UDC
HC 0.8 mode (cold start)
Nox 0.15
2 L3 150 cm3 CO 2.0 ECE R 40 UDC +
HC 0.3 EUDC mode (cold
Nox 0.15 start)
UDC : Urban Driving Cycle
EUDC : Extra Urban Driving Cycle

Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dengan Metoda Uji WMTC

Nilai Ambang
No Kategori Parameter Metode Uji
Batas Gram/km
1 130 km/jam CO 2.62 WMTC
HC 0.33
Nox 0.22
2 < 130 km/jam CO 2.62 WMTC
HC 0.75
Nox 0.17

WMTC : Worldide Harmonized Motorcycle Emissions Certification


Prosedure)
Sumber:
PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG BAKU MUTU EMISI GAS
BUANG KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU KATEGORI L3.
3. Berdasarkan soal nomor 1, apa akibat dan dampak dari adanya gas-gas tersebut jika
melebihi ambang batas mutunya?
Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat pencemar udara yang memberikan
dampak negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia, serta lingkungan
hidup. Dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh zat pencemar gas buang
kendaraan antara lain:
Dampak CO yang terlalu tinggi
1) Menurunkan kemampuan berfikir
2) Melemahkan refleksi tubuh
3) Radang tenggorokan
4) Menurunkan aktifitas
5) Jika menghirup udara dengan kadar CO 0,3 %, dapat mengakibatkan
kematian

Hubungan antara konsentrasi CO, lama terpapar, dan efek yang ditimbulkan
Konsentrasi CO Lama
No Efek
(ppm) Terpapar
1 100 Sebentar Tidak ada
2 30 8 jam Pusing dan mual
3 1000 1 jam Pusing, kulit berubah kemerah-merahan
Sumber: Wardhana (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan.
Karakteristik biologik yang paling berbahaya dari CO adalah kemampuannya
untuk berikatan dengan hemoglobin, pigmen sel darah merah yang mengangkut
oksigen ke seluruh tubuh. Kondisi ini bisa berakibat serius, bahkan fatal karena
dapat menyebabkan kematian.

Dampak HC terhadap kesehatan kita


1) Terjadi iritasi mata
2) Batuk-batuk
3) Ngantuk
4) Bercak-bercak dikulit
5) Perubahan kode genetic
Pengaruh hidrokarbon terhadap kesehatan manusia dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Jenis Konsentrasi
Dampak Kesehatan
Hidrokarbon (ppm)
100 Iritasi membran mukosa
3.000 Lemas setelah - 1 jam
Benzene
7.500 Pengaruh sangat berbahaya setelah pemaparan 1
(C6H6)
jam
20.000 Kematian setelah pemaparan 5-10 menit
200 Pusing, lemah, dan berkunang-kunang setelah
pemaparan 8 jam
Toluena (C7H8)
600 Kehilangan koordinasi, bola mata terbalik setelah
pemaparan 8 jam
Sumber: Ebenezer, dkk (2006). Pengaruh Nahan Bakar Transportasi terhadap
Pencemaran Udara dan Solusinya.

Dampak Nox terhadap kesehatan


NO2 merupakan gas yang toksik bagi manusia dan pada umumnya gas ini
dapat menimbulkan gangguan sistem pernapasan. NO2 dapat masuk ke paru-paru
dan membentuk Asam Nitrit (HNO2) dan Asam Nitrat (HNO3) yang merusak
jaringan mukosa (Mulia, 2005). NO2 dapat meracuni paru-paru. Jika terpapar NO2
pada kadar 5 ppm setelah 5 menit dapat menimbulkan sesak nafas dan pada kadar
100 ppm dapat menimbulkan kematian (Chahaya, 2003).
Gangguan sistem pernapasan yang terjadi dapat menjadi empisema. Bila
kondisinya kronis dapat berpotensi menjadi bronkitis serta akan terjadi penimbunan
nitrogen oksida (NOx) dan dapat menjadi sumber karsinogenik atau penyebab
timbulnya kanker (Sunu, 2001).

Sumber:
Diakses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/21275/
Chapter%20II.pdf?sequence=3 pada tanggal 31 Mei 2017 pada pukul 21.30 WIB.
4. Berdasarkan soal nomor 1 pula, sebutkan kerusakan yang mengakibatkan
adanya gas tersebut masing-masing minimal 4 contoh untuk motor bensin
konvensional maupun motor bensin EFI!
1) PENYEBAB HIDRO CARBON (HC) TERLALU TINGGI
a. Engine konvensional menggunakan karburator
a) Bensin terlalu tinggi diruang pelampung
b) Main jet dan Idle jet terlalu besar
c) Jet udara untuk main dan idle jet tersumbat
d) Filter udara tersumbat
e) Terdapat silinder yang tidak bekerja (tidak terjadi pembakaran)
f) Penyetelan katup-katup terlalu rapat
g) Penyetelan saat pengapian tidak tepat
h) Tekanan kompresi rendah atau tidak merata pada masing-masing
silinder
i) Choke tidak kembali pada posisi semula
j) Ventilasi karter rusak atau terganggu
k) Pompa akselerasi bocor

b. Engine dengan sistem electronic injection


a) Injektor kotor pada bibir penyemprot
b) Filter udara tersumbat
c) Air flow meter rusak
d) Sensor temperatur rusak
e) Throtle sensor tidak berfungsi (rusak)
f) Penyetelan saat pengapiaan tidak tepat
g) Terdapat silinder tidak bekerja (tidak terjadi pembakaran)
h) Sistem start dingin rusak
i) Penyetelan katup terlalu rapat
j) Throtle sensor rusak
k) ECU tidak berfungsi dengan baik sehingga pembukaan inkjektor tidak
dapat diregulasi dengan baik
2) PENYEBAB CARBON MONOKSIDA (CO) TERLALU TINGGI
a. Engine konvensional menggunakan karburator
a) Penyetelan campuran terlalu tinggi
b) Tinggi (volume) bensin terlalu tinggi pada ruang pelampung
c) Jet bahan bakar (Spuyer) terlalu besar
d) Katup Choke tidak kembali pada posisi semula
e) Jet udara (spuyer) pada karburator tersumbat
f) Filter udara tersumbat (kotor)

b. Engine dengan sistem injeksi bensin


a) Penyetelan campuran terlalu gemuk atau regulasi pembukaan injektor
terlalu lama
b) Tekanan bahan bakar pada sistem terlalu besar (Regulator rusak)
c) Terdapat kebocoran/tetesan pada saat injektor posisi tertutup
d) Sensor temperatur tidak bekerja (Informasi ke ECU engine dingin)
e) Filter udara tersumbat
f) Throtle sensor rusak (Tidak mengirim sinyal dengan baik)
g) Tahanan kabel tegangan tinggi tidak merata
h) Penyetelan saat pengapian tidak tepat
i) Pemakaian busi tidak sesuai dengan kondisi engine atau kondisi busi
yang sudah jelek

3) PENYEBAB NITROGEN OKSIDA (NOx) TINGGI


Baik pada engine bensin dengan sistem konvensional menggunakan
karburator atau sistem injeksi memiliki penyebab yang hampir sama yaitu:
a) EGR Valve tidak bekerja
b) Spark Advancer yang tidak bekerja
c) Thermostatic Air Heater yang macet
d) Kerusakan pada cold air duct
e) Tingginya deposit kerak diruang bakar
f) Catalytic converter yang tidak normal
Sumber:
Diakses dari http://www.viarohidinthea.com/2011/05/emisi-gas-buang.html
pada tanggal 1 Juni 2017 pukul 14.15 WIB.

5. Berdasarkan soal nomor 1, bagaimana upaya pencegahan dan penanganan


terjadinya gas-gas tersebut? Jelaskan secara logis disertai dengan alasan yang
rasional!
1) Membangun Jalur Hijau
Jalur hijau merupakan sebuah jalur yang sering dilewati oleh banyak
kendaraan bermotor yang biasanya ditanami berbagai macam jenis tanaman
atau pepohonan di sepanjang jalan. Pepohonan yang ditanam di sepanjang jalur
hijau ini akan menghisap semua gas CO2 yang dikeluarkan oleh kendaraan
bermotor berbahan bakar bensin ini. Gas CO2 sangat dibutuhkan oleh pohon
hijau tersebut karena dalam proses fotosintesis, dibutuhkan gas CO2. Proses
fotosintesis itulah yang bisa sangat bermanfaat bagi manusia. Selain dapat
mengurangi dampak dari pencemaran udara akibat penggunaan bahan bakar
minyak bumi, hasil dari proses fotosintesis tersebut adalah gas O2 (oksigen),
yaitu gas yang kita hirup sehari-hari. Oleh karena itu, membangun jalur hijau
merupakan salah satu cara yang cukup efektif untuk mengurangi pencemaran
udara.

2) Memproduksi Bensin Bebas Timbel


TEL ( Tetra Ethyl Lead ) yang ditemukan oleh ilmuwan Amerika bernama
Thomas Midgley ini, semula berguna untuk mengurangi ketukan pada mesin
dan TEL ini ditambahkan ke dalam bensin untuk meningkatkatkan kualitasnya.
Namun, setelah dilakukan penelitian secara mendalam, ternyata TEL ini
memiliki dampak yang sangat buruk bagi kesehatan, dan hal itu membuat
penggunaan timbel pada bensin dipertanyakan. Para ilmuwan pun mulai
mencari cara untuk mengganti timbel tersebut dan akhirnya menemukan
MTBE ( methyl-tertiary-butylether ). Namun setelah diteliti lagi, ternyata
MTBE merupakan zat nondegradable ( sukar terurai dalam tanah ). Selain itu,
MTBE juga mempunyai yang mirip dengan minyak, yaitu tidak larut dalam air,
saling tolak menolak dengan air. Dan dapat dibayangkan pula jika tempat
penyimpanan MTBE bocor dan cairannya merembes ke dalam tanah atau
masuk ke perairan. Jika hal itu terjadi, akan terjadi berbagai macam bencana
dan dapat menimbulkan kematian pada binatang yang tempat hidupnya
tercemar oleh cairan MTBE tersebut. Dan pencemaran air, tanah dan udara
tidak dapat terelakkan. Dan ada satu hal lagi yang paling dikhawatirkan oleh
dunia, yaitu hasil penelitian para ilmuwan menunjukkan bahwa MTBE diduga
bersifat karsinogenik, yaitu bersifat merusak, keras.
Karena timbel dan MTBE sangat berbahaya, akhirnya pemerintah
Republik Indonesia telah mencanangkan program Indonesia Bebas Timbel.
Untuk menyukseskan program tersebut, Pertamina akhirnya memodifikasi
kilang minyaknya sehingga dapat menghasilkan bensin bebas timbel. Kilang
minyak tersebut mempunya alat reformer yang dapat menghasilkan HOMC
(High Octane Motorgas Component). Dan dengan demikian, HOMC tersebut
tidak dapat mencemari udara.

3) Memproduksi Bioetanol sabagai Pengganti Bensin


Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dari tumbuhan, misalnya air tebu
yang biasanya dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan baku pembuatan gula.
Bioetanol tersebut ternyata dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan
bermotor menggantikan bensin. Baik yang murni maupun yang dicampur
dengan bensin. Bensin yang dicampur dengan alkohol biasa dikenal sebagai
gasohol. Dan campuran yang digunakan dalam gasohol misalnya E85 ( 85%
bensin, dan 15% alkohol ) dan E80 ( 80% bensin, dan 20% alkohol ).
Hasil dari pembakaran kendaraan bermotor yang menggunakan bioetanol
sebagai bahan bakarnya akan menciptakan CO2 bersih ke lingkungan.
Bioetanol ini juga sangat bermanfaat bagi makhluk hidup. Selain tidak
menimbulkan gas yang berbahaya, CO2 bersih yang merupakan hasil dari
pembakaran bioetanol ini juga bermanfaat bagi tumbuhan di sekitarnya sebagai
bahan utama proses fotosintesis yang akan mempengaruhi pertumbuhan
tanaman dan sebagai bahan baku bioetanol.
4) Memberlakukan Car Free Day ( Hari Bebas Kendaraan Bermotor )
Car Free Day atau yang lebih kita kenal sebagai hari bebas kendaraan
bermotor adalah salah satu program dari pemerinyah RI untuk menanggulangi
pencemaran udara akibat penggunaan kendaraan bermotor. Program tersebut
sudah lama diberlakukan di Indonesia, khususnya di Jakarta setiap hari
Minggu. Jakarta dipilih sebagai kota tempat dibelakukannya program tesebut
karena menurut riset yang dilakukan, Jakarta merupakan kota penghasil polusi
udara terbesar di Indonesia. Karena di kota padat penduduk tersebut setiap
harinya ada ribuan kendaraan bermotor yang sangat banyak sehingga
menghasilkan begitu banyak gas-gas CO2, gas monoksida, dan lain- lain yang
sangat berakibat fatal bagi manusia dan dapat menjadi salah satu penyebab
utama terjadinya pemanasan global. Oleh karena itu, car free day ini sangat
berguna sekali demi mengurangi jumlah polusi udara yang ditimbulkan oleh
kendaraan bermotor tersebut.

5) Modifikasi Stratified charge combustion


Pada metode ini dikondisikan campuran gas didekat spark plug dalam
kondisi yang mudah dinyalakan (campuran stoikiometris) dan campuran
dibagian luarnya sebagai campuran miskin. Metode ini bisa dilakukan
dengan menambah ruang bakar sekunder seperti yang dikembangkan oleh
Honda dengan teknologi CVCC (Compound Vortex Controlled
Combustion). Dalam ruang bakar sekunder ini dipasang busi dan akan
dihisap campuran kaya, sedangkan dalam ruang bakar utama akan dihisap
campuran miskin. Pada langkah kompresi sebagian dari campuran miskin
yang ada diruang bakar utama akan masuk kedalam ruang bakar sekunder
sehingga campuran diruang bakar sekunder menjadi sekitar stoikiometris
(mudah terbakar). Pada langkah pembakaran maka api yang terjadi akan keluar
ke ruang bakar utama dan secara keseluruhan proses pembakaran terjadi
dalam kondisi campuran miskin.
6) Metode Fast Burn
Pada metode ini ketidak stabilan proses pembakaran dengan
campuran miskin diperbaiki dengan membuat gangguan (disturbance)
untuk menaikan kecepatan rambat api (flame speed). Dengan teknologi
TGP (Turbulence Generating Pot) yang dikembangkan oleh Toyota
dengan membuat jarak propagasi api untuk memperpendek waktu yang
dibutuhkan dalam pembakaran. Prinsipnya mirip dnegan CVCC, hanya dilini
dalam ruang bakar sekunder tidak hanya diasilkan api tetapi juga disturbance
yang kemudian disemburkan keruang bakar utama untuk mempercepat
pembakaran dengan campuran mesin.

7) Metode Exhaust Gas Recirculation


Metode ini dilakukan dengan mensirkulasikan sebagian dari gas
buang untuk menaikan kapasitas panas dari campuran gas sehingga untuk
mendapatkan daya yang diinginkan tidak perlu temperatur yang sangat tinggi.
Metode ini sangat cocok untuk menurunkan emisi Nox. Mensirkulasikan
gas buang sebanyak 10 15% kedalam campuran gas bisa menurunkan -
1/3 konsentrasi Nox. Dengan metode EGR timbul problem yang berupa
turunnya flame speed sehingga metode ini perlu dikombinasikan dengan Fast
Burn atau yang lain. Dengan semakin berkembangnya teknologi kontrol
elektris maka metode EGR ini menjadi jarang digunakan. Teknologi
MCA-JET (Mitsubishi Clean Air Jet) memanfaatkan katup tambahan
163untuk menyemburkan udara kedalam silinder dnegan tujuan
meningkatkan intensitas turbulen campuran gas.
6. Selain motor bensin, motor diesel juga memiliki permasalahan pada emisi gas
buangnya. Sebutkan gas-gas maupun hasil pebakaran pada motor diesel,
deskripsikan terjadinya gas atau zat pada gas buang tersebut!
1) Asap hitam (jelaga)
Jelaga (soot) adalah butiran arang yang halus dan lunak yang
menyebabkan munculnya asap hitam dimana asap hitam terjadi karena proses
pembakaran yang tidak sempurna. Asap ini membahayakan lingkungan
karena mengkeruhkan udara sehingga menggangu pandangan, tetapi karena
adanya kemungkinan mengandung karsinogen. Motor diesel yang
mengeluarkan asap hitam yang sekalipun mengandung partikel karbon
yang tidak terbakar tetapi bukan karbon monoksida (CO). Jika jelaga
yang terjadi terlalu banyak, gas buang yang keluar dari mesin akan
berwarna hitam dan mengotori udara.

2) Hidro karbon yang tidak terbakar (UHC)


UHC adalah senyawa hidrokarbon yang tidak terbakar yang dihasilkan
dari proses pembakaran yang kurang sempurna. UHC sangat terkait dengan
efisiensi pembakaran dari bahan bakar. Reaksi pembakaran yang tidak
sempurna ini bisa disebabkan oleh karena rendahnya rasio udara-bahan bakar
(A/F) atau karena pencampuran udara dari bahan bakar yang tidak homogen.
UHC merupakan komponen dari senyawa organik yang volatile (VOC), yang
bila kandungannya tinggi di udara akan dapat mencemarkan lingkungan dan
dapat menyebabkan gangguan penglihatan.

3) Karbon monoksida (CO)


Didalam banyak penelitian mengenai mesin diesel diketahui bahwa
kandungan karbon monoksida dalam gas buang mesin diesel jauh lebih kecil
dibanding kandungan dalam gas buang mesin bensin sehingga hampir
dikatakan kandungan CO dalam gas buang mesin diesel tidak ada, tetapi
tetap saja harus diketahui potensi bahaya polusi karbon monoksida terhadap
kesehatan.
Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah
kemampuannya untuk berikatan dengan haemoglobin, pigmen sel darah
merah yang mengangkut oksigen keseluruh tubuh. Sifat ini menghasilkan
pembentukan karboksihaemoglobin (HbCO) yang 200 kali lebih stabil
dibandingkan oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif
lambat menyebabkan terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut
dalam fungsinya membawa oksigen keseluruh tubuh. Kondisi seperti ini
bisa berakibat serius, bahkan fatal, karena dapat menyebabkan keracunan.
Selain itu, metabolisme otot dan fungsi enzim intra-seluler juga dapat
terganggu dengan adanya ikatan CO yang stabil tersebut. Dampat
keracunan CO sangat berbahaya bagi orang yang telah menderita
gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah periferal yang parah.
Dampak dari CO bervasiasi tergantung dari status kesehatan
seseorang pada saat terpajan. Pada beberapa orang yang berbadan gemuk
dapat mentolerir pajanan CO sampai kadar HbCO dalam darahnya
mencapai 40% dalam waktu singkat. Tetapi seseorang yang menderita sakit
jantung atau paru-paru akan menjadi lebih parah apabila kadar HbCO dalam
darahnya sebesar 510%.

4) Nitrogen oksida (NO)


Oksida nitrogen seperti NO dan NO 2 berbahaya bagi manusia.
Penelitian menunjukkan bahwa NO 2 empat kali lebih beracun daripada
NO. Selama ini belum pernah dilaporkan terjadinya keracunan NO yang
mengakibatkan kematian. Diudara ambient yang normal, NO dapat
mengalami oksidasi menjadi NO2 yang bersifat racun. Penelitian terhadap
hewan percobaan yang dipajankan NO dengan dosis yang sangat tinggi,
memperlihatkan gejala kelumpuhan sistim syarat dan kekejangan. Penelitian
lain menunjukkan bahwa tikus yang dipajan NO sampai 2500 ppm
akan hilang kesadarannya setelah 6-7 menit, tetapi jika kemudian diberi
udara segar akan sembuh kembali setelah 46 menit. Tetapi jika pemajanan
NO pada kadar tersebut berlangsung elama 12 menit, pengaruhnya tidak dapat
dihilangkan kembali, dan semua tikus yang diuji akan mati.
NO 2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO 2 yang lebih tinggi
dari 100 ppm dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90%
dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala pembengkakan paru (edema
pulmonari). Kadar NO 2sebesar 800 ppm akan mengakibatkan 100%
kematian pada binatang-binatang yang diuji dalam waktu 29 menit atau
kurang. Pemajanan NO 2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap
manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas.

5) NO 2
Gas NO yang mencemari udara secara visual sulit diamati karena gas
tersebut tidak bewarna dan tidak berbau. Sedangkan gas NO2 bila mencemari
udara mudah diamati dari baunya yang sangat menyengat dan warnanya merah
kecoklatan. Sifat Racun (toksisitas) gas NO2 empat kali lebih kuat dari pada
toksisitas gas NO. Organ tubuh yang paling peka terhadap pencemaran gas
NO2 adalah paru-paru. Paru-paru yang terkontaminasi oleh gas NO2 akan
membengkak sehingga penderita sulit bernafas yang dapat mengakibatkan
kematiannya (Fardiaz, 1992).
Kadar NOx di udara daerah perkotaan yang berpenduduk padat akan lebih
tinggi dibandingkan di pedesaan karena berbagai macam kegiatan manusia
akan menunjang pembentukan NOx, misalnya transportasi, generator
pembangkit listrik, pembuangan sampah, dan lain-lain. Namun, pencemar
utama NOx berasal dari gas buangan hasil pembakaran bahan bakar gas alam
(Wardhana, 2004).
Udara yang mengandung gas NO dalam batas normal relatif aman dan
tidak berbahaya, kecuali bila gas NO yang tinggi dapat menyebabkan
gangguan pada sisitem saraf yang menyebabkan kejang-kejang. Bila keracunan
ini terus berlanjut akan dapat menyebabkan kelumpuhan. Gas NO akan
menjadi lebih berbahaya apabila gas itu teroksidasi oleh oksigen sehingga
menjadi gas NO2. Di udara nitrogen monoksida (NO) teroksidasi sangat cepat
membentuk nitrogen dioksida (NO2) yang pada akhirnya nitrogen dioksida
(NO2) teroksidasi secara fotokimia menjadi nitrat (Sastrawijaya, Tresna.
1991).
7. Jelaskan ambang batas emisi untuk motor diesel baik yang berlaku di
Indonesia maupun pada standar lainnya!
1) KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU KATEGORI M DAN KATEGORI
N BERPENGGERAK MOTOR BAKAR PENYALAAN KOMPRESI
(DIESEL) DENGAN MODE TEST
2) KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU KATEGORI M, ATEGORI N
DAN KATEGORI O BERPENGGERAK MOTOR BAKAR PENYALAAN
KOMPRESI (DIESEL) DENGAN MODE ESC TEST

3) KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU KATEGORI M, KATEGORI


N DAN KATEGORI O BERPENGGERAK MOTOR BAKAR
PENYALAAN KOMPRESI (DIESEL) DENGAN MODE ETC TEST

8. Berdasarkan soal nomor 6, jelaskan akibat dan dampaknya jika gas atau zat
tersebut melebihi ambang batas mutunya!
a. Gas CO
Jika terhirup kedalam paru-paru maka gas ini akan beredar bersamaan
dengan darah dan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh.
Hal ini karena gas CO bersifat racun, ikut bereaksi secara metabolis dengan
darah (Hb). Ikatan karbon monoksida dengan darah (karboksihaemoglobin)
lebih stabil daripada ikatan oksigen dengan darah (oksihaemoglobin), sehingga
darah menjadi lebih mudah menangkap gas CO dan fungsi vital darah sebagai
pengangkut terganggu.
Apabila peredaran darah terganggu maka efek yang dirasakan oleh tubuh
manusia adalah pusing, rasa tidak enak dimata, sakit kepala dan mual (jika
konsentrasi gas CO rendah). Ini bisa menjadi sangat berbahaya ketika
konsentrasi gas CO tinggi, efeknya yaitu detak jantung meningkat, rasa
tertekan di dada, sulit untuk bernafas, kelemahan otot, serangan jantung dan
berujung pada kematian.

b. Gas Nox
Gas nitrogen oksida (NOx) ada dua macam , yakni gas nitrogen
monoksida (NO) dan gas nitrogen dioksida (NO2). Kedua macam gas tersebut
mempunyai sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.
Gas NO yang mencemari udara secara visual sulit diamati karena gas tersebut
tidak berwarna dan tidak berbau. Sedangkan gas NO2 bila mencemari udara
mudah diamati dari baunya yang sangat menyengat dan warnanya coklat
kemerahan. Udara yang mengandung gas NO dalam batas normal relatif aman
dan tidak berbahaya, kecuali jika gas NO berada dalam konsentrasi tinggi.
Konsentrasi gas NO yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada system
saraf yang mengakibatkan kejang-kejang. Bila keracunan ini terus berlanjut
akan dapat menyebabkan kelumpuhan. Gas NO akan menjadi lebih berbahaya
apabila gas itu teroksidasi oleh oksigen sehinggga menjadi gas NO2.
Udara yang telah tercemar oleh gas nitrogen oksida tidak hanya berbahaya
bagi manusia dan hewan saja, tetapi juga berbahaya bagi kehidupan tanaman.
Pengaruh gas NOx pada tanaman antara lain timbulnya bintik-bintik pada
permukaan daun. Pada konsentrasi yang lebih tinggi gas tersebut dapat
menyebabkan nekrosis atau kerusakan pada jaringan daun. Dalam keadaan
seperti ini daun tidak dapat berfungsi sempurna sebagai temapat terbentuknya
karbohidrat melalui proses fotosintesis. Akibatnya tanaman tidak dapat
berproduksi seperti yang diharapkan. Konsentrasi NO sebanyak 10 ppm sudah
dapat menurunkan kemampuan fotosintesis daun sampai sekitar 60% hingga
70%.
Pencemaran udara oleh gas NOx dapat menyebabkan timbulnya Peroxy
Acetil Nitrates yang disingkat dengan PAN. Peroxi Acetil Nitrates ini
menyebabkan iritasi pada mata yang menyebabkan mata terasa pedih dan
berair. Campuran PAN bersama senyawa kimia lainnya yang ada di udara
dapat menyebabkan terjadinya kabut foto kimia atau Photo Chemistry Smog
yang sangat menggangu lingkungan.

c. Gas Sox
Udara yang tercemar Sulfur Oksida (SOx) menyebabkan manusia akan
mengalami gangguan pada sistem pernafasannya. Hal ini karena gas SOx yang
mudah menjadi asam tersebut menyerang selaput lendir pada hidung,
tenggorokan, dan saluran nafas yang lain sampai ke paru-paru. Serangan gas
SOx tersebut menyebabkan iritasi pada bagian tubuh yang terkena.
Pengaruh utama polutan SOx terhadap manusia adalah iritasi sistem
pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan
terjadi pada konsentrasi SO2 sebesar 5 ppm atau lebih, bahkan pada beberapa
individu yang sensitive iritasi terjadai pada konsentrasi 1-2 ppm. SO2 dianggap
polutan yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan
penderita yang mengalami penyakit kronis pada sistem pernafasan dan
kardiovaskular.
Sulfur dioksida (SO2) bersifat iritan kuat pada kulit dan lendir, pada
konsentrasi 6-12 ppm mudah diserap oleh selaput lendir saluran pernafasan
bagian atas, dan pada kadar rendah dapat menimbulkan spesme tergores otot-
otot polos pada bronchioli, speme ini dapat menjadi hebat pada keadaan dingin
dan pada konsentrasi yang lebih besar terjadi produksi lendir di saluran
pernafasan bagian atas, dan apabila kadarnya bertambah besar maka akan
terjadi reaksi peradangan yang hebat pada selaput lendir disertai dengan
paralycis cilia, dan apabila pemaparan ini terjadi berulang kali, maka iritasi
yang berulang-ulang dapat menyebabkan terjadi hyper plasia dan meta plasia
sel-sel epitel dan dicurigai dapat menjadi kanker.
9. Berdasarkan soal nomor 6 tersebut, sebutkan dan jelaskan kerusakan pada
engine yang mengakibatkan terjadinya gas atau zat tersebut baik motor diesel
kontrol mekanik maupun motor diesel kontrol elektronik commonrail.

Kepekatan dinyatakan terlalu tinggi bila melampaui ambang batas yang


ditentukan oleh pemerintah sebesar 50 % atau nilai koeficient (K faktor) 1.9,
kepekatan tersebut disebabkan oleh.

a. Filter udara tersumbat


b. Tekanan pembukaan injektor terlalu rendah
c. Terdapat kebocoran pada Injektor (Injektor Menetes)
d. Terdapat kotoran pada lubang penyemprot Injektor
e. Tekanan kompresi rendah
f. Saat penyemprotan/injeksi terlambat
g. Tekanan pembukaan injektor tidak sama satu dengan lainnya
h. Volume penyemprotan tidak merata antara injektor satu dengan lainnya
(kalibrasi pompa tidak tepat)
i. Terdapat kotoran pada katup dan dudukannya
j. Dan penyebab lainnya

10. Berdasarkan soal nomor 6 pula, bagaimana upaya pencegahan atau


penanganan terjadinya zat-zat yang merugikan tersebut!
a. Teknologi EGR (Exhaust Gas Resirculation)
Perangkat ini mampu mengkoreksi emisi gas buang pada kendaraan bermotor.
EGR adalah alternative lain daripada SCR untuk memenuhi standar emisi gas
buang Euro4. Dalam gas bung terdapat CO2, NOx dan uap air. NOx dikurangi
dalam ruang bakar dengan menyuntik kembali gas buang yang telah
didinginkan melalui heat exchanger. Udara yang dimasukkan kembali ke dalam
silinder ini mengurangi konsentrasi O2 dan suhu pembakaran sehingga nilai
NOx nya pun turun. Namun bahan bahan bakar dan PM akan bertambah karena
pembakaran menjadi tidak optimal. PM ini harus dikurangi dengan cara
memodifikasi injector bahan bakar, memodifikasi catalyst atau filter.
Temperatur spesifik EGR lebih tinggi daripada udara bebas, oleh karena itu
EGR meningkatkan suhu intake lalu pada waktu yang bersamaan
menurunkannya pada ruang bakar.

Pada pembebanan yang tinggi, sangat sulit EGR bekerja mendinginkan


pembakaran dan malah akan menyebabkan timbulnya banyak asap dan PM.
Pada pembebanan ringan, hidrokarbon yang tidak terbakar dalam EGR akan
terbakar kembali dalam campuran berikutnya, meningkatkan bahan bakar yang
tidak terbakar pada exhaust dan meningkatkan effisiensi penhentian thermal.
Selain itu juga, EGR panas akan meningkatkan suhu intake, yang akan
mempengaruhi pembakaran dan emisi pembuangan. Dengan menggunakan
EGR, terdapat timbal balik antara pengurangan kadar NOx dengan peningkatan
jelaga dan hidrokarbon yang tidak terbakar. Beberapa penelitian telah
membuktikan hal ini dan mengindikasikan bahwa lebih dari 50% EGR , PM
meningkat sangat tajam dan sangat dianjurkan menggunakan filter atau
catalyst.

Efek EGR pada tingkat pembebanan (Mehta et al, 1994)


Ketika komponen mesin bersentuhan langsung dengan PM, abrasi akan
mungkin terjadi. Asam sulfur dan air kondensasi dari EGR akan menyebabkan
korosi. Beberapa penelitian menemukan kerusakan pada dinding silinder
karena pengurangan kapasitas oli pelumasan, untuk mencegah tercampurnya
jelaga campuran yang terbawa oleh resirkulasi gas buang (Mehta et al 1994).
Penelitian juga menyebutkan EGR yang dihubungkan dengan filter atau
catalyst, menurunkan kadar PM. Filter akan cepat tersumbat oleh PM dan akan
menyebabkan meningkatnya tekanan balik pada exhaust mesin yang juga akan
mengurangi performa mesin. Filter ini harus diperbarui agar tidak cepat
tersumbat yaitu dengan menggunakan teknik aerodinamika, atau teknik
regenerasi elektrostatik. Cara lainnya adalah menggunakan cairan additive
berbahan dasar cerium atau besi and continous regeneration trap (CRT)
menggunakan bahan bakar solar bebas sulfur. (zalenka et al 1998)

Klasifikasi EGR
1. Berdasarkan temperature
a. EGR panas = udara buang diresirkulasi tanpa didinginkan,
menyebabkan peningkatan suhu intake
b. EGR sangat dingin = udara buang didinginkan menggunakan heat
exchanger, kondensasi air akan menyebabkan tetesan air yang akan
berefek buruk dalam ruang silinder
c. EGR dingin sebagian = untuk menghindari kondensasi, temperature
dijaga sesuai dengan yang diinginkan.
2. Berdasarkan konfigurasi
a. Sistem Long Route (LR) = dalam system LR, tekanan akan turun
sepanjang udara masuk dan tekanan akan tetap pada sisi exhaust.
b. Sistem Short Route (SR) = system ini berbeda dengan system lain yang
bermetode perbedaan tekanan postif sepanjang rangkaian EGR. Cara lain
mengendalikan nilai EGR adalah dengan menggunakan Variable Nozzle
Turbine (VNT) . kebanyakan system VNT menggunakan masukan
tunggal, dimana mengurangi efisiensi system oleh pemisahan denyut
exhaust. EGR yang telah didinginkan haruslah dimasukkan secara
efektif.
3. Berdasarkan tekanan
a. Sistem tekanan rendah = lintasan EGR berlanjut dari hili turbin menuju
bagian hulu kompresor. Hal ini ditemukan dalam menggunakan metode
rute tekanan rendah dimana EGR akan naik dengan pengurangan nilai
NOx. Akan tetapi berefek mempengaruhi ketahanan mesin, pembatasan
peningkatan suhu outlet kompresor dan penyumbatan intercooler.
b. Sistem tekanan tinggi = lintasan EGR berlanjut dari hulu ke hilir
kompresor, walaupun EGR akan bekerja di beban berat, perbandingan
udara akan meningkat dan konsumsi bbm menjadi boros.

b. Teknologi Catalytic Converter

Konverter katalisis atau catalytic converter (CC) tidak terlalu banyak diketahui
kalangan awam. Perangkat ini mulai digunakan di setiap mobil baru di
Indonesia pada 2007. Saat itu, standar Euro2 diberlakukan untuk gas buang.
Untuk memenuhi standar tersebut, setiap kendaraan bermesin diesel dan bensin
harus menggunakannya.
Catalytic converter pada knalpot kendaraan bermotor ditempatkan dibelakang
exhaust manifold atau antara muffler dengan header, dengan pertimbangan
agar catalytic converter cepat panas ketika mesin dinyalakan. Kendaraan yang
menggunakan katalitik konverter harus menggunakan bensin tanpa timbal,
karena timbal pada bensin akan menempel pada katalis yang mengakibatkan
katalisator tersebut tidak efektif. Agar katalitik konverter tersebut lebih efektif,
campuran udara-bahan bakar harus dalam perbandingan stokiometri. Perubahan
yang paling kecil pada perbandingan udara-bahan bakar mengakibatkan
kenaikan yang besar pada emisi gas buangnya. Untuk menjadikan lebih akurat
jumlah perbandingan udara-bahan bakarnya, sistem bahan bakar pada motor
tersebut dikontrol secara elektronik. Pada saat motor dilakukan pemanasan,
udara sekunder dari pompa didorong menuju ruang udara pembatas. Udara
tersebut membantu untuk mengoksidasi katalis mengubah HC dan CO menjadi
karbon dioksida dan air. Berikut penjelasan tahapan kerja dari Catalytic
Converter
1. Tahap awal dari proses yang dilakukan pada katalitik konverter adalah
reduction catalyst. Tahap ini menggunakan platinum dan rhodium untuk
membantu mengurangi emisi NOx. Ketika molekul NO atau NO2
bersinggungan dengan katalis, sirip katalis mengeluarkan atom nitrogen
dari molekul dan menahannya. Sementara oksigen yang ada diubah ke
bentuk O2. Atom nitrogen yang terperangkap dalam katalis tersebut diikat
dengan atom nitrogen lainnya sehingga terbentuk format N2. Rumus
kimianya sebagai berikut: 2NO => N2 + O2 atau 2NO2 => N2 + 2O2.
2. Tahap kedua dari proses di dalam katalitik konverter adalah oxidization
catalyst. Proses ini mengurangi hidrokarbon yang tidak terbakar di ruang
bakar dan CO dengan membakarnya (oxidizing) melalui katalis platinum
dan palladium. Katalis ini membantu reaksi CO dan HC dengan oksigen
yang ada di dalam gas buang. Reaksinya sebagai berikut; 2CO + O2 =>
2CO2.
3. Tahap ketiga adalah pengendalian sistem yang memonitor arus gas buang.
Informasi yang diperoleh dipakai lagi sebagai kendali sistem injeksi bahan
bakar. Ada sensor oksigen yang diletakkan sebelum katalitik konverter dan
cenderung lebih dekat ke mesin ketimbang konverter itu sendiri. Sensor ini
memberi informasi ke Electronic Control System (ECS) seberapa banyak
oksigen yang ada di saluran gas buang. ECS akan mengurangi atau
menambah jumlah oksigen sesuai rasio udara-bahan bakar. Skema
pengendalian membuat ECS memastikan kondisi mesin mendekati rasio
stoikiometri dan memastikan ketersediaan oksigen di dalam saluran buang
untuk proses oxidization HC dan CO yang belum terbakar.
Setiap kendaraan memiliki jumlah sensor yang berbeda, tergantung dengan
kebutuhan dan teknologi mesinnya. Umumnya kendaraan yang
menggunakan sistem injeksi menggunakan dua sensor oksigen yang
berbeda tempat. Sensor tersebut berfungsi memberikan informasi ke ECS
agar mengatur kembali pasokan udara kedalam ruang bakar.

Anda mungkin juga menyukai